• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kandungan Karbon Hutan Sekunder pada Plot Penelitian

Kandungan Karbon (Carbon Stock) dihitung dengan menggunakan pendekatan biomassa dengan asumsi 50 % dari biomassa adalah karbon yang tersimpan.

1. Carbon stock pada Vegetasi tingkat Understorey

Vegetasi tingkat Understorey adalah vegetasi tingkat semai termasuk herba, terna, perdu, liana, epifit, rumput. Carbon stock pada tingkat vegetasi ini sebesar 1.21194 ton/ha, secara rinci nilai Carbon stock pada tingkat ini dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Nilai Carbon Stock pada Vegetasi Tingkat Understorey

Plot Sub Plot Biomassa C-stock (kg/m2) (kg/m2) 1 A 0.30956044 0.15478022 B 0.181598402 0.090799201 C 0.200199203 0.100099602 D 0.212662014 0.106331007 E 0.154183267 0.077091633 Rata-rata 0.211640665 0.105820333 StdDev 0.05900026 0.02950013 2 A 0.064121756 0.032060878 B 0.169721116 0.084860558 C 0.170629371 0.085314685 D 0.4864 0.2432 E 0.393187251 0.196593625 Rata-rata 0.256811899 0.128405949 StdDev 0.175677728 0.087838864 3 A 0.340268924 0.170134462 B 0.26940239 0.134701195 C 0.279441675 0.139720837 D 0.306 0.153 E 0.098443114 0.049221557 Rata-rata 0.258711221 0.12935561 StdDev 0.093698728 0.046849364 Total Plot

Biomassa : 2.423879 Ton/ha StdDev : 1.132608 Ton/ha Karbon : 1.21194 Ton/ha StdDev : 0.566304 Ton/ha

2. Carbon stock pada Vegetasi tingkat Pohon

Yang dimaksud vegetasi pada tingkat ini adalah semua vegetasi dengan tinggi > 1,5 m atau yang sering dikenal vegetasi tingkat pancang dan pohon. C-stock pada tingkat vegetasi ini adalah sebesar 19.27894 ton/ha. Penentuan kandungan pada tingkat vegetasi ini ditentukan berdasarkan nilai biomassa yang diperoleh melalui persamaan penduga biomassa yang telah dihasilkan

sebelumnya. Secara rinci nilai C-stock pada tingkat vegetasi ini dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Nilai Carbon Stock pada Vegetasi Tingkat pohon

JENIS

KERAPATAN C-stock (ton/ha)

Daun Cabang Batang Akar Total

Trema tomentosa 0.24957 0.94205 2.84444 0.72673 4.76279 Piper aduncum 0.2491 0.33359 1.47705 0.53591 2.59565 Macaranga gigantea 0.14396 0.38694 1.32406 0.37947 2.23443 Scorodocarpus borneensis 0.08012 0.5543 1.34817 0.28038 2.26297 Mallotus paniculatus 0.07304 0.21433 0.71432 0.19863 1.20032 Vernonia arborea 0.05495 0.20967 0.63173 0.16074 1.05709 Macaranga pearsonii 0.04499 0.09337 0.34903 0.10929 0.59668 Strombosia javanica 0.02665 0.11773 0.33613 0.08134 0.56185 Melicope glabra 0.0272 0.08604 0.27923 0.07568 0.46815 Litsea cf. angulata 0.02328 0.06616 0.21989 0.06188 0.37121 Ficus obscura 0.02489 0.05084 0.19213 0.06041 0.32827 Ficus sp. 0.01565 0.03203 0.1214 0.03816 0.20724 Dimocarpus longan 0.01539 0.02146 0.0937 0.03353 0.16408 Alseodaphne elmeri 0.01296 0.02359 0.09394 0.0307 0.16119 Clerodendrum adenophysum 0.01379 0.01867 0.08286 0.02993 0.14525 Symplocos fasciculata 0.00946 0.01974 0.07473 0.02331 0.12724 Leea indica 0.01621 0.01237 0.06767 0.02969 0.12594 Fordia splendidissima 0.01199 0.01576 0.0702 0.02563 0.12358 Dillenia reticulata 0.00739 0.0215 0.07199 0.02007 0.12095 Litsea sp. 0.00985 0.0142 0.06158 0.02178 0.10741 Glochidion sp. 0.00839 0.01366 0.05655 0.01919 0.09779 Melastoma malabathricum 0.00971 0.01 0.04891 0.01939 0.08801 Artocarpus rigidus 0.00723 0.00815 0.03847 0.0148 0.06865 Artocarpus lanceifolius 0.0056 0.00966 0.03922 0.01305 0.06753 Ficus grassularoides 0.00518 0.00869 0.03565 0.01198 0.0615 Syzygium sp. 0.00555 0.00636 0.02987 0.01142 0.0532 Eusideroxylon zwageri 0.00452 0.00698 0.02947 0.01018 0.05115 Cratoxylum sumatranum 0.00482 0.00654 0.02883 0.01041 0.0506 Semecarpus glaucus 0.00488 0.00581 0.02695 0.01017 0.04781 Actinodaphne glabra 0.00419 0.00652 0.02751 0.00948 0.0477 Aglaia sp. 0.00314 0.00438 0.01924 0.00687 0.03363 Clerodendrum sp. 0.00091 0.00081 0.00419 0.00174 0.00765 Hopea rudiformis 0.00091 0.00081 0.00419 0.00174 0.00765 Baccaurea tetrandra 0.00072 0.0006 0.00318 0.00136 0.00586 Dehaasia sp. 0.00019 0.00009 0.00059 0.0003 0.00117 Glochidion obscurum 0.0001 0.00004 0.00028 0.00015 0.00057 Ixora sp. 0.00007 0.00002 0.00017 0.0001 0.00036 JUMLAH 1.17656 3.32345 10.84752 3.06563 18.41312

Dari Tabel 10. dapat dilihat bahwa jenis Trema tomentosa, Piper aduncum, Macaranga gigantea, Scorodocarpus borneensis, Vernonia arborea, Mallotus paniculatus mempunyai kerapatan Carbon stock yang lebih besar dibandingkan jenis-jenis lainnya, hal ini disebabkan karena jenis-jenis ini merupakan jenis yang banyak terdapat di hutan sekunder. Dalam kaitannya karbon yang tersimpan pada komponen pohon, dari Tabel 10. dapat dilihat bahwa kandungan karbon terbesar terdapat pada bagian batang sebesar 10.84752 ton/ha (58.91%) karena sebagian besar hasil fotosintesis disimpan pada bagian batang untuk pertumbuhan baik horisontal maupun vertikal. Total kandungan karbon vegetasi hutan sekunder pada tingkat sapling dan pohon di lokasi penelitian sebesar 18.41312 ton/ha. Nilai dugaan ini lebih kecil dibandingkan karbon stock yang terdapat pada Hutan Primer di Kalimantan Timur, dimana sebuah penelitian di hutan primer di Kalimantan Timur menunjukkan bahwa total biomassa tegakan hutan primer sekitar 492 ton/ha (Ruhiyat, 1995) dengan asumsi 50% biomassa adalah C-stock maka C-stock pada hutan primer di Kalimantan Timur tersebut adalah 246 ton/ha. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian kebakaran telah menyebabkan banyak karbon terlepas dan berpotensi meningkatkan konsentrasi CO2 di atmosfer.

3. Carbon stock pada Serasah (Litter)

Serasah merupakan salah satu komponen di dalam hutan yang juga dapat menyimpan karbon. Serasah didefinisikan sebagai daun atau ranting kecil yang telah jatuh dan berada di lantai hutan. Carbon stock pada serasah ini sebesar 1.870885 Ton/ha, secara rinci dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Nilai Carbon stock pada serasah

Plot Sub Plot Biomassa C-stock (kg/m2) (kg/m2) 1 A 0.7776 0.3888 B 0.5171642 0.25858209 C 0.5465669 0.273283433 D 0.294006 0.147002997 E 0.3213 0.16065 Rata-rata 0.4913274 0.245663704 StdDev 0.1959056 0.097952793

2 A 0.5294118 0.264705882 B 0.1991517 0.099575848 C 0.2147557 0.107377866 D 0.3731437 0.186571856 E 0.1475 0.07375 Rata-rata 0.2927926 0.146396291 StdDev 0.1568544 0.078427212 3 A 0.6356 0.3178 B 0.3918544 0.195927218 C 0.1578287 0.078914343 D 0.2544323 0.127216135 E 0.2925075 0.146253746 Rata-rata 0.3464446 0.173222289 StdDev 0.1820881 0.091044063 Total Plot

Biomassa : 3.768549 Ton/ha StdDev : 1.884274 Ton/ha Karbon : 1.870885 Ton/ha StdDev : 0.935443 Ton/ha 4. Carbon stock pada Necromass

Necromass didefinisikan sebagai komponen dari vegetasi yang telah mati dan mengalami proses pelapukan. Pada lokasi penelitian banyak ditemukan tunggak dan batang pohon sisa pembalakan dan kebakaran, sehingga komponen ini merupakan juga salah satu komponen penympan karbon di dalam hutan. Dalam penelitian ini Carbon stock pada Necromass sebesar 11.31744 Ton/ha, secara rinci nilai Carbon stock ini dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Nilai Carbon stock pada Necromass

Plot Sub Plot Biomasa C-stock (kg/m2) (kg/m2) 1 A 0.3561431 0.178071557 B 4.772122 2.386060976 C 0.4306604 0.215330189 D 2.3876944 1.19384721 E 0.250075 0.125037481 Rata-rata 1.639339 0.819669482 StdDev 1.9629006 0.981450302 2 A 1.6527049 0.826352459 B 0.922201 0.461100478 C 0.7855416 0.392770793 D 3.2668553 1.633427657 E 2.8898467 1.444923372 Rata-rata 1.9034299 0.951714952 StdDev 1.1299662 0.564983108

3 A 4.2948694 2.147434701 B 4.2398242 2.119912118 C 0.4124875 0.206243769 D 1.7213115 0.860655738 E 5.5699861 2.784993036 Rata-rata 3.2476957 1.623847873 StdDev 2.1120001 1.056000074 Total Plot

Biomassa : 22.63489 Ton/Ha StdDev :17.47393 Ton/Ha Karbon : 11.31744 Ton/Ha StdDev : 8.736965 Ton/Ha 5. Carbon stock pada Tanah

Keseluruhan total contoh tanah yang diambil dalam 3 plot sebanyak 60 contoh tanah, pada setiap titik pengambilan contoh tanah mempunyai penampakan profil tanah yang berbeda-beda, seperti terlihat dalam Gambar 3.

Gbr 16 . (Atas) 4 titik Profil tanah sampai kedalaman 60cm pada Plot 1, (Tengah) 4 titik Profil tanah sampai kedalaman 60cm pada Plot 2,

Berdasarkan Peta Tanah Areal Unit HTI Batu Ampar – Mentawir PT. Inhutani Unit I Skala 1 : 50.000, jenis tanah dalam plot penelitian termasuk kedalam klasifikasi Kambisol Distrik. Tanah berkembang dari bahan induk batu liat dan batu pasir dan sudah menunjukkan perkembangan profil dengan susunan horizon Ah – B2 (kambik) – C, epipedon okrik dan kambik lapisan bawah, solum tanah dalam. Tanah lapisan atas berwarna coklat tua keabuan (10 YR 4/2) dan coklat kekuningan (10 YR 5/4), tekstur lempung berliat, struktur lemah sampai cukup, halus sampai sedang, gumpal agak bersudut, konsistensi gembur (lembab), tidak lekat dan tidak plastis (basah), pori mikro, meso dan makro sedang. Tanah lapisan bawah berwarna kuning kecoklatan (10 YR 6/6 – 6/8), tekstur liat sampai lempung, berliat, struktur cukup, sedang, gumpal agak bersudut, konsistensi teguh (lembab), agak lekat dan agak plastis (basah), pori mikro banyak, pori meso dan makro sedikit, perakaran halus sedikit.

Hasil analisis menunjukkan nilai bobot isi tanah (Bulk Density, BD) pada plot penelitian sampai kedalaman 50 cm yaitu plot 1 sebesar 1.070 gr/cm3 – 1.251 gr/cm3, plot 2 sebesar 1.125 gr/cm3 – 1.361 gr/cm3

, plot 3 sebesar 1.123 gr/cm3 – 1.423 gr/cm3

dan jika 3 plot ini dirata-ratakan maka nilai BD nya berkisar antara 1.106 gr/cm3 – 1.345 gr/cm3

dengan nilai Std Deviation 0.068 dan 0.096. Nilai BD ini tidak jauh beda dengan analisa tanah yang telah dilakukan oleh PT. Inhutani I (PT. Inhutani I, 1997) yaitu sebesar 1.19 gr/cm3 – 1.41 gr/cm3 dalam lapisan atas pada lokasi yang sama. Kisaran nilai ini menunjukkan bahwa di lokasi penelitian memiliki kondisi tanah yang normal, karena apabila bobot isinya > 1.50 gr/cm3 biasanya tanah terlalu padat. Secara lengkap data nilai BD pada tiap plot penelitian dapat dilihat pada Tabel 13.

Porositas tanah di lokasi penelitian memiliki porositas yang cukup baik karena memiliki ruang pori total 46.8 % - 55.1 % dari massa tanah dalam lapisan atas yang merupakan ruang pori yang dapat diisi oleh air dan udara, sedangkan lapisan bawah menunjukkan kisaran ruang pori total yang relatif lebih kecil, yaitu 42.6 % - 50.9% (PT. Inhutani I, 1997).

Hasil analisis tekstur tanah menunjukkan bahwa tanah di lokasi penelitian mempunyai kandungan liat cukup tinggi yaitu 34% - 77%, ditinjau dari keadaan struktur tanah, lapisan atas mempunyai struktur dan konsistensi yang baik,

sedangkan pada lapisan bawah cenderung ke arah gumpal, dan konsistensinya menjadi agak teguh sampai teguh.

Tanah-tanah dalam areal PT.Inhutani I mempunyai kandungan bahan organik sangat tinggi sampai tinggi (3.49% - 6.40%) pada lapisan atas sedangkan lapisan bawah termasuk sangat rendah (0.12% - 0.47%). Kandungan N-total termasuk rendah sampai sedang (0.10% - 0.29%) dalam lapisan atas dan lapisan bawah termasuk rendah sampai sedang (0.11% - 0.29%) sedangkan di plot penelitian, kandungan N-Total pada lapisan bawah sangat rendah (0.03% - 0.09%). Kandungan P dan K total tergolong sangat rendah sampai rendah (2 – 18.6 mg P2O5/100 gr dan 4 – 19.5 mg K2O/100 gr dalam semua lapisan. Reakasi tanah pada plot penelitian tergolong sangat masam (pH : 4.0 – 4.3) dalam semua lapisan. Kandungan basa total dapat ditukar (Ca, Mg, Na dan K) tergolong sangat rendah sampai rendah dalam semua lapisan, sedangkan di plot penelitian memiliki unsur Na sedang sampai tinggi dalam semua lapisan. Kapasitas Tukar Kation (KTK) diartikan sebagai kapasitas tanah untuk dapat menahan unsur hara atau kation-kation lain, KTK dalam areal PT. Inhutani I termasuk rendah dalam semua lapisan (PT. Inhutani I, 1997).

Di dalam tanah juga tersimpan C-organik, sehingga tanah juga berfungsi sebagai penyimpan karbon. Pada lokasi penelitian didapatkan nilai Carbon stock pada Tanah kedalaman 0-5 cm dari permukaan tanah sebesar 13.254 Ton/ha, kedalaman 5-10 cm sebesar 7.569 Ton/ha, kedalaman 10-20 cm sebesar 10.694 Ton/ha, kedalaman 20-30 cm sebesar 8.921 Ton/ha, kedalaman 30-50 cm sebesar 16.020 Ton/ha. Secara rinci nilai Carbon stock pada tanah ini dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Nilai Carbon stock pada Tanah

Plot

Batas Horison BD (gr/cm3) Biomassa (ton/ha) C-Organik (%) C-stock (Ton/ha)

atas-bawah Rata-rata

Std

Dev Rata-rata Std Dev

Rata-rata

Std

Dev Rata-rata Std Dev 1 0 - 5 cm 1.070 0.040 535.000 19.886 2.208 0.278 11.831 1.710 5 - 10 cm 1.156 0.073 577.752 36.729 1.128 0.098 6.535 0.905 10 - 20 cm 1.179 0.068 1178.669 68.036 0.745 0.102 8.800 1.446 20 - 30 cm 1.225 0.094 1225.427 94.421 0.570 0.089 7.013 1.377 30 - 50 cm 1.251 0.094 2502.064 187.762 0.500 0.063 12.584 2.337 Jumlah 6018.911 46.765

2 0 - 5 cm 1.125 0.111 562.532 55.366 2.745 0.446 15.269 1.218 5 - 10 cm 1.264 0.143 632.207 71.475 1.323 0.246 8.269 1.029 10 - 20 cm 1.303 0.069 1303.051 68.731 0.928 0.158 12.041 1.782 20 - 30 cm 1.358 0.050 1358.312 49.867 0.763 0.115 10.360 1.624 30 - 50 cm 1.361 0.048 2721.873 96.445 0.663 0.155 17.996 4.146 Jumlah 6577.975 63.935 3 0 - 5 cm 1.123 0.018 561.443 9.206 2.398 0.214 13.472 1.364 5 - 10 cm 1.335 0.030 667.538 14.828 1.185 0.132 7.903 0.807 10 - 20 cm 1.376 0.076 1375.516 75.708 0.825 0.207 11.241 2.217 20 - 30 cm 1.408 0.061 1408.312 61.034 0.668 0.123 9.390 1.713 30 - 50 cm 1.423 0.050 2845.299 99.852 0.618 0.166 17.480 4.189 Jumlah 6858.108 59.485 Total Plot 0 - 5 cm 1.106 0.068 552.992 33.819 2.450 0.377 13.524 1.964 5 - 10 cm 1.252 0.115 625.832 57.524 1.212 0.177 7.569 1.139 10 - 20 cm 1.286 0.106 1285.745 106.407 0.833 0.166 10.694 2.202 20 - 30 cm 1.331 0.103 1330.684 103.069 0.667 0.129 8.921 2.047 30 - 50 cm 1.345 0.096 2689.745 191.974 0.593 0.142 16.020 4.177 Jumlah 6484.998 56.728

Dari beberapa komponen dalam Hutan sekunder yang berfungsi menyimpan karbon tersebut diatas, maka Total Carbon stock pada Hutan Sekunder bekas kebakaran dan pembalakan pada plot penelitian ini sebesar 89.541425 Ton/ha, dimana secara rinci dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. C-stock Hutan Sekunder Bekas Kebakaran 1997/1998 di PT. Inhutani I Batuampar, Kalimantan Timur.

Karbon pool Total Biomassa

(Ton/Ha) C-org (%) Total C-stock (Ton/Ha) - Trees Above ground Daun Cabang Batang Below ground Akar 36.82632 30.69506 2.35312 6.6469 21.69504 6.13126 6.13126 50 (est) 50 (est) 50 (est) 50 (est) 50 (est) 50 (est) 50 (est) 18.41316 15.34753 1.17656 3.32345 10.84752 3.06563 3.06563 Understorey 2.423879 50 (est) 1.21194 Litter 3.768549 50 (est) 1.870885 Necromass 22.63489 50 (est) 11.31744 Soil 0-5 cm (BD=1.106 gr/cm3) 5-10 cm (BD=1.252 gr/cm3) 10-20 cm (BD=1.286 gr/cm3) 20-30 cm (BD=1.331 gr/cm3) 30-50 cm (BD=1.345 gr/cm3) 2.450 1.212 0.833 0.667 0.593 56.728 13.524 7.569 10.694 8.921 16.020 TOTAL 89.541425

Komponen C-stock pada necromass mempunyai nilai yang cukup besar karena pada lokasi ini merupakan areal bekas kebakaran dan pembalakan sehingga banyak ditemukan batang, cabang dan tunggak pohon yang telah mati dan mengalami proses pelapukan. Persentase C-stock pada berbagai komponen hutan sekunder dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gbr 17.

Gbr. 17. Grafik Persentase C-stock pada Berbagai Komponen Hutan

Trees 21% Necromass 13% Soil (0-50 cm) 63% Litter 2% Understorey 1%

V. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan, yaitu : pada plot penelitian ditemukan 69 jenis vegetasi pada berbagai tingkat yaitu tumbuhan bawah (Understorey), Semai, Pancang dan Pohon, 61 marga dan 37 suku yang didominasi oleh jenis Piper aduncum, Leea indica, Macaranga gigantea. dan, Trema tomentosa.

Persentase rata-rata biomassa bagian pohon terbesar adalah bagian batang yaitu sebesar 58%, biomassa cabang sebesar 20%, biomassa akar sebesar 16% dan biomassa bagian pohon terkecil adalah biomassa daun yaitu sebesar 6%.

Persamaan alometrik yang dihasilkan untuk menduga biomassa bagian pohon pada hutan sekunder bekas kebakaran 1997/1998 dan pembalakan di Areal Rehabilitasi Hutan Alam PT.Inhutani Unit I Batuampar, Kalimantan Timur merupakan bentuk fungsi Y=aDb (Power function) : Biomassa daun (Bdaun)= 0.0263027D1.79 , Biomassa cabang (Bcab)= 0.0165959D2.44, Biomassa batang (Bbtg)= 0.0977237D2.20, Biomassa akar(Bakar)= 0.0457088D1.98, Biomassa total : (Btot)= 0.199986D2.14 dimana D adalah diameter setinggi dada. Nilai BEF yang diperoleh sebesar 1.49, sedangkan nilai R/S adalah sebesar 0.25.

Total C-stock pada vegetasi hutan sekunder tingkat sapling dan pohon di lokasi pengamatan sebesar 18.41316 ton/ha sedangkan karbon yang tersimpan pada tiap komponen vegetasi adalah daun (1.17656 ton/ha), cabang (3.32345 ton/ha), batang (10.84752 ton/ha) dan akar (3.06563 ton/ha).

C-stock pada tingkat Understorey sebesar 1.21194 Ton/ha, pada komponen serasah sebesar 1.870885 Ton/ha, pada komponen necromass sebesar 11.31744 Ton/ha sedangkan pada komponen soil sampai kedalaman 50 cm sebesar 56.728 Ton/ha sehingga total C-stock pada lokasi penelitian ini sebesar 89.541425 Ton/ha.

Dari hasil penelitian ini juga disarankan bahwa persamaan alometrik yang dihasilkan dapat digunakan untuk menduga kandungan karbon pada hutan sekunder dengan hasil yang baik jika karakteristik hutan sekunder yang akan diduga mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan karakteristik plot dimana dihasilkannya persamaan.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Adinugroho, W.C., K. Sidiyasa. 2006. Model Pendugaan Biomassa Pohon Mahoni (Swietenia macrophylla King) di Atas Permukaan Tanah. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.

Adriyanti, D.T., Wiyono, A. Thojib, Y. Fujita, Y. Okimori. 2001. Changes of Biomass and Species Composition in The Different Ages of Tropical Secondary Forests. Proceedings of The seminar on Dipterocarp Reforestation to Restore Environment Through Carbon Sequestration, Yogyakarta, 26 – 27 September 2001. Faculty of Forestry Gadjah Mada University with Kansai Environmental Engineering Center (KANSAI) and KANSO. Yogyakarta.

Arief, A. 2005. Hutan dan Kehutanan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Brown, S., A.J. R. Gillespie & A.E. Lugo. 1989. Biomass Estimation Methods for Tropical Forest with Application to Forest Inventory Data. Forest Science 35(4) : 881-902

Brown, S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forest. A Primer. FAO. Forestry Paper No. 134. F AO, USA

.

Draper, N.R & H. Smith. 1992. Analisis Regresi Terapan Edisi 2 (terjemahan). Gredia. Jakarta.

Ginoga, K., Y.C. Wulan, M. Lugina & D. Djaenudin. 2003. Peranan Karbon dalam peningkatan Nilai Ekonomi Hutan Tanaman Acacia mangium di Sumatra Selatan. Jurnal Sosial Ekonomi Vol 4 No 1 Tahun 2003. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Budaya dan Ekonomi Kehutanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.

Gusmailina. 1997. Prakiraan Respon Hutan Terhadap Perubahan Iklim Terutama Akibat Peningkatan Konsentrasi CO2 Atmosfer. Info Hasil Hutan Vol 4 No.1 pp. 16-26. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.

Hairiah, K., M. V. Noordwijk & C. Palm. 1999. Methods for Sampling Above and Below Ground Organic Pools. IC-SEA Report No.6 Modelling Global Change Impacts on The Soil Environment. Biotrop-GCTE/IC-SEA. Bogor.

Heriansyah, I., N.M. Heriyanto, C.A. Siregar & M. Kiyoshi. 2003. Estimating Carbon Fixation Potential of Plantation Forests : Case study on Acacia mangium Plantations. Buletin Penelitian Hutan No. 634/2003. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.

IPCC National Greenhouse Gas Inventories Programme. 2003. Good Practicece Guidance for Land Use, Land Use Change and Forestry. Technical Support Unit IPCC National Greenhouse Gas Inventories Programme, Institute for Global Environmental Strategies. Hayama.

Kyrklund, B. 1990. The Potential of Forests and Forest Industry in Reducing Excess Atmospheric Carbon Dioxide. Unasylva 163. Vol 41. FAO

Kuncahyo, B. 1991. Analisis Regresi dengan MINITAB. Laboratorium Biometrika Hutan jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Miyakuni, K., I. Heriansyah, N.M. Heriyanto & Y. Kiyono. 2004. Allometric Biomass Equation, Biomass Expansion Factors and Root-to-Shoot Ratios of Planted Acacia mangium willd. Forests in West Java, Indonesia. Journal of Forest Planning 10:69-76. Japan Society of Forest Planning. Japan.

Mudiyarso, D., U. Rosalina, K. Hairiah, L. Muslihat, I.N.N. Suryadiputra & A. Jaya. 2004. Petunjuk Lapangan : Pendugaan Cadangan Karbon Pada Lahan Gambut. Wetlands International – Indonesia Progrme. Bogor.

PT. Inhutani I. 1997. Studi Kelayakan Pembangunan HTI PT. Inhutani I Unit Batuampar-Mentawir di Kabupaten Pasir dan Kutai Propinsi Kalimantan Timur. PT. Inhutani I. Jakarta.

Ogawa, H., Kyoji Yoda., K. Ogino & T. Kira. 1965. Comparative Ecological Studies on Three Main Types of Forest Vegetation in Thailand II. Plant Biomass. Nature & Life in SE Asia 4 : 50-80.

Ola-Adam, B.A. 1993. Effect of Spacing on Biomass Distribution and Nutrient Content of Tectona grandis Linn.f. (teak) and Terminalia superba Engl. & Diels. (apara) in South-western Nigeria. Forest Ecology and Management, 58: 299-319.

Ruhiyat, D. 1995. Estimasi Biomassa Tegakan Hutan Tropis di Kalimantan Timur. Lokakarya Inventarisasi Emisi dan Rosot Gas Rumah Kaca. Bogor 4-5 Agustus 1995

Saridan, A & Jansen, T. 1987. Komposisi dan Struktur Vegetasi Hutan Bekas Terbakar dan Tidak Terbakar di Wanariset Samboja. Jurnal Penelitian Hutan Tropika Samarinda, Wanatrop Volume 2 No 2. Balai Penelitian Kehutanan Samarinda

Siringoringo, H.H., C.A. Siregar & H. Hatori. 2003. Analysis of Soil Carbon Stock of Acacia mangium Plantation in Maribaya, West Java. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor

Soedomo, M. 2001. Pencemaran Udara. Penerbit ITB. Bandung.

Soemarwoto, O. 2001. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Soemarwoto, O., M. Soerjani, W. Yatim, A.F.S Sagala, Skephi & H. Pramono. 1992. Melestarikan Hutan Tropika ; Permasalahan, Manfaat, dan Kebijakan. Penerbit Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Sukresno. 2001. Impact of Forest Fire at Plantation Forest Area on Soil Organic Carbon (SOC) Stock. Proceedings of The seminar on Dipterocarp Reforestation to Restore Environment Through Carbon Sequestration, Yogyakarta, 26 – 27 September 2001. Faculty of Forestry Gadjah Mada University with Kansai Environmental Engineering Center (KANSAI) and KANSO. Yogyakarta.

Thojib, A., Supriyadi, S. Hardiwinoto & Y. Okimori. 2001. Estimation Formulas of Aboveground Biomass in Several Land-Use Systems in Tropical Ecosystems of Jambi, Sumatera. Proceedings of The seminar on Dipterocarp Reforestation to Restore Environment Through Carbon Sequestration, Yogyakarta, 26 – 27 September 2001. Faculty of Forestry Gadjah Mada University with Kansai Environmental Engineering Center (KANSAI) and KANSO. Yogyakarta.

Walpole, E.R. 1993. Pengantar statistika (edisi 3). Gramedia. Jakarta

Widodo, M.A., C. Agus & A. Bale. 2001. Carbon Stock in Several land Use in Tropical Region. Proceedings of The seminar on Dipterocarp Reforestation to Restore Environment Through Carbon Sequestration, Yogyakarta, 26 – 27 September 2001. Faculty of Forestry Gadjah Mada University with Kansai Environmental Engineering Center (KANSAI) and KANSO. Yogyakarta.

Dokumen terkait