• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

E. Tahap-tahap Penelitian

2. Kajian Teoritis: Teori Tindatan sosial, teori peterjaan sosial,

teori perilatu, tonsep tawatal 5. Kesimpulan dan Rekomendasi

(Khazanah Pengetahuan Ilmiah)

3.Metode Penelitian: R&D Modifikasi Analisis kualitatif-kuantitatif

4.Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pembahasan (Analisis Data)

a. Sistem pembinaan, b. Sistem material, non material,

dan lingkungan yang kondusif, c. Sistem personal.

• Uji beda dua rata-rata, hubungan-hubungan dari materi tegiatan

• Respon WBP terhadap tegiatan yang dilatsanatan

• Observasi dan wawancara terhadap hasil uji coba lapangan

Kekuatan dan Kelemahan; Peluang dan Ancaman

(Analisis SWOT)

Memprattetan/uji model yang sudah dibuat di lapangan

Menyusun

Model Pengembangan Pembinaan Ketawakalan Narapidana

126

Desain gambar di atas dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

Tahap pertama, peneliti mengungkapkan latar belakang masalah dan perumusan masalah, sekaligus dengan pertanyaan penelitian. Tahap kedua, peneliti menentukan teori-teori yang tepat, seperti teori tindakan sosial, teori fungsional, teori perilaku, teori pekerjaan sosial, teori berkaitan dengan tawakal dan lain-lain. Selanjutnya peneliti mengungkap konsep tawakal, dengan indikatornya; Berusaha maksimal; Pasrah kepada Allah; dan Keyakinan Tuhan akan menolong. Tahap ketiga, peneliti menentukan metode penelitian yang tepat, yaitu metode Penelitian dan Pengembangan yang dimodifikasi, dengan analisis kualitatif, sekaligus dengan langkah-langkah penelitiannya. Tahap keempat, peneliti mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data, dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dari data-data yang sudah ada, yaitu dari hasil penelitian orang lain, jurnal, buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, arsip yang ada di Lembaga Pemasyarakatan. Selanjutnya peneliti menjawab pertanyaan penelitian dengan menggunakan analisis data kualitatif-kuantitatif yang bertumpu pada pertanyaan penelitian yang diajukan. Tiga pertanyaan penelitian tersebut yaitu: a. Tentang pola pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin Bandung; terdiri atas, 1) Sistem pembinaan, 2) Sistem material, non material, dan lingkungan yang kondusif, 3) Sistem personal, 4) Tentang kekuatan dan kelemahan sekaligus peluang dan ancaman pada pola pembinaan yang berlaku di Lembaga pemasyarakatan, b. Tentang penyusunan model kegiatan pembinaan ketawakalan yang tepat berdasarkan pada realitas kebutuhan di lapangan, c. Penerapan model yang telah dibuat (uji model)

127

di lapangan. Tahap kelima menarik kesimpulan dan rekomendasi. Hasil dari kesimpulan tersebut dapat dijadikan khazanah pengetahuan ilmiah bagi yang mau menggunakannya dan dapat dijadikan dasar untuk kajian teoritis bagi para peneliti berikutnya.

250

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari pembahasan penelitian lapangan bahwa “jika model pengembangan pembinaan ketawakalan diterapkan di Lembaga Pemasyarakatan secara konsisten maka akan ada perubahan perilaku secara signifikan ke arah yang lebih baik”. Dari kesimpulan umum tersebut, kesimpulan khususnya dijelaskan di bawah ini:

1. Pola pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin Bandung, terdiri atas; a. Sistem pembinaan yang ada disusun berdasarkan pada Visi, Misi, Tujuan, Proses Pemasyarakatan dan Program Pembinaan Narapidana. b. System material dan lingkungan, secara keseluruhan cukup memadai. Hal ini ditunjang oleh system pembinaan yang mapan, personel yang relative lengkap, sarana dan prasarana yang representative dan lingkugan yang kondusif. c. System personal terdiri atas Pembina dan warga binaan. Factor Pembina memiliki kemampuan relative seimbang dengan kebutuhan di lapangan dan factor warga binaan secara umum dapat mengikuti seluruh kegatan, karena mereka tidak punya pilihan lain selain mentaati semua instruksi dari Pembina. d. Analisis SWOT sebagai salah satu alat untuk menganalisis kegiatan terdiri atas; strength (kekuatan), diantaranya fasilitas fisik memadai untuk menunjang seluruh proses kegiatan. Tersedianya SDM yang cukup lengkap dilihat dari meratanya pendidikan, dari SLTA sampai berpendidikan S2

251

dan jumlah personil 128 orang untuk sekitar 500 narapidana. Adanya memiliki rencana strategis cukup mapan. Weakness (kelemahan), diantaranya adalah ruangan khusus untuk pembinaan keagamaan kurang memadai, karena antar satu ruangan dengan lainnya tembus suara sehingga mengganggu proses belajar-mengajar. Materi ajar keagamaan terlalu bersifat umum tidak terfokus pada kebutuhan narapidana. Belum adanya tenaga ahli khusus di bidang keagamaan yang menjadi karyawan tetap. Kurangnya jumlah keamanan di blok. Yang ada hanya satu orang seharusnya sekurang-kurangnya ada empat orang. Belum adanya tenaga konseling secara khusus. Yang digunakan diambil dari siapapun Pembina yang dianggap layak. Opportunity (peluang), diantaranya pada aspek kerjasama yang terjadi selama ini antara pihak LAPAS dengan pihak luar, baik dengan instansi penegak hukum, berbagai kementerian, orgsnisasi social, dan lain-lain. Threat (ancaman), diantaranya dari pihak keluarga yang menengok dan membebani psikologis narapidana, adanya ‘stigma’ negative masyarakat kepada narapidana dan mantan narapidana. 2. Jika memperhatikan kegiatan pembinaan keagamaan yang sudah ada di Lapas

sukamiskin maka model pengembangan pembinaan ketawakalan bukan sesuatu yang terpisah tetapi merupakan suplemen atau tambahan kegiatan dari yang sudah ada. Kegiatan yang sudah biasa berjalan ditambah kegiatan tambahan yang belum ada. Bentuknya adalah Pertama, Pemberian buku saku (doa). Buku saku doa diberikan pada warga binaan untuk dibaca dalam kehidupan sehari-

252

hari, baik untuk ibadah ritual atau untuk ibadah sosial. Kedua, Pemberian materi ceramah-tanya jawab tentang lima ciri ketawakalan dengan pembicara yang berbeda disesuaikan dengan materinya.

Proses pembuatan model pengembangan pembinaan ketawakalan disusun berdasarkan urutan sebagai berikut: Rasional, Tujuan, Deskripsi model (program), Tahapan model (proses), dan Produk model. Dengan mengembangkan komponen-komponen tersebut, terbukti memberikan pengaruh secara signifikan terhadap narapidana. Hal ini terlihat ketika hasil dari penerapan model di lapangan antara Warga Binaan yang diberi perlakuan dengan yang tidak diberi perlakuan berbeda secara nyata.

3. Hasil dari penerapan model di lapangan terhadap perilaku narapidana adalah,

Pertama, terkait uji statistic. 1) baik Pelaksanaan doa dalam kehidupan sehari- hari ataupun Perilaku narapidana dilihat dari aspek ketawakalan pada saat diberi perlakuan berbeda (lebih baik) secara nyata dibanding dengan yang tidak diberi perlakuan. 2) Adanya hubungan secara significan pada warga binaan yang diberi perlakuan tentang: hubungan antara pelaksanaan doa dengan perilaku warga binaan, antara pelaksanaan doa dengan respon warga binaan dan hubungan antara perilaku warga binaan dengan respon warga binaan. Tidak ada hubungan secara signifikan antara pelaksanaan doa dengan perilaku warga binaan pada warga binaan yang tidak diberi perlakuan. Kedua, terkait pertanyaan terbuka. 1) Respek terhadap penerapan buku saku doa, secara

253

keseluruhan sangat bermanfaat untuk kehidupan mereka sehari-hari. Hal ini terbukti dengan komentar positif dengan adanya buku saku (doa). 2) Untuk pemahaman tentang ketawakalan pada warga binaan yang diberi perlakuan lebih baik secara nyata dibandingkan dengan warga binaan yang tidak diberi perlakuan. Ketiga, Berdasarkan pengamatan di lapangan, mereka yang mendapatkan perlakuan, perilaku ketawakalannya menunjukkan adanya perubahan yang signifikan. B.Rekomendasi

1. Praksis

a. Kepada pihak lembaga pemasyarakatan, berdasarkan hasil dari penelitian yang menunjukkan adanya kelebihan, kekurangan, peluang dan ancaman, perlu kiranya memperhatikan aspek positif dan negative tersebut. Untuk kelebihan dan peluang yang ada pihak Lembaga Pemasyarakatan perlu mengembangkan lebih lanjut dan untuk kekuarangan dan ancaman perlu adanya pengkajian untuk perbaikan di masa yang akan dating.

b. Dengan adanya produk model ini, pihak Lembaga Pemasyarakatan, sebaiknya diupayakan untuk menerapkan di lapangan dengan penyesuaian-penyesuaian didasarkan pada kondisi realitas yang ada. Misalnya melibatkan sebagian dari narapidana yang dapat dipercaya, baik dari segi keilmuan ataupun segi mental spiritualnya, supaya lebih menyentuh pada kebutuhan narapidana dilapangan.

254

c. Berdasarkan hasil dari penerapan model di lapangan yang menunjukkan ke arah positif atau makin baiknya kondisi narapidana setelah mendapatkan perlakuan, sebaiknya pihak Lembaga Pemasyarakatan untuk masa yang akan datang, lebih diintensifkan lagi dalam penerapan model ini di lapangan sekaligus dilakukan bukan hanya untuk Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin tetapi juga untuk Lembaga Pemasyarakatn lain yang ada di seluruh wilayah Indonesia.

2. Keilmuan

a. Mengingat adanya keterbatasan pada peneliti, bahwa yang diteliti hanya aspek kegiatan pembinaan keagamaan pada narapidana kelompok pria. Untuk penelitian lanjutan bagi yang akan melakukan penelitian di lembaga pemasyarakatan, tema yang bisa diambil misalnya kehidupan orang-orang yang berperilaku Kriminal di luar Lembaga Pemasyarakatan, atau meneliti studi komperatif antara lembaga pemasyarakatan yang satu dengan lainnya, juga kegiatan pembinaan pada narapidana khusus perempuan, dan aspek lain yang belum pernah diteliti sebelumnya.

b. Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih bagi perkembangan keilmuan, khususnya bagi sosiologi pendidikan dan bagi pendidikan umum (PU) sebagai prodi yang ada di UPI atau bagi disiplin ilmu apapun yang kiranya memerlukan hasil penelitian ini.

Dokumen terkait