• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kandungan Logam Berat dan Sianida dalam Tubuh Ikan .1 Kandungan merkuri (Hg)dalam tubuh ikan .1 Kandungan merkuri (Hg)dalam tubuh ikan

2 TINJAUAN PUSTAKA

4.3 Kandungan Logam Berat dan Sianida dalam Tubuh Ikan .1 Kandungan merkuri (Hg)dalam tubuh ikan .1 Kandungan merkuri (Hg)dalam tubuh ikan

Analisis kandungan logam dan bahan kimia pada biota sangat penting dalam memonitor pencemaran dalam perairan. Uji laboratorium dilakukan terhadap empat jenis ikan yang dominan tertangkap di dua stasiun pengamtan, yaitu terhadap ikan kakap merah, belanak, udang putih dan ikan biji nangka. (Lampiran 5). Hasilnya menunjukkan bahwa logam berat merkuri (Hg) ditemukan pada bagian daging ikan, baik untuk ikan yang tertangkap dari Tanjung Taolas maupun dari Tanjung Akesone. Kadar merkuri pada daging ikan yang tertangkap dari Tanjung Taolas paling tinggi pada ikan kakap merah (0,12 ppm) dan kemudian menyusul pada ikan biji nangka (0,03 ppm) dan paling rendah pada udang putih (0,002 ppm). Pola yang sama juga terlihat pada ikan biji nangka dan udang putih yang tertangkap dari Tanjung Akesone, yang mana kadar merkurinya

relatif rendah dibandingkan dengan ikan belanak. Kadar merkuri pada ikan belanak, biji nangka dan udang putih yang tertangkap dari Tanjung Akesone (sekitar muara sungai Tabobo) masing-masing 0,13 ppm, 0,04 ppm dan 0,002 ppm. Kadar merkuri yang terdapat pada ikan di dua lokasi pengamatan lebih lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Kadar merkuri (Hg) pada daging ikan yang tertangkap dari Tanjung Taolas dan Tanjung Akesone

Kakap merah yang dianalisis kandungan merkurinya tertangkap dari Tanjung Taolas dan belanak tertangkap di Tanjung Akesone. Kedua jenis ikan ini ternyata mengandung kadar merkuri yang lebih tinggi pada dagingnya dibandingkan dengan ikan biji nangka dan udang putih yang tertangkap di kedua lokasi penangkapan. Hal ini merupakan suatu fenomena yang menarik, dan diduga terkait erat dengan tingkat mobilitas ikan. Ikan belanak dan kakap merah yang hanya tertangkap pada daerah penangkapan tertentu diduga memiliki mobilitas yang rendah (penyebaran migrasinya lebih sempit) berbeda dengan ikan biji nangka dan udang putih yang daerah penyebarannya lebih luas. Dugaan ini memang perlu dibuktikan melalui studi yang lebih komprehensif dan sistematis. Namun demikian, jika dugaan tersebut benar, maka ikan yang mobilitasnya kurang seperti kakap merah dan belanak akan memiliki peluang yang lebih besar untuk terkontaminasi oleh merkuri dibandingkan dengan ikan yang memiliki

35

mobilitas tinggi. Lodenius tubuh ikan umumnya bervariasi tergantung dari pola pergerakan dari ikan-ikan tersebut.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi kandungan logam berat dalam tubuh ikan adalah tingkah laku makan ikan. Ikan yang spesiesnya berbeda umumnya memiliki pola tingkah laku makan dan penyebaran habitat yang berbeda pula. Penyebaran habitat dan pola tingkah laku makan ini akan berpengaruh terhadap interaksi ikan yang bersangkutan terhadap kandungan logam berat yang tersuspensi di perairan atau dasar perairan. Lodenius dan Malm (1998) telah melakukan pengkajian terhadap dampak penambangan emas terhadap ikan-ikan yang berada di sungai dan bendungan sekitar lokasi penelitian. Hasilnya menunjukkan bahwa kadar logam berat tertinggi ditemukan pada ikan karnivora dan kemudian menyusul pada ikan pemakan plankton dan omnivor dan kadar terendah ditemukan pada ikan herbivor.

Kandungan logam berat yang meresap pada tubuh ikan juga dipengaruhi oleh kepekaan sesuai dengan tingkat trofik ikan itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Sakamoto (2004), yang mengatakan bahwa merkuri akan berpindah dari satu tingkat trofik ke tingkat lainnya dan menunjukkan peningkatan kepekatan dalam mahluk hidup sesuai dengan tingkat trofik mereka yang disebut biomagnifikasi. Selanjutnya disebutkan bahwa ikan yang lebih besar dengan tingkat trofik yang lebih tinggi umumnya memiliki kadar merkuri yang lebih banyak dibandingkan dengan ikan kecil.

Proses perpindahan secara biologis suatu bahan kimia dari suatu tingkatan trofik yang rendah ke tingkatan yang lebih tinggi di dalam suatu struktur rantai makanan disebut sebagai proses biotransfer. Proses ini akan menyebabkan organisme-organisme yang tingkat trofiknya lebih rendah mempunyai peranan ekologis yang sangat penting pada suatu perairan dalam hubungannya sebagai sumber makanan bagi organisme lainnya (predator). Dengan demikian, organisme, termasuk ikan yang telah terkontaminasi dengan logam berat di perairan Teluk Kao, walaupun pada saat ini konsentrasinya di perairan masih berada di bawah ambang batas, akan mempengaruhi status lingkungan perairan apabila hal ini dibiarkan lebih lama.

Logam berat, termasuk merkuri masuk ke dalam tubuh ikan melalui air, sedimen dan makanan yang dikonsumsi. Logam berat yang masuk ke perairan umumnya akan mengendap di dasar perairan karena merkuri memiliki densitas yang lebih besar dari air laut. Oleh karena itu, masuknya merkuri ke dalam tubuh ikan disebabkan karena ikan berinteraksi dengan sedimen. Merkuri yang terdapat di dalam sedimen dan juga dalam kumpulan detritus kemungkinan akan termakan oleh ikan yang habitatnya berada di dasar perairan. Apabila ikan tersebut termasuk kelompok ikan pemakan sedimen dan detritus, maka peluang merkuri untuk masuk ke dalam tubuh ikan akan semakin besar dan akhirnya akan terakumulasi dalam jumlah besar seperti halnya ikan belanak dan kakap merah yang tertangkap dari perairan Teluk Kao.

Connel dan Miller (1995) menyatakan bahwa sedimen dan detritus biasanya mengandung kepekaan yang tinggi terhadap logam berat di dalam lingkungan yang tercemar, sehingga hewan pemakan sedimen dan detritus cenderung untuk mengakumulasi logam dalam kepekatan yang lebih tinggi. Logam berat yang larut di perairan kemungkinan besar akan menyebar ke beberapa bagian tubuh ikan seperti bagian hati dan daging. Untuk memastikan dugaan tersebut, maka dilakukan pengamatan laboratorium terhadap bagian hati dan daging ikan yang tertangkap dari perairan Teluk Kao.

Analisis terhadap kandungan logam berat merkuri pada bagian hati dan daging ikan kakap merah yang tertangkap dari Tanjung Taolas disajikan pada Tabel 6 dan Lampiran 6. Kadar merkuri yang terdapat pada bagian-bagian hati kakap merah berkisar 0,13 – 0,38 ppm dengan rata-rata 0,23 ppm, sedangkan pada bagian daging berkisar 0,06 – 0,19 ppm dengan rata-rata 0,12 ppm. Hal ini berarti bahwa kadar merkuri yang terkandung pada bagian hati ikan kakap merah lebih tinggi dibandingkan dengan bagian daging. Kadar merkuri tertinggi pada bagian hati terdapat pada A4 (41%), sedangkan paling rendah terdapat pada bagian A3 (14%). Pada sisi lain, kadar merkuri paling tinggi pada bagian daging ikan kakap merah terdapat pada A3 (41%), sedangkan paling rendah terdapat pada bagian A1 dan A4 masing-masing 13%.

Analisis terhadap kandungan logam berat merkuri pada bagian hati dan daging ikan belanak yang tertangkap dari Tanjung Akesone disajikan pada

37

Tabel 7. Kadar merkuri yang terdapat pada bagian-bagian hati ikan belanak berkisar 0,16 – 0,36 ppm dengan rata-rata 0,25 ppm, sedangkan pada bagian daging berkisar 0,05 – 0,25 ppm dengan rata-rata 0,13 ppm. Hal ini berarti bahwa kadar merkuri yang terkandung pada bagian hati ikan belanak lebih tinggi dibandingkan dengan bagian daging, sama halnya dengan ikan kakap merah. Kadar merkuri tertinggi pada bagian hati terdapat pada B2 (36%), sedangkan paling rendah terdapat pada bagian B3 (16%). Pada bagian daging ikan belanak, kadar merkuri tertinggi terdapat pada B4 (47%), sedangkan paling rendah terdapat pada bagian B1 (9%).

Tabel 6 Komposisi merkuri (Hg) pada bagian hati dan daging kakap merah yang tertangkap dari Tanjung Taolas

Sampel Hati Daging

Kosentrasi (ppm) % Kosentrasi (ppm) % A1 A2 A3 A4 0,20 0,22 0,13 0,38 22 24 14 41 0,06 0,15 0,19 0,06 13 33 41 13 Jumlah 0,93 100 0,46 100 Rata-rata 0,23 0,12

Ket. A1-A4 ; penomoran sampel daging ikan kakap merah Sumber : Hasil olahan data

Tabel 7 Komposisi merkuri (Hg) pada hati dan daging ikan belanak yang tertangkap dari Tanjung Akesone

Sampel Hati Daging

Kosentrasi (ppm) % Kosentrasi (ppm) % B1 B2 B3 B4 0,27 0,36 0,16 0,20 27 36 16 20 0,05 0,09 0,14 0,25 9 17 26 47 Jumlah 0,99 100 0,53 100 Rata-rata 0,25 0,13

Ket. B1-B4 : penomoran sampel daging ikan belanak Sumber : Hasil olahan data

Kadar merkuri pada bagian hati dan daging ikan biji nangka yang tertangkap dari Tanjung Taolas dan Tanjung Akesone dapat dilihat pada Tabel 8. Kandungan merkuri pada bagian hati ikan biji nangka lebih tinggi dibandingkan dengan yang ditemukan pada bagian daging.

Tabel 8 Komposisi merkuri (Hg) pada hati dan daging ikan biji nangka yang tertangkap dari Tanjung Taolas (C1) dan Akesone (C2)

Sampel Hati Daging

Kosentrasi (ppm) % Kosentrasi (ppm) % C1 C2 0,51 0,45 53 47 0,04 0,03 57 43 Rata-rata 0,48 100 0,04 100

Ket. CI-C2 : Penomoran sampel daging ikan biji nangka Sumber : Hasil olahan data

Kadar merkuri yang ditemukan pada bagian hati ikan kakap merah, belanak, dan biji nangka pada umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan bagian daging ikan. Rata-rata kadar merkuri pada bagian hati ikan biji nangka lebih tinggi dibandingkan dengan ikan kakap merah dan belanak (Gambar 8). Akan tetapi, kadar Hg pada bagian daging ikan biji nangka lebih rendah dibandingkan dengan ikan kakap merah dan belanak.

Ikan yang tertangkap dari perairan Tanjung Taolas dan Akesone telah mengandung merkuri. Kandungan merkuri pada ikan yang tertangkap di Tanjung Akesone lebih tinggi dibandingkan dengan yang ditemukan di Tanjung Taolas. Hal ini kemungkinan besar diakibatkan karena Tanjung Akesone merupakan muara Sungai Tabobo yang pada bagian hulunya sering dilakukan ekstrasi emas oleh PETI dengan menggunakan merkuri.

Konsentrasin merkuri pada kedua lokasi pengamatan ini masih di bawah batas yang diperbolehkan. WHO menetapkan nilai batas ambang merkuri dalam kondisi masih aman dalam tubuh ikan sebesar 0,5 ppm. Namun demikian, berdasarkan pengamatan terhadap bagian daging ikan, ternyata kadar merkuri masih aman dikonsumsi. Namun demikian, kadar merkuri yang terdapat pada bagian hati ikan biji nangka yang tertangkap dari Tanjung Akesone telah melampaui batas aman yang berlaku, yaitu 0,51 ppm (Gambar 8).

Meskipun jumlah merkuri yang diserap oleh tubuh ikan masih tergolong kategori kecil, namun logam ini ternyata sangat berbahaya. Hal ini disebabkan senyawa-senyawa merkuri dapat memberikan efek racun terhadap banyak fungsi organ yang terdapat dalam tubuh ikan. Pada penelitian ini logam merkuri pada bagian hati ikan lebih tinggi dibandingkan pada daging. Hasil ini juga sama seperti beberapa penelitian mengenai bioakumulasi merkuri dalam jaringan yang

41

bagian hati ikan kakap merah berkisar 6,6-18,0 ppm dengan rata-rata 12,3 ppm. Hal ini berarti bahwa kadar sianida tetap lebih tinggi pada bagian hati dibandingkan dengan pada bagian daging ikan.

Tabel 9 Komposisi sianida (CN) pada bagian hati dan daging ikan kakap merah yang tertangkap dari Tanjung Taolas

Sampel Hati Daging

Kosentrasi (ppm) % Kosentrasi (ppm) % K1 K2 18,0 6,6 73 27 5,0 6,6 43 57 Jumlah 24,6 100 11,6 100 Rata-rata 12,3 5,8

Sumber : Hasil olahan data

Komposisi kadar logam berat sianida (CN) pada bagian hati dan daging ikan belanak yang tertangkap dari Tanjung Akesone disajikan pada Tabel 10. Kadar sianida pada bagian daging ikan belanak cukup bervariasi dari 4,2-7,2 ppm, sedangkan pada bagian hati relatif homogen, yaitu 6,0 ppm. Kadar sianida yang ditemukan pada bagian hati ikan kakap merah (Tabel 9) dan belanak (Tabel 10) pada umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan bagian daging ikan. Rata-rata kadar sianida pada bagian hati ikan kakap merah yang tertangkap di Tanjung Taolas lebih tinggi dibandingkan dengan ikan belanak yang tertangkap di Tanjung Akesone. Akan tetapi, rata-rata kadar sianida pada bagian daging kedua jenis ikan tersebut hampir sama, yaitu 5,8 ppm untuk ikan kakap merah dan 5,7 ppm untuk ikan belanak (Tabel 9 dan Tabel 10).

Tabel 10 Komposisi sianida (CN) pada bagian hati dan daging ikan belanak yang tertangkap dari Tanjung Akesone

Smpel Hati Daging

Kosentrasi (ppm) % Kosentrasi (ppm) % B1 B2 6,0 6,0 50 50 4.2 7.2 37 63 Jumlah 12,0 100 11.4 100 Rata-rata 6.0 5.7

Dokumen terkait