TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Tinjauan Anak Tunadaksa 1.Tinjauan Anak Tunadaksa
a. Pengertian Anak Tunadaksa
Menurut Harsono Salimo dalam Jurnal Rehabilitasi dan Remediasi (2005: 22) Palsi serebralis adalah suatu kelainan gerakan motorik dan postur yang tidak progesif yang disebabkan oleh karena kerusakan atau gangguan sel-sel motorik pada susunan syaraf pusat yang sedang tumbuh atau belum sel-selesai pertumbuhannya.
Gambaran klinis dapat berubah seiring dengan berjalannya waktu. Gejala Palsi serebralis sangat bervariasi, mulai dari yang ringan, sedang dan berat. Palsi serebralis sering pula disertai dengan gangguan lain seperti epilepsy, abnormalitas, kemampuan bicara, pendengaran, dan penglihatan. Klasifikasi palsi serebralis yang sering digunakan adalah berdasarkan gangguan motorik yang dominan, bagian tubuh yang terkena dan derajat keparahan penyakit. Faktor resiko terjadi palsi serebralis bersifat multiple, meliputi faktor resiko yang terjadi sebelum kehamilan, antenatal, neonatal, dan post natal (Harsono, 2005: 23).
Secara etimologi, gambaran seseorang yang diidentifikasikan mengalami ketunadaksaan, yaitu seseorang yang mengalami kesulitan mengoptimalkan fungsi anggota tubuh sebagai akibat dari luka, penyakit, pertumbuhan yang salah bentuk, dan akibatnya kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh tertentu mengalami penurunan. Fungsi anggota tubuh melaksanakan fungsinya disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi secara normal, akibat luka, penyakit, atau pertumbuhan tidak sempurna.
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Jika mereka mengalami gangguan
commit to user
gerakan karena kelayuan pada fungsi syaraf otak disebut dengan cerebral palsy (CP).
Pengertian tunadaksa bisa dilihat dari segi fisiknya dan dari segi anatominya. Dari segi fungsi fisik, tunadaksa diarahkan sebagai seseorang yang fisik dan kesehatannya mengalami masalah sehingga menghasilkan kelainan di dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya dan untuk meningkatkan fungsinya diperlukan program layanan khusus. Pengertian yang didasarkan pada anatomi biasanya digunakan dalam kedokteran. (http://www.slbdharmawanita-bengkulu)
Sedangkan menurut A. Salim Choiri dan Munawir Yusuf (2007) bahwa: Anak tunadaksa adalah anak-anak yang memiliki kelainan fisik, yaitu berbagai kelainan bentuk tubuh yang mengakibatkan kelainan fungsi tubuh untuk melakukan gerakan-gerakan, kelainan mereka berhubungan dengan tulang, sendi, otot, syaraf dan atau gangguan dari tulang, sendi, otot dan syaraf.
Lebih lanjut tunadaksa adalah kelainan yang meliputi cacat tubuh atau kerusakan tubuh atau kerusakan pada fisik dan kesehatan. Kelainan atau kerusakan yang disebabkan oleh kerusakan otak dan saraf tulang belakang.
(http://www.slb-batam.org/index.php?pilih=hal&id=73)
Berdasarkan dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat penulis simpulkan bahwa anak tuna daksa adalah anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan dan pertumbuhannya, karena kerusakan yang terjadi pada tubuh akan menghambat segala bentuk aktifitasnya, untuk ini guru mempunyai peranan ganda di samping sebagai pengajar, pendidik juga sebagai pelatih. Pelayanan therapy yang diperlukan anak tunadaksa antara lain latihan bicara, fisioterapy, occupational therapy dan hidro therapy.
Anak tunadaksa pada dasarnya sama dengan anak normal lainnya, hanya dari aspek psikologi sosial mereka membutuhkan rasa aman dalam bermobilisasi dalam kehidupannya. Maka mereka membutuhkan pendidikan dan bimbingan serta layanan khusus agar anak tunadaksa dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sesuai dengan kemampuannya.
commit to user b. Klasifikasi Anak Tunadaksa
Menurut Jamila K A Muhammad dalam bukunya Panduan Pendidikan Khusus Anak-anak ketunaan dan Learning Disabilities (2007 : 133) terdapat tiga jenis cerebrum palsy utama yaitu :
1) Cerebrum palsy spastic. 2) Cerebrum palsy athetosis. 3) Cerebrum palsy ataxia.
Menurut pendapat lain klasifikasi anak tunadaksa meliputi penggolongan anak tunadaksa ini ke dalam sistem selebral (Cerebral System Disorders) yang didasarkan pada letak penyebab kelahiran yang terletak pada sistem saraf pusat. Celebral palsy digolongkan menjadi :
1) Derajat kecacatan
Penggolongan Celebral palsy menurut derajat kecacatan meliputi : Golongan ringan adalah mereka yang dapat berjalan, tanpa menggunakan alat berbicara tegas dan dapat menolong dirinya sendiri. Golongan sedang ialah mereka yang membutuhkan treatment atau latihan untuk bicara, berjalan dan mengurus dirinya sendiri. Golongan berat, golongan ini selalu membutuhkan perawatan dalam ambulasi, bicara dan menolong diri sendiri. 2) Penggolongan Celebral Palsy menurut topografi :
a) Monoplegia, adalah kecacatan satu anggota gerak, kaki kanan.
b) Hemiplegia, adalah lumpuh anggota gerak atas, dan bawah, tangan kanan dan kaki kanan.
c) Paraplegi, lumpuh pada kedua tungkai kakinya. Diplegi, lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kaki kanan dan kiri.
d) Quadriplegi, adalah kelumpuhan seluruhan anggota geraknya ( http://www.slbk-batam.org/index.php?pilih=hal&id=73)
c. Karakteristik Anak tunadaksa
Anak tunadaksa akan mengalami gangguan psikologis yang cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif serta memisahkan diri dari lingkungannya. Di samping karakteristik tersebut terdapat problema Anak
commit to user
tunadaksa antara lain, gangguan taktil (http://www.slbk-batam.org/index.php?pilih=hal&id=73).
Secara umum karakteristik kelainan anak yang dikategorikan sebagai penyandang tunadaksa dapat dikelompokkan menjadi anak tunadaksa ortopedi (orthopedically handicapped) dan anak tunadaksa syaraf (neurogically handicapped) (Sukiadi, 2001: 14)
Menyimak keadaan yang nampak pada tunadaksa ortopedi dan tunadaksa syaraf tidak terdapat perbedaan yang mencolok, sebab secara fisik kedua jenis anak tunadaksa memiliki kesamaan, terutama pada fungsi analogi anggota tubuh untuk melakukan mobilitas. Namun apabila dicermati secara seksama sumber ketidakmampuan untuk memanfaatkan fungsi tubuhnya untuk beraktifitas atau mobilitas akan nampak perbedaannya. (http://www.slbdharmawanita-bengkulu).
d. Faktor Penyebab Tunadaksa
Menurut Salim Choiri dan Munawir Yusuf (2007) ada beberapa faktor penyebab tunadaksa adalah sebagai berikut :
1) Penyebab dalam kandungan : a) Penyakit ibu
b) Manutrisi
c) Gangguan lingkungan kehamilan 2) Penyebab dalam proses kelahiran :
a) Prematur
b) Kelahiran dipaksakan c) Kelahiran dihalangi 3) Penyebab setelah kelahiran :
a) Anoksia
b) Faktor penyakit c) Manutrisi
commit to user
Ada pendapat lain penyebab tunadaksa yaitu dilihat saat terjadinya kerusakan otak terjadi ketika sebelum lahir antara lain : terjadi infeksi penyakit, kelainan kandungan, kandungan radiasi, saat mengandung mengalami trauma (kecelakaan). Sebab-sebab pada saat kelahiran, antara lain proses kelahiran terlalu lama, proses kelahiran yang mengalami kesulitan pemakaian anestasi yang melebihi ketentuan. Sebab-sebab setelah proses kelahiran, anara lain: kecelakaan, infeksi penyakit, dan anoxia. ( http://www.slbk-batam.org/index.php?pilih= hal&id=73)
Pendapat lain penyebab tunadaksa dapat terjadi pada saat sebelum anak lahir (prenatal), saat lahir (neonatal) dan setelah anak lahir (post natal).
Kelainan fungsi anggota tubuh atau ketunadaksaan yang terjadi sebelum bayi lahir atau ketika dalam kandungan, antaranya dikarenakan faktor genetik dan kerusakan pada sistem saraf pusat.
Faktor lain yang menyebabkan kelainan pada bayi selama dalam kandungan ialah :
a) Anoxia prenatal.
b) Gangguan metabolisme pada ibu. c) Faktor rhesus
Kondisi ketunadaksaan yang terjadi pada masa kelahiran bayi, diantaranya:
a) Kesulitan saat persalinan karena letak bayi sungsang. b) Pendarahan pada otak saat kelahiran
c) Kelahiran prematur.
d) Gangguan yang dapat mengurangi oksigen sehingga mengakibatkan terjadinya anoxia.
Adapun kelainan fungsi anggota tubuh atau ketunadaksaan yang terjadi pada masa setelah lahir diantaranya :
a) Faktor penyakit b) Faktor kecelakaan
c) Pertumbuhan tubuh/tulang yang tidak sempurna. (http:www.slbdharmawanita-bengkulu)
commit to user
2. Tinjauan Tentang Mengarang a. Pengertian Mengarang
Seorang pengarang atau penulis perlu memiliki banyak pengalaman dari ide atau gagasan serta ilmu pengetahuan. Keterampilan mengarang sangat penting bagi siswa. Hal ini merupakan modal dasar yang harus dimiliki oleh seorang pengarang atau penulis. Selain itu seorang pengarang harus mempunyai perbendaharaan kata dan harus mampu menggunakan pilihan kata (diksi) untuk menuangkan ide-ide atau gagasan.
Mengarang adalah kegiatan menulis dengan menyajikan informasi, gagasan, ide, keinginan yang dikemukakan berdasarkan pengetahuan serta pengalaman empiris dengan kemampuan bernalarnya (Rofi’uddin, 2000: 164). Menurut, Y. Budi Artati (2008: 9), mengarang adalah memunculkan gagasan dari hasil merenungkan peristiwa yang dialami. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa mengarang adalah kegiatan menulis yang menyajikan informasi, gagasan, dari pengalaman tentang peristiwa yang dialami dengan kemampuan bernalarnya.
Kaitannya dengan konsep di atas ada beberapa jenis karangan seperti: narasi (cerita), eksposisi (paparan), deskripsi (lukisan), dan argumentasi (persuasi). (Sabarti, Akhadiah, 2000: 127).
1) Narasi (cerita)
Menurut Sabarti Akhadiah (2000: 127), narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalani dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu atau bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan jelas kepada pembaca tentang suatu peristiwa yang terjadi. Menurut Y. Budi Artati (2008: 1), narasi adalah karangan yang menceritakan kejadian atau peristiwa.
commit to user
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa narasi adalah karangan yang menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang suatu peristiwa yang terjadi.
2) Eksposisi (paparan)
Menurut Sabarti Akhadiah (2000: 134), eksposisi adalah karangan yang berusaha menerangkan sesuatu yang dapat memperluas pandangan. Menurut Muchlisoh (2000:378), eksposisi adalah karya tulis yang sasarannya menjelaskan sesuatu, memberi keterangan dengan gamblang tentang sesuatu, atau mengembangkan sebuah gagasan.
Dari kedua pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa eksposisi adalah karangan yang berusaha memberikan keterangan dengan jelas dan gamblang untuk memperluas pandangan.
3) Deskripsi (lukisan)
Menurut Sabarti Akhadiah (2000: 131), deskripsi adalah usaha untuk menggambarkan dengan kata-kata wujud atau sifat lahiriah suatu objek. Menurut Y. Budi Artati (2008:3), deskripsi artinya apa yang dapat diamati penulis dan mungkin pembaca, penulis berusaha memaparkan keadaan nyata dari suatu objek sesuai dengan kemampuan dan keinginan penulis dalam mengindera tentang objek dari karya tulisannya.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa deskripsi adalah karangan yang menggambarkan keadaan senyatanya dari suatu objek sesuai dengan kemampuan penulis.
4) Argumentasi (Persuasi)
Kata argumentasi berasal dari kata argumen yang berarti alasan. Jadi argumentasi adalah karya tulis yang di dalamnya memuat
commit to user
pemberian alasan yang kuat dan meyakinkan (Sabarti Akhadiah, 2000: 378).
b. Langkah-langkah Mengarang
Menurut Y. Budi Artati (2008: 21), untuk mewujudkan karangan agar menjadi baik perlu langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menentukan Tema
Tema karangan biasanya diwujudkan dalam satu kalimat. Tema dapat dibagi lagi menjadi beberapa topik. Jadi topik karangan ditentukan dari tema karangan.
2) Menentukan Tujuan
Tujuan karangan harus dirumuskan secara jelas, ditetapkan sebelum pengembangan topik. Pengembangan topik sangat bergantung pada tujuan karangan.
3) Mengumpulkan Bahan
Bahan yang diperlukan dalam mengarang adalah data berupa kalimat, angka, gambar, yang diperoleh dari berbagai sumber.
4) Menyusun Karangan
Semua gagasan atau ide yang mendukung topik diwujudkan dalam tulisan yang disertai data. Selanjutnya ide pokok disusun berurutan, tiap ide pokok atau gagasan utama dikembangkan menjadi paragraf-paragraf yang dapat mendukung kerangka karangan atau garis besar sebuah karangan.
5) Mengembangkan Kerangka Karangan
Mengembangkan kerangka karangan adalah menguraikan rancangan karangan menjadi bagian-bagian yang lebih jelas.
6) Koreksi dan Revisi
Bagian karangan yang perlu dikoreksi adalah isi, kalimat dan ejaan. 7) Menulis Naskah
Seorang penulis bisa menulis naskah karangan bila telah memenuhi langkah-langkah di atas. Kerangka karangan yang sudah tersusun
commit to user
tidak diubah-ubah. Koreksi dan revisi dilakukan dengan sungguh-sungguh. Dengan demikian karangan akan berbobot dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Sebelum melangkah lebih lanjut untuk memilih karangan perlu memperhatikan beberapa pengertian agar hasil tulisannya lebih bermakna. Adapun pengertian yang perlu diperhatikan antara lain: tema, topik, dan kerangka karangan.
Ketrampilan menulis merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari kegiatan belajar mengajar siswa di sekolah. Kegiatan menulis menjadikan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran dan merangsang ketrampilan siswa dalam merangkai kata. Akan tetapi dalam penerapannya banyak orang mengalami kesulitan untuk membiasakan siswa belajar menulis. Penyebabnya adalah kesalahan dalam hal pengajaran yang terlalu kaku sehingga menimbulkan kesan menulis itu sulit.
Belum banyak guru yang dapat menyuguhkan materi pelajaran dengan cara yang tepat dan menarik. Maka dari itu wajar jika peserta didikpun akhirnya tidak mampu dan tidak menyukai pelajaran menulis.
c. Mengarang Sederhana
Karangan merupakan hasil akhir dari pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan atau mengulas topik dan tema tertentu (Hairudin, 2007:192). Menulis atau mengarang pada hakikatnya adalah menuangkan gagasan, pendapat gagasan, perasaan keinginan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan ”mengirimkannya” kepada orang lain (Murdiana, 2003:78). Selanjutnya, menurut Tarigan (2003:21), menulis atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami pembaca.
Semua pendapat tersebut sama-sama mengacu pada menulis sebagai proses melambangkan bunyi-bunyi ujaran berdasarkan
aturan-commit to user
aturan tertentu. Artinya, segala ide, pikiran, dan gagasan yang ada pada penulis disampaikan dengan cara menggunakan lambang-lambang bahasa yang terpola. Melalui lambang-lambang tersebutlah pembaca dapat memahami apa yang dikomunikasikan penulis. http://www.ilmumanajemen.com/karangan/index.php.htm. Diakses tanggal 10 Maret 2011.
Dengan melihat pengertian karangan di atas, maka pada penelitian yang dilakukan pada siswa SDLB D Negeri Kota Pekalongan dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi pokok kerangka karangan sesuai Ejaan Yang Disempurnakan hanya difokuskan membuat karangan sederhana yaitu karangan tentang berbagai topik sederhana yang meliputi membuat judul, menggunakan paragraf, serta menggunaan ejaan yang benar. Topik sederhana yang akan dibahas dapat berupa topik tentang kesehatan, pendidikan, lingkungan atau bidang lainnya yang mudah dipahami oleh siswa.
3. Tinjauan Tentang Media Gambar
Dalam pengajaran Bahasa Indonesia kompetensi dasar menulis karangan, media mempunyai peran penting karena beberapa alasan antara lain media pembelajaran membantu guru dalam mengatur proses pengajarannya serta penggunaan waktu di kelas dengan bijak.
a. Pengertian Media Gambar
Media gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual ke dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan ataupun pikiran yang bermacam-macam seperti lukisan, potret, slide, film, proyektor (Hamalik, 2003 : 95)
Media gambar adalah media yang paling umum dipakai yang merupakan bahasa umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana saja. (Arief Sadiman, 2002:29).
commit to user b. Fungsi Media Gambar
1) Mendidik dan memberikan pengaruh positif pada pendidikan. 2) Memberikan informasi yang outentik.
3) Mengatasi keterbatasan kemampuan indra. 4) Mengatasi perbedaan pengalaman peserta didik. 5) Mengatasi atas ruang dan kelas.
Diantara sekian banyak media pendidikan, gambar/foto adalah satu-satunya media yang paling umum dipakai, merupakan bahasa umum, dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana. Seperti pepatah cina mengatakan bahwa sebuah gambar berbicara lebih banyak dari seribu kata.
Ada beberapa kelebihan media gambar/ foto yaitu :
1) Sifatnya konkrit, gambar/ foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.
2) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda atau peristiwa dapat dibawa ke kelas dan anak tidak selalu dibawa ke objek. Gambar/ foto dapat mengatasi hal tersebut.
3) Media gambar/ foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.
4) Foto dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk usia berapa saja, sehingga dapat mencegah kesalahpahaman.
5) Foto harganya murah dan mudah didapat serta penggunaannya tanpa menggunakan peralatan khusus.
Selain itu media gambar/ foto juga mempunyai kelemahan yaitu : 1) Gambar/ foto hanya menekankan persepsi indera mata
2) Gambar/ foto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.
3) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.
Berdasarkan uraian tentang kelebihan dan kelemahan media gambar/ foto, maka sebagai guru harus bisa menentukan media gambar/ foto yang cocok dengan tujuan pembelajaran. Menurut Aristo Rohadi (2003:26) ada enam syarat yang harus dipenuhi untuk gambar/foto yang baik untuk dijadikan sebagai media pendidikan adalah :
commit to user 1) Autentik
Gambar tersebut harus jujur melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda sebenarnya.
2) Sederhana
Komposisi benda hendaknya cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok gambar.
3) Ukuran relatif
Gambar/ foto dapat memperbesar atau memperkecil objek/ benda sebenarnya, dan hendaknya dalam foto terdapat sesuatu yang sudah dikenal anak.
4) Gambar/ foto sebaiknya menunjukkan objek dalam keadaan memperlihatkan aktivitas tertentu.
5) Gambar yang bagus belum tentu baik, sebaiknya menggunakan karya siswa akan lebih baik.
6) Tidak setiap gambar bagus merupakan media yang baik gambar hendaklah bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa media gambar merupakan alat peraga untuk memperjelas materi pembelajaran yang disampaikan kepada peserta didik.