• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh: Yustina Uceng NIM:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Oleh: Yustina Uceng NIM:"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA,

LINGKUNGAN TEMAN SEBAYA, DAN PRESTASI BELAJAR

SISWA DENGAN MINAT SISWA MELANJUTKAN

PENDIDIKAN KE PERGURUAN TINGGI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh: Yustina Uceng NIM: 151334058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2019

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN Skripsi ini peneliti persembahkan kepada:

1. Tuhan yang maha Esa yang telah memberikan kesehatan, rahmat, berkat, suka cita, rezeki, semangat dan kesabaran dalam hidup saya. Tuhan Yesus penopang ku.

2. Kedua orang tua saya Bapak Klarensius Serian dan Ibu Kristina Kuen yang telah mendukung baik moral maupun material. Keempat Abang saya bang daeng, bang Ujang, bang Obeng, bang Inong dan kakak saya Anastasia, yang telah mendoakan, mendukung dan selalu memberikan semangat.

3. Pak Bambang selaku dosen pembimbing saya yang telah banyak membantu dan membimbing saya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Teman saya Sin Riski Putra yang selalu memberi semangat dan menemani saya mengerjakan skripsi.

5. Teman saya Silvina Weti (ind) yang selalu memberi semangat dan dukungan kepada saya dalam mengerjakan skripsi.

6. Group “uluhuluhtayang” vira, wahyu, riski, nugroho yang selalu memberi semangat dalam mengerjakan skripsi ku.

7. Group Skripsi “Hantam Jak” Adri, okta, felis, dan riski yang turut membantu dan menyemangati saya dalam proses mengerjakan skripsi.

8. Gang KK (Keluarga Kita) Kak dere, Lusi, Febrika, dek Maura, dek Sindi, dek ranti yang selalu menghibur saya dengan keanehan mereka.

9. Teman-teman Pendidikan Akuntansi 2015.

(5)

v

MOTTO

“ God doesn’t require us to succed, he only requires that

you try”

(Mother Teresa)

“Hanya berharap saja tidak akan mengubah apapun.

Buatlah keputusan untuk mengambil tindakan sekarang,

akan mengubah segalanya”

(Nick Vujicic)

(6)
(7)
(8)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, LINGKUNGAN TEMAN SEBAYA, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MINAT

SISWA MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE PERGURUAN TINGGI

Yustina Uceng Universitas Sanata Dharma

2019

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) hubungan status sosial ekonomi orang tua dengan minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi (2) hubungan lingkungan teman sebaya dengan minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi (3) hubungan prestasi belajar siswa dengan minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2019. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Ngaglik. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ngaglik. Sampel penelitian sebanyak 186 siswa diambil dengan teknik purposive sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan diuji dengan menggunakan korelasi spearman.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) tidak ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dengan nilai correlation coefficient = +0,103; nilai sig (2-tailed) = 0,163; 2) ada hubungan antara lingkungan teman sebaya dengan minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dengan nilai correlation coefficient = +0,313; nilai sig (2-tailed) = 0,000; 3) tidak ada hubungan prestasi belajar siswa dengan minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dengan nilai correlation coefficient = -0,015; nilai sig (2-tailed) = 0,843.

Kata kunci: status sosial ekonomi orang tua, lingkungan teman sebaya, prestasi belajar siswa, minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

(9)

ix ABSTRACT

RELATIONSHIP BETWEEN PARENTS’ SOCIAL ECONOMIC STATUS, PEER ENVIRONMENT, STUDENT LEARNING ACHIEVEMENTS AND

STUDENT INTEREST IN CONTINUING EDUCATION TO HIGHER EDUCATION

Yustina Uceng Sanata Dharma University

2019

This study aims to find out (1) the relationship between socio-economic status of parents and the interest of students in continuing their education to higher education (2) peer environment relations and the interest of students in continuing their education to higher education (3) the relationship between student achievement and interest in continuing education to higher education.

This type of research is a correlational study carried out in May-July 2019. The subjects of this research were the eleventh students of Ngaglik 1 Public Senior High School. The population of this study were all students of the eleventh grade SMA Negeri 1 Ngaglik. The research samples were 186 students taken by purposive sampling technique. The research data were collected by using a questionnaire and tested by using spearman correlation.

The results show that: 1) there is no relationship between the socio-economic status of parents and the interest of students in continuing their education to higher education with a correlation coefficient = +0.103; sig value (2-tailed) = 0.163; 2) there is a relationship between peer environment and the interest of students in continuing their education to higher with a correlation coefficient = +0.313; sig (2-tailed) = 0,000; 3) there is no relationship between students achievement and the interest of students in continuing their education to higher education with a correlation coefficient value = -0.015; sig value (2-tailed) = 0.843.

Keywords: parents ‘socio-economic status, peer environment, student learning

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan cinta kasih-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA,

LINGKUNGAN TEMAN SEBAYA, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MINAT SISWA MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE PERGURUAN TINGGI”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada penyususnan skripsis ini, Peneliti banyak mendapatkan bimbingan, bantuan maupun saran dari berbagai pihak sehingga peneliti selalu bersemangat dan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi, BKK Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberi bimbingan, masukan, kritik dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

(11)
(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 8 C. Batasan Masalah ... 9 D. Rumusan Masalah... 9 E. Tujuan Penelitian ... 10

(13)

xiii

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 13

A. Kajian Teoritik ... 13

B. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan ... 30

C. Kerangka Berfikir ... 32

D. Paradigma Penelitian ... 36

E. Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III METODE PENELITIAN... 38

A. Jenis Penelitian ... 38

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 38

D. Populasi Sampel Penelitian ... 39

E. Variabel Penelitian ... 40

F. Instrumen Penelitian... 40

G. Teknik Pengumpulan Data ... 45

H. Pengujian Instrumen... 46

I. Teknik Analisi Data ... 54

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 63

A. Deskripsi Data ... 63

B. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 68

C. Pengujian Hipotesis ... 69

(14)

xiv

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN... 82

A. KESIMPULAN ... 82

B. KETERBATASAN ... 83

C. SARAN ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Jumlah Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Ngaglik ... 39

Tabel 3.2 Pengukuran Skala Likert ... 41

Tabel 3.3 Kisi-kisi Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 42

Tabel 3.4 Kisi-kisi Variabel Lingkungan Teman Sebaya ... 43

Tabel 3.5 Kisi-kisi Minat Siswa Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi ... 44

Tabel 3.6 Hasil Pengujian validitas Item Variabel Lingkungan Teman Sebaya ... 48

Tabel 3.7 Hasil Pengujian Validitas Item Variabel Lingkungan Teman Sebaya (Kedua) ... 49

Tabel 3.8 Hasil Pengujian Validitas Minat Siswa Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi ... 50

Tabel 3.9 Hasil Pengujian Validitas Minat Siswa Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi (Kedua) ... 51

Tabel 3.10 Kriteria Penilai Realiabilitas ... 53

Tabel 3.11 Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Lingkungan Teman Sebaya ... 53

Tabel 3.12 Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Minat Siswa Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi ... 54

Tabel 3.13 Kecenderungan Berdasarkan PAP Tipe II ... 55

Tabel 3.14 Skor Interval Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 56

(16)

xvi

Tabel 3.16 Skor Interval Variabel Prestasi Belajar Siswa ... 58 Tabel 3.17 Skor Interval Variabel Minat Siswa Melanjutkan

Pendidikan Ke Perguruan Tinggi ... 59 Tabel 3.18 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi

Terhadap Koefisien Korelasi ... 61 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Kelas XI

SMA Negeri 1 Ngaglik ... 63 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Variabel Minat Siswa Melanjutkan

Pendidikan Ke Perguruan Tinggi ... 64 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Status

Sosial Ekonomi Orang Tua ... 65 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Variabel Lingkungan Teman Sebaya ... 66 Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Prestasi Belajar Siswa ... 67 Tabel 4.6 Hasil Pengujian Normalitas Instrumen Status

Sosial Ekonomi Orang Tua ... 68 Tabel 4.7 Hasil Pengujian Normalitas Instrumen

Lingkungan Teman Sebaya ... 69 Tabel 4.8 Hasil Pengujian Normalitas Instrumen

Prestasi Belajar Siswa ... 69 Tabel 4.9 Hasil Uji Korelasi Variabel Status Sosial Ekonomi

Orang Tua Dengan Minat Siswa Melanjutkan Pendidikan

Ke Perguruan Tinggi ... 70 Tabel 4.10 Hasil Uji Korelasi Variabel Lingkungan Teman Sebaya

(17)

xvii

Dengan Minat Siswa Melanjutkan Pendidikan

Ke Perguruan Tinggi ... 72 Tabel 4.11 Hasil Uji Korelasi Variabel Prestasi

Belajar Siswa Dengan Minat Siswa Melanjutkan

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian (Kuesioner dan lembar jawab) ... 89

Lampiran 2 Data Induk Penelitian ... 99

Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 140

Lampiran 4 Daftar r Tabel... 144

Lampiran 5 Uji Normalitas ... 147

Lampiran 6 Uji Korelasi Spearman... 149

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa dan sebagai ujung tombak dalam menentukan masa depan suatu bangsa itu sendiri, sehingga pendidikan harus secara terus menurus diperbaharui baik dalam segi kualitas maupun kuantitasnya. Melalui pendidikan yang berkualitas maka masyarakat berpartisipasi dalam melaksanakan perubahan dan pembangunan suatu bangsa. Pendidikan yang berkualitas dapat ditempuh dengan mengikuti suatu program yaitu wajib belajar yang sudah ditentukan oleh pemerintah.

Dalam sistem pendidikan nasional sesuai dengan undang-undang pendidikan, yang tercermin dalam Undang-Undang no. 20 tahun 2003 pasal 34 ayat 1 tentang wajib belajar “setiap warga negara yang berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti program wajib belajar”. Hal tersebut dimaksudkan untuk membekali dirinya dalam rangka mempersiapkan masa depannya. Pada proses ini seseorang akan berada pada suatu tingkatan yaitu jenjang pendidikan. Menurut Faud (2003:18) tingkatan atau jenjang pendidikan merupakan tahap pendidikan yang berkelanjutan. Tahapan ini ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran. Tingkat tertinggi dalam menempuh dunia pendidikan adalah perguruan tinggi.

(21)

Menurut Hadi (2008:133) pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah dan diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik maupun kemampuan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh, maka semakin banyak pula ilmu dan pengetahuan yang akan diperoleh. Hal tersebut guna meningkatkan kemampuan akademik dan kemempuan intelektual yang dimiliki. Bekal yang telah dimiliki ini nantinya akan digunakan ketika masuk kedalam dunia kerja. Hal ini juga menunjukan tingkat kualitas yang dimiliki seseorang setelah menempuh dunia pendidikan.

Pentingnya pendidikan akan sangat terasa ketika seseorang sudah bersaing dalam dunia kerja. Sebagai contoh ketika seseorang ingin memasukan lamaran pekerjaan. Orang yang berpendidikan tinggi secara umum akan memiliki nilai jual yang lebih baik, dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah. Perusahaan akan mempertimbangkan latar belakang pendidikan yang dimiliki seseorang untuk dapat diterima di perusahaannya atau tidak. Dalam hal ini terlihat bahwa melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang yang paling tinggi yaitu perguruan tinggi merupakan hal yang sangat penting.

Bagi siswa yang mengenyam pendidikan di sekolah menengah atas, sering kali dihadapkan oleh berbagai pilihan yaitu apakah akan melanjutkan

(22)

pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi atau mencari pekerjaan setelah mereka menyelesaikan pendidikan di SMA.

Pada hakikatnya, setiap siswa memiliki suatu kecenderungan atau minat untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Menurut Slameto (2015:180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Dalam hal ini siswa memilih perguruan tinggi sebagai tempat yang terakhir untuk meneruskan karirnya di dalam memperoleh pendidikan yang berarti bagi dirinya. Namun demikian tidak semua orang yang bisa melanjutkan studinya keperguruan tinggi seperti halnya keinginan dari setiap individu siswa itu sendiri. Mereka selalu mempertimbangkan faktor-faktor yang berada di belakang mereka. Misalnya seperti faktor status sosial ekonomi orang tua mereka, lingkungan teman sebaya mereka, dan prestasi belajar yang mereka peroleh di sekolah.

Status sosial ekonomi orang tua diduga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi minat siswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Menurut Santrock (2009:194) mengemukakan bahwa status sosial ekonomi adalah kategorisasi orang-orang menurut karakteristik ekonomi, pendidikan, dan pekerjaan mereka.

Pada dasarnya pendidikan adalah wajib bagi siapa saja, kapan saja, dan di mana saja, karena menjadi dewasa, cerdas, dan matang adalah hak asasi

(23)

manusia pada umumnya. Pendidikan memang harus berlangsung disetiap jenis, bentuk, dan tingkat lingkungan, mulai dari lingkungan individual, sosial keluarga, lingkungan masyarakat luas, dan berlangsung disepanjang waktu. Jadi, kegiatan pendidikan berlangsung dengan memadati setiap jengkal ruang lingkungan kehidupan. Dalam kaitannya dengan minat siswa melanjutkan studi kejenjang yang lebih tinggi, orang tua sangat berperan aktif untuk mendorong ketercapai cita-cita anak-anaknya.

Orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi akan lebih luas wawasannya terhadap pendidikan. Orang tua akan mengarahkan dan membimbing anaknya untuk terus menambah ilmu sehingga anak tersebut mempunyai minat untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Selain latar belakang pendidikan orang tua yang baik, adanya kehidupan perekonomian orang tua yang baik juga dapat mendorong minat siswa dalam melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Dengan adanya perekonomian yang baik orang tua dapat membiayai anaknya untuk mendapatkan pendidikan yang baik pula yaitu dengan pemenuhan kebutuhan seperti biaya kuliah, sarana dan prasarana yang di butuhkan oleh seorang anak untuk menunjang kegiatan belajarnya.

Sangat berbeda dengan orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan yang rendah cenderung sempit wawasannya terhadap pendidikan, lulus sekolah menengah sudah dirasa cukup. Begitu juga dalam perekonomian orang tua yang memiliki perekonomian yang rendah tentu akan sulit dalam hal pemenuhan biaya kuliah anak, meskipun mereka mempunyai keinginan agar

(24)

anaknya mencapai pendidikan yang tinggi, namun orang tua tidak cukup untuk membiayai anaknya melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Biaya pendidikan yang tinggi kadang menjadi suatu kendala bagi siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu. Banyak dari siswa tidak dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, karena keterbatasan biaya. Hal ini yang menjadikan siswa mempertimbangkan langkah yang terbaik bagi dirinya dan keluarganya. Tidak sedikit siswa memilih meninggalkan pendidikannya demi membantu perekonomian keluarganya dengan bekerja apa saja yang dapat siswa lakukan.

Realita kehidupan sekarang ini, siswa yang memiliki orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi, belum menjadi jaminan bahwa siswa tersebut memiliki minat untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, meskipun banyak juga minat siswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dari keluarga yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi pula. Siswa cenderung melihat kondisi di sekitarnya bahwa tanpa kuliahpun akan menjadi orang sukses. Hal ini sangatlah tidak bisa dibenarkan di dalam dunia pendidikan, karena setiap warga Indonesia dituntut untuk memiliki keilmuan yang baik agar bisa membawa bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat ke depanya. Kebutuhan akan pendidikan sangatlah penting, dan harus dimiliki oleh setiap insan, walaupun juga tidak dapat disalahkan jika mereka memutuskan sekolah untuk bekerja membantu perekonomian orang tua. Lain halnya dengan siswa yang memiliki latar belakang pendidikan orang tua yang rendah, terkadang siswa ini memiliki semangat yang sangat luar biasa untuk

(25)

tetap bisa sekolah, karena mereka tahu arti penting sebuah pendidikan yang akan ditempuhnya ke depan bahwa pendidikanlah yang akan mengangkat derajat dari siswa tersebut.

Masa remaja merupakan masa yang sangat penting dalam proses perkembangan siswa oleh karena itu, perkembangan pada masa remaja sudah seharusnya mendapatkan perhatian dari berbagai pihak, terutama dari lingkungan terdekatnya seperti kelurga, sekolah dan masyarakat. Pengaruh lingkungan teman sebaya dalam pengembangan dan pembentukan identitas diri seorang siswa tidak bisa dianggap tidak penting karena dengan teman sebayalah biasanya remaja banyak menghabiskan waktunya untuk saling bertukar informasi tentang dunia luarnya. Hal ini akan berpengaruh pada pemikiran remaja dalam mengembangkan siapa dirinya dan apa yang harus dia lakukan untuk menjadi seseorang.

Lingkungan teman sebaya menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruh minat siswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Menurut Santosa (2006:77) mengatakan dalam kelompok teman sebaya, individu akan merasakan adanya sebuah persamaan yang baik dalam usia, status sosial, kebutuhan, maupun tujuan untuk memperkuat kelompok itu, sehingga individu di dalam kelompok tersebut akan merasa menemukan dirinya dan akan mengembangkan rasa sosialnya seiring dengan perkembangan kepribadiannya terhadap kehidupan pada masa-masa remaja.

Pada masa remaja hubungan dengan teman sebaya meningkat secara drastis. Hubungan antara teman sebaya ini perlahan-pelahan akan membentuk

(26)

diri atau karakter dari individu itu sendiri. Teman sebaya juga dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang lengkap untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari teman sebaya.

Salah satu contoh dari lingkungan teman sebaya yang dapat mempengaruhi diri siswa yaitu ketika sedang berada di sekolah dan jam pelajaran sedang berlangsung, seorang teman mengajak teman yang lainnya untuk bolos, karena dengan kedekatan suatu hubungan antara teman sebaya dapat mengarahkan siswa untuk mengiyakan ajakan dari temannya. Begitu juga mengenai permasalahan tentang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, jika siswa berada dalam lingkungan yang saling mendukung dan menggerti arti penting suatu pendidikan maka siswa juga akan terpanggil untuk mau melanjutkan pendidikan seperti teman-teman nya tetapi jika siswa berada di lingkungan teman sebaya yang acuh dan menganggap pendidikan itu tidak penting akan ada juga kemungkinan siswa bersikap yang sama.

Berdasarkan contoh di atas dapat disimpulkan bahwa teman sebaya memiliki peran yang sangat besar dalam penentuan masa depan seorang siswa, khususnya yang berkaitan dengan minat untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Selain dari status sosial ekonomi orang tua dan lingkungan teman sebaya faktor lain yang mempengaruhi suatu minat siswa dalam melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi adalah prestasi belajar dari siswa itu sendiri.

(27)

Menurut Darmadi (2017:299) prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya pada seorang anak dalam pendidikan baik yang dikerjakan atau bidang keilmuan. Prestasi belajar dari siswa adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa yang didapat dari proses pembelajaran.

Prestasi belajar yang kurang optimal seringkali menjadi suatu permasalahan yang dihadapi siswa dalam mengambil suatu keputusan, tentunya juga dalam hal melanjutkan pendidikan. Siswa yang cenderung mendapatkan prestasi yang kurang optimal akan memiliki suatu keraguan dalam dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena sering kali siswa terbebankan oleh syarat-syarat yang ditentukan oleh suatu universitas dalam menerima mahasiswa baru misalnya rata-rata rapor.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua, Lingkungan Teman Sebaya, dan Prestasi Belajar Siswa Dengan Minat Siswa Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Ngaglik”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pola pikir masyarakat yang rendah akan pentingnya pendidikan 2. Status sosial ekonomi orang tua terhadap minat pendidikan 3. Pengaruh lingkungan teman sebaya terhadap pendidikan 4. Tuntutan dunia kerja terhadap pendidikan

(28)

5. Memperbaiki ekonomi keluarga melalui pendidikan

6. Prestasi siswa di sekolah mempengaruhi semangat siswa melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang di atas, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Meneliti hubungan status sosial ekonomi orang tua, dengan minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

2. Meneliti hubungan lingkungan teman sebaya, dengan minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

3. Meneliti hubungan prestasi belajar siswa, dengan minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian seabagai berikut:

1. Adakah hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ngaglik.

2. Adakah hubungan antara lingkungan teman sebaya dengan minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ngaglik.

(29)

3. Adakah hubungan antara prestasi belajar siswa dengan minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ngaglik.

E. Tujuan Penelitian

Dengan melihat rumusan masalah di atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan tujuan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ngaglik.

2. Mendeskripsikan hubungan antara lingkungan teman sebaya dengan minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ngaglik.

3. Mendeskripsikan hubungan antara prestasi belajar siswa dengan minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ngaglik.

F. Manfaat Peneletian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai minat siswa melanjutkan studi keperguruan tinggi ditinjau dari status sosial ekonomi keluarga, lingkungan teman sebaya

(30)

dan prestasi belajar siswa disekolah serta dapat menambah pemahaman dan wawasan mengenai aspek kehidupan manusia dalam dunia pendidikan. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

1) Sebagai gambaran dalam menentukan pilihan terhadap kelanjutan pendidikannya setamat atau selulus dari pendidikan sekolahnya menengah atas.

2) Memberikan petunjuk dan sumber informasi tentang perkembangan pendidikan di perguruan tinggi.

3) Memberikan petunjuk dan sumber informasi tentang perkembangan pendidikan di perguruan tinggi.

4) Menambah wawasan dan adanya harapan serta cita-cita dalam pencapaian tujuan kegiatan yang diinginkan.

b. Bagi sekolah

1) Sebagai barang pertimbangan untuk mengarahkan siswanya terutama kelas XI SMA Negeri 1 Ngaglik dalam memilih perguruan tinggi. 2) Sebagai masukan yang bersangkutan dengan usaha sekolah untuk

meningkatkan mutu pendidikan. c. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini, peneliti dapat menambah wawasan dan dapat mengetahui secara mendalam latar belakang minat siswa melanjutkan studi ke perguruan tinggi ditinjau dari dari status sosial ekonomi orang tua, lingkungan teman sebaya dan prestasi belajar siswa.

(31)

d. Bagi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Hasil penelitian ini berguna bagi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sebagai bahan referensi untuk pengembangan dalam penelitian selanjutnya.

(32)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Teoritik

1. Minat Siswa Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi a. Pengertian Minat

Menurut Djamarah (2011:166) minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.

Menurut Slameto (2015:180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.

Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.

(33)

Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tertentu.

Menurut Djaali (2007:122) minat adalah perasaan ingin tahu, mempelajari, mengagumi atau memiliki sesuatu. Disamping itu, minat merupakan bagian dari ranah afeksi, mulai dari kesadaran sampai pada pilihan nilai.

Menurut Sardiman (dalam Susanto, 2013:57) minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan sendiri. Oleh karena itu, apa saja yang dilihat seseorang barang tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukan bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang terhadap sesuatu objek, biasanya disertai dengan perasaan senang, karena itu merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu.

Berdasarkan pendapat-pendapat dari para ahli, minat disimpulkan sebagai kecenderungan dari dalam diri seseorang tanpa ada yang menyuruh terhadap suatu hal atau aktivitas yang di senangi yang ditandai dengan adanya keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan.

(34)

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Siswa Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi merupakan lanjutan setelah menyelesaikan pendidikan di sekolah menengah atas. Artinya melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi merupakan melanjutkan pendidikan dari sekolah menegah atas ke pendidikan tinggi. Aktivitas yang dilakukan di perguruan tinggi adalah belajar yaitu untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Dalam hal ini berarti memiliki kegiatan yang sama yaitu aktivitas belajar, maka faktor-faktor yang mempengaruhi minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dalam penelitian ini disamakan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.

Menurut Slameto (2015:54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut:

1) Faktor-faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, faktor intern terbagi dalam tiga aspek yaitu:

a) Faktor Jasmaniah, terdiri dari; kesehatan dan cacat tubuh.

b) Faktor Psikologis, terdiri dari; inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

c) Faktor kelelahan, terdiri dari; kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

(35)

2) Faktor-faktor ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu yang meliputi: a) Faktor keluarga, terdiri dari; cara orang tua mendidik anak, relasi

antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang budaya.

b) Faktor sekolah, terdiri dari; metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

c) Faktor masyarakat, terdiri dari; kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. c. Dimensi Minat Siswa melanjutkan Pendidikan ke perguruan Tinggi

Menurut Syah (2009:175) minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi adalah kecenderungan yang mengarahkan siswa untuk memilih perguruan tinggi sebagai kelanjutan setelah lulus sekolah menengah atas yang ditandai dengan adanya perhatian terhadap perguruan tinggi, keinginan dan dorongan untuk dapat masuk ke perguruan tinggi termasuk dalam kebutuhan. Berikut ini adalah dimensi minat melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi menurut Syah (2009:175):

(36)

1) Perhatian

Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Dengan adanya kesadaran akan karier yang akan dicapai, tentu seorang siswa akan melakukan aktivitas belajar dengan pebuh perhatian dalam pembelajaran disertai rasa senang terhadap aktivitas tersebut untuk mencapai karier yang akan di capainya melalui pendidikan yang lebih tinggi.

2) Keinginan

Siswa yang telah lulus dari pendidikan menengah memiliki dua keinginan yaitu langsung bekerja atau melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi dengan tujuan untuk mengapai cita-citanya ataupun untuk hidup lebih baik contohnya; siswa yang ingin menjadi seorang guru perlu belajar lebih dalam mengenai pendidikan guru di perguruan tinggi, dengan masuk ke perguruang tinggi maka akan mendapatkan keinginan tersebut.

3) Kebutuhan

Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan yang telah menjadi kebutuhan. Seseorang yang telah lulus sekolah dasar menempuh pendidikan yang lebih tinggi untuk masa depan dengan tujuan agar dalam dunia pendidikan tinggi mampu

(37)

memperoleh kesempatan peluang kerja yang lebih luas, dapat memperdalam ilmu pengetahuan yang tidak di dapat di tempat lain, mampu mengoptimalkan bakat dan kemampuan diri, dan meningkatkan taraf hidup.

2. Status Sosial Ekonomi Orang tua a. Pengertian Status Sosial Ekonomi

Menurut Suyanto (2006:156) kedudukan (status) adalah sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan orang lain dalam kelompok tersebut, atau tempat suatu kelompok yang lebih besar lagi. Kedudukan sosial atau sosial status adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestasinya, hak-hak dan kewajiban-kewajibanya.

Menurut Santrock (2009:194) mengemukakan bahwa status sosial ekonomi adalah kategorisasi orang-orang menurut karakteristik ekonomi, pendidikan, dan pekerjaan mereka. Menurut Sugihartono (2007:30) mengatakan bahwa status sosial ekonomi orang tua meliputi tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan orang tua.

Berdasarkan pendapat-pendapat dari para ahli, status sosial ekonomi adalah status yang dimiliki oleh seseorang dalam lingkungan masyarakat berdasarkan kriteria ekonomi, pendidikan, pekerjaan, serta kekuasaan ataupun jabatan sosial yang dimiliki seseorang di dalam lingkungan masyarakat.

(38)

b. Dimensi Status Sosial Ekonomi Orang tua

Menurut Sukanto (2013:208) mengemukakan bahwa, hal-hal yang dapat mempengaruhi status sosial ekonomi adalah sebagai berikut:

1) Ukuran kekayaan

Barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut, misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-caranya mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya. Kebiasaan untuk belanja barang-barang mahal dan seterusnya.

2) Ukuran kekuasaan

Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar menempati lapisan atasan.

3) Ukuran kehormatan

Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas.

4) Ukuran ilmu pengetahuan

Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan.

Menurut Sugihartono, dkk (2007:30) bahwa status sosial ekonomi orang tua meliputi:

1) Tingkat Pendidikan Orang Tua

Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 17 tentang Sistem Pendidikan Nasional jenjang pendidikan sekolah terdiri dari

(39)

pendidikan dasar, pendidikan menegah dan pendidikan tinggi. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tingkat pendidikan Orang Tua adalah tingkat pendidikan menurut jenjang pendidikan yang telah ditempuh melalui pendidikan formal di sekolah berjenjang dari tingkat yang paling rendah sampai tingkat yang paling tinggi yaitu dari SD, SMP, SMA sampai perguruan Tinggi.

2) Tingkat Pekerjaan Orang tua 3) Tingkat Pendapatan Orang Tua

Berdasarkan pendapat-pendapat dari para ahli di atas, dimensi status sosial ekonomi orang tua adalah ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan, ukuran kehormatan, ukuran ilmu pengetahuan dan tingkat pendapatan orang tua.

3. Lingkungan Teman Sebaya

a. Pengertian Lingkungan Teman Sebaya

Menurut Djamarah (2011 : 176) lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkungan anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem. Saling ketergantungan antara lingkungan biotik dan abiotik tidak dapat dihindari. Itulah hukum alam yang harus dihadapi oleh anak didik sebagai makhluk hidup yang tergolong kelompok biotik.

Semakin bertambah usia, seorang anak akan memperluas hubungan sosialnya dan mulai keluar dari lingkungan keluarga. Lingkungan sosial pertama di mana siswa belajar untuk hidup bersama orang lain yang

(40)

bukan anggota keluarganya adalah lingkungan teman sebaya. Santrock (2009:109) berpendapat bahwa teman sebaya adalah anak-anak dengan usia atau tingkat kedewasaan yang kurang lebih sama. Interaksi teman sebaya yang memiliki usia yang sama memainkan peran khusus dalam perkembangan sosio-emosional anak-anak.

Menurut Sulo (2008:181) teman sebaya adalah suatu kelompok yang terdiri dari orang-orang yang bersamaan usianya, antara lain: kelompok bermain pada masa kanak-kanak, kelompok monoseksual yang hanya beranggotakan anak-anak sejenis kelamin, atau gang yaitu kelompok anak-anak nakal. Santosa (2006:77) mengatakan dalam kelompok teman sebaya, individu akan merasakan adanya sebuah persamaan yang baik dalam usia, status sosial, kebutuhan, maupun tujuan untuk memperkuat kelompok itu, sehingga individu di dalam kelompok tersebut akan merasa menemukan dirinya dan akan mengembangkan rasa sosialnya seiring dengan perkembangan kepribadiannya. Izzaty, dkk (2008: 114) mengemukakan teman sebaya adalah teman sekolah atau teman di luar sekolah yang mempengaruhi pertumbuhan, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku.

Berdasarkan pendapat-pendapat dari para ahli, lingkungan teman sebaya adalah individu atau sekelompok individu dengan usia yang sama, status sosial, kebutuhan, dan minat. Interaksi yang terjadi di dalam teman sebaya menyebabkan keterlibatan individu secara aktif sehingga dapat terjadi dorongan dan dukungan yang dapat mempengaruhi seseorang

(41)

untuk melakukan sesuatu, dalam hal ini dapat mempengaruhi kegiatan belajar dan pencapain prestasi belajar.

b. Jenis-jenis Teman Sebaya

Santrock (2009:112) menyatakan bahwa para ahli menemukan lima jenis status teman sebaya. Lima jenis status teman sebaya yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

1) Anak populer, sering dianggap sebagai teman baik dan jarang tidak disukai oleh teman sebaya mereka.

2) Anak biasa, anak yang tidak sering disukai juga anak yang tidak sering tidak disukai.

3) Anak-anak yang terabaikan, jarang dianggap sebagai teman baik, tetapi tidak berarti tidak disuaki oleh teman sebaya mereka.

4) Anak-anak yang ditolak, jarang dianggap sebagai teman baik seseorang dan sering kali tidak disuaki oleh teman sebaya mereka. 5) Anak-anak yang kontroversial, sering dianggap baik sebagai teman

baik seseorang dan bisa pula sebagai anak yang tidak disukai. c. Fungsi Teman Sebaya

Lingkungan teman sebaya sebagai faktor eksternal bagi siswa memiliki fungsinya dalam membentuk minat siswa itu sendiri. Menurut Sulo (2008:181) menjabarkan ada beberapa fungsi atau manfaat dari teman sebaya, yaitu:

1) Mengajar berhubungan dan menyesuaikan diri dengan orang lain. 2) Memperkenalkan kehidupan masyarakat yang lebih luas.

(42)

3) Menguatkan sebagaian dari nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan masyarakat orang dewasa.

4) Memberikan kepada anggota-anggotanya cara-cara untuk membebaskan diri dari pengaruh kekuasaan otoritas.

5) Memberikan pengalaman untuk mengadakan hubungan yang didasarkan pada prinsip persamaan hak.

6) Memberikan pengetahuan yang tidak bisa diberikan oleh keluarga secara memuaskan (pengetahuan mengenai cita rasa berpakaian, musik, jenis tingkah laku, dan lain-lain).

7) Memperluas cakrawala pengalaman anak, sehingga ia menjadi orang yang lebih kompleks.

Menurut Santrock (2009:113) fungsi teman sebaya adalah sebagai berikut:

1) Pertemanan

Persahabatan memberikan anak seorang teman akrab, sesorang yang bersedia untuk menghabiskan waktu dengan mereka dan bergabung dalam aktivitas kolaboratif.

2) Dukungan fisik

Persahabatan memberikan sumber dan bantuan kapan pun dibutuhkan. 3) Dukungan ego

Persahabatan membantu anak merasa bahwa mereka adalah individu-individu yang berkompeten dan berharga.

(43)

4) Keintiman/kasih sayang

Persahabatan memberikan anak suatu hubungan yang hangat, penuh kepercayaan, dan dekat dengan orang lain. Dalam hubungan ini, anak merasa nyaman terbuka untuk berbagi informasi pribadi.

Berdasarkan pendapat-pendapat dari para ahli, lingkungan teman sebaya mempunyai fungsi-fungsi sebagai tempat belajar begaul dan menyesuaikan diri dengan orang lain, memberikan pengetahuan dan memberikan dukungan yang tidak didapatkan dalam keluarga. Lingkungan teman sebaya dalam penelitian ini adalah lingkungan tempat tinggal dan tempat belajar sebagai saling mengadakan interaksi yang di dalamnya terdapat dorongan dan dukungan yang mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang.

d. Dimensi Lingkungan Teman Sebaya

Dimensi lingkungan teman sebaya dalam penelitian ini dapat disimpulkan dari pendapat-pendapat para ahli mengenai fungsi teman sebaya dengan penjelasan sebagai berikut:

1) Interaksi dengan teman sebaya

Di dalam teman sebaya ini terjadi interaksi aktif yang melibatkan semua siswa yang menjadi anggotanya. Interaksi-interaksi yang terjadi ini dapat mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar.

(44)

2) Memberikan dukungan

Dukungan dari teman sebaya dapat membantu siswa dalam proses belajar, karena pemberian dukungan dari teman sebaya ini dapat menimbulkan semangat dalam belajar.

3) Teman dalam belajar

Teman sebaya sebagai teman dalam belajar dapat membantu siswa ketika mengalami kesulitan dalam belajar. Teman sebaya akan membantu siswa memahami materi pelajaran yang dianggap sulit dan menyelesaikan tugas-tugas.

4) Berbagi dan bertukar pikiran

Teman sebaya yang baik akan mampu menciptakan diskusi atas materi pelajaran yang sedang dipelajari, sehingga dalam teman sebaya dapat terjadi tukar pikiran maupun tukar informasi dalam memecahkan masalah belajar.

5) Persaingan nilai

Teman sebaya yang mendapat nilai yang bagus dalam ulangan atau tugas akan mendorong teman sebaya yang lain untuk mencapai prestasi belajar yang baik.

Dari penjelasan tersebut, interaksi dengan teman sebaya, memberi dukungan, teman dalam belajar, berbagi dan bertukar pikiran, serta persaingan nilai dapat digunakan sebagai dimensi lingkungan teman sebaya dalam proses belajar.

(45)

4. Prestasi Belajar Siswa a. Pengertian Belajar

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Slameto (2010:2) belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Hamalik (2007:106) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses dan bukan hasil yang hendak dicapai semata. Proses itu sendiri berlangsung melalui serangkain pengalaman, sehingga terjadi modifikasi pada tingkah laku yang telah dimilikinya sebelumnya. Sukmadinata (2009:155) mengatakan bahwa hal lain yang juga selalu terkait dalam belajar adalah pengalaman, pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkunganya.

Berdasarkan pendapat-pendapat dari para ahli, belajar adalah suatu proses tingkah laku seseorang yang di peroleh dari pengalaman-pengalaman dan interaksi dengan orang lain atau lingkungan sekitarnya. b. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar sering diartikan sebagai hasil yang telah dicapai dari sesuatu kegiatan atau aktivitas yang telah dikerjakan oleh siswa

(46)

dalam jangka waktu tertentu. Menurut Walisman (dalam Susanto, 2013:12) hasil belajar yang dicapai peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang memengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal.

Menurut Darmadi (2017:299) prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya pada seorang anak dalam pendidikan baik yang dikerjakan atau bidang keilmuan. Prestasi belajar dari siswa adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa yang didapat dari proses pembelajaran. c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat digolongkan menjadi dua yaitu Slameto (2010:54):

1) Faktor-faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, faktor intern terbagi dalam tiga aspek yaitu:

a) Faktor Jasmaniah, terdiri dari; kesehatan dan cacat tubuh.

b) Faktor Psikologis, terdiri dari; inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

c) Faktor kelelahan, terdiri dari; kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

2) Faktor-faktor ekstern

(47)

a) Faktor keluarga, terdiri dari; cara orang tua mendidik anak, relasi antaranggota keluarg, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang budaya.

b) Faktor sekolah, terdiri dari; metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

c) Faktor masyarakat, terdiri dari; kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

Menurut Ahmadi (2014:138) pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar sebaik-baiknya. Yang tergolong faktor internal adalah:

1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang besifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk dalam faktor ini misalnya pengelihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri dari:

a) Faktor intelektif yang meliputi:

(1) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat

(48)

b) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuain diri.

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis. Yang tergolong faktor eksternal, ialah:

a) Faktor sosial yang terdiri atas: (1) Lingkungan keluarga (2) Lingkungan sekolah (3) Lingkungan masyarakat (4) Lingkungan kelompok

b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.

c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.

4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.

Menurut Dalyono (2010:55-60) keberhasilan seseorang dalam belajar disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut terdiri dari:

1) Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri. Faktor internal meliputi: a) kesehatan, b) intelegensi dan bakat, c) minat, motivasi serta, d) cara belajar.

(49)

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri, meliputi: a) keluarga, b) sekolah, c) masyarakat dan d) lingkungan sekitar.

Berdasarkan pendapat-pendapat dari para ahli, prestasi belajar siswa secara umum dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang pertama berasal dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor yang kedua berasal dari luar diri siswa yang sedang melakukan kegiatan belajar.

B. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Dika Arya Sanjaya Bonaventura (2012) yang berjudul “Hubungan antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua, Motivasi Belajar, Lingkungan Sekolah dengan Minat Siswa Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi”. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa tidak ada hubungan positif variabel tingkat pendidikan orang tua dengan minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dengan perhitungan nilai Spearman’s Rho = +0,035 dan nilai sig (I-tailed) adalah sebesar 0,408 > 0,05. Tidak ada hubungan positif variabel jenis pekerjaan orang tua dengan minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dengan perhitungan nilai Spearman’s Rho = + 0,014 dan nilai sig (I-tailed) adalah sebesar 0,464 > 0,05. Tidak ada hubungaan positif variabel tingkat pendapatan orang tua dengan minat siswa menjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dengan perhitungan nilai Spearman’s Rho = + 0,197 dan nilai sig (I-tailed) adalah sebesar 0,092 > 0,05. Tidak ada hubungan positif variabel motivasi belajar dengan minat siswa melanjutkan pendidikan ke

(50)

perguruan tinggi dengan perhitungan nilai Spearman’s Rho = +0,164 dan nilai sig (I-tailed) adalah sebesar 0,135 > 0,05. Ada hubungan positif variabel lingkungan sekolah dengan minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dengan perhitungan nilai Spearman’s Rho = +0,406 dan nilai sig (I-tailed) adalah sebesar 0,002 < 0,05.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Pypiet Noor Hasanah (2013) yang berjudul “Pengaruh Motivasi Belajar, Fasilitas Belajar, dan Teman Sebaya Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi (Akuntansi) Siswa Kelas XII IPS di SMA Negeri 1 Wonosari Tahun Ajaran 2016/2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat pengaruh positif Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Ekonomi (Akuntansi) dengan rx1y= 0,441, r2 x1y= 0,195, thitung= 4,638 lebih besar dari ttabel= 1,986 pada taraf signifikansi 5%, (2) Terdapat pengaruh positif Fasilitas Belajar terhadap Prestasi Belajar Ekonomi (Akuntansi) dengan rx2y= 0,328, r2 x2y= 0,107, thitung= 3,273 lebih besar dari ttabel= 1,986 pada taraf signifikansi 5%, (3) Terdapat pengaruh positif Teman Sebaya terhadap Prestasi Belajar Ekonomi (Akuntansi) dengan rx3y= 0,348,r2 x3y= 0,121, thitung= 3,507 lebih besar dari ttabel= 1,986 pada taraf signifikansi 5%, (4) Terdapat pengaruh positif Motivasi Belajar, Fasilitas Belajar, dan Teman Sebaya secara bersama-sama terhadap Prestasi Belajar Ekonomi (Akuntansi) siswa kelas XII IPS di SMA Negeri 1 Wonosari tahun ajaran 2016/2017 dengan RY(1,2,3)= 0,514, R2 Y(1,2,3) = 0,264, Fhitung= 10,386 lebih besar dari Ftabel= 2,709 pada taraf signifikansi 5%. Sumbangan relatif Motivasi Belajar sebesar 43,35%,

(51)

Fasilitas Belajar sebesar 30,26%, dan Teman Sebaya sebesar 26,39%. Sumbangan efektif Motivasi Belajar, Fasilitas Belajar, dan Teman Sebaya secara bersama-sama terhadap Prestasi Belajar Ekonomi (Akuntansi) adalah sebesar 26,4%.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Fransisca Emi Wulandari yang berjudul “Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua dan Prestasi Akademik dengan Motivasi Mahasiswa dalam Mengerjakan Skripsi”. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa, tidak ada hubungan kondisi sosial ekonomi orang tua dengan motivasi mahasiswa dalam mengerjakan skripsi, dengan perhitungan yang menunjukkan pada tingkat pendidikan ayah nilai 2hitung

=1,6578 < 2tabel = 5,99; pada tingkat pendidikan ibu menunjukkan 2hitung =

1,7871< 2tabel = 5,99; pada jenis pendidikan ayah menunjukkan 2hitung =

0,0306 < 2tabel = 5,99; pada jenis pekerjaan ibu menunjukkan 2hitung =

3,4106 < 2

tabel = 5,99; pada tingkat pendapatan ayah menunjukkan 2hitung =

2,5907 < 2tabel = 5,99; pada tingkat pendapatan ibu menunjukkan 2hitung =

5,4089 < 2tabel = 9,49. Tidak ada hubungan pretasi akademik dengan

motivasi siswa dalam mengerjakan skripsi dengan perhitungan yang menunjukkan nilai 2hitung = 3,5269 < 2tabel = 5,99.

C. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Minat Siswa Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi

Status sosial ekonomi adalah status yang dimiliki oleh seseorang dalam lingkungan masyarakat berdasarkan kriteria ekonomi, pendidikan,

(52)

pekerjaan, serta kekuasaan ataupun jabatan sosial yang dimiliki sesorang di dalam lingkungan masyarakat.

Minat merupakan kecenderungan dari dalam diri seseorang tanpa ada yang menyuruh terhadap suatu hal atau aktivitas yang disenangi yang ditandai dengan adanya keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan.

Pemahaman masyarakat yang kurang baik mengenai suatu pendidikan yaitu, menganggap bahwa yang terpenting dalam hidup adalah pemenuhan kebutuhan hidup dengan bekerja dan mendapatkan uang kemudian urusan sekolah di nomor dua kan karena mereka beranggapan kenapa harus sekolah tinggi-tinggi jika dengan tamat SMA saja sudah bisa bekerja dan menghasilkan uang. Hal ini menjadi alasan seorang anak untuk lebih memilih bekerja dari pada sekolah. Pada dasarnya pendidikan dan kehidupan perekonomian sangatlah erat hubungannya dimana dengan mendapat pendidikan yang tinggi siswa mendapat kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang layak dengan begitu siswa tersebut dapat memperbaiki perekonomian keluarganya.

Dari ulasan di atas dapat dikaitkan bahawa tingkat pendidikan dan perekonomian orang tua dapat menjadi salah satu faktor yang berguna untuk memprediksi minat seorang anak untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Semakin tinggi pengalaman pendidikan, ilmu pengetahuan dan informasi tentang pendidikan yang dimilik oleh orang tua maka semakin mudah dan terbuka wawasannya dalam memberi motivasi, membimbing

(53)

dan mengarahkan anaknya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Adanya perekonomian yang cukup, lingkungan materiil yang melimpah dalam keluarga dapat memberikan kesempatan yang lebih banyak bagi seorang anak untuk bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

2. Hubungan Linkungan Teman Sebaya dengan Minat Siswa Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi

Santosa (2006:77) mengatakan dalam kelompok teman sebaya, individu akan merasakan adanya sebuah persamaan yang baik dalam usia, status sosial, kebutuhan, maupun tujuan untuk memperkuat kelompok itu, sehingga individu di dalam kelompok tersebut akan merasa menemukan dirinya dan akan mengembangkan rasa sosialnya seiring dengan perkembangan kepribadiannya.

Minat merupakan kecenderungan dari dalam diri seseorang tanpa ada yang menyuruh terhadap suatu hal atau aktivitas yang disenangi yang ditandai dengan adanya keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan.

Kehidupan seorang manusia tentunya tidak bisa dilepaskan dari suatu lingkungan karena melalui suatu lingkungan diri seseorang akan dibentuk, begitu juga halnya dengan seorang anak lingkungan teman sebaya yang baik, di sekolah maupun diluar sekolah, akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan sikap dan perilaku kehidupan anak dalam menghadapi masalah-masalah yang ia hadapi dan karier dimasa yang akan datang, salah satunya untuk melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi. Jika dalam

(54)

lingkungannya seorang siswa bergaul dengan teman sebaya yang memiliki sikap tidak peduli dengan karier atau pendidikan yang tinggi maka seorang siswa juga memiliki minat yang rendah terhadap karier atau melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi begitu juga sebaliknya jika seorang siswa dalam pergaulanya bergaul dengan teman sebaya yang sangat peduli akan suatu karier atau pendidikan maka siswa juga dapat ikut merasakan bahkan mempunyai minat seperti teman-temannya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahawa lingkungan teman sebaya sangat mempengaruhi minat siswa dalam melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi jadi, menjaga hubungan dan relasi yang baik diantara teman sebaya sangat dibutuhkan untuk menciptakan minat tersebut.

3. Hubungan Prestasi Belajar Siswa dengan Minat Siswa Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi

Menurut Darmadi (2017:299) prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya pada seorang anak dalam pendidikan baik yang dikerjakan atau bidang keilmuan. Prestasi belajar dari siswa adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa yang didapat dari proses pembelajaran.

Minat merupakan kecenderungan dari dalam diri seseorang tanpa ada yang menyuruh terhadap suatu hal atau aktivitas yang disenangi yang ditandai dengan adanya keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan.

Dengan prestasi akademik yang tinggi akan tumbuh rasa kepercayaan diri, harapan, maupun cita-cita. Hal ini dianggap seseorang yang mempunyai prestasi akademik tinggi, maka harapan dan cita-citanya juga

(55)

tinggi. Begitu juga dengan minat yang ada dalam diri seorang siswa, saat seorang siswa mendapatkan prestasi yang baik di sekolah besar kemungkinan siswa tesebut merasakan atau memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

D. Paradigma Penelitian

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian

Keterangan:

X1 = Status Sosial Ekonomi Orang Tua

X2 = Lingkungan Teman Sebaya

X3 = Prestasi Belajar Siswa

Y = Minat Siswa Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Hipotesis 1

Ho1 : Tidak ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

X1

X2

X3

(56)

Ha1 : Ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

2. Hipotesis 2

Ho2 : Tidak ada hubungan antara lingkungan teman sebaya dengan minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Ha2 : Ada hubungan antara lingkungan teman sebaya dengan minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

3. Hipotesis 3

Ho3 : Tidak ada hubungan antara prestasi belajar siswa dengan minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Ha3 : Ada hubungan antara prestasi belajar siswa dengan minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

(57)

38 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Arikunto (2013:4) penelitian korelasi adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 1 Ngaglik 2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Mei 2019 C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Kurniawan (2014:69) subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda atau lembaga (organisasi), yang sifat keadaannya (atributnya) akan diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas XI SMA Negeri 1 Ngaglik.

2. Objek Penelitian

Kurniawan (2014:69) objek penelitian adalah sifat keadaan (attributes) dari sesuatu benda, orang, atau keadaan, yang menjadi pusat perhatian atau sasaran penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi objek

(58)

penelitian adalah status sosial ekonomi orang tua, lingkungan teman sebaya dan prestasi belajar siswa yang berhubungan dengan minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

D. Populasi Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Arikunto (2013:173) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ngaglik dengan jumlah. Berikut ini data jumlah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ngaglik:

Tabel 3.1

Daftar Jumlah Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Ngaglik No. Kelas Jumlah siswa

1 XI IPA 1 31 2 XI IPA 2 31 3 XI IPA 3 31 4 XI IPS 1 30 5 XI IPS 2 31 6 XI IPS 3 32 Jumlah 186

Sumber: SMA Negeri 1 Ngaglik

2. Sampel Penelitian

Menurut Margono (2010:121) sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan menggunakan cara tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ngaglik yang berjumlah 186 siswa. Teknik penarikan sampel

(59)

dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mempertimbangkan atau kriteria tertentu. Pada penelitian ini kriteria yang dikehendaki oleh peneliti adalah siswa-siswi kelas XI IPA dan XI IPS SMA Negeri 1 Ngaglik dimana siswa kelas XI masuk dalam kriteria penelitian karena siswanya sudah paham atau sudah mengetahui gambaran secara umum mengenai perguruan tinggi.

E. Variabel Penelitian 1. Variabel Terikat

Menurut Sugiyono (2017:61) variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah minat siswa melanjutkan pendidikkan ke perguruan tinggi.

2. Variabel Bebas

Menurut Sugiyono (2017:61) variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan/timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah status sosial ekonomi orang tua, lingkungan teman sebaya dan prestasi belajar siswa.

F. Instrumen Penelitian 1. Pengukuran

Dalam penelitian ini pengukuran masing-masing variabel yaitu variabel status sosial ekonomi orang tua, lingkungan teman sebaya, prestasi belajar siswa, dan minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi diukur dengan skala likert. Skala likert merupakan skala yang dapat

(60)

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena-fenomena tertentu (siregar 2010: 138). Subjek penelitian diminta untuk memilih salah satu dari lima alternatif jawaban yang tersedia sebagai berikut:

Tabel 3.2

Pengukuran Skala Likert Pernyataan Skor Selalu 5 Sering 4 Kadang-kadang 3 Jarang 2 Tidak pernah 1 2. Kisi-kisi Instrumen

Dalam penelitian ini, kuesioner diberikan kepada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ngaglik. Dilihat dari pertanyaannya, peneliti akan menggunakan bentuk kuesioner tertutup dimana responden cukup memberi tanda centang (√) pada kotak yang telah disediakan di dalam kuesioner. Berikut ini kisi-kisi instrumen masing-masing variabel:

a. Satus Sosial Ekonomi Orang Tua (X1)

Status sosial ekonomi adalah status atau kedudukan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok dalam lingkungan masyarakat. Cakupan status sosial ekonomi orang tua adalah tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, kekuasaan ataupun jabatan dalam masyarakat, kepemilikan barang-barang berharga yang dimiliki seseorang di dalam lingkungan masyarakat dan kondisi tempat tinggal. Berikut ini disajikan tabel kisi-kisi variabel status sosial ekonomi orang tua.

(61)

Tabel 3.3

Kisi-kisi Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua Variabel Dimensi Indikator No.Item Status Sosial Ekonomi Orang Tua Tingkat Pendidikan orang tua Pendidikan terakhir yang ditempuh oleh orang tua 1,2 Tingkat Pendapatan orang tua Pendapatan perbulan yang diterima oleh orang tua

3,4

Jabatan dalam masyarakat

Jabatan yang

diperoleh orang tua di masyarakat 5 Kepemilikan barang-barang berharga Nilai barang-barang berharga yang

dimiliki oleh orang tua

6,7,8,9,10,11 ,12,13,14

Kondisi tempat tinggal.

Kondisi dan keadaan tempat tinggal yang saat inii di tempati

15,16,17,18

Instrumen status sosial ekonomi orang tua disusun berdasarkan pendapat sukanto (2013:208). Namun dimensi lapisan dalam masyarakat tidak diikut sertakan karena dimensi tersebut hampir sama dengan dimensi jabatan dalam masyarakat.

b. Lingkungan Teman Sebaya (X2)

Lingkungan teman sebaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lingkungan teman sebaya yang meliputi interaksi siswa dengan teman sebaya, saling memberi dukungan antara siswa dengan teman sebaya, teman sebaya sebagai teman belajar siswa, teman sebaya sebagai tempat untuk berbagi dan bertukar pikir, teman sebaya menjadi daya dorong bersaing dalam berprestasi atau mendapatkan nilai yang baik

Gambar

Tabel  3.16 Skor Interval Variabel Prestasi Belajar Siswa .........................   58  Tabel  3.17 Skor Interval Variabel Minat Siswa Melanjutkan
Gambar  2.1 Paradigma Penelitian ................................................................
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
Tabel r Product Moment  Pada Sig.0,05 (Two Tail)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Efektivitas model CIRC dan Group to Group Exchange Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Pada Siswa Kelas IV SD.. Program Studi S1 Pendidikan Guru

Hasil observasi yang telah dilakukan tim pengabdi mendapatkan keterangan bahwa meskipun kedua UKM telah menggunakan beberapa peralatan produksi namun peralatan yang mereka

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh profitabilitas, kepemilikan manajerial, dan Ukuran Perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan sektor industri

Dengan demikian skala adalah perbandingan antara jarak pada peta (gambar ) dengan jarak yang sebenarnya.. Foto dan

Dokumen ini merupakan hasil dari penelitian pada komunitas Magis Indonesia.. yang dilakukan kurang lebih

Sejarah kurban yang mengutus Ibrahim mempersembahkan anaknya, Ismail, dan akhirnya diganti dengan hewan kurban, kata Muhadjir, merupakan simbolisasi menghentikan tradisi kuno

PENGARUH ALAT PERMAINAN EDUKATIF LOGICO TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOGIKA MATEMATIKA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB

Maka dapat penulis simpulkan bahwa, Sekaten adalah sebuah upacara keagamaan tradisi keraton Yogyakarta yang dilaksanakan selama tujuh hari berturut-turut dari tanggal 6 hingga