• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Tinjauan Pustaka

2.3.1 Kajian Terdahulu

Widyagani (2013) menulis penelitian berjudul “Analisis Pergeseran Makna Penerjemahan Komik Bleach dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia”.

Penelitian ini membahas fenomena pergeseran makna yang terjadi dalam proses penerjemahan dalam manga bleach. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang berbasis pada studi pustaka. Hasil penelitian menyatakan bahwa pergeseran makna benar terjadi dalam proses penerjemahan atas dasar beberapa alasan dari pihak penerjemah. Hasil penerjemahan yang ada pada kedua versi hanyalah satu dari banyaknya kemungkinan hasil penerjemahan yang lain, sehingga penerjemah yang berbeda dapat menghasilkan penerjemahan yang berbeda. Pada penelitian

diksi/pilihan kata yang melalui proses pergeseran makna sesuai dengan kategori masing-masing, alasan-alasan yang mendasari penerjemah melakukan atau tidak melakukan proses penerjemahan, dan pengurutan kasus pegeseran makna sesuai dengan jumlahnya. Data dalam penelitian ini adalah komik bleach karya Tite Kubo. Penelitian ini menganalisis dengan membandingkan dua buah komik dengan hasil terjemahan dari bahasa Jepang ke dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Dalam hal ini, penulis membandingkan komik terjemahan bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan beberapa teori, yakni teori ilmu terjemahan, teori komik, dan teori ilmu semantik. Penelitian ini memberikan kontribusi kepada peneliti ialah memberikan pemahaman mengenai ilmu semantik (makna) yang memiliki hubungan dengan suatu kegiatan terjemahan.

Herman (2014) melakukan penelitian berjudul Category Shifts in the English Translation of Harry Potter and the Philosopher’s Stone Movie Subtitle into Indonesia (an Applied Linguistics Study).Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pergeseran subtitle judul film Harry Potter. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah 1) jenis pergeseran yang ditemukan dalam subtitle film Harry Potterand the Philosopher Stone 2) Kategori pergeseran yang dominan ditemukan di film Harry Potter. Data dari penelitian ini diambil dari subtitle film Harry Potter dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Penelitian ini membantu penulis dalam menganalisis, serta membantu penulis dalammemahami pengertian terjemahan, pergeseran terjemahan serta jenis-jenis pergeseran terjemahan.

Penelitian pergeseran terjemahan juga sudah pernah dilakukan oleh Napitupulu (2014) dengan judulAnalisis Pergeseran Terjemahan dalam Brosur bahasa Mandarin-Indonesia. Penulis menguraikan pergeseran terjemahan pada brosur bahasa Mandarin. Penelitian ini juga menggunakan teori pergeseran terjemahan dari Catford (1965). Data dalam penelitian ini adalah informasi yang berkaitan dengan analisis pergeseran tingkatan, pergeseran kategori dan pergeseran pada tataran semantik pada terjemahan bahasa Mandarin-Indonesia dalam brosur kampus National Taiwan Normal University dan Brosur Tourism Malaysia. Berdasarkan data yang dianalisis, pergeseran yang terjadi pada brosur terjemahan bahasa Mandarin-Indonesia mengalami banyak pergeseran pada pergeseran tingkatan, kategori, dan semantik. Pergeseran terjadi karena Bsu dan Bsa memiliki tata bahasa yang berbeda sehingga dilakukan penyesuaian terhadap konteks Bsu yang dapat dimengerti pada konteks Bsa dimana pengertian maupun makna yang tercantum dalam brosur tidak melenceng dari teks Bsu. Penelitian ini membantu penulis dalam menyusun tinjauan pustaka dimana referensi penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan sumber referensi.

Gunanda (2016) telah melakukan penelitian dengan judul Pergeseran Bentuk dan Makna dalam Terjemahan Komik Les Aventures De Tintin. Penelitian ini menggunakan teori pergeseran terjemahan yang diperkenalkan oleh J.C.

Catford (1965). Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat ditemukan sebanyak 138 data. Ditemukan sebanyak 94 merupakan pergeseran bentuk tunggal, 5 pergeseran bentuk double, 28 pergeseran makna tunggal, 11 pergeseran bentuk dan makna. Pergeseran bentuk terdiri dari 11 pergeseran level, 20 pergeseran

struktur, 8 pergeseran kelas kata, 58 pergeseran unit dan 16 pergeseran intra-sistem. Pergeseran makna terdiri dari 8 pergeseran generik ke spesifik, 9 spesifik ke generik, dan 22 pergeseran akibat perbedaan sudut pandang budaya. Penelitian ini menjelaskan penyebab dari pergeseran yang terjadi dalam terjemahan komik Les Aventures De Tintin ada lima faktor, perbedaan budaya, penambahan, pengurangan, transposisi, dan modulasi. Faktor-faktor tersebut membuat adanya tambahan atau pengurangan kata, makna yang meluas atau menyempit, pencarian padanan yang sesuai dalam budaya bahasa sasaran yang akhirnya menyebabkan teks terjemahan tidak sama persis dengan teks aslinya. Penelitian ini membantu penulis dalam memahami pergeseran terjemahan sehingga penulis dapat melakukan penelitian yang sejenis.

Kartikaratri (2016) telah melakukan penelitian dengan judul Pergeseran Terjemahan Grup Nominal bahasa Perancis dalam Novel La Dame Aux Camélias.

Penelitian ini berfokus kepada GN dengan artikel sebagai determinannya pada novel La Dame Aux Camelias yang diterjemahkan ke bentuk gramatikal selain nomina/frasa nominal dalam novel terjemahannya, yaitu The Lady Of The Camellias. Data dalam penelitian yang diterjemahkan menjadi bentuk gramatikal lain selain nomina/frasa nominal ditemukan sebanyak 83 buah. Dari 83 data tersebut diantaranya diterjemahkan ke adjektiva, 12 ke verba, 12 ke verba berperluas, 7 berupa frasa adjektiva, 5 berupa frasa verba, 1 ke frasa preposisional, 29 ke klausa dan 1 ke kalimat. Hal tersebut terjadi disebabkan karena adanya pergeseran terjemahan yang terjadi, yaitu pergeseran kategori yang meliputi pergeseran kelas dan pergeseran unit. Pergeseran unit menyebabkan sebanyak 70

GN dari La Dame Aux Camelias bergeser ke adjektiva, verba, verba berpeluas, klausa dan kalimat di dalam The Lady of The Camellias. Pergeseran kelas menyebabkan 13 GN bergeser ke frasa adjektiva, frasa verbal, dan frasa preposisional. Ada dua teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teori pergeseran terjemahan dari J.C. Catford (1965) dan teori GN dalam Bsa.

Penelitian ini juga membantu penulis mampu memahami bentuk pergeseran terjemahan sehingga penulis dapat melakukan penelitian sejenis.

Seluruh kajian penelitian di atas sangat membantu penulis dalam merancang, melakukan, dan menulis hasil penelitian ini. Terutama tentangpemilihan data, pemahaman teori, klasifikasi pergeseran, menganalisis data serta memahami hubungan pergeseran dengan kesepadanan makna.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian merupakan upaya yang dilakukan untuk menguak identitas objek penelitian (Mahsun,2007:30).Metodologi penelitian adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Usman, 2008:41). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pergeseran terjemahan bahasa Mandarin-Indonesia pada film Aftershockdengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.

3.2 Data dan Sumber Data

3.2.1 Data

Data adalah segala sesuatu yang diketahui, dilihat dan diamati yang dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan yang dikaitkan dengan waktu dan tempat. Data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk angka yang diperoleh dari rekaman, pengamatan, wawancara atau bahan tertulis.Data dalam penelitian ini adalah seluruh kata, frasa, dan klausa yang mengalami pergeseran penerjemahan yang diklasifikasikan ke dalam bentuk atau jenis pergeseran terjemahan.

3.2.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subtitlebahasa Indonesia film Aftershock. Subtitle terjemahan film ini diunduh dari situs subsceneyang berasal dari subscene Mahsunmax.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 1988:211). Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode simak, yaitu menyimak (membaca) secara teliti semua kata, frasa, dan klausa yang ada pada sumber data. Peneliti hanya berpartisipasi ketika menyimak dan tidak terlibat dalam dialog maupun proses pembicaraan. Kemudian dilanjutkan dengan teknik catat. Peneliti membaca berulang-ulang sumber data sampai menemukan pergeseran bentuk dari bahasa Mandarin ke dalam terjemahan bahasa Indonesia. Kemudian data tersebut diberi kode untuk memudahkan pengelompokan data. Cara pengkodeannya adalah dengan menulis nama film yang diteliti kemudian dengan mencantumkan time code perscene. Misalnya, “Film Aftershock (00:05:40,35200:05:41,452)”.

3.4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah manusia, yaitu peneliti sendiri dengan kemampuan dan pengetahuan peneliti tentang bentuk pergeseran terjemahan bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia. Di samping itu, peneliti juga menggunakan pengetahuan tentang kriteria-kriteria

bahasa Indonesia. Kriteria-kriteria tersebut diperoleh peneliti dari berbagai referensi, baik referensi berbahasa Mandarin maupun referensi berbahasa Indonesia.

3.5 Metode Analisis Data

Pada tahap ini upaya peneliti menangani langsung masalah yang terkandung pada data (Sudaryanto, 1993:6). Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode padan. Metode padan adalah metode yang penentunya di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13). Metode padan yang digunakan adalah metode padan translasional, yaitu metode padan yang alat penentunya adalah langue lain dalam hal ini teks terjemahan bahasa Indonesia. Untuk melaksanakan metode padan digunakan dua teknik, yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik PUP (Pilah Unsur Penentu) dan teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik HBS (Hubung Banding Menyamakan). Pada langkah awal analisis, dilakukan teknik dasar yaitu teknik PUP (Pilah Unsur Penentu). Teknik ini dilakukan dengan memilih kata, frasa, dan klausa yang menjadi penentu terjadinya pergeseran. Contohnya adalah pada data berikut:

9a (Bsu): 电 做电 电。

zuò fàn Ibu masak panas 9b (Bsa): Ibu kepanasan habis masak.

Sumber data: Film Aftershock (00:07:30,45900:07:32,460)

Pada kalimat 9a (Bsu) tersebut dipilih kata “masak” sebagai penentu terjadinyapergeseran. Setelah teknik dasar yaitu teknik PUP(Pilah Unsur Penentu), dilakukan teknik lanjutan yaitu teknik HBS(Hubung Banding Menyamakan).

Padatahap ini peneliti mencari kesamaan antara bahasa sumber dan bahasa sasaran.

Frasa “做电zuò fàn” pada bahasa sumber dan kata “masak” pada bahasa sasaran sama-sama memiliki arti atau makna “membuat sesuatu”. Pada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk yaitu unit shift. Frasa “ 做电zuò fàn” pada bahasa sumber berubah bentuknya menjadi kata “masak” pada bahasa sasaran. Pada contoh di atas terjadi pergeseran dari frasa ke kata (2 ke 1) yang tergolong dalam unit shift yaitu down rank shift.

Sesuai dengan rumusan masalah yang kedua dalam penelitian ini, yakni menentukan bentuk pergeseran terjemahan apakah yang paling dominan maka rumus yang digunakan oleh penulis adalah rumus dari Bungin, (2005:171:172) yaitu:

n=𝑭𝑭𝑿𝑿

𝑵𝑵 x 100%

Keterangan:

n= Presentase Kode 𝐹𝐹𝑋𝑋= Frekuensi Data N= Total Data

3.6 Uji Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reabilitas) (Moleong, 2005:321). Dalam hal ini peneliti meminta bantuan kepada dosen ahli yaitu dosen pembimbing untuk dimintai pertimbangan sebagai konsultan. Penelitian ini menggunakan reabilitas intra-rater oleh seorang pengamat yaitu peneliti sendiri dengan menyimak subtitle yang dijadikan sumber data untuk mendapatkan data yang konsisten. Selain itu juga digunakan inter-rater yang dilakukan oleh pengamat lain, dalam hal ini dilakukan oleh dosen pembimbing.

Kriteria pemilihan film Aftershock sebagai sumber data didasarkan pada:

1. Jumlahvotefilm tersebut. Film Aftershock memperoleh votes tertinggi yakni 7.6/10 atau 7.833 votes (IMDb) dan 90% (Rotten tomatoes).

2. Hasil kreatifitas dari kehidupan nyata (historis) tidak hanya fiktif belaka sehingga ada pesan/hal penting yang hendak disampaikan.

3. Penghargaan yang diperoleh baik oleh aktor/aktris maupun filmnya.

4. Penggunaan film tersebut sebagai sumber data penelitian sebelumnya.

5. Terutama mempertimbangkan subtitle film Aftershock.

Dari seluruh kriteria film yang disebutkan oleh peneliti, film yang paling memenuhi seluruh kriteria tersebutadalah film Aftershock.Penentuan sumber data ini tidak hanya oleh penulis, namun juga didasarkan pada survei awal pemilihan sumber data subtitle. Penulis memilih lima film yang paling diketahui/populer di kalangan mahasiswa Sastra Cina dari berbagaiGenre. Mahasiswa stambuk 2014 dengan syarat telah lulus HSK 4 berjumlah 10 orang diambil sebagai responden

untuk uji keabsahan data.Responden diberikan kesempatan untuk menonton kelima film tersebut.Setelah menonton, mahasiswa diberikan kesempatan untuk memberikan pendapat terhadap subtitlefilm khususnya tentang kemudahan dalam memahami subtitle. Diantara kelima film tersebut bahwa film yang paling banyak terjadi pergeseran pada subtitle ialah film Aftershock. Tidak hanya pergeseran bahkan terdapat kesalahan dalam penerjemahan. Kesalahan tersebut menunjukkan mungkin saja penerjemah menggunakan mesin terjemahan berbasis leksikal tanpa mempertimbangkan struktur dan budaya pada bahasa sasaran.

3.6.1 Pemilihan Teks/Subtitle

Sesuai dengan topik yang akan dibahas, pemilihan teks/subtitle menjadi hal penting yang harus dibatasi sebaik mungkin. Untuk membatasi jumlah kata yang sangat banyak dalam teks aslinya penulis hanya memilih bagian subtitle yang mengalami pergeseran yang meliputi kata, frasa, dan klausa. Film Aftershocks terdiri atas555scene.Data yang dianalisis akan diambil secara sengaja(purposive).

Dari masing-masing scene yang mengalami pergeseran bergeser dari kata ke frasa atau sebaliknya, frasa ke klausa atau sebaliknya, klausa ke kalimat atau sebaiknya.

Data diambil secara representatif (mewakili) dengan menentukan beberapa kriteria-kriteria untuk pengambilan data setiap scene.

Kriteria pemilihan teks/subtitle yang dijadikan sampel penelitian adalah sebagai berikut:

1. Merupakan komponen kata, frasa, atau klausa.

2. Mengalami pergeseran dalam penerjemahan baik dari kata ke frasa, frasa ke klausa, klausa ke kalimat, atau sebaliknya.

Dari 555 scenedan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan maka diperoleh sampel secara purposive dan reprsentatif sebanyak 40scene untuk dijadikan data. 40scene diambil setelah seluruh data diklasifikasikan ke bentuk-bentuk pergeseran terjemahan. Kemudian dijumlahkan setiap data bentuk-bentuk pergeseran yang didapat dan diambil data yang mewakili dari setiap bentuk pergeseran terjemahan.

3.6.2 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah subtitle film Aftershock. Total subtitle film secara keseluruhan adalah 555 scene. Untuk mewakili (representatif) total seluruh scene, penulis mengambil sampel secara sengaja(purposive)sebanyak 40scene.

Scene tersebut dipilih secara sengaja oleh peneliti sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Adapun beberapa kriteria data merupakan satuan kata, frasa, atau klausa. Kemudian, satuan-satuan tersebut mengalami pergeseran dalam penerjemahan baik dari kata ke frasa, frasa ke klausa, atau klausa ke kalimat.

Karena dalam suatu penerjemahan terjadi proses perpindahan pesan atau makna yang diungkapkan dengan bahasa yang berbeda (Bsu ke Bsa) untuk mencapai hasil terjemahan yang berterima.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelaskan analisis pergeseran terjemahan dari bahasa Mandarin ke bahasa Indonesia pada subtitle film Aftershock. Jumlah data yang diteliti sebanyak 40 data yaitu subtitle film Aftershock. Data tersebut dianalisis berdasarkan teori pergeseran terjemahan yang terdiri atas 2 jenis, yakni level shift dan category shift (Catford, 1965:26). Pada penelitian ini Penulis hanya membahas category shift yang terdiri atas 4 jenis, yakni structure shift, class shift, unit shift, dan intra system shift.

4.1 Hasil

Berdasarkan analisis pergeseran terjemahan terhadap 40 data dalam bentuk kata, frasa, dan klausa subtitle film Aftershock, terdapat sejumlah category shift yang diklasifikasikan dalam Table 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1. Jumlah Data serta Persentase Jenis Pergeseran Terjemahan

No Jenis Pergeseran Terjemahan Jumlah Data

Presentase (%)

1 Unit Shift 16 40%

2 Structure Shift 10 25%

3 Class Shift 8 20%

4 Intra System Shift 6 15%

TOTAL 40 100%

Tabel 4.1 menjabarkan keempat jenis pergeseran terjemahan category shift, yaitu structure shift, class shift, unit shift (up rank shift dan down rank shift), dan intra system shift. Unit shiftpaling banyak ditemukan dengan persentase sebesar 40 % (16 data). Pergeseran unit (unit shift) terjadi baik dari tingkat yang lebih tinggi ke yang lebih rendah atapun dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi, seperti frasa ke kata, klausa ke kata, kata ke frasa, kata ke klausa, kata ke kalimat, frasa ke klausa, frasa ke kalimat, klausa ke kalimat. Dalam penelitian ini, unit shift yang paling dominan adalah down rank shiftdengan bentuk perubahan dari frasa ke kata (13 data). Pergeseran ini terjadi karena adanya pengaruh teknik penerjemahan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.

Teknik penerjemahan yang dimaksud adalah pengurangan. Pengurangan atau reduksi adalah teknik mengimplisitkan informasi karena komponen maknanya sudah termasuk dalam bahasa sasaran (Molina & Albir, 2002:509).

Dengan teknik ini, penerjemah mengubah bentuk (shifted) bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dari frasa menjadi kata seperti 年 轻 niánqīngmenjadi“muda”. Meskipun demikian, penggunaan teknik pengurangan pada proses penerjemahan subtitle ini tidak mengubah makna bahasa sumber.

Pengurangan justru dilakukan untuk menjaga kealamiahan (naturalisasi) pada bahasa sasaran.

Structure shiftmenempati urutan kedua dengan persentase sebesar 25% (10 data). Pergeseran struktur yang umum pada subtitle film ini adalah perubahan

struktur bahasa sumber (Bsu), yakni struktur keterangan+subjek+predikat+objek (K+S+P+O) menjadi struktur subjek+predikat+objek+keterangan (S+P+O+K) dalam bahasa sasaran (Bsa) sebanyak 5 data serta urutan frasa MD (Menerangkan-Diterangkan) dalam bahasa sumber berubah menjadi DM (Diterangkan-Menerangkan) dalam bahasa sasaran (Bsa) sebanyak 5 data. Hal ini terjadi karena sistem urutan unit linguistik yang berbeda dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Bahasa Mandarin menganut sistem K+S+P+O dan sistem MD (Menerangkan-Diterangkan) sedangkan bahasa Indonesia menganut sistem S+P+O+K dan DM (Diterangkan-Menerangkan). Perubahan struktur ini dilakukan untuk menjaga agar hasil terjemahan sesuai dengan kaidah bahasa sasaran.

Class shiftterjadi dengan persentase sebesar 20% (8 data). Class shift terjadi karena adanya perbedaan kelas kata dari bahasa sumber (Bsu) ke dalam bahasa sasaran (Bsa). Pergeseran class shift pada penelitian ini yakni perubahan kelas kata kerja ke kata penunjuk (2 data), kata sifat ke kata seru (1 data),kata kerja ke kata tanya(1 data), kata kerja ke kata penunjuk (2 data), kata kerja ke kata seru (2 data).Hal ini dilakukan penerjemah karena kedua bahasa mempunyai cara yang berbeda untuk mengungkapkan makna dan pengkategorisasian kata sesuai sebuah konteks. Perubahan kelas kata pada film dipengaruhi oleh konteks pada scene tertentu.Dengan mempertahankan kesetaraan makna dari bahasa sumber, penerjemahmencari padanan kata yang paling tepat untuk diungkapkan dalam bahasa sasaran meskipun kelas katanya harus diubahsuaikan.

Intra system shift ditemukan dengan persentase sebesar 15% (6 data). Intra system shift terjadi karena perbedaan tata bahasa dari kedua bahasa. Dalam bahasa Mandarin ada beberapa kata yang memang sengaja tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, seperti 的 (de= kepunyaan),个 (gè= kata bilangan),把 (bǎ=

pembentuk kalimat aktif),们 (men= penanda majemuk),了(le= partikel),dan lain-lain. Apabila unit-unit linguistik di atas diterjemahkan maka hasil terjemahannya akan menjadi sangat harfiah dan kaku bahkan hasil terjemahan dapat menjadi salah dan tidak masuk akal. Unit-unit linguistik tersebut memiliki fungsi yang sangat penting dalam kalimat bahasa Mandarin, namun tidak demikian dalam sturktur bahasa sasaran, yakni bahasa Indonesia.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Bentuk Pergeseran Terjemahan pada Subtitle Film Aftershock 4.2.1.1 Unit Shift

Pergeseran unit (unit shift) terjadi baik dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah atau dari tingkat yang lebih rendah ke tinggi, seperti frasa ke kata (13 data), kata ke klausa (1 data), frasa ke klausa (1 data), frasa ke kalimat (1 data). Unit shift dapat kita lihat pada Tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Pergeseran Unit Shift

No Bahasa Sumber (Bsu)

Bahasa Sasaran (Bsa)

Kode Data Unit Shift

1 看着点道

(down rank shift)

2 电来

(down rank shift)

3 坏蛋

(down rank shift)

5 你个王八蛋

(down rank shift)

(frasa)

(down rank shift)

8 不是都电好了电?

(down rank shift)

9 电每天有多少女孩子

来做人流

Zhè/měitiān/yǒu/duōs hào/nǚ/háizi/lái/zuò/

rén/liú

Kau telah melihat berapa banyak

(down rank shift)

Ini/setiap

(down rank shift)

12 那么大的个子。

Nàme/dà/de/gèzi.

Begitu/besar/kepuny aan/tubuh.

(frasa)

Dia begitu tinggi.

(kata)

(down rank shift)

13 我看电方凳了。

(down rank shift)

Saya/melihat/bertem

(down rank shift)

15 好看电?

(down rank shift)

16 一家人。

Yī/jiā/rén.

Satu/rumah/orang (frasa)

Kita semua satu keluarga.

(down rank shift)

Bentuk unit shift yang paling dominan pada subtitle film adalah bentuk frasa ke kata (down rank shift) sebanyak 13 data. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh teknik dalam menerjemahkan. Teknik yang mempengaruhi unit

bahasa sasaran. Teknikpengurangan yang membuat bentuk unit linguistik dari bahasa sumber dalam bahasa sasaran berubah. Hal ini dapat dilakukan karena kedua bahasa mempunyai cara yang berbeda untuk mengungkapkan makna. Unit shift dapat kita lihat pada contoh berikut:

Gambar 4.1 Unit Shift (Down Rank Shift)

10a (Bsu):你个王八蛋。frasa

Nǐ gè wáng bā dàn Kamu kata raja delapan telur

bilangan 10b (Bsa): bajingan  kata

Kode Data: Aftershock (00:18:41,005 00:18:44,741)

Pada kalimat 10a (Bsu), bahasa sumber berupa frasa yakni 王八蛋 wángbā dàn yang apabila diterjemahkan secara leksikal sebagai berikut:

你 个 蛋。

wáng dàn

Kamu (kata bilangan) raja delapan telur

Frasa pada kalimat 10a dalam bahasa sasaran diterjemahkan menjadi satu kata yaitu “bajingan”.Dalam hal ini terjadi pergeseran terjemahan dari tingkat tinggi ke rendah yakni frasa ke kata yang disebut dengan down rank shift. Seperti pada kalimat 10a diatas, apabila diterjemahkan secara harfiah maka tidak akan sesuai dengan maksud bahasa sumber. Penutur bahasa Indonesia tidak mengenal istilah “raja delapan telur” sehingga dicari kesepadanan yang tepat dalam bahasa sasaran dan dapat dimengerti oleh penutur bahasa sasaran.

Pergeseran unit up rank shift juga terdapat dalam subtitle film AftershocksPergeseran dari kata menjadi frasa dalam bahasa sasaran seperti pada kalimat 11a dan 11b berikut ini:

Gambar 4.2 Unit Shift (Up Rank Shift)

11a (Bsu): 乖 kata (Guāi)

Baik

11b (Bsa): Jadilah anak yang baik. klausa

Kode Data: Aftershock (00:40:18,504 00:40:20,372)

Pada kalimat 11a (Bsu), terjadi pergeseran terjemahan antara bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Secara leksikal, 乖guāi memiliki arti “baik atau penurut”.乖guāibiasanya ditujukan untuk anak-anak agar ia mempunyai sifat serta perilaku yang baik dan berbakti kepada orang tua, seperti menuruti apa kata orang tua dan mendengarkan kata orang tua. Bahasa sasaran pada kalimat 11b masih sesuai dengan makna secara leksikal bahasa sumber, hanya saja bentuk bahasa sumber dan bahasa sasarannya berubah.乖guāi dalam bahasa sumber berbentuk

“kata”, sedangkan dalam bahasa sasaran diterjemahkan ke dalam bentuk “frasa”.

Karena apabila 乖guāi diterjemahkan dengan satu kata sesuai dengan arti leksikalnya “baik”, maka makna dari bahasa sumber tidak akan tersampaikan ke dalam bahasa sasaran. Untuk itu, penerjemah memperjelas makna tersebut

Karena apabila 乖guāi diterjemahkan dengan satu kata sesuai dengan arti leksikalnya “baik”, maka makna dari bahasa sumber tidak akan tersampaikan ke dalam bahasa sasaran. Untuk itu, penerjemah memperjelas makna tersebut

Dokumen terkait