Kandungan gula pereduksi merupakan produk utama yang menjadi
indikator pengontrol kualitas dan kuantitas suatu proses hidrolisis. Pengaruh
peningkatan konsentrasi asam sulfat terhadap kandungan gula pereduksi Caulerpa
racemosa, Sargassum crassifolium dan Gracilaria salicornia pada proses
hidrolisis disajikan pada Gambar 14.
Gambar14. Pengaruh peningkatan konsentrasi asam sulfat pada proses hidrolisis terhadap kandungan gula pereduksi Caulerpa racemosa, Sargassum crassifolium,dan Gracilaria salicornia
46
Nilai kandungan gula pereduksi Caulerpa racemosa pada hidrolisis
konsentrasi asam sulfat 1% (v/v) sebesar 0,12 (gr) gula pereduksi/(gr) bahan,
konsentrasi asam sulfat 2% (v/v) sebesar 0,58 (gr) gula pereduksi/(gr) bahan, dan
konsentrasi asam sulfat 3% (v/v) sebesar 0,81 (gr) gula pereduksi/(gr) bahan.
Nilai kandungan gula pereduksi tertinggi Caulerpa racemosa pada hidrolisis
konsentrasi asam sulfat 3% (v/v) sebesar 0,81 (gr) gula pereduksi/(gr) bahan,
sedangkan terendah pada hidrolisis konsentrasi asam sulfat 1% (v/v) sebesar 0,12
(gr) gula pereduksi/(gr) bahan.
Shanmugam et al. (2001) menyatakan bahwa nilai gula pereduksi
Caulerpa racemosa yang diambil dari perairan India pada proses hidrolisis
konsentrasi asam klorida (HCl) 1 N dengan suhu 110 ˚C dan tekanan sebesar 1 atm selama 2 jam memiliki kandungan gula pereduksi sebesar 6,2 mg/gr.
Chakraborty dan Bhattacharya (2012) menambahkan Caulerparacemosa yang
diambil dari perairan India memiliki nilai kandungan gula pereduksi sebesar 3
mg/gr. Umumnya senyawa monosakarida yang terdapat pada genus Caulerpa sp
berupa glukosa, galaktosa, manosa, dan xylosa (Shevchenko et al., 2009). Uji
keragaman menunjukan hubungan antara peningkatan konsentrasi asam sulfat
terhadap nilai kandungan gula pereduksi Caulerpa racemosa pada selang
kepercayaan 0,05 memberi pengaruhberbeda nyata (Lampiran 3).
Nilai kandungan gula pereduksi Sargassum crassifolium pada hidrolisis
konsentrasi asam sulfat 1% (v/v) sebesar 0,17 (gr) gula pereduksi/(gr) bahan,
konsentrasi asam sulfat 2% (v/v) sebesar 0,35 (gr) gula pereduksi/(gr) bahan, dan
Nilai kandungan gula pereduksi tertinggi Sargassum crassifolium pada hidrolisis
konsentrasi asam sulfat 3% (v/v) sebesar 0,64 (gr) gula pereduksi/(gr) bahan,
sedangkan nilai terendah pada hidrolisis konsentrasi asam sulfat 1% (v/v) sebesar
0,17 (gr) gula pereduksi/(gr) bahan.
Setyaningsih et al. (2011) mengatakan bahwa nilai kandungan gula
pereduksi Sargassum spyang diambil dari perairan Teluk Lampung pada proses
hidrolisis dengan suhu 120 ˚C dan tekanan 1 atm selama 45 menit menggunakan
konsentrasi asam sulfat 1% (v/v) sebesar 0,07 (gr) gula pereduksi/(gr) bahan,
konsentrasi asam sulfat 2% (v/v) sebesar 0,16 (gr) gula pereduksi/(gr) bahan, dan
konsentrasi asam sulfat 3% (v/v) sebesar 0,21 (gr) gula pereduksi/(gr) bahan.
Prahasta (2010) menambahkan nilai kandungan gula pereduksi Sargassum sp
pada hidrolis dengan suhu 121 ˚C dan tekanan 1 atm selama 10 menit
menggunakan konsentrasi asam sulfat 2% (v/v) sebesar 0,224 g/lt lebih tinggi
dibandingkan konsentrasi asam sulfat 1% (v/v) sebesar 0,079 g/lt. Senyawa
monosakarida yang terdapat pada Sargassum sp berupa guloksa dan manosa
(Ulfana,2010). Chakraborty dan Bhattacharya (2012) menambahkan Sargassum
polycustum yang diambil dari perairan India memiliki nilai kandungan gula
pereduksi sebesar 3,9 mg/gr. Yunizal (2004) menambahkan monosakarida yang
umum terdapat pada alga cokelat berupa L-arabinosa, D-xilosa, L-glukosa,
D-galaktosa, dan D-gulunorat. Uji keragaman hubungan antara peningkatan
konsentrasi asam sulfat terhadap nilai kandungan gula pereduksi Sargassum
crassifolium pada selang kepercayaan 0,05 memberi pengaruhberbeda nyata
48
Nilai kandungan gula pereduksi Gracilaria salicornia pada hidrolisis
konsentrasi asam sulfat 1% (v/v) sebesar 0,65 (gr) gula pereduksi/(gr) bahan,
konsentrasi asam sulfat 2% (v/v) sebesar 0,81 (gr) gula pereduksi/(gr) bahan, dan
konsentrasi asam sulfat 3% (v/v) sebesar 0,96 (gr) gula pereduksi/(gr) bahan.
Nilai kandungan gula pereduksi tertinggi Gracilaria salicornia pada hidrolisis
konsentrasi asam sulfat 3% (v/v) sebesar 0,96 (gr) gula pereduksi/(gr) bahan,
sedangkan terendah pada hidrolisis konsentrasi asam sulfat 1% (v/v) sebesar 0,65
(gr) gula pereduksi/(gr) bahan.
Prahastha (2010) mengatakan bahwa nilai kandungan gula pereduksi
limbah Gracilaria salicornia pada hidrolisis dengan suhu 121 ˚C dan tekanan 1 atm selama 20 menit menggunakan konsentrasi asam sulfat 2% (v/v) sebesar
0,064 g/lt lebih tinggi dibandingkan konsentrasi asam sulfat 1% (v/v) sebesar
0,060 g/lt. Chakraborty dan Bhattacharya (2012) menambahkan Gracilaria
verrucosa yang diambil dari perairan India memiliki nilai kandungan gula
pereduksi sebesar 6,4 mg/gr. Ulfana (2010) menambahkan senyawa
monosakasrida yang terdapat pada Gracilaria salicornia berupa glukosa dan
galaktosa. Umumnya senyawa monosakarida yang terdapat pada alga merah
berupa glukosa, galaktosa, xylosa, manosa, rhamosa, dan arabinosa (Wi et al.,
2009). Uji keragaman hubungan antara peningkatan konsentrasi asam sulfat
terhadap nilai kandungan gula pereduksi Gracilaria salicornia pada selang
kepercayaan 0,05 memberi pengaruhberbeda nyata (Lampiran 5).
Kandungan gula pereduksi ketiga jenis spesiesrumput laut meningkat
seiring bertambahnya konsentrasi asam pada proses hidrolisis dari konsentrasi
jenis spesies rumput lautpada hidrolisis konsentrasi asam sulfat 3% (v/v),
sedangkan nilai kandungan gula pereduksi terendah pada konsentrasi asam sulfat
1% (v/v). Setyaningsih et al. (2011) mengatakan kandungan gula pereduksi
tertinggi pada hidrolisis konsentrasi asam sulfat 3% (v/v) pada Sargassum sp
sebesar 0,21 (gr) gula pereduksi/(gr) bahan dan limbah agar Gracilaria sp sebesar
0,04 (gr) gula pereduksi/(gr) bahan, sedangkan terendah pada hidrolisis
konsentrasi asam sulfat 1% (v/v) untuk Sargassum sp sebesar 0,07 (gr) gula
pereduksi/(gr) bahan dan limbah agar Gracilaria sp sebesar 0,02 (gr) gula
pereduksi/(gr) bahan dengan suhu 121 ˚C dan tekanan 1 atm selama 45 menit pada konsentrasi asam sulfat 1% (v/v) sampai 3% (v/v). Mussato dan Roberto
(2004) menambahkan bahwa hidrolisis bahan yang mengandung lignoselulosa
mencapai kondisi optimal menggunakan konsentrasi asam 2% (v/v) sampai 5%
(v/v). Umumnya optimal hidrolisis pada rumput laut dengan konsentrasi asam 3%
(v/v) pada suhu 120 ˚C selama 45 menit (Jang et al., 2012). Cleanments dan Beek (1985) menambahkan faktor yang mempengaruhi hidrolisis asam bahan yang
mengandung selulosa antara lain adalah konsentrasi asam, waktu hidrolisis, dan
konsentrasi padatan. Semakin tinggi konsentrasi asam maka semakin banyak ion
(H+)yang terbentuk sehingga reaksi hidrolisis untuk memecah senyawa
polisakarida menjadi monosakarida semakin besar.
Gracilaria salicornia memiliki nilai kandungan gula pereduksi tertinggi
pada tiap konsentrasi asam sulfat, sedangkan Sargassum crassifolium memiliki
nilai kandungan gula pereduksi terendah pada tiap konsentrasi asam sulfat. Ulfana
(2010) mengatakan bahwa Gracilaria salicornia yang diambil dari perairan
50
menggunakan konsentrasi asam sulfat 1% (v/v) memiliki gula pereduksi sebesar
6895,74 ppm dan konsentrasi asam sulfat 2% (v/v) sebesar 947,87 ppm lebih
tinggi dibandingkan Sargassum sp yang memiliki nilai kandungan gula pereduksi
pada konsentrasi asam 1% (v/v) sebesar 671,80 ppm dan konsentrasi asam 2%
(v/v) sebesar 302,12 ppm. Chakraborty dan Bhattacharya (2012) menambahkan
Gracilaria verrucosa yang diambil dari perairan India memiliki kandungan gula
pereduksi sebesar 6,4 mg/gr lebih tinggi dibandingkan Sargassum polycustum
yang memiliki kandungan gula pereduksi sebesar 3,9 mg/gr dan Caulerpa
racemosa yang memiliki kandungan gula pereduksi sebesar 3 mg/gr. Uji
keragaman menunjukan hubungan antara nilai kandungan gula pereduksi pada
tiap konsentrasi asam sulfat terhadap ketiga kelompokrumput laut pada selang
kepercayaan 0,05 memberi pengaruhberbeda nyata (Lampiran 6). Gracilaria
salicornia memiliki nilai kandungan gula pereduksi tertinggi pada tiap konsentrasi
asam di antara ketiga kelompok rumput laut karena Gracilaria salicornia
memiliki kadar serat kasar paling rendah dan kadar karbohidrat cukup tinggi
sehingga reaksi hidrolisis pada Gracilaria salicornia lebih besar dan
menghasilkan gula pereduksi lebih tinggi dibandingkan Sargassum crassifolium
dan Caulerpa racemosa.
Nilai kandungan gula pereduksi pada penelitian ini lebih tinggi
dibandingkan penelitian sebelumnya karena konsentrasi padatan yang digunakan
berbeda pada suhu dan konsentrasi asam yang sama. Konsentrasi padatan pada
penelitian sebelumnya sebesar 5% (b/v), sedangkan pada konsentrasi padatan
yang digunakan pada penelitian ini sebesar 15% (b/v). Jumlah konsentrasi padatan
kandungan gula pereduksi (Laga, 2008). Yoon et al. (2010) mengatakan hidrolisis
asam sulfat optimum Gelidium amansii menggunakan konsentrasi padatan sebesar
15% (b/v). Setyaningsih et al. (2011) menambahkan hidrolisis asam sulfat
optimum Sargassum sp dan limbah agar Gracilaria sp menggunakan konsentrasi
padatan sebesar 15% (b/v) pada suhu 121 ˚C dan tekanan 1 atm selama 45 menit.
Pada penelitian ini menyarankan proses hidrolisis asam selanjutnya sebaiknya
menggunakan Gracilaria salicornia dengan konsentrasi asam sebesar 3% (v/v)
dan konsentrasi padatan sebesar 15% (v/v). Selain memiliki keunggulan gula
pereduksi yang lebih tinggi dibandingkan penelitian sebelumnya, namun
penelitian ini juga memiliki kelemahan seperti proses penyimpanan sampel
rumput laut yang masih terlalu lama. Helmiyesi et al. (2008) mengatakan proses
penyimpanan bahan yang terlalu lama mampu menurunkan kadar gula dalam
suatu bahan. Proses penyimpanan yang terlalu lama mampu merusak struktur
karbohidrat pada rumput laut sehingga penelitian ini juga menyarankan sebaiknya
sampel rumput laut tidak disimpan terlalu lama agar gula pereduksi yang
diperoleh setelah proses hidrolisis menjadi optimal.