• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Teoritik

Dalam dokumen SKRIPSI. Oleh: Yustina Uceng NIM: (Halaman 32-49)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Teoritik

1. Minat Siswa Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi a. Pengertian Minat

Menurut Djamarah (2011:166) minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.

Menurut Slameto (2015:180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.

Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.

Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tertentu.

Menurut Djaali (2007:122) minat adalah perasaan ingin tahu, mempelajari, mengagumi atau memiliki sesuatu. Disamping itu, minat merupakan bagian dari ranah afeksi, mulai dari kesadaran sampai pada pilihan nilai.

Menurut Sardiman (dalam Susanto, 2013:57) minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan sendiri. Oleh karena itu, apa saja yang dilihat seseorang barang tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukan bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang terhadap sesuatu objek, biasanya disertai dengan perasaan senang, karena itu merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu.

Berdasarkan pendapat-pendapat dari para ahli, minat disimpulkan sebagai kecenderungan dari dalam diri seseorang tanpa ada yang menyuruh terhadap suatu hal atau aktivitas yang di senangi yang ditandai dengan adanya keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Siswa Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi merupakan lanjutan setelah menyelesaikan pendidikan di sekolah menengah atas. Artinya melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi merupakan melanjutkan pendidikan dari sekolah menegah atas ke pendidikan tinggi. Aktivitas yang dilakukan di perguruan tinggi adalah belajar yaitu untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Dalam hal ini berarti memiliki kegiatan yang sama yaitu aktivitas belajar, maka faktor-faktor yang mempengaruhi minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dalam penelitian ini disamakan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.

Menurut Slameto (2015:54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut:

1) Faktor-faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, faktor intern terbagi dalam tiga aspek yaitu:

a) Faktor Jasmaniah, terdiri dari; kesehatan dan cacat tubuh.

b) Faktor Psikologis, terdiri dari; inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

c) Faktor kelelahan, terdiri dari; kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

2) Faktor-faktor ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu yang meliputi: a) Faktor keluarga, terdiri dari; cara orang tua mendidik anak, relasi

antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang budaya.

b) Faktor sekolah, terdiri dari; metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

c) Faktor masyarakat, terdiri dari; kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. c. Dimensi Minat Siswa melanjutkan Pendidikan ke perguruan Tinggi

Menurut Syah (2009:175) minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi adalah kecenderungan yang mengarahkan siswa untuk memilih perguruan tinggi sebagai kelanjutan setelah lulus sekolah menengah atas yang ditandai dengan adanya perhatian terhadap perguruan tinggi, keinginan dan dorongan untuk dapat masuk ke perguruan tinggi termasuk dalam kebutuhan. Berikut ini adalah dimensi minat melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi menurut Syah (2009:175):

1) Perhatian

Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Dengan adanya kesadaran akan karier yang akan dicapai, tentu seorang siswa akan melakukan aktivitas belajar dengan pebuh perhatian dalam pembelajaran disertai rasa senang terhadap aktivitas tersebut untuk mencapai karier yang akan di capainya melalui pendidikan yang lebih tinggi.

2) Keinginan

Siswa yang telah lulus dari pendidikan menengah memiliki dua keinginan yaitu langsung bekerja atau melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi dengan tujuan untuk mengapai cita-citanya ataupun untuk hidup lebih baik contohnya; siswa yang ingin menjadi seorang guru perlu belajar lebih dalam mengenai pendidikan guru di perguruan tinggi, dengan masuk ke perguruang tinggi maka akan mendapatkan keinginan tersebut.

3) Kebutuhan

Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan yang telah menjadi kebutuhan. Seseorang yang telah lulus sekolah dasar menempuh pendidikan yang lebih tinggi untuk masa depan dengan tujuan agar dalam dunia pendidikan tinggi mampu

memperoleh kesempatan peluang kerja yang lebih luas, dapat memperdalam ilmu pengetahuan yang tidak di dapat di tempat lain, mampu mengoptimalkan bakat dan kemampuan diri, dan meningkatkan taraf hidup.

2. Status Sosial Ekonomi Orang tua a. Pengertian Status Sosial Ekonomi

Menurut Suyanto (2006:156) kedudukan (status) adalah sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan orang lain dalam kelompok tersebut, atau tempat suatu kelompok yang lebih besar lagi. Kedudukan sosial atau sosial status adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestasinya, hak-hak dan kewajiban-kewajibanya.

Menurut Santrock (2009:194) mengemukakan bahwa status sosial ekonomi adalah kategorisasi orang-orang menurut karakteristik ekonomi, pendidikan, dan pekerjaan mereka. Menurut Sugihartono (2007:30) mengatakan bahwa status sosial ekonomi orang tua meliputi tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan orang tua.

Berdasarkan pendapat-pendapat dari para ahli, status sosial ekonomi adalah status yang dimiliki oleh seseorang dalam lingkungan masyarakat berdasarkan kriteria ekonomi, pendidikan, pekerjaan, serta kekuasaan ataupun jabatan sosial yang dimiliki seseorang di dalam lingkungan masyarakat.

b. Dimensi Status Sosial Ekonomi Orang tua

Menurut Sukanto (2013:208) mengemukakan bahwa, hal-hal yang dapat mempengaruhi status sosial ekonomi adalah sebagai berikut:

1) Ukuran kekayaan

Barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut, misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-caranya mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya. Kebiasaan untuk belanja barang-barang mahal dan seterusnya.

2) Ukuran kekuasaan

Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar menempati lapisan atasan.

3) Ukuran kehormatan

Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas.

4) Ukuran ilmu pengetahuan

Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan.

Menurut Sugihartono, dkk (2007:30) bahwa status sosial ekonomi orang tua meliputi:

1) Tingkat Pendidikan Orang Tua

Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 17 tentang Sistem Pendidikan Nasional jenjang pendidikan sekolah terdiri dari

pendidikan dasar, pendidikan menegah dan pendidikan tinggi. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tingkat pendidikan Orang Tua adalah tingkat pendidikan menurut jenjang pendidikan yang telah ditempuh melalui pendidikan formal di sekolah berjenjang dari tingkat yang paling rendah sampai tingkat yang paling tinggi yaitu dari SD, SMP, SMA sampai perguruan Tinggi.

2) Tingkat Pekerjaan Orang tua 3) Tingkat Pendapatan Orang Tua

Berdasarkan pendapat-pendapat dari para ahli di atas, dimensi status sosial ekonomi orang tua adalah ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan, ukuran kehormatan, ukuran ilmu pengetahuan dan tingkat pendapatan orang tua.

3. Lingkungan Teman Sebaya

a. Pengertian Lingkungan Teman Sebaya

Menurut Djamarah (2011 : 176) lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkungan anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem. Saling ketergantungan antara lingkungan biotik dan abiotik tidak dapat dihindari. Itulah hukum alam yang harus dihadapi oleh anak didik sebagai makhluk hidup yang tergolong kelompok biotik.

Semakin bertambah usia, seorang anak akan memperluas hubungan sosialnya dan mulai keluar dari lingkungan keluarga. Lingkungan sosial pertama di mana siswa belajar untuk hidup bersama orang lain yang

bukan anggota keluarganya adalah lingkungan teman sebaya. Santrock (2009:109) berpendapat bahwa teman sebaya adalah anak-anak dengan usia atau tingkat kedewasaan yang kurang lebih sama. Interaksi teman sebaya yang memiliki usia yang sama memainkan peran khusus dalam perkembangan sosio-emosional anak-anak.

Menurut Sulo (2008:181) teman sebaya adalah suatu kelompok yang terdiri dari orang-orang yang bersamaan usianya, antara lain: kelompok bermain pada masa kanak-kanak, kelompok monoseksual yang hanya beranggotakan anak-anak sejenis kelamin, atau gang yaitu kelompok anak-anak nakal. Santosa (2006:77) mengatakan dalam kelompok teman sebaya, individu akan merasakan adanya sebuah persamaan yang baik dalam usia, status sosial, kebutuhan, maupun tujuan untuk memperkuat kelompok itu, sehingga individu di dalam kelompok tersebut akan merasa menemukan dirinya dan akan mengembangkan rasa sosialnya seiring dengan perkembangan kepribadiannya. Izzaty, dkk (2008: 114) mengemukakan teman sebaya adalah teman sekolah atau teman di luar sekolah yang mempengaruhi pertumbuhan, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku.

Berdasarkan pendapat-pendapat dari para ahli, lingkungan teman sebaya adalah individu atau sekelompok individu dengan usia yang sama, status sosial, kebutuhan, dan minat. Interaksi yang terjadi di dalam teman sebaya menyebabkan keterlibatan individu secara aktif sehingga dapat terjadi dorongan dan dukungan yang dapat mempengaruhi seseorang

untuk melakukan sesuatu, dalam hal ini dapat mempengaruhi kegiatan belajar dan pencapain prestasi belajar.

b. Jenis-jenis Teman Sebaya

Santrock (2009:112) menyatakan bahwa para ahli menemukan lima jenis status teman sebaya. Lima jenis status teman sebaya yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

1) Anak populer, sering dianggap sebagai teman baik dan jarang tidak disukai oleh teman sebaya mereka.

2) Anak biasa, anak yang tidak sering disukai juga anak yang tidak sering tidak disukai.

3) Anak-anak yang terabaikan, jarang dianggap sebagai teman baik, tetapi tidak berarti tidak disuaki oleh teman sebaya mereka.

4) Anak-anak yang ditolak, jarang dianggap sebagai teman baik seseorang dan sering kali tidak disuaki oleh teman sebaya mereka. 5) Anak-anak yang kontroversial, sering dianggap baik sebagai teman

baik seseorang dan bisa pula sebagai anak yang tidak disukai. c. Fungsi Teman Sebaya

Lingkungan teman sebaya sebagai faktor eksternal bagi siswa memiliki fungsinya dalam membentuk minat siswa itu sendiri. Menurut Sulo (2008:181) menjabarkan ada beberapa fungsi atau manfaat dari teman sebaya, yaitu:

1) Mengajar berhubungan dan menyesuaikan diri dengan orang lain. 2) Memperkenalkan kehidupan masyarakat yang lebih luas.

3) Menguatkan sebagaian dari nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan masyarakat orang dewasa.

4) Memberikan kepada anggota-anggotanya cara-cara untuk membebaskan diri dari pengaruh kekuasaan otoritas.

5) Memberikan pengalaman untuk mengadakan hubungan yang didasarkan pada prinsip persamaan hak.

6) Memberikan pengetahuan yang tidak bisa diberikan oleh keluarga secara memuaskan (pengetahuan mengenai cita rasa berpakaian, musik, jenis tingkah laku, dan lain-lain).

7) Memperluas cakrawala pengalaman anak, sehingga ia menjadi orang yang lebih kompleks.

Menurut Santrock (2009:113) fungsi teman sebaya adalah sebagai berikut:

1) Pertemanan

Persahabatan memberikan anak seorang teman akrab, sesorang yang bersedia untuk menghabiskan waktu dengan mereka dan bergabung dalam aktivitas kolaboratif.

2) Dukungan fisik

Persahabatan memberikan sumber dan bantuan kapan pun dibutuhkan. 3) Dukungan ego

Persahabatan membantu anak merasa bahwa mereka adalah individu-individu yang berkompeten dan berharga.

4) Keintiman/kasih sayang

Persahabatan memberikan anak suatu hubungan yang hangat, penuh kepercayaan, dan dekat dengan orang lain. Dalam hubungan ini, anak merasa nyaman terbuka untuk berbagi informasi pribadi.

Berdasarkan pendapat-pendapat dari para ahli, lingkungan teman sebaya mempunyai fungsi-fungsi sebagai tempat belajar begaul dan menyesuaikan diri dengan orang lain, memberikan pengetahuan dan memberikan dukungan yang tidak didapatkan dalam keluarga. Lingkungan teman sebaya dalam penelitian ini adalah lingkungan tempat tinggal dan tempat belajar sebagai saling mengadakan interaksi yang di dalamnya terdapat dorongan dan dukungan yang mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang.

d. Dimensi Lingkungan Teman Sebaya

Dimensi lingkungan teman sebaya dalam penelitian ini dapat disimpulkan dari pendapat-pendapat para ahli mengenai fungsi teman sebaya dengan penjelasan sebagai berikut:

1) Interaksi dengan teman sebaya

Di dalam teman sebaya ini terjadi interaksi aktif yang melibatkan semua siswa yang menjadi anggotanya. Interaksi-interaksi yang terjadi ini dapat mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar.

2) Memberikan dukungan

Dukungan dari teman sebaya dapat membantu siswa dalam proses belajar, karena pemberian dukungan dari teman sebaya ini dapat menimbulkan semangat dalam belajar.

3) Teman dalam belajar

Teman sebaya sebagai teman dalam belajar dapat membantu siswa ketika mengalami kesulitan dalam belajar. Teman sebaya akan membantu siswa memahami materi pelajaran yang dianggap sulit dan menyelesaikan tugas-tugas.

4) Berbagi dan bertukar pikiran

Teman sebaya yang baik akan mampu menciptakan diskusi atas materi pelajaran yang sedang dipelajari, sehingga dalam teman sebaya dapat terjadi tukar pikiran maupun tukar informasi dalam memecahkan masalah belajar.

5) Persaingan nilai

Teman sebaya yang mendapat nilai yang bagus dalam ulangan atau tugas akan mendorong teman sebaya yang lain untuk mencapai prestasi belajar yang baik.

Dari penjelasan tersebut, interaksi dengan teman sebaya, memberi dukungan, teman dalam belajar, berbagi dan bertukar pikiran, serta persaingan nilai dapat digunakan sebagai dimensi lingkungan teman sebaya dalam proses belajar.

4. Prestasi Belajar Siswa a. Pengertian Belajar

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Slameto (2010:2) belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Hamalik (2007:106) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses dan bukan hasil yang hendak dicapai semata. Proses itu sendiri berlangsung melalui serangkain pengalaman, sehingga terjadi modifikasi pada tingkah laku yang telah dimilikinya sebelumnya. Sukmadinata (2009:155) mengatakan bahwa hal lain yang juga selalu terkait dalam belajar adalah pengalaman, pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkunganya.

Berdasarkan pendapat-pendapat dari para ahli, belajar adalah suatu proses tingkah laku seseorang yang di peroleh dari pengalaman-pengalaman dan interaksi dengan orang lain atau lingkungan sekitarnya. b. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar sering diartikan sebagai hasil yang telah dicapai dari sesuatu kegiatan atau aktivitas yang telah dikerjakan oleh siswa

dalam jangka waktu tertentu. Menurut Walisman (dalam Susanto, 2013:12) hasil belajar yang dicapai peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang memengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal.

Menurut Darmadi (2017:299) prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya pada seorang anak dalam pendidikan baik yang dikerjakan atau bidang keilmuan. Prestasi belajar dari siswa adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa yang didapat dari proses pembelajaran. c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat digolongkan menjadi dua yaitu Slameto (2010:54):

1) Faktor-faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, faktor intern terbagi dalam tiga aspek yaitu:

a) Faktor Jasmaniah, terdiri dari; kesehatan dan cacat tubuh.

b) Faktor Psikologis, terdiri dari; inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

c) Faktor kelelahan, terdiri dari; kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

2) Faktor-faktor ekstern

a) Faktor keluarga, terdiri dari; cara orang tua mendidik anak, relasi antaranggota keluarg, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang budaya.

b) Faktor sekolah, terdiri dari; metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

c) Faktor masyarakat, terdiri dari; kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

Menurut Ahmadi (2014:138) pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar sebaik-baiknya. Yang tergolong faktor internal adalah:

1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang besifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk dalam faktor ini misalnya pengelihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri dari:

a) Faktor intelektif yang meliputi:

(1) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat

b) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuain diri.

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis. Yang tergolong faktor eksternal, ialah:

a) Faktor sosial yang terdiri atas: (1) Lingkungan keluarga (2) Lingkungan sekolah (3) Lingkungan masyarakat (4) Lingkungan kelompok

b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.

c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.

4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.

Menurut Dalyono (2010:55-60) keberhasilan seseorang dalam belajar disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut terdiri dari:

1) Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri. Faktor internal meliputi: a) kesehatan, b) intelegensi dan bakat, c) minat, motivasi serta, d) cara belajar.

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri, meliputi: a) keluarga, b) sekolah, c) masyarakat dan d) lingkungan sekitar.

Berdasarkan pendapat-pendapat dari para ahli, prestasi belajar siswa secara umum dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang pertama berasal dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor yang kedua berasal dari luar diri siswa yang sedang melakukan kegiatan belajar.

Dalam dokumen SKRIPSI. Oleh: Yustina Uceng NIM: (Halaman 32-49)

Dokumen terkait