• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEOR

2.3 Kajian yang Relevan

Lapoliwa (1991) merupakan perintis penelitian bahasa Indonesia dalam bidang kajian Fonologi Generatif. Lapoliwa (1981) penelitiannya yang berjudul Fonologi Bahasa Indonesia: Suatu Pendekatan Generatif. Lapoliwa (1981) menemukan dalam bahasa Indonesia mempunyai 23 bunyi konsonan dan 6 vokal. Ada 11 ciri pembeda untuk membedakan 29 segmen itu, yaitu [konsonantal], [silabis], [koronal], [anterior], [tinggi], [rendah], [belakang], [bulat], [nasal], [kontinuan], dan [tekanan]. Ada 27 kaidah fonologi, yaitu kaidah degiminasi, pelesapan trill, penyisipan glottal stop, realisasi glottal stop dari /k/, pelesapan /h/, despirantisasi (naturalisasi) /f/, naturalisasi /h/, pengedepanan (naturalisasi) /s/, naturalisasi /x/, penyisipan schwa, pelesapan nasal dan asimilasi, penyatuan konsonan, pelesapan dua segmen pertama dari /mǝn/, pelemahan vokal, penarikan kembali vokal, pelesapan schwa, nasalisasi vokal, perendahan vokal, penyatuan vokal, penyisipan luncuran, desilabitasi, desilabitasi, desimilasi vokal, akhir kata pinjaman, dan penempatan tekanan. Dalam penelitian itu ditemukan adanya rangkaian konsonan s-t, s-l, k-t, k-s, k-d, k-n, k-l, k-r, k-z, p-t, h-t, h-k, h-s, h-b, h-

l, h-y, h-w, s-h, m-r, m-l, l-m, dan b-r dan rangkaian vokal i-a, i-u, i-o, u-a, u-e, u- u, a-i, a-u, a-e, a-a, o-a.

Wayan (1993) melakukan penelitian yang berjudul Teori Transformasi Generatif Dalam Penelitian Fonologi Dan Sintaksis; Suatu Tinjauan Teoretis: Laporan Penelitian. Dalam penelitian sintaksis, dicoba menemukan komponen-

komponen sintaksis yang meliputi kaidah struktur frase (KSF), leksikon, struktur batin, kaidah transformasi, dan struktur lahir. Sebaliknya, dalam penelitian fonologi, ingin diketahui konsep-konsep tentang fonem, fonetik, ciri-ciri pembeda, proses-proses fonologis, dan kaidah-kaidah fonologis. Data dikumpulkan melalui metode intuitif, yakni peneliti menjadikan dirinya sebagai informan bahasa yang memberikan data kebahasaan sesuai dengan kebutuhan teori. Ditemukan bahwa KSF dan leksikon bermanfaat untuk menciptakan kalimat pada tingkat mental; kalimat pada tingkat mental ini disebut dengan kalimat struktur batin. Namun demikian, kalimat yang kita ucapkan atau dengarkan bukanlah kalimat struktur batin melainkan kalimat struktur lahir. Penurunan kalimat struktur batin menjadi kalimat struktur lahir, terlebih dahulu mengalami beberapa proses, yaitu permutasi, pelesapan, penambahan, dan substitusi. Pada tingkat fonologis juga terjadi proses, yakni kalimat struktur lahir menjadi masukan dalam komponen fonologi. Rangkaian ruas bunyi bahasa yang membentuk morfem, kata, frase, klausa, dan kalimat merupakan rangkaian ruas fonetik. Rangkaian ruas fonetik ini diturunkan dari rangkaian ruas fonemik. Penurunan ruas fonemik menjadi ruas fonetik dilakukan melalui proses-proses asimilasi, struktur suku kata, penguatan dan pelemahan, dan netralisasi.

Adnyana (1995) meneliti Kaidah-Kaidah Fonologi Bahasa Bajo: Sebuah Kajian Transformasi Generatif Di Lombok Timur. Dalam penelitian ini ditemukan secara fonemis ada 24 segmen (vokal dankonsonan) dan secara fonetis ada 27 segmen. Diperlukan 15 ciri pembeda dan 18 kaidah dalam pembentukan bentuk turunan. Diantara kaidah tersebut ditemukan pula 3 macam kaidah yang berurutan.

Mulyani (1998) dalam penelitian yang berjudul Ayat Fasif Bahasa Melayu Dialek Deli Medan: Suatu Tinjauan Transformasi Generatif. Penelitian ini hanya

mengkaji aspek sintaksis transformasi generatifnya. Penelitian ini menemukan ayat (kalimat) pasif, (1) yaitu ayat pasif dengan imbuhan kata kerja pasif di-, (2) ayat pasif dengan kata kerja pasif ber-, ‘ber’, dan ayat pasif dengan imbuhan kata kerja pasif ke-...-an. (3) ayat pasif dengan perkataan kene ‘kene’ (4) ayat pasif dengan kata ganti diri. Sedangkan frase ditemukan dua jenis, yaitu (1) Frase kerja (FK) transitif dan frase kerja (FK) inti.

Hendrina (2001) melakukan penelitian terhadap bahasa Sumba dengan judul Representasi Fonologi dan Fonetis Bahasa Sumba: Sebuah Analisis Fungsional. Berdasarkan penelitiannya Hendrina menemukan 24 segmen asal (vokal dan konsonan) secara fonemis dan 29 segmen secara fonetis. Sebagai ciri pembeda ada 14, yaitu [consonantal], [silabis], [sonoran], [koronal], [anterior], [tinggi], [rendah], [belakang], [bulat], [nasal], [malar], [pelesapan tek segera], [bersuara]. Dalam penelitian ini hanya ditemukan rangkaian segmen vokal saja, yaitu i-u, i-a, u-a, u-i, e-u, e-i, o-i, a-i, a-u. Selain itu ditemukan juga 5 kaidah fonologi, yaitu kaidah penyisipan semi vokal, pengulangan suku kata, pengenduran vokal, perubahan vokal, dan penempatan tekanan.

Gustianingsih (2002) dalam tesis yang berjudul Pemerolehan Kalimat Majemuk Bahasa Indonesia Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak Medan. Dalam

penelitian ini mencakup tentang bagaimana kalimat majemuk koordinatif bahasa Indonesia anak diperoleh serta pola struktur kalimat majemuk koordinatif bahasa Indonesia. Jenis kalimat majemuk koordinatif apa yang sedang, akan dan telah di pahami anak TK, serta karakteristik kalimat majemuk koordinatif bahasa Indonesia anak TK. Penelitian ini berusaha memperoleh pemerian yang shahih dan objektif berdasarkan data empiris yang diperoleh dari bahasa lisan anak, dan telah dipahami anak TK serta mendapatkan data tentang karakteristik kalimat majemuk koordinatif bahasa Indonesia anak TK. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa kalimat majemuk koordinatif bahasa Indonesia benar-benar dikuasai anak, kalimat majemuk koordinatif bahasa Indonesia sedang dalam proses belajar atau sedang dikuasai anak, serta kalimat majemuk koordinatif yang akan dikuasai anak.

Sartini (2012) meneliti Bahasa Pergaulan Remaja: Analisis Fonologi Generatif. Dalam penelitian ini ditemukan analisis fonologi generatif, pada tipe-

tipe kata yang terdapat dalam bahasa pergaulan remaja cenderung singkat atau pendek. Pemendekan ini terjadi dalam dua proses yaitu kontraksi dan akronim. Kecenderungan lain adalah modifikasi bentuk, menggunakan verba dengan akhiran –in. Sedangkan ciri-ciri fonologis yang terdapat dalam bahasa pergaulan remaja adalah cenderung menggunakan vokal /e, o dan ə /; melesapkan bunyi, pengenduran , penguatan, dan perpaduan vokal.

Shaumiwaty (2012) dalam penelitian yang berjudul Fonologi Bahasa Gayo: Suatu Analisis Fonologi Generatif. Hasil penelitian ini menemukan 6

segmen vokal fonemis /i,u,e,ǝ,o,a/ dan memiliki realisasi fonetik

[i,u,e,ǝ,o,a,I,ʊ,Ԑ,Ɔ]. Konsonan Bahasa Gayo ditemukan sebanyak 18 buah, yaitu /p,b,t,d,c,j,k,g,s,h,m,n, ɲ,ŋ,l,r,y,w/. Memiliki distribusi yang lengkap, yaitu dapat mendeskripsikan awal, tengah dan akhir kata. Segmen konsonan /c,j,ɲ,y,w/ hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah kata. Diperlukan 15 ciri-ciri pembeda, segmen yang digambarkan sebanyak 24 buah, sehingga penggambaran keluruh segmen tersebut memakai 360 fitur. Ditemukan 136 kaidah redundansi yang bisa digabung-gabungkan, sehingga menjadi 38 kaidah. Analisis pola kanonik sukukata dan persyaratan struktur morfem Bahasa Gayo memiliki pola suku margin tunggal, yaitu V,KV,VK dan KVK. Pola morfem pangkal asal ditemukan dalam 24 macam, yaitu pola satu sukukata 6 macam, dan 4 macam, dua sukukata 3 macam. Ditemukan 11 kaidah fonologi yang berguna untuk menjelaskan proses fonologi yang terjadi. KF penambahan luncuran semivokal, KF penggantian konsonan [k], KF penggantian konsonan [b], KF pelesapan konsonan [h], KF pelesapan vokal [ǝ], KF penaksuaraan konsonan hambat, KF pengenduran vokal dan penempatan tekanan dalam Bahasa Gayo. Bahasa Gayo tidak mempunyai sistem tulisan tersendiri maka digunakan huruf Latin, yaitu /i,e,u,o,ǝ,a/ [i,e,u,o,ǝ,o] ditulis dengan i,e,u,o,ǝ,a. Untuk segmen vokal /ǝ, ԑ,I,ʊ,Ɔ/ ditulis dengan huruf e,i,u,o. Untuk segmen konsonan /p, b, t, d, c, j, k, g, s, h, m, n, ŋ, ɲ, l, r, y, w/ [p, b, t, d, c, J, k, g, s, h, m, n, ŋ, ɲ, l, r, y, w] ditulis dengan huruf / p, b, t, d, c, j, k, g, s, h, m, n, ng, ny, l, r, y,w/ [p, b, t, d, c, j, k, g, s, h, m, n, ng, ny, l, r, y,w].

Kato (2013) dalam jurnal yang berjudul Fonologi Generatif Bahasa Ende

digunakan adalah Fonologi Generatif. Hasilnya: (1) dari 29 fonem, yakni 6 fonem vokal dan 23 fonem konsonan. BE memiliki distribusi yang tidak lengkap, kecuali fonem vokal; (2) masing-masing fonem tersebut merupakan fonem asal yang dapat membentuk morfem pangkal secara fonetis; (3) memiliki 14 (empat belas) struktur silabel; dan (4) memiliki dua proses fonologis, yakni proses pelesapan/penghilangan bunyi, dan proses penambahan dengan glotal [?]. Ciri lain yang paling menonjol dalam BE adalah segmen bunyi: /mb, bh, nd, dh, gh, rh, dan approximant [ ?].

Kajian fonologi yang telah dilakukan itu dapat memperkaya khazanah penerapan teori Fonologi Generatif, khususnya pada bahasa-bahasa Nusantara. Hal itu menjadi penting karena teori Fonologi Generatif tersebut lahir dari kajian pada bahasa Inggris saja. Kajian tersebut akan dapat merumuskan, antara lain, bunyi-bunyi yang khas pada bahasa tertentu; jumlah fitur yang diperlukan dalam penggambaran bunyi-bunyi bahasa Nusantara; dan kaidah-kaidah yang diperlukan dalam realisasi bentuk asal dan turunannya. Demikian juga dengan kajian fonologi terhadap bahasa Indonesia anak usia dua tahun sangat penting dilakukan agar mengetahui pemerolehan bunyi ujaran, perubahan fonologi, dan kaidah fonologi generatif.

BAB III

METODE PENELITIAN

Dokumen terkait