• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORITIS

2.1. Evaluasi

Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penafsiran (Echols dan Shadily 2000, 220). Beberapa definisi evaluasi yang dapat diperoleh dari buku-buku yang ditulis oleh ahlinya, Antara lain:

Definisi evaluasi yang di tulis oleh (Arikunto 2002, 1) menyatakan bahwa: Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.

Sedangkan menurut (Ajick 2009, 2) menjelaskan bahwa:

Evaluasi adalah penggunaan teknik penelitian untuk mengukur kebutuhan pemakai serta tujuan-tujuan yang dapat mencapai suatu program dalam proses mengoleksi, menganalisa dan mengartikan informasi atau sebagai bentuk instruksi.

Sedangkan (Uzer 2003, 120) mengatakan bahwa :

Evaluasi adalah suatu proses yang ditempuh seseorang untuk memperoleh informasi yang berguna untuk menentukan mana dari dua hal atau lebih yang merupakan alternatif yang diinginkan, karena penentuan atau keputusan semacam ini tidak diambil secara acak, maka alternatif-alternatif itu harus diberi nilai relatif, karenanya pemberian nilai itu harus memerlukan pertimbangan yang rasional berdasarkan informasi untuk proses pengambilan keputusan.

Menurut (Umar 2002, 36):

Evaluasi adalah suatu proses umtuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegitan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih di

antara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh.

Dari pengertian evaluasi di atas, maka evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah di capai suatu program kerja.

2.1.1. Tujuan Dan Fungsi Evaluasi

Menurut Weiss (1972) dalam Euske (1984:69) tujuan evaluasi atau evaluation adalah:

1. Continuing or discontinuing a program;

2. Imroving practices and procedures of a program;

3. Adding or dropping specific strategies and tecnigues within a program or operation.

4. Instituting similar operations or programs elsewhere;

5. Allocating resources among competing operation and programs; 6. Accepting or rejecting a program approach or theory.

Dengan kata lain tujuan evaluasi adalah:

1. Kelanjutan atau pemutusan sebuah program;

2. Peningkatan pelaksanaan dan prosedur sebuah program;

3. Penambahan atau penurunan strategi khusus tanpa sebuah program atau operasional;

4. Persamaan lembaga operasional atau program ditempat lain;

5. Pengalokasian sumber daya atau persaingan opeasional dan program; 6. Penerimaan atau penolakan sebuah pendekatan program atau teori.

Menurut (Arikunto 2002, 13) ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing–masing komponen.

Dari beberapa tujuan evaluasi di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan evaluasi adalah untuk memberikan pendekatan yang lebih baik dalam memberikan informasi untuk perbaikan dan pengembangan sebuah program.

Evans dan Sapponaro (2005) secara lebih ringkas menyebutkan perpustakaan melakukan evaluasi untuk tiga alasan, yaitu :

a. Untuk mengembangkan program pengadaan yang cerdas dan realistis berdasarkan pada data koleksi yang sudah ada.

b. Untuk menjadi bahan pertimbangan pengajuan anggaran untuk pengadaan koleksi berikutnya.

c. Untuk menambah pengetahuan staf pengembangan koleksi terhadap keadaan koleksi.

2.1.2. Metode Evaluasi

Bonn (dalam Evans, 2000) memberikan lima pendekatan umum terhadap evaluasi, yaitu:

1. Pengumpulan data statistik semua koleksi yang dimiliki 2. Pengecekan pada daftar standar seperti katalog dan bibliografi

3. Pengumpulan pendapat dari pengguna yang biasa datang ke perpustakaan 4. Pemeriksaan koleksi langsung

5. Penerapan standar, pembuatan daftar kemampuan perpustakaan dalam penyampaian dokumen, dan pencatatan manfaat relatif dari kelompok khusus.

Pedoman untuk mengevaluasi koleksi perpustakaan yang dikeluarkan oleh American Library Association (ALA's Guide to the Evaluation of Library Collections) membagi metode kedalam ukuran-ukuran terpusat pada koleksi dan ukuran-ukuran terpusat pada penggunaan. Ada pun metode itu adalah:

1. Metode Terpusat pada Koleksi

Pada metode ini terdapat beberapa cara untuk melakukan evaluasi koleksi, yaitu:

a. Pencocokan terhadap daftar tertentu, bibliografi, atau katalog.

Metode dengan menggunakan daftar pencocokan (checklist) merupakan cara lama yang telah digunakan oleh para pelaku evaluasi.

b. Penilaian dari pakar

Metode ini tergantung pada keahlian seseorang untuk melakukan penilaian dan penguasaan terhadap subjek yang dinilai. Dalam metode ini pemeriksaan terhadap koleksi dalam hubungannya terhadap subjek yang akan dievaluasi. Biasanya metode ini berfokus pada penilaian terhadap kualitas seperti kedalaman koleksi, kegunaannya terkait dengan kurikulum atau penelitian, serta kekurangan dan kekuatan koleksi.

c. Perbandingan data statistik

Perbandingan diantara institusi bermanfaat untuk data evaluasi. Namun ada keterbatasan disebabkan oleh perbedaan institusional dalam tujuan, program-program, dan populasi yang dilayani.

d. Perbandingan pada berbagai standar koleksi

Tersedia berbagai standar yang diterbitkan untuk hampir setiap jenis perpustakaan. Standar itu memuat semua aspek dari perpustakaan, termasuk mengenai koleksi. Standar itu ada yang menggunakan pendekatan kuantitatif, ada pula yang menggunakan pendekatan kualitatif.

2. Metode Terpusat pada Penggunaan

Pada metode ini terdapat beberapa cara untuk melakukan evaluasi koleksi, yaitu:

a. Melakukan kajian sirkulasi

Pengkajian pola penggunaan koleksi sebagai sarana untuk mengevaluasi koleksi semakin populer. Dalam hal ini kecukupan koleksi buku terkait langsung dengan pemanfaatannya oleh pengguna sehingga statistik

sirkulasi juga memberikan gambaran yang layak mewakili penggunaan koleksi.

b. Meminta pendapat pengguna

Survei untuk mendapatkan data persepsi pengguna tentang kecukupan koleksi baik secara kualitatif maupun kuantitatif merupakan salah satu data yang sangat berguna dalam program evaluasi koleksi.

c. Menganalisis statistik pinjam antar perpustakaan.

Bila pengguna sebuah perpustakaan banyak menggunakan perpustakaan lain bisa jadi ada masalah dengan koleksi perpustakaan tersebut.

d. Melakukan kajian sitiran.

Metode ini dapat digunakan untuk mengevaluasi koleksi perpustakaan perguruan tinggi dan khusus dengan menggunakan sejumlah contoh dari publikasi penelitian yang sesuai dengan tujuan perpustakaan.

e. Melakukan kajian penggunaan di tempat (ruang baca).

Melengkapi data yang diperoleh pada kajian sirkulasi, kajian terhadap buku dan jurnal yang dibaca di tempat/rnang baca perlu dilakukan. Kajian dapat dilakukan dengan menghitung buku dan jurnal yang ada di meja baca setelah selesai dibaca pengguna pada kurun waktu tertentu.

f. Memeriksa ketersediaan koleksi di rak.

Pustakawan perlu melakukan pengumpulan data mengenai ketersediaan koleksi di rak pada kurun waktu tertentu. Maksud dari pengumpulan data ini untuk mengetahui seberapa tinggi bahan pustaka yang dicari pengguna tersedia di rak koleksi. Bila persentase penemuan tinggi, bisa berarti bahwa koleksi khusus untuk melakukannya.

Dari uraian di atas, menurut American Library Association (ALA's Guide to the Evaluation of Library Collections) banyak metode untuk melakukan evaluasi. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode terpusat pada penggunaan yaitu dengan cara meminta pendapat pengguna dalam penelitian ini.

2.2. Perpustakaan Sekolah/ Madrasah

Secara hakiki perpustakaan sekolah/ madrasah adalah sarana pendidikan yang turut menentukan pencapaian lembaga penaungnya. Oleh karena itu, perpustakaan sekolah merupakan salah satu komponen yang turut menentukan pencapaian tujuan yang telah di tetapkan. dengan demikian, perpustakaan harus diciptakan sedemikian rupa agar benar-benar berfungsi sebagai penunjang proses belajar-mengajar. dalam kaitan ini (Mudyana dan Royani 1976, 1) mengemukakan bahwa perpustakaan sekolah ialah sarana penunjang pendidikan yang bertindak di satu pihak sebagai pelestarian ilmu pengetahuan, dan di lain pihak sebagai sumber bahan pendidikan yang akan diwariskan kepadagenerasi yang lebih muda. Secara nyata perpustakaan sekolah merupakan sarana untuk proses belajar dan mengajar bagi guru maupun bagi murid.

(Hasugian 2009, 78) mengemukakan perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang dikelola serta terdapat di sekolah dengan tujuan membantu sekolah untuk mencapai tujuannya. Menurut (Prastowo 2012, 45) perpustakaan sekolah sesungguhnya adalah sarana penunjang pendidikan di sekolah yang berupa kumpulan bahan pustaka, baik berupa buku-buku maupun bukan buku.

Dalam manifesto kebijakan IFLA/ UNESCO mengenai pedoman perpustakaan sekolah mengemukakan bahwa :

Perpustakaan sekolah adalah sebuah jasa yang ditujukan kepada semua angggota komunitas sekolah yaitu peserta didik, guru, administrator, komite sekolah dan orang tua murid. Semua kelompok tersebut memerlukan keterampilan komunikasi dan kerjasama secara khusus. Pengguna utama perpustakaan sekolah adalah peserta didik dan guru, di samping kelompok profesional lainnya seperti para administrator dan komite sekolah.

Menurut Standar Nasional Indonesia 7329 : 2009

Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada pada satuan pendidikan formal di lingkungan pendidikan dasar dan menengah yang merupakan bagian integral dari kegiatan sekolah yang bersangkutan, dan

merupakan pusat sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan sekolah yang bersangkutan.

Menurut( Supriyadi 1982, 5) :

Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang diselenggarakan di sekolah guna menunjang program belajar mengajar di lembaga pendidikan formal tingkat sekolah baik sekolah dasar maupun sekolah menengah, baik sekolah umum maupun sekolah lanjutan.

Menurut (Montague 1977, 487):

School library is an organized collection of books placed in a school for the use of teacher or pupils but usually for pupils. It may comprise books of reference and or books for home reading, and be in the care of a professional librarians, teacher librarian.

Berdasarkan pendapat tersebut, jelaslah bahwa perpustakaan sekolah/ madrasah harus didayagunakan oleh guru dan murid dan biasanya lebih dipersiapkan untuk para murid. Perpustakaan sekolah berisi koleksi buku-buku yang diorganisasi, berada di sebuah sekolah untuk menunjang proses belajar-mengajar.

2.2.1. Tujuan Dan Fungsi Perpustakaan Sekolah/ Madrasah

Tujuan didirikannya perpustakaan sekolah/ madrasah tidak terlepas dari tujuan diselenggarakannya pendidikan sekolah secara keseluruhan, yaitu untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik (siswa atau murid), serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan menengah.

Sejalan dengan hal tersebut di atas, maka tujuan perpustakaan sekolah/ madrasah menurut (Yusuf dan Suhendar 2005, 3) adalah sebagai berikut:

1. Mendorong dan mempercepat proses penguasaan teknik membaca para siswa. 2. Membantu menulis kreatif bagi para siswa dengan bimbingan guru dan

pustakawan.

3. Menumbuhkembangkan minat dan kebiasaan membaca para siswa.

4. Menyediakan berbagai macam sumber informasi untuk kepentingan pelaksanaan kurikulum.

5. Mendorong, memelihara, dan member semangat membaca dan semangat belajar bagi para siswa.

6. Memperluas, memperdalam dan memperkaya pengalaman belajar para siswa. 7. Memberikan hiburan sehat untuk mengisi waktu senggang melalui kegiatan

membaca.

Fungsi perpustakaan sekolah/ madrasah lebih di tekankan kepada fungsi edukatif dan fungsi rekreatif. Hal ini dilandasi dengan suatu perkiraan bahwa pemakai perpustakaan sekolah meliputi murid-murid TK sampai siswa sekolah menengah (Sinaga 2007, 25).

Menurut (Bafadal 2006, 6) perpustakaan sekolah memiliki beberapa fungsi, yaitu:

1. Fungsi edukatif

Didalam perpustakaan sekolah disediakan buku-buku baik buku-buku fiksi maupun non fiksi. adanya buku-buku tersebut dapat membiasakan murud-murid belajar mandiri tanpa bimbingan guru, baik secara individual maupun berkelompok.

2. Fungsi informatif

perpustakaan yang sudah maju tidak hanya menyediakan bahan-bahan pustaka yang berupa buku-buku, tetapi juga menyediakan bahan-bahan yang bukan berupa buku (non book material) seperti majalah, bulletin, surat kabar, pamflet, guntingan artikel, peta dan sebagainya.

3. Fungsi tanggung jawab administratif

Fungsi ini tampak pada kegiatan sehari-hari di perpustakaan sekolah, di mana setiap ada peminjaman dan pengembalian buku selalu dicatat oleh guru pustakawan. Setiap murid yang akan masuk ke perpustakaan sekolah harus menunjukkan kartu anggota atau kartu pelajar.

4. Fungsi riset

Sebagai mana telah dijelaskan terdahulu, bahwa di dalam perpustakaan tersedia banyak bahan pustaka.adanya bahan pustaka yang lengkap, murid-murid dan guru-guru melakukan riset, yaitu mengumpulkan data atau keterangan-keterangan yang diperlukan.

5. Fungsi rekreatif

Fingsi rekreatif berarti bahwa perpustakaan sekolah dapat dijadikan sebagai tempat mengisi waktu luang seperti pada waktu istirahat, dengan membaca buku-buku cerita, novel, roman, majalah, surat kabar, dan sebagainya.

2.3. Koleksi Perpustakaan

Koleksi perpustakaan atau library collection diartikan sebagai keselurukan bahan-bahan pustaka yang dibina dan dikumpulkan oleh suatu perpustakaan melalui upaya pembelian, sumbangan, pertukaran, atau membuat sendiri dengan tujuan untuk disajikan dan didayagunakan oleh seluruh pemakai perpustakaan (Sinaga 2007, 37). Menurut (Prastowo 2012, 116) bahwa koleksi perpustakaan pada dasarnya adalah sekumpulan bahan pustaka, baik yang berbentuk buku maupun nonbuku, yang dikelola sedemikian rupa oleh suatu perpustakaan (sekolah) untuk turut serta menjamin kelancaran dan keberhasilan kegiatan proses pembelajaran di sekolah.

Pengertian koleksi perpustakaan menurut Proyek Pembakuan Sarana Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1983:13) yaitu :

koleksi perpustakaan sekolah adalah sekumpulan sumber informasi dalam berbagai bentuk yang telah dipilih sesuai dengan tujuan program sekolah yang bersangkutan, mencakup dan menunjang semua bidang studi, memberikan pengetahuan umum yang sesuai dengan tingkat kecerdasan, kemampuan baca, dan perkembangan jiwa murid dan tuntutan profesi guru.

Menurut Standar Nasional Indonesia 7329 : 2009 “koleksi perpustakaan

adalah semua materi perpustakaan yang dikumpulkan, diolah, disimpan, ditemukembali dan didayagunakan bagi pengguna untuk memenuhi kebutuhan

informasi untuk pembelajaran”.

Menurut (Yusuf 2005, 22) dijelaskan bahwa “Koleksi perpustakaan adalah

sejumlah bahan atau sumber-sumber informasi, baik berupa buku ataupun bahan bukan buku, yang dikelola untuk kepentingan proses belajar dan mengajar di sekolah

2.3.1. Fungsi Koleksi Perpustakaan

Koleksi perpustakaan merupakan modal dasar yang senantiasa memerlukan pengembangan agar dapat mengikuti gerak kemajuan bidang pendidikan. Dengan demikian, dalam pengembangan koleksi perpustakaan, seorang pustakawan harus berpedoman kepada fungsi dan koleksi. Dalam hal ini, Thompson mengutip pendapat (Randall dan Goodrich 1970, 47) mengenai fungsi koleksi diantaranya adalah :

a. Reference Function ( Fungsi Referens ).

Fungsi Referens adalah koleksi perpustakaan yang bisa memberikan rujukan tentang berbagai informasi secara cepat, tepat dan akurat bagi para pemakainya.

b. Curricular Function ( Fungsi Kurikular ).

Fungsi kurikular adalah koleksi bahan-bahan yang mampu mendukung kurikulum.

c. General Function ( Fungsi Umum ).

Fungsi koleksi yang bersifat umum ini berkaitan dengan pelestarian bahan pustaka serta hasil budaya manusia secara keseluruhan yang diharapkan akan berguna bagi kehidupan seluruh manusia untuk selama-lamanya.

2.3.2. Komponen-Komponen Koleksi

Dalam hal ini (Sinaga 2007, 46) mengemukakan bahwa secara umum koleksi perpustakaan sekolah dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu komponen dasar dan komponen tambahan. Komponen dasar yaitu koleksi perpustakaan yang dianggap sangat mendasar dan vital keberadaannya pada suatu perpustakaan. Oleh karena itu, komponen dasar ini merupakan prioritas utama untuk dibina dan harus diselaraskan dengan tujuan sekolah yang bersangkutan, siapa khalayak yang dilayani, jenis perpustakaan, serta fungsi-fungsi perpustakaan mana yang akan lebih diutamakan atau ditekankan.

Kelompok kedua adalah komponen tambahan. Kelompok koleksi ini dimaksudkan untuk melengkapi dan menunjang komponen dasar. Komponen tambahan penting diperhatikan apabila komponen dasar telah memadai dan mampu memenuhi bebutuhan dan tuntutan para pemakainya.

2.3.3. Jenis Koleksi Perpustakaan

Menurut (Darmono 2001, 52) beberapa jenis koleksi perpustakaan sebagai sumber belajar yang mungkin dapat dijangkau perpustakaan adalah :

1. Buku

Buku merupakan koleksi yang paling umum yang dihimpun perpustakaan. (Hasugian 2009, 67) mengatakan Buku adalah salah satu media yang dapat digunakan untuk merekam pengetahuan dan berbagai informasi lainnya. Buku terdiri dari buku

fiksi dan buku non fiksi. Menurut (Perpustakaan Nasional RI 1992, 19) “Buku fiksi adalah buku cerita ciptaan seseorang pengarang berdasarkan khayalan”. Yang

termasuk kedalam golongan buku fiksi antara lain yaitu fiksi umum, fiksi ilmiah, dan fiksi sastra. Contohnya adalah novel, cerpen, komik dan lain-lain.

Menurut pandapat Yusuf (2005: 10) “Buku non fiksi adalah mereka ditulis berdasarkan fakta atau kenyataan alam dan budaya sekitar kita”. Contoh dari buku

non fiksi adalah buku teks atau buku pelajaran dan buku refrensi yang berupa kamus, ensiklopedia, buku tahunan, buku pedoman, almanak, indeks, bibliografi, abstrak, dan atlas.

2. Koleksi Referens

Koleksi referens sebenarnya juga dalam bentuk buku, yang membedakan dengan buku adalah isi dan cara penyusunannya. Isi buku referens tidak mendalam dan kadang-kadang hanya memuat informasi tertentu saja seperti arti kata. Buku referens tidak perlu dibaca secara keseluruhan sehingga cara penyusunannya berbeda dengan susunan buku.

Menurut (Yusuf dan Suhendar 2005, 12) “Koleksi Referensi adalah buku

yang memuat informasi secara khusus sehingga dapat menjawab atau menunjukkan

secara langsung bagi pembacanya”. Contoh koleksi referensi yaitu kamus,

ensiklopedia, buku tahunan, buku pedoman, direktori, almanak, atlas dan lain sebagainya.

3. Sumber Geografi

Sumber geografi sangat diperlukan oleh perpustakaan. Jenis koleksi ini berisi informasi tentang daerah, iklim, cuaca, ketinggian tempat, bahan tambang, hutan, hasil pertanian daerah tertentu, laut, hasil laut, gunung, gurun, curah hujan untuk daerah tertentu.

4. Jenis Serial (Terbitan Berkala)

Pada umumnya terbitan berkala berupa majalah dan Koran. Majalah dan Koran diperlukan sebagai koleksi perpustakaan karena keduanya berisi berita aktual yang meliputi berbagai aspek kehidupan manusia. Majalah biasanya di terbitkan mingguan, dua mingguan atau bahkan bulanan. Menurut (Yusuf dan Suhendar 2005, 21) koleksi terbitan berkala yaitu berupa pamflet, brosur, kliping, gambar atau lukisan dan globe.

5. Bahan Pandang Dengar (Audio Visual)

Bahan pandang dengar juga merupakan koleksi perpustakaan. Bahan pandang dengar memuat informasi yang dapat ditangkap secara bersamaan oleh indra mata dan telinga. (Yusuf dan Suhendar 2005, 23) menyatakan bahwa Koleksi Pandanh Dengar (Audiovisual) adalah koleksi perpustakaan yang dibuat atas hasil teknologi elektronik bukan bahan hasil cetakan dari kertas.

2.3.4. Pengadaan Koleksi

Pengadaan koleksi adalah proses menghimpun bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan. Koleksi yang diadakan hendaknya relevan dengan minat dan kebutuhan, lengkap, dan terbitan mutakhir, agar tidak mengecewakan masyarakat yang dilayani. Koleksi perpustakaan berasal dari berbagai macam sumber, seperti hadiah, tukar-menukar, titipan, dan pembelian.

Menurut (Basuki 1993, 222) Pengadaan Koleksi Perpustakaan adalah sebagai berikut:

a. Pembelian yaitu Pemesanan langsung dapat dilakukan pada penerbit ataupun pada toko buku.

b. Pertukaran yaitu Pustaka tertentu tidak dapat dibeli ditoko buku, hanya dapat diperoleh melalui pertukaran ataupun hadiah.

c. Hadiah yaitu Karena kondisi sosial ekonomi yang masih belum sepenuhnya berkembang, tradisi pengembnagan perpustakaan dengan melalui sumbangan atau hadiah masih belum memasyarakat.

d. Keanggotaan Organisasi yaitu Kadang–kadang perpustakaan ataupun badan induk perpustakaan menjadi anggota sebuah perhimpunan atau organisasi.

2.3.5. Pemanfaatan Koleksi

Istilah pemanfaatan terdiri dari kata manfaat. Kata manfaat sering juga diartikan sebagai guna/faedah. Menurut (Departemen Pendidikan Nasional 2005, 711) pemnfaatan berarti proses, cara perbuatan memanfaatkan. Pemanfaatan koleksi perpustakaan dapat berarti proses atau perbuatan memanfaatkan koleksi di ruang baca (in library use) dan meminjam koleksi dari bagian sirkulasi perpustakaan (out libarary use).

Menurut Zulkarnaen (1997:45), cara memanfaatkan koleksi buku pada perpustakaan secara umum dikategorikan sebagai berikut:

1. Meminjam

Biasanya pengguna melakukan peminjaman melalui meja sirkulasi perpustakaan setelah mendapatkan buku yang ia inginkan. Dengan melakukan peminjaman, pengguna memiliki waktu lebih banyak untuk membaca buku yang ia pinjam. Buku tersebut dapat diperpanjang masa peminjamannya dan kemudian dikembalikan lagi kemeja sirkulasi.

2. Membaca di tempat

Bagi pengguna yang memiliki waktu luang cenderung membaca di ruang baca perpustakaan. Pengguna dapat memilih beberapa buku untuk dibaca dan menghabiskan waktunya pada perpustakaan.

3. Mencatat informasi dari buku

Terkadang pengguna hanya melakukan pencatatan informasi yang ia dapat dari koleksi. Dengan cara seperti ini, pengguna mendapatkan informasi ringkas tentang berbagai masalah dari berbagai buku berbeda.

4. Memperbanyak (menggunakan jasa foto copy)

Dengan memanfaatkan fasilitas mesin foto copy, pengguna dapat memiliki sendiri informasi-informasi yang ia inginkan. Cara seperti ini biasanya dilakukan oleh pengguna yang memiliki waktu terbatas untuk ke perpustakaan.

Adapun (Lasa 2005, 317) menyatakan “bahwa pemanfaatan koleksi seperti

banyaknya peminjam dan jumlah yang dipinjam biasanya digunakan sebagai salah

satu unsur untuk mengetahui efektifitas suatu perpustakaan”.

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa pemanfaatan koleksi dapat dilakukan dengan cara meminjam, membaca di tempat, mencatat informasi dari buku serta memperbanyak (menggunakan jasa foto copy).

2.3.6. Pengembangan Koleksi

Secara definitif pengertian pengembangan koleksi perpustakaan mencakup semua kegiantan untuk memperluas koleksi yang ada di perpustakaan, terutama untuk kegiatan yang berkaitan dengan pemilihan dan evaluasi bahan pustaka. kegiatan ini meliputi berbagai aktivitas seperti penyusunan kebijaksanaan, penetapan prosedur seleksi, pengadaan koleksi, serta evaluasi (Darmono 2001, 45).

Sedangkan menurut (Sutarno 2006, 113) agar perpustakaan dapat membangkitkan minat baca pengguna, maka sudah seharusnya koleksi perpustakaan memberikan ciri dan warna sebagai berikut :

1. Memberikan ciri bagi jenis perpustakaan yang dibentuk. Misalnya perpustakaan umum, koleksinya mencakup semua disiplin ilmu dan dimaksudkan untuk dipakai oleh semua lapisan masyarakat, sehingga penekanannya terletak pada variasi jenis koleksi.

2. Merupakan daya tarik dan perhatian bagi pengunjung, artinya koleksi yang makin lengkap dan dengan terbitan yang relative baru, akan dapat memberikan kesempatan yang makin besar kepada pengunjung untuk memilih dan memperoleh informasi terkini.

3. Meningkatkan citra dan gambaran atas performs dan kinerja perpustakaan.

Sedangkan menurut (Soetminah 1992, 257) menyatakan bahwa :

Pengembangan koleksi menetapkan kegiatan kerja perpustakaan yang berupa tugas menyediakan sumber informasi dan memberikan pelayanan informasi kepada pemakai, sesuai dengan kebutuhan dan minatnya maka setiap perpustakaan mempunyai cara tersendiri dalam melaksanakan pengembangan koleksi.

2.3.7. Pemeliharaan Koleksi

Menurut (Bafadal 2006, 120) dalam rangkaian kegiatan pemeliharaan buku-buku perpustakaan sekolah ada dua kegiatan, yaitu mencegah kemungkinan-kemungkinan timbulnya kerusakan dan memperbaiki buku-buku yang telah rusak.

1. Mencegah kerusakan

( Bafadal 2006, 121) mengemukakan bahwa untuk mencegah terjadinya kerusakan koleksi perpustakaan, pustakawan harus mengetahui faktor-faktor terjadinya kerusakan sehingga pustakawan dapat mengetahui bagaimana pencegahan

yang harus dilakukan agar koleksi tidak rusak. Ada dua faktor yang membuat koleksi

Dokumen terkait