• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Kandungan Metabolit Sekunder Tumbuhan Beracun di Hutan Diklat Pondok Buluh

Tumbuhan umumnya mengandung senyawa aktif dalam bentuk metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, terpen, dan saponin. Setiap tumbuhan perlu dilakukan pengujian fitokimia untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terdapat didalamnya sehingga dapat diketahui potensi tumbuhan tersebut.

Kandungan senyawa metabolit sekunder ini juga bisa dijadikan sebagai indikator adanya senyawa metabolit yang bersifat racun ataupun memberikan efek yang bermanfaat. Informasi kandungan senyawa metabolit sekunder ini akan sangat membantu untuk menentukan ciri senyawa aktif yang terdapat dalam masing-masing tumbuhan.

Tumbuhan yang diuji dalam penelitian ini adalah tumbuhan yang belum di temukan pada literatur dan informasi mengenai kandungan senyawa metabolit

33

sekundernya yaitu tumbuhan Aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) dan Tuba (Derris eliptica Benth.) Sedangkan 6 jenis tumbuhan lainnya seperti simartolu (Schima wallichii), Birah (Alocasia arifolia), Modang Landit (Persea rimosa), Mata Kucing/Kitolod (Leurentia langifora), Api-api (Adinandra dumosa Jack), Apus tutung (Miconica ceramicapa) diketahui berdasarkan literatur dan informasi penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya mengenai kandungan senyawa metabolit sekunder pada masing-masing jenis tumbuhan. Data yang diperoleh dari hasil pengujian metabolit sekunder pada tumbuhan beracun ditunjukkan pada Tabel 3 berikut ini.

34 Tabel 2. Data Hasil Uji Metabolit Sekunder Tumbuhan Beracun di HDPB No

. Spesies Metabolit sekunder Sumber

Terpen Flavonoid Alkaloid Saponin

1 Api-api (Adinandra dumosa) - + + - Simanjorang, 2014

2 Apus Tutung (Miconica ceramicapa) + + + + Sihombing, 2016

3 Aren (Arenga Pinnata) ** + - - - Laboratorium Pascasarjana MIPA

4 Birah (Alocasia arifolia) ** + + + - Shombing, 2016

5 Mata Kucing (Laurentia langifora) - + + + Dalimartha, 2008

6 Modang Landit (Persea rimosa) + + + + Hutauruk, 2014

7 Simartolu (Scima sp) + - + - Simanjorang, 2014

8 Tuba (Derris eliptica) + + - + Laboratorium Pascasarjana MIPA

Keterangan : + : Mengandung - : Tidak mengandung

** : Tumbuhan yang diuji di laboratorium Pascasarjana FMIPA USU

35

Terdapat 4 golongan senyawa metabolit sekunder yang diuji yaitu senyawa golongan Alkaloid, senyawa golongan Flavonoid, senyawa golongan Terpen, dan senyawa golongan Saponin.

1. Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa golongan basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan banyak terdapat pada tumbuhan. Fungsi Alkaloid yang dikenal sebagian besar terkait pada sistem perlindungan. Alkaloid seringkali beracun pada manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologis yang menonjol sehingga banyak juga digunakan dalam pengobatan. Alkaloid dapat ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi dan tingkat rendah, bahkan pada hewan. Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas fisologi yang luas. Fungsi aktivitas senyawa Alkaloid menurut Atta-ur-Rahman (1997) adalah sebagai antibakteri dan antifungi.

Pereaksi dalam pengujian alkaloid adalah Bouchardart, Maeyer dan Dragendroff. Uji skrining yang menunjukkan adanya kandungan alkaloid yaitu ditandai dengan munculnya endapan berwarna cokelat saat sampel tanaman direaksikan dengan senyawa pereaksi Bouchardart, endapan berwarna kuning saat sampel tanaman direaksikan dengan senyawa pereaksi Maeyer dan endapan berwarna coklat bata saat sampel tanaman direaksikan dengan senyawa pereaksi Dragendorff. Berdasarkan hasil data yang diperoleh pada tabel 3 dapat dilihat bahwa ada 6 jenis tanaman yang mengandung senyawa Alkaloid, karena tanaman tersebut yang mengalami reaksi jika direaksikan dengan senyawa pereaksi Bouchardart, Maeyer, dan Dragendorff yakni Simartolu (Schima wallichii), Birah (Alocasia arifolia), Modang Landit (Persea rimosa), Api-Api (Adinandra dumosa

36

Jack), Apus tutung (Miconica ceramicapa DC), Mata Kucing/Kitolod (Leurentia langifora). Jenis-jenis tumbuhan ini berpotensi sebagai tumbuhan beracun baik untuk memberikan efek kepada manusia ataupun hewan.

2. Flavonoid

Tanin merupakan senyawa metabolit sekunder yang diketahui mempunyai beberapa khasiat yaitu anti diare, anti bakteri, dan anti oksidan. Tanin merupakan komponen zat organik yang sangat kompleks, terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar mengkristal, mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut (Desmiaty et al, 2008). Senyawa Tanin dan Flavonoid dan tanin adalah senyawa turunan fenolik. Struktur senyawa fenolik salah satu gugus pembentuknya adalah senyawa Tanin atau Flavonoid.

Fungsi aktivitas senyawa Tanin menurut Goldstein dan Swain (1965) adalah sebagai penghambat enzim hama. Pengujian Tanin daqn Flavonoid menggunakan pereaksi FeCl3. Kandungan Tanin yang terkandung dalam tumbuhan bereaksi dengan FeCl3 ditandai dengan perubahan warna hitam. Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 3, Tumbuhan Birah (Alocasia arifolia), Modang Landit (Persea rimosa), Tuba (Derris eliptica), Api-api (Adinandra dumosa Jack), dan Mata Kucing /Kitolod (Leurentia langifora), Apus Tutung (Miconica ceramicapa) yang mengandung Flavonoid dan Tanin. Telah banyak penelitian yang menyatakan bahwa aktivitas pencernaan akan terganggu dengan adanya kandungan tanin pada tumbuhan salah satunya adalah pernyataan dari Narayanan (2004) melaporkan bahwa amylase larva Tecia solanivora aktifitas menurun sebesar 80% dengan adanya biji Amaranthus hypocondriacus. Mekanisme penghambatan tanin terhadap bakteri dan beberapa enzim belum diketahui secara

37

pasti. Reaksi penyamakan yang terjadi akan menyebabkan jaringan pada hewan akan rusak. Oleh karena itu, sebagian besar tumbuhan yang mengandung tanin dihindari oleh herbivora karena rasanya yang sepat dan dapat digunakan sebagai biopestisida.

3. Terpen

Terpen adalah suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan terutama tergantung pada getah serta vakuolanya selnya.

Modifikasi dari senyawa golongan terpen, yaitu terpenoid, merupakan metabolit sekunder tumbuhan. Salah fungsi aktivitas senyawa terpen adalah sebagai pestisida dan insektisida (Ragasa dkk, 1997). Pereaksi yang digunakan dalam pengujian terpen adalah dengan cara menotolkon sampel pada plat KLT (Kromatografi lapis tipis) lalu disemprotkan dengan larutan CeSO4 kemudian dipanaskan menggunakan hot plate, apabila terdapat bercak orange/merah maka terdapat kandungan terpen. Berdasarkan dari data yang diperoleh tumbuhan yang mengandung terpen yaitu Simartolu (Schima wallichii), Aren (Arenga pinnata), Tuba (Derris eliptica), Modang Landit (Persea rimosa), Apus Tutung (Miconica ceramicapa DC), Birah (Alocasia arifolia). Siddiqui (2002) menyebutkan bahwa salah satu fungsi aktifitas senyawa terpen adalah sebagai pestisida dan insektisida.

4. Saponin

Pengujian saponin dilakukan dengan menggunakan aquadest yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi ekstrak tumbuhan, kemudian ketika larutan dikocok dan terdapat adanya busa/buih yang bertahan hingga beberapa menit merupakan bukti adanya kandungan senyawa saponin.

Berdasarkan dari hasil data yang diperoleh, tumbuhan Tuba (Derris eliptica),

38

Modang Landit (Persea rimosa), Mata Kucing/Kitolod (Leurentia langifora), Apus Tutung (Miconica ceramicapa). Jenis tanaman yang mengandung senyawa golongan saponin ini berpotensi sebagai pestisida.

Gambar. Tuba yang mengandung saponin

Senyawa saponin mempunyai aktivitas farmakologis yang cukup luas sebagai anti mikroba, fungisida, anti bakteri, anti virus, piscisida, molluscisida, dan insektisida. Senyawa ini bersifat amfipatik, disusun oleh satu atau lebih gugus glikosida hidrofilik yang dikombinasikan dengan turunan triterpen lipofilik dan menghasilkan buih saat diguncang dalam larutan air. Saponin yang umumnya larut dalam air beracun bagi ikan dan kebanyakan jenis tumbuhan beracun mematikan mengandung racun golongan senyawa saponin (Dewatisari, 2009).

39

Dokumen terkait