• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.3 Kamus

Kamus secara etimologi, kata kamus berasal dari kata dalam bahasa arab, yaitu qamus. Bahasa Arab menyerap kata qamus dari bahasa yunani kuno,

okeanos, yang berarti lautan. Jika kita mencoba memahami sejarah kata itu maka jelaslah bahwa kata kamus memiliki makna dasar “wadah pengetahuan”. Khususnya, pengetahuan bahasa yang tidak terhingga dalam dan luas.

Beberapa pakar telah memberikan definisi mengenai kamus. Di antaranya di sebutkan sebagai berikut;

[1] Kamus adalah buku referensi yang memuat daftar kata atau gabungan kata dengan keterangan mengenai pelbagai segi maknanya dan penggunaanya dalam bahasa; biasanya disusun menurut abjad(dalam tradisi Yunani – Romawi menurut urutan abjad Yunani – Romawi), kemudian menurut abjad bahasa bersangkutan; dalam tradisi Arab menurut urutan jumlah konsonan (Kridalaksanan. 1982).

[2] Kamus adalah buku berisi kumpulan kata –kata sebuah bahasa yang disusun secara alfabetis diikuti dengan definisi atau terjemahannya dalam bahasa lain (Pirre Labrouse, 1977).

[3] Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kamus adalah buku acuan yang memuat kata, saran dan ungkapan yang disusun menurut abjad berikut keterangan tentang maknanya, pemakainya atau terjemahannya.

Menurut penulis, Kamus adalah kumpulan kata satu bahasa atau lebih yang disusun secara alfabetis beserta dengan arti, definisi ke dalam satu bahasa atau lebih, dan dimuat ke dalam sebuah buku baik dalam bentuk digital dan tertulis.

2.3.1 Fungsi Kamus

Kamus merupakan hasil akhir dari kerja leksikografi adalah himpunan semua kosakata yang ada di dalam suatu bahasa. Berikut di bawah ini adalah fungsi – fungsi praktis dari kamus tersebut :

(1) Makna Kata

Fungsi sebuah kamus yang pertama adalah menjelaskan makna atau arti sebuah kata. Namun, tidak semua kamus dapat memberikan informasi mengenai makna sebuah kata. Kamus besar atau kamus yang ideal mungin dapat memberi informasi makna semua kata yang ada dalam kamus suatu bahasa, tetapi mungkin juga tidak karena isi kamus terbatas.

(2) Lafal Kata

Sebuah kamus yang ideal juga berfungsi untuk menjelaskan lafal atau ucapan sebuah kata, yang baku atau tidak baik. Pada bahasa – bahasa yang sistem pengejaan katanya tidak ideal seperti bahasa inggris. Maka di dalam kamusnya setiap kata tentu disertai dengan ejaan fonetis untuk menunjukan lafal – lafal kata – kata itu.

(3) Ejaan Kata

Sebuah kamus yang ideal memiliki fungsi memberi petunjuk bagaimana ejaan yang benar dari setiap kata saat ini untuk bahasa Indonesia, ejaan yang berlaku adalah Ejaan Yang Disempurnakan(EYD).

(4) Penyukuan Kata

Kamus juga memiliki fungsi agar kita bisa mengetahui suku kata, dengan membuka kamus kita dapat mengetahui suku kata yang kita cari atau ingin kita ketahui pada sebuah kamus. Contohnya :

- Lab – rak atau la – brak

- Ge – og – ra – fi atau ge – o – gra – fi

Untuk mengetahui pemengalan yang benar, kita dapat melihatnya ke dalam kamus yang ideal.

(5) Kebakuan Kata

Sebuah kamus yang ideal dapat menunjukan mana kata yang baku dan mana pula yang tidak baku, misalnya dengan cara memberi tanda rujuk silang, artinya kata – kata yang tidak baku tetap didaftar sebagai lema, tetapi mengetahui makna dan informasi lainnya.

2.3.2 Cara Penyusunan Kamus

Cara penyusunan kamus terbagi menjadi beberapa tahapan penting sebagai berikut :

1. Perancangan

2. Pembinaan data korpus

3. Pengisian dan Pengabjadan data 4. Pengolahan data

5. Pemberian makna

2.3.3 Berbagai Masalah Dalam Perkamusan

Tujuan dari kamus disusun, menyangkut masalah kamus tersebut ditujukan kepada siapa dan seberapa besar ruang lingkupnya.Jika kamus tersebut di tujukan kepada pemilik bahasa itu sendiri, maka yang akan disusun adalah kamus ekabahasa. Jika kamus tersebut disusun bukan untuk orang yang bukan pemilik bahasa itu, maka yang harus disusun adalah kamus dwibahasa.

Ruang lingkup kamus mengenai seberapa besar lema – lema yang akan dimuat, dan seberapa jauh makna serta definisi yang akan diberikan. Tujuan dari kamus diharapkan dapat memberikan semua informasi berkenaan dengan kosakata suatu bahasa.

b. Korpus Data

Kalau tujuan penyusunan sebuah kamus sudah ditentukan, maka masalah kedua yang muncul adala korpus data, yakni sumber yang akan digunakan untuk mengumpulkan data. Korpus data menyangkut masalah subtansi bahasa sumber, bahasa sasaran, dan ruang lingkup kamus yang akan dibuat. Jika bahasa sumbernya belum mempunyai ragam bahasa tulis, maka satu – satunya jalan untuk mendapatkan korpus data itu adalah merekam bahasa tersebut dari pertuturan yang dilakukan oleh para penutur bahasa itu. Jika bahasa sumber telah mempunyai ragam bahasa tulis, maka korpus data diambil dari naskah, buku, Koran, majalah atau terbitan lain tergantung dari tujuan kamus yang akan dibuat.

Data untuk kamus dwi bahasa, kita dapat mengambilnya dari kamus bahasa sumber yang sudah ada dan kualitasnya cukup memadai. Kemudian kita tinggal mencari padanan kata dari bahasa sasaran.

c. Pengumpulan Data

Setelah masalah korpus telah diatasi, masalah selajutnya yang akan muncul adalah mengenai pengumpulan data. Misalnya saja yang disusun adalah kamus ekabahasa Indonesia. Maka data yang akan di kumpulkan bisa berupa kata kasar, kata berimbuhan, kata berulang, kata gabung, bentuk – bentuk idiomatik, ungkapan dan pribahasa.

d. Susunan Lema dan Sublema

Data yang dikumpulkan dari korpus akan menjadi lema dan sublema dalam kamus yang akan disusun. Lema dalam bahasa Indonesia berupa morfem dasar, baik yang bebas (seperti batu, pergi, dan pulang) maupun yang terikat (esperti juang, henti, dan abai). Sedangkan sublema berupa bentuk turunan, baik yang berimbuhan, berulang, maupun yang berkomposisi. Prinsip utama susunan lema dan sublema adalah mudah diikuti.Yang dimaksud mudah diikuti adalah kalau lema dan sublema itu disusun secara alfabetis, baik secara vertikal maupun horizontal.

Tujuan orang membuka kamus adalah untuk mengetahui makna kata. Oleh karena itu, sudah seharusnya makna dalam kamus dibuat baik dan selengkap mungkin. Hari hal itu, segala kemungkinan makna yang dimiliki oleh sebuah kata harus diterakan didalam kamus. Namun, dalam pemberian makna ini banyak masalah yang akan timbul antara lain :

(1) Apa patokan yang menyatakan bahwa sebuah kata telah diberi makna atau definisi. Pemberian makna dalam kamus dwibahasa terlihat lebih mudah sebab sudah dianggap memadai kalo hanya diberi padanan katanya saja. Misal kamus Inggris – Indonesia.

Table Meja

Waterair

Zip resleting.

(2) Sering kali sukar dalam memberikan makna untuk kata kerja. Misalnya kata duduk, makan, dan tidur. Kesulitan seperti ini biasanya diatas dengan memberikan contoh pemakaian kata tersebut.

(3) Banyak kata yang maknanya di suatu tempat tidak sama dengan tempat lain.

(4) Banyak kata yang maknanya telah berubah, baik total, meluas, maupun menyempit. Misalnya, dulu kata ceramah bermakna “Uraian mengenai suatu topik dimuka orang banyak”, tetapi

sekarang bermakna bawel. Makal hal seperti ini diinformasikan dalam rumusan makna dalam kamus.

f. Label – label Informasi

Sebagai bagian dari penjelasan makna kata, maka pada setiap lema utama perlu diberi keterangan dalam bentuk singkatan yang berkenaan dengan :

(1) Kelas kata, yakni verba(v), nomina(n), adjektiva(a), adverbial(ad), numeralia(num) dan sebagainya.

(2) Asal - Usul Kata

Untuk kepentingan ilmiah kata – kata yang masih terasa asing perlu diberi keterangan mengenai asal – usulnya. Misalnya kata

ngaben dari bahasa bali. Kata – kata serapan yang sudah sangat umum tidak perlu diberi label asal – usulnya.

(3) Bidang Pemakaian

Kata – kata, terutama yang disebut istilah, perlu diberi keterangan bidang pemakaianya. Misalnya kata fonem dari bidang linguistik(ling), kata deposito dari bidang perbangkan(bank). (4) Kata – kata arkais

Kata – kata arkais adalah kata – kata yang saat ini tidak digunakan lagi dalam penuturan. Namun, kita bisa dapati saat kita membaca naskah – naskah lama. Misalnya kata tebuk, ungkai, oasik,

dansayhdan. Dibelakang kata – kata ini perlu diberi label

ark(arkais).

2.3.4 Jenis Kamus

Berdasarkan lingkup isinya, Jenis kamus di bagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut :

a. Kamus Umum, yaitu kamus yang memuat semua kata dalam sebuah bahasa, Misalnya Kamus Umum Bahasa Indonesia.

b. Kamus Khusus atau Kamus Istilah, yaitu kamus yang hanya memuat kata – kata dari bidang tertentu, contohnya kamus linguistic, kamus istilah kedokteran, kamus instilah teknologi dan banyak lagi.

c. Kamus Eka Bahasa, yaitu kamus yang memuat kata – kata dari satu bahasa , biasanya berisi definisi, sinonim, dan contoh penggunaan dalam kalimat. Misalnya Kamus Besar Bahasa Indonesia.

d. Kamus Dwibahasa yaitu kamus memuat dua bahasa, biasanya berisi kata dari sebuah bahasa yang makna atau definisinya dijelaskan dengan bahasa lain (Bahasa terjemahannya). Contohnya Kamus Bahasa Indonesia – Bahasa Inggris.

e. Kamus Multibahasa yaitu kamus yang memuat lebih dari dua bahasa. Misalnya Kamus Bahasa Prancis – Indonesia – Inggris.

Dalam dunia perkamusan dan leksikografi sangat disadari bahwa tidak akan ada kamus yang sempurna, yang dapat memberikan semua informasi mengenai kata dengan makna. Hal ini terjadi karena bahasa yang menjadi obyek kamus itu selalu berubah, seiring dengan perubahan sosial budaya dari masyarakat yang menggunakan kamus itu. Akibat dari hal tersebut, kamus yang ideal adalah kamus yang selalu terus – menerus direvisi agar kamus tersebut dapat terus – menerus mengupdate informasi yang diperlukan

Dokumen terkait