• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERFIKIR A.KONSEP KOMPETENSI SOSIAL

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERFIKIR A.KONSEP KOMPETENSI SOSIAL

1. Pengertian Kompetensi

“Kompetensi berasal dari kata kompeten yang berarti wenang; cakap; berkuasa menentukan atau memutuskan sesuatu. Sedangkan kompetensi itu sendiri berarti

kewenangan atau kekuasaan untuk menentukan suatu hal”.1

“Dalam UU Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I, yang dimaksud kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru

atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.2

Istilah Kompetensi berhubungan dengan dunia pekerjaan. Kompetensi mengandung pengertian pemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan tertentu. Kompetensi dimaknai pula sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir, dan bertindak. Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan,

1

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka) hal. 453 2

UU RI Nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, (Surabaya : Pustaka Eureka Surabaya, 2006), hal. 8

10

keterampilan dan kamampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.

“Kompetensi dapat pula dimaksudkan sebagai kemampuan melaksanakan tugas yang diperoleh melalui pendidikan dan atau latihan”.3

Menurut Schalock dalam Isjoni mengatakan bahwa kompetensi adalah ”The

ability to do something well or the ability to junction effectivelly in a job or life roles” (Schalock 1981: Harris, 1995). Sedangkan menurut Parnell (1978 ; 18)

kompetensi adalah ” A demonstrated ability to apply knowledge, understanding,

or skills assumed to contribute to succes at life4

Jadi kompetensi adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang untuk dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya, baik secara teori maupun impelementasi dalam kehidupan sehari-hari, agar dalam melaksanakan tugas yang diembannya bisa dilaksanakan secara maksimal dan menghasilkan sesuatu yang maksimal juga sehingga mencapai kepuasan yang maksimal.

Oleh sebab itu, hendaknya setiap orang yang menjalani kehidupan didunia ini dapat memaksimalkan potensi yang telah diberikan oleh Tuhan padanya, agar kompetensi yang ada lebih tergali lagi.

2. Pengertian Sosial

”Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial diartikan sebagai suatu

yang berhubungan dengan masyarakat. Sedangkan kata sosialisasi diartikan

sebagai proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan

mengahayati kebudayaan masyarakat dilingkungannya”.5

Jadi kata sosial erat kaitannya dengan kehidupan yang berhubungan dengan orang lain yang berada dilingkungan sekitar kita hidup, karena manusia tidak akan mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.

3

Muhamad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1990), h. 4

4

Isjoni, Pembelajaran Visioner, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007). h. 112 5

11

3. Pengertian Kompetensi Sosial

Dalam PP RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,

penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan

“kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”.6

Kompetensi sosial adalah aspek prososial orientation (perilaku prososial) yang terdiri dari kedermawanan (generosity), empati (empaty), memahami orang lain (understanding of others), penanganan konflik (conflik handling), dan suka menolong (helpfulness) serta aspek sosial (social intiative) yang terdiri dari aktif untuk melakukan inisiatif dalam situasi sosial dan withdawal behavior (perilaku yang menarik) dalam situasi tertentu.7

Dari beberapa pengertian diatas bisa dismpulkan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru untuk dapat menghargai orang lain, menghormati orang lain, menjadi bagian dari masyarakat dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

Hal tersebut diuraikan lebih lanjut dalam PP RI No. 74 tentang Guru sebagai bagian dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk:

a) Berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat.

b) Menggunakan tekknologi komunikasi dan informasi secara fungsioal

c) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan d) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. 8

Jadi dengan dimilikinya kompetensi sosial, diharapkan guru akan mudah untuk berinteraksi dan bergaul dengan masyarakat yang ada dilingkungannya dan terutama lingkungan sekolah dimana si guru tersebut bertugas.

”Dalam Bab IV pasal 8 UU Guru dan Dosen tahun 2005 dijelaskan : guru wajib memiliki Kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat

6

PP Republik Indonesia, Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan Tahun 2005. 7

http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/definisi-kompetensi-sosial/, Senin 11 Januari 2010 Pukul 13.35.

8

12

jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.9

Jadi seorang guru tidak hanya cakap dalam kompetensi pedagogiknya saja, akan tetapi sebagai makhluk sosial yang tidak bisa dipisahkan dari makhluk lainnnya, guru juga dituntut untuk bisa bergaul dan berkomuikasi dengan baik. Karena sebagai guru yang profesional, akan menjadikan profesinya tersebut tidak hanya disuatu tempat saja melainkan diberbagai situasi dan kondisi dimana dia berada.

Dalam Peraturan Mentri No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru, sedikitnya ada 4 kompetensi sosial inti dan 5 Kompetensi Guru Mata Pelajaran, yaitu :

Kompetensi Sosial Inti seorang guru, yaitu ;

1. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara

lisan dan tulisan atau bentuk lain.

2. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena

pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.

3. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama

pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

4. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia

yang memiliki keragaman sosial budaya.10

Guru adalah makhluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak bisa terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya, oleh karenanya, guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai, terutama dalam kaitannya dengan pendidikan, yang tidak terbatas pada pembelajaran di sekolah tatapi juga pada pendidikan yang terjadi dan berlangsung di masyarakat.

Kompetensi Guru Mata Pelajaran IPS, yaitu ;

1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir mata pelajaran IPS baik dalam lingkup lokal, nasional, maupun global.

2. Membedakan struktur keilmuan IPS dengan Ilmu-ilmu Sosial.

3. Menguasai konsep dan pola pikir keilmuan dalam bidang IPS.

9

UU RI Nomor 14...h.32 10

Peraturan Mentri No. 16 tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru, tahun 2007.

13

4. Menunjukkan manfaat mata pelajaran IPS.11

Disamping memiliki kompetensi sosial secara umum, seorang guru juga diharapkan memiliki kompetensi sosial pada mata pelajarannya masing-masing, karena dengan begitu diaharapkan tidak ada kekeliruan antara satu pelajaran dengan pelajaran lain, mengetahui manfaat pelajarannya, membedakan dengan konsep-konsep pelajaran yang lainnya.

Sedikitnya terdapat tujuh kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif, baik di sekolah maupun di masyarakatnya. Ketujuh kompetensi tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

a) Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama.

b) Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi.

c) Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi.

d) Memiliki pengetahuan tentang estetika.

e) Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial.

f) Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan.

g) Setia terhadap harkat dan martabat manusia.12

Dari tujuh kriteria diatas, diharapkan semua guru mempunyai kapasitas untuk mewujudkan hal tersebut diatas, karena ketujuh kriteria itu akan sangat berpengaruh terhadap guru itu sendiri maupun terhadap lingkungan yang ada disekitar guru tersebut, baik itu keluarga, siswa, maupun guru lainnya.

5. Pengertian Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial a. Pengertian IPS

Nu’man sumantri (2001:44) mengartikan pendidikan IPS yang diajarkan sekolah sebagai “ (1) pendidikan IPS yang menekankan pada tumbuhnya nilai-nilai kewarganegaraan, moral ideologi negara dan agama; (2) pendidikan IPS yang menekankan pada isi dan metode berfikir keilmuan sosial; (3) pendidikan

11

Peraturan Mentri No. 16 tentang Standar …, tahun 2007. 12

E. Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, (Bandung:Remaja Rosda Karya, 2007).h. 176

14

IPS yang menekankan pada reflective in quiry; (4) pendidikan IPS yang

mengambil kebaikan-kebaikan dari butir 1,2,3,diatas”.

Sedangkan menurut Saxe, “pengertian pendidikan IPS adalah delimiting the social science for pedagogical use (upaya membatasi ilmu-ilmu sosial untuk penggunaan secara pedagogik)”.13

Dari pengertian diatas, bisa dikatakan bahwa Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah cabang disiplin ilmu yang mengkaji tentang hubungan manusia dengan lingkungan yang dikaji dalam suatu tempat yang akademis, baik lingkungan manusia itu sendiri maupun lingkungan dalam arti yang luas.

b. Tujuan pengajaran IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bertujuan untuk “ mengembangkan kemampuan berfikir, sikap dan nilai peserta didik sebagai individu maupun sebagai sosial budaya”. (Hasan, 1993 : 92).

Sunal and Has menekankan bahwa studi sosial menekankan pada enam hal poko, yaitu :

1) Mengajarkann sejarah dan geografi.

2) Pengertian ilmu sosial. 3) Perubahan fasilitas budaya.

4) Mendukung pembangunan diri.

5) Membangun keterampilan berfikir cepat.

6) Encouraging rational problem solving, disicion making, dan tindakan sosial.14

Bila tujuan-tujuan tersebut dikaitkan dengan taksonomi Bloom, maka secara garis besar terdapat tiga sasarann pokok dari pembelajaran IPS, yaitu : (1) pengembangan aspek pengetahuan (cognitive); (2) pengembangan aspek nilai dan kepribadian (affective); (3) pengembangan aspek keterampilan (psycomotoric).

13

Sapriya, “Membangun Profesionalisme Guru IPS:Antara Harapan dan Tantangan.”, Makalah Seminar Nasional.

14 Nurdin, Syafruddin, Model Pembelajaran yang memperhatikan keragaman Individu

15

B. Konsep Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi

”Motivasi berasal dari kata motif yang berarti sesuatu yang ada dalam diri seseorang, yang mendorong orang tersebut untuk bersikap dan bertindak guna mencapai tujuan tertentu”.15

Motif dipakai untuk menunjukan kedaan dalam diri seseorang yang berasal dari akibat suatu kebutuhan. Motif sebagai pendorong yang tidak berdiri sendiri, tatapi saling kait mengait dengan faktor-faktor lain dan motif muncul sebagai akibat dari adanya suatu kebutuhan.

Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang medorong perilaku kearah tujuan. Oleh karena itu, motivasi mempunyai tiga aspek,yaitu;

(1) Keadaan terdorong dalam diri organisme, yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan, karena keadaan lingkungan atau karena keadaan mental seperti berfikir dan ingatan (2) Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan (3) Tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut.

Menurut Mc Donald dalam Zikri Neni Iska mengatakan bahwa “motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling”dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”.16

Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc Donald, mengandung 3 (tiga) unsur penting, yaitu :

1. Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada setiap individu

manusia.

2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa feeling afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan, jadi motivasi dalam hal

ini sebenarnya maerupakan respon dari suatu aksi yakni tujuan. 17

15

Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Sutau Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta : Prenada Media, 2004), h.131

16

Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, (Jakarta : Kizi Brother’s, 2006), h. 40

17

16

Callahan and Clark (1988) dalam E. Mulyasa mengemukakan bahwa “motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Dengan motivasi akan tumbuh dorongan untuk melakukan sesuatu untuk dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan”.18

“Motivasi adalah suatu konsep yang kita gunakan ketika dalam diri kita

muncul keinginan (Initiate) dan menggerakkan, serta mengarahkan tingkah laku.

Semakin tinggi motivasi seseorang, semakin tinggi intensitas perilakunya”.19 Dari beberapa pengertian motivasi diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang ada dalam diri manusia dimana faktor pendorongnya bisa berasal dari dalam (intrinsik) maupun berasal dari luar diri seseorang itu (Ekstrinsik), sehingga orang tersebut mampu menjalankan segala aktivitasnya.

Sejumlah konsep motivasi sering digunakan dalam teori motivasional. Helbert L. Petri (1986) dalam Asnawi mengemukakan beberapa konsep motivasi yaitu :

1. Energi

2. Pewarisan/bawaan (Heredity)

3. Pembelajaran (Learning)

4. Interaksi sosial (Sosial Interaksi) 5. Proses kognitif (Cognitive Process)

6. Aktivitas motivasi (Activity Of Motivation)

7. Homeostatis

8. Hedonisme, dan

9. Motivasi pertumbuhan (Growth Motivation).20

2. Macam-Macam Motivasi

Berbicara tentang macam atau jenis moitvasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian motivasi atau motif-motif itu akan sangat bervariasi sesuai dengan kehendak si pelakunya.

Woodworth dan Marquish menggolongkan motivasi menjadi tiga macam, yaitu:

18

Mulyasa, Standar Kompetensi... hlm.58. 19

Sahlan Asnawi, Teori Motivasi Dalam Pendekatan Psikologi Industri Dan Organisasi, (Jakarta : Studia Press, 2007),, cet. III, h. 21

20

17

a. Kebutuhan-kebutuhan organis, yaitu motivasi yang berkaitan dengan

kebutuhan dalam, seperti: makan, minum, kebutuhan bergerak dan istirahat/tidur dan sebagainya.

b. Motivasi darurat, yang mencakup dorongan untuk menyelamatkan diri,

dorongan untuk membalas, dorongan untuk berusaha, dorongan untuk mengejar dan sebagainya. Motivasi ini timbul jika situasi menuntut timbulnya kegiatan yang cepat dan kuat dari diri manusia. Dalam hal ini motivasi timbul atas keinginan seseorang, tetapi karena perangsang dari luar.

c. Motivasi obyektif, yaitu motivasi yang diarahkan kepada obyek atau

tujuan tertentu di sekitar kita, motif ini mencakup; kebutuhan untuk eksplorasi, manipulasi, menaruh minat. Motivasi ini timbul karena dorongan untuk menghadapi dunia secara efektif.21

Karena motivasi bertujuan dengan tujuan yang hendak dicapai, maka Sardiman memberikan 3 (tiga) fungsi dari motivasi dalam belajar, yaitu:

a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai rumusan tujuannya.

c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus. Tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.22

Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik.

Alisuf Sabri membedakan motivasi menjadi 2 macam, yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik.Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang yang erat hubungannya dengan belajar. Misal ingin menguasai konsep, memperoleh pengetahuan, memperoleh kemampuan dan sebagainya.

21

Abdul Rahman Shaleh, Psikologi...hlm.138 22

18

Motivasi ektrinsik adalah motivasi yang datangnya dari luar diri atau motivasi ini tidak ada kaitannya dengan tujuan belajar, misal belajar karena takut kepada guru, karena ingin lulus, karena ingin memperoleh nilai tinggi, dll.23 Jadi, alangkah lebih baiknya jika motivasi belajar siswa itu muncul dari dalam dirinya sendiri tanpa harus dipengaruhi oleh motif-motif ekstrinsik yang hanya akan membiasakan siswa tersebut belajar hanya karena ingin sesuatu hal yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan nilai pendidikan.

Sebaliknya, jika seorang siswa yang belajar dengan dilandasi oleh motif instrinsik yang muncul dari dalam dirinya sendiri, maka bisa dipastikan siswa tersebut akan menikmati segala proses pembelajaran yang ia hadapi di Sekolah maupun ditempat lainnya dengan penuh kesabaran dan konsentrasi yang maksimal, sehingga hasilnya pun bisa dipastikan akan sangat maksimal.

3. Fungsi Motivasi

Dalam kegiatan belajar, keberlangsungan dan keberhasilannya bukan hanya ditentukan oleh faktor-faktor intelektual saja, tetapi juga faktor-faktor non-intelektual, termasuk salah satunya motivasi.

Menurut Cecco dalam Abd.Rahman Abror, ada empat fungsi motivasi dalam proses belajar-mengajar, yaitu :

a) Fungsi membangkitkan (arousal function), fungsi ini menyangkut

tanggung jawab terus menerus untuk mengatur tingkat yang membangkitkan guna menghindarkan siswa dari tidur dan juga luapan emosional.

b) Fungsi harapan (expectansy function), fungsi ini menghendaki agar guru

memelihara atau mengubah harapan keberhasilan dan kegagalan siswa dalam mencapai tujuan instruktusional.

c) Fungsi insentif (incentive function), fungsi ini menghendaki agar guru

memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi dengan tujuan agar siswa lebih memacu lag belajarnya dalam mencapai tujuan instruktusional.

d) Fungsi disiplin (disciplinary function), fungsi ini menghendaki agar guru mengontrol tingkah laku yang menyimpang dengan menggunakan

hukuman dan hadiah kepada siswanya.24

23

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 85 24

Abdul Rahman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1983), h.

19

Dari uraian tersebut, bisa dilihat bahwa fungsi motivasi sangatlah penting untuk menjalani pembelajaran bagi siswa, karena dengan adanya motivasi diharapkan para siswa bisa terus memacu dirinya untuk lebih baik secara keilmuan maupun akhlak.

4. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar

Menurut Dede Rosyada, ada beberapa teknik untuk meningkatkan motivasi

siswa agar bersemangat dalam belajar, diantaranya:

a. Memberikan penghargaan dengan menggunakan kata-kata, seperti ucapan

bagus sekali, hebat, dan menakjubkan. Penghargaan yang dilakukan dengan kata-kata (verbal) ini mengandung makna yang positif karena akan menimbulkan interaksi dan pengalaman pribadi bagi diri siswa itu sendiri

b. Memberikan nilai ulangan sebagai pemacu siswa untuk belajar lebih giat.

Dengan mengetahui hasil yang diperoleh dalam belajar maka siswa akan termotivasi untuk belajar lebih giat lagi.

c. Menumbuhkan dan menimbulkan rasa ingin tahu dalam diri siswa. Rasa

ingin tahu dapat ditimbulkan oleh suasana yang mengejutkan atau tiba-tiba.

d. Mengadakan permainan dan menggunakan simulasi. Mengemas

pembelajaran dengan menciptakan suasana yang menarik sehingga proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan dapat melibatkan afektif dan psikomotorik siswa. Proses pembelajaran yang menarik akan memudahkan siswa memahami dan mengingat apa yang disampaikan.

e. Menumbuhkan persaingan dalam diri siswa. Maksudnya adalah guru

memberikan tugas dalam setiap kegiatan yang dilakukan, dimana siswa dalam melakukan tugasnya tidak bekerjasama dengan siswa yang lainnya. Dengan demikian siswa akan dapat membandingkan hasil pekerjaan yang dilakukannya dengan hasil siswa lainnya.

f. Memberikan contoh yang positif, artinya dalam memberikan pekerjaan

kepada siswa guru tidak dibenarkan meninggalkan ruangan untuk melaksanakan pekerjaannya lainnya.

g. Penampilan guru; penampilan guru yang menarik, bersih, rapi, sopan dan

tidak berlebih-lebihan akan memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Termasuk juga kepribadian guru, guru yang masuk kelas dengan wajah tersenyum dan menyapa siswa dengan ramah akan mebuat siswa merasa nyaman dan senang mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung.25 25 http://www.google.co.id/search?hl=id&client=firefoxa&hs=cBJ&rls=org.mozilla%3Aid %3Aofficial&q=motivasi+dede+rosyada&btnG=Telusuri&meta=&aq=f&oq=. , 11 Januari 2010, Pukul 14.30.

20

Ketujuh teknik diatas sejatinya digunakan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran, karena dengan cara-cara tersebut diharapkan motivasi belajar siswa akan tumbuh. Akan tetapi, ketujuh teknik tersebut daam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena guru dihadapkan pada situasi dan kondisi yang berbeda-beda.

C. Teori-Teori Motivasi

”Para ahli ilmu jiwa menjelaskan bahwa ragam motivasi itu berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan yang tersusun secara hierarkis, tersusun dari bawah ke atas, dimana perubahan kebutuhan tahap yang paling rendah menjadi prasyarat bagi tercapainya kebutuhan yang lebih tinggi”.26

Untuk memahami tentang motivasi, kita akan bertemu dengan beberapa teori tentang motivasi, antara lain : (1) teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan); (2) Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi); (3) teori Clyton Alderfer (Teori ERG); (4) teori Herzberg (Teori Dua Faktor); (5) teori Keadilan; (6) Teori penetapan tujuan; (7) Teori Victor H. Vroom (teori Harapan); (8) teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku; dan (9) teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi. (disarikan dari berbagai sumber : Winardi, 2001:69-93; Sondang P. Siagian, 286-294; Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono,183-190, Fred Luthan,140-167)

1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)

Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang

terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.27

Jadi menurut Maslow, seseorang akan mencapai tahap tertinggi dalam hidupnya jika kebutuhan primer, sekunder, dan tersiernya telah terpenuhi, akan tetapi tidak sampai disitu saja kebutuhan manusia menurut Maslow. Manusia

26

Akhyas Azhar, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta : Mizan Publika, 2004), h. 71

27

Akhmad Sudrajat, “ Teori-teori Motivasi”, www. Let’s Talk About Education.com.25 Agustus 2009.

21

dikatakan sudah mencapai puncak kebutuhannya jika manusia tersebut sduah bisa mengaktualisasikan dirinya sendiri, artinya setiap perilaku manusia tersebut tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan sesuatu, tetapi lebih kepada untuk mencapai kepuasan dalam dirinya.

Begitupun dalam hal belajar, seorang siswa akan dikatakan mempunyai motivasi yang tinggi, bila dalam hal pembelajaran, dia tidak hanya menunggu umpan dari gurunya saja, tetapi siswa tersebut mencari sendiri bahan yang sesuai dengan pelajaran yang akan dihadapinya.

2. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)

Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.28

Jadi menurut McClelland, seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi

Dokumen terkait