• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

4.5 Aplikasi Arang Aktif pada Tanaman Melina

4.5.4 Kandungan total mikrobia dan fungi media tumbuh melina

Kesuburan tanah tidak hanya bergantung pada komposisi kimiawinya melainkan juga pada ciri alami mikroba yang menghuninya.Tanah dihuni oleh bermacam-macam mikrobia. Jumlah tiap mikrobia sangat bervariasi, ada yang hanya terdiri atas beberapa individu, akan tetapi ada pula yang jumlahnya mencapai jutaan per gram tanah. Mikrobia yang menghuni tanah terdiri dari kelompok bakteri, fungi, aktinomisetes, alga dan protozoa (Rao, 2007). Data hasil analisa kandungan jumlah total mikroba dan fungi media bekas tumbuh tanaman melina disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15 Data hasil analisa kandungan jumlah total mikroba dan fungi media tumbuh melina

No. Perlakuan Total Mikroba

( SPK/g 106 ) Total Fungi ( SPK/g 105 ) 1. 2. 3. 4. 5 P0 P2 P4 P5 P6 50,10 79,75 60,75 65,20 76,65 9,50 2,10 3,70 5,90 6,05 Keterangan : P0 = kontrol P4 = 5% arang aktif

P2 = 10% arang P5 = 10% arang aktif P6 = 15% arang aktif

Media tumbuh yang diberi arang atau arang aktif masing-masing mengandung total mikrobia yang lebih tinggi dari pada total mikrobia pada media kontrol. Media kontrol mengandung total mikroba 50,10 106 SPK/g, sedangkan media yang ditambahkan arang aktif dengan kadar 5% sampai 15% mengandung total mikroba antara 65,20 106 SPK/g sampai 76,65 106 SPK/g.

Pada Tabel 15 ditunjukkan bahwa media yang diberi arang atau arang aktif masing-masing mengandung total mikrobia yang lebih tinggi dari pada total mikrobia pada media kontrol. Media kontrol mengandung total mikroba 50,10 106 SPK/g, sedangkan media yang ditambahkan arang aktif dengan kadar 5% sampai 15% mengandung total mikroba antara 65,20 106 SPK/g sampai 76,65 106 SPK/g. Dari Tabel 15 dapat juga dijelaskan bahwa kadar penambahan arang aktif pada media berkorelasi positif dengan kandungan total mikrobia media. Semakin tinggi kadar arang aktif yang ditambahkan pada media, semakin tinggi pula kandungan total mikrobia media. Kondisi ini antara lain disebabkan penambahan arang aktif dengan kadar 5 – 15% dapat meningkatkan pH media dari 5,80 menjadi 6,10 – 6,50 (Tabel 13). Faktor pH mempengaruhi populasi dan aktivitas mikrobia di dalam tanah. Azotobacter misalnya sangat sensitif terhadap pH rendah, sehingga bakteri ini jarang dijumpai pada tanah yang masam (pH < 6,0) (Anas, 1989). Pertumbuhan yang baik bagi bakteri penambat nitrogen (N) adalah pada kisaran pH 6,0 – 7,5 (Susanto, 2002). Di samping pH, suhu juga merupakan faktor yang sangat menentukan populasi bakteri di dalam tanah. Rao (2007) menyatakan bahwa bakteri mesofilik yang hidup pada suhu 15 sampai 45 0C merupakan sebagian besar bakteri tanah. Arang aktif dan arang adalah bahan yang berwarna hitam, sehingga akan menyerap panas matahari lebih banyak dan meningkatkan suhu tanah. Peningkatan kadar penambahan arang aktif pada media akan menyebabkan peningkatan suhu tanah sehingga memacu perkembangan dan aktivitas mikrobia.

Anas (1989) menyatakan bahwa mikrobia tanah bertanggung jawab atas pelapukan bahan organik dan pendauran unsur hara, mempunyai pengaruh terhadap sifat kimia dan fisik tanah, sehingga mikrobia dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagian mikrobia dapat memfiksasi nitrogen (N) dari udara yang selanjutnya dapat diserap

oleh tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan. Di samping itu mikrobia tanah menghasilkan bermacam-macam substansi yang secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Banyak jenis bakteri dan fungi menghasilkan asam indol asetat (IAA) dalam jumlah sedikit, dimana IAA ini mempunyai beberapa pengaruh

morfogenetik yang penting terhadap pertumbuhan pemanjangan batang dan pembentukan bintil akar tanaman (Rao, 2007). Bakteri berperan penting dalam pendaur-ulangan unsur hara (misalnya karbon, nitrogen, dan fosfor) dan jika bakteri terhalang kegiatannya dapat dikatakan bahwa pendaur-ulangan unsur hara terganggu. Beberapa genus bakteri yang penting untuk pertumbuhan tanaman, antara lain Rhizobium, Azotobacter, Pseudomonas, Azospirillum, Nitrosomonas

dan Nitrobacter (Anas, 1989).

Fungi ditemukan di dalam tanah yang berperan aktif pada tahap pertama proses dekomposisi bahan organik dan berperan penting dalam proses agregasi tanah (Anas, 1989). Pada Tabel 15 ditunjukkan bahwa kandungan total fungi pada media kontrol (9,50 105 SPK/g) lebih tinggi dibandingkan dengan total fungi baik pada media yang diberi arang (2,10 105 SPK/g) maupun media yang diberi arang aktif (3,70 – 6,05 105 SPK/g). Kondisi ini terjadi terjadi antara lain oleh karena pH media kontrol (5,80) lebih rendah daripada media yang diberi arang (6,00) atau arang aktif (6,10 – 6,50). Rao (2007) menyatakan bahwa fungi dominan pada tanah yang masam karena lingkungan yang masam tidak baik untuk bakteri dan aktinomisetes. Selanjutnya dikemukakan bahwa beberapa fungi mampu membentuk asosiasi ektotrofik dalam sistem perakaran pohon-pohon seperti pinus, yang termasuk genus Boletus dan Lactarius, dapat membantu memindahkan fosfor dan nitrogen dalam tanah ke tubuh tanaman. Giberelin yang dihasilkan oleh fungi jenis Gibberella fujikuroi antara lain berperan (1) menanggulangi dormansi dan kekerdilan pada tanaman, dan (2) merangsang pertumbuhan batang dan pada saat yang sama menekan pertumbuhan cabang lateral .

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Proses Aktivasi dapat mengubah struktur dan sifat bahan dengan membentuk struktur dan sifat baru yang berbeda dengan asalnya.

2. Mutu arang aktif terbaik dengan sifat-sifat yang memenuhi persyaratan SNI 06-3730-1995 didapatkan dari proses aktivasi dengan menggunakan perlakuan aktivator uap H2O dalam waktu 120 menit pada suhu 750 0C, dimana pada proses aktivasi tersebut dihasilkan arang aktif dengan rendemen 56,67%.

3. Aplikasi arang aktif tempurung kemiri sebagai komponen media tumbuh dapat meningkatkan secara nyata pertumbuhan tinggi, diameter batang dan biomassa tanaman melina.

4. Penambahan arang aktif dengan kadar yang berbeda dari 5%, 10% dan15 % pada media tumbuh tanaman melina berpengaruh secara tidak nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan biomassa, tetapi berpengaruh secara nyata terhadap diameter batang. Penambahan arang aktif yang terbaik pada media tumbuh adalah dengan kadar 15%, dimana dengan kadar tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi 8,20%, diameter batang 45,95% dan bobot biomassa 58,82%.

5.2 Saran

1. Apabila arang aktif tempurung kemiri digunakan sebagai komponen media tumbuh untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman melina, maka pemberian 15% arang aktif tempurung kemiri pada media adalah kadar yang optimum. Walaupun demikian, untuk alasan efisiensi, kadar 10% sudah cukup memadai. 2. Oleh karena proses produksi arang aktif lebih sulit dan rendemennya lebih

Achmadi SS. 1990. Kimia Kayu. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati IPB, Bogor. Agustina S. 2004, Kajian Proses Aktivasi Ulang Arang Aktif Bekas Adsorpsi

Gliserin Dengan metode Pemanasan (Tesis Program Magister). Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Allorerung D, Mahmud Z, Prastowo B. 2008. Peluang kelapa untuk pengembangan pengembangan produk kesehatan. Pengembangan Inovasi Pertanian 1(4), 2008: 298-315. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor.

Alrasjid H. 1991. Faktor kualitas lahan untuk pertumbuhan Gmelina arborea

Roxb. Buletin Penelitian Hutan No.540. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Bogor.

Alrasjid H, Widiarti. 1992. Teknik penanaman dan pemungutan hasil Gmelina arborea (Yamane). Informasi Teknis, No. 36 Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Bogor.

Anas I. 1989. Biologi Tanah Dalam Praktek (Petunjuk Laboratorium). Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB, Bogor.

Asano N, Nishimura J, Nisnimiya K, Hata T, Imamura Y, Ishihara S, Tomita B. 1999. Formaldehyde Reduction in Indoor Enviroments by Wood Charcoals. Wood Researsch No 86.

Asniaty. 1995. Studi penggunaan beberapa media kompos dan internal pemupukan terhadap pertumbuhan gmelina (Gmelina arborea Roxb.) di Persemaian. Tesis Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian dan Kehutanan UNHAS, Ujung Pandang.

{ASTM} American Society for Testing and Material. 1996. Annual Books of ASTM Sandards, Volume 14.10 Wood. West Conshoocken.

Austin GT. 1884. Shreve’s Chamical Process Industry. Fifth Edition. MCGraw-Hill Book Company, New York : 136-138.

[BI] Bank Indonesia. 2000. Pola pembiayaan usaha kecil (PPUK) pengolahan arang tempurung. http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/9CF2F82D-3796-4A5D-8E26-8448D83CD746/16003/PengolahanArangTempurung1.pdf tgl 17 Juni 2009

Bonelli PR, Rocca PAD, Cerrella EG, Cukierman AL, 2001. Effect of pyrolisis temperatur on composition, surface properties and thermal degradation rates of Brazil Nut shells. Bioresource Tech 76: 15-22.

Brennan JK, Bandosz TJ, Thomson KT, Gubbins KE. 2001. Water in porous carbons. Colloids and Surfaces A: Phycicochem. Eng. Aspects 187-188:539-568.

[BSN] Badan Standadisari Nasional. 1996. Arang tempurung kelapa. Jakarta: BSN; (SNI 01-1682-1996).

[BSN] Badan Standadisari Nasional. 1995. Arang aktif teknis. Jakarta: BSN; (SNI 06-3730-1995)

Burkill IH. 1935. Kemiri (Aleurites moluccana Willd). A Dictionery of Economic Products of The Malaysia Peninsula. Crow Agent For Colonies Millbank, London.

Byrne CE, Nagle DC. 1997. Carbonization of wood for advanced materials applications. Carbon 35(2):259-266

Byrne CE, Nagle DC. 1999. Carbonized wood monoliths characterization. Carbon 35(2): 267-273.

Ciner DO, Tipirdamaz R. 2002. The effects of cold treatment and charcoal on the in vitro androgenesis of Pepper {Capsicum annuum L.). Turk Journal of Botany 26:131-139.

Darmawan S. 2004. Pengolahan dan Pemanfaatan Kemiri. Prosiding ekspose Diskusi Hasil Hasil Penelitian BPPKNTB, 4 Desember 2004. Kupang.

Darmawan S. 2008. Sifat Arang Aktif Tempurung Kemiri dan Pemanfaatannya Sebagai Penyerap Emisi Formaldehida Papan Serat Berkerapatan Sedang (Tesis Program Magister). Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Demirbas A. 2005. Pyrolysis of ground beech wood in irregular heating rate conditions. Journal of Analytical and Applied Pyrolysis 73:39-43.

Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999. Panduan kehutanan Indonesia. Departemen Kehutanan dan Perkebunan, Jakarta.

Djatmiko B, Ketaren S, Setyahartini S. 1985. Pengolahan arang dan kegunaannya. Agro Industri Press. Bogor

Fengel D, Wegner G. 1995. Kayu : Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-Reaksi. (Terjemahan) Gajah Mada University Press, Yogyakarta. 730 p.

Gani A. 2007. Konversi sampah organik pasar menjadi komarasca (Kompos-Arang-Arang Aktif-Asap Cair) dan aplikasinya pada tanaman daun dewa. Disertasi, Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor.

Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI-Press. Jakarta.

Gasperz V. 1994. Metode Perancangan Percobaan Untuk Ilmu-Ilmu Pertanian, Ilmu-Ilmu Teknik, dan Biologi. Terjemahan CV. Armico, Bandung.

Gomez-Serrano V, Femandez-Gonzales MC, Rojas-Cervantes ML, Alexandre-Franco MF, Macias-Garcia A. 2003. Carbonization and demineralization of coals: a study by means of FT-IR spectroscopy. Bulletin Material Science 26(7):721-732.

Guerrero AE, Collamates MF, Reyes LA. 1970. Preparation of Actived Carbon from Coconut Cor Dust Dalam: Coconut Research and Development. Volume 3, United Coconut Association of The Philippines Inc, Manila Guo J, Luo Y, Lua AC, Chi RA, Chen YL, Bao XT, Xiang SX. 2007,

Adsorption of hydrogen sulphide (H2S) by activated carbons derived from oil-palm shell. Carbon 45:330-336

Gusmailina, Pari G, Komarayati S. 2000. The Utilization Technology on Charcoal as a Soil Conditioning [Project Report]. Forest Products Research Centre. Bogor.

Gusmailina, Pari G, Komarayati S, Rostiwati S. 2001. Alternatif arang aktif sebagai soil conditioning pada tanaman. Buletin Penelitian Hasil Hutan 19(3): \ 85-199.

Gusmailina, Pari G. 2002. Pengaruh pemberian arang terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah (Capscium annum). Buletin Penelitian Hasil Hutan 20(3): 217-229.

Gusmailina, Pari G, Komaryati S. 2002. Pembuatan Arang dan Arang Kompos (Bahan temu lapang Peningkatan Kualitas Kayu dari Hutan Rakyat, Juli 2002 di Ciamis). Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan, Bogor.

Gusmalina, Pari G, Komarayati S. 2004. Teknologi produksi dan pemanfaatan arang kompos dari limbah pembalakan dan industri kayu skala kecil. Laporan Hasil Penelitian. Pusiitbang Teknologi Hasil Hutan. Bogor.

Han MS, Lee BG, Ahn BS, Moon DJ, Hong SI. 2003. Surface properties of CuCl2/AC catalysts with various Cu contents: XRD, SEM, TG/DSC and CO-TPD analyses. Applied Surface Science 21 l(I-4):76-81.

Hanafiah KA. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta. Harris P. 1999. On charcoal. Interdisciplinary Science Review 24(4):301-306. Harjono A, Warsito. 1992. Pengaruh Jenis Pupuk N, P, dan Mg Terhadap

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Pada Tanah Masam.Menara Perkebunan. Hartoyo. 1974. Arang Aktif Pembuatan dan Kegunaannya. Kehutanan Indonesia.

Volume I Januari, Bogor.

Hartoyo, Hudaya N, Fadli. 1990. Pembuatan Arang Aktif dari Tempurung Kelapa dan Kayu Bakau dengan Cara Aktivasi Uap. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, Bogor 8(1):8-16.

Hartoyo, Pari G. 1993. Peningkatan rendemen dan daya serap arang aktif dengan cara kimia dosis rendah dan gasifikasi. Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 11 No.5 (1993) pp. 205-206. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor.

Hassler JW. 1974. Purification With Activated Carbon: Industrial Commercial, Environmental. Chemical Publishing Co. Inc. New York.

Hendaway ANA. 2003. Influence of HNO3 oxidation on the structure and adsorptive properties of corncob-based activated carbon. Carbon 41:713-722.

Hendayana S. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Edisi I. IKIP Semarang Press, Semarang.

Hendra D, Darmawan S. 2007. Sifat arang aktif dari tempurung kemiri. Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 25 No.4 (2007) pp.291–302. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Vol.III. Terjemahan Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta.

Hirose T, Fujino T, Fan T, Endo H, Okabe T, Yoshimura M. 2002. Effect of carbonization temperature on the structural changes of woogceramics impregnated with liquefied wood. Carbon 40(5): 761-765.

Houghton PJ, Raman A, 1998. Laboratory Handbook For the Fractination of Natural Extracts. First Edition 1998, Chapman & Hall. London.

(JICA) Japan International Coorporation Agency. 1997. Development of technology for utilizing charcoal products. Text for wood based materials aplication technology course (1997) pp.233-238. Nagoya International Training Centre, JICA.

Kadirvelu K, Thamaraiselvi K, Namasivayam C. 2001. Removal of Heavy Metals from Industrial Waste Waters by adsorption on to Activated carbon Preparad from an Agriculture Solid Waste. Bioresource Tech 76: 63-65. Kasmudjo. 1990. Beberapa sifat kayu gmelina dan kemungkinan penggunaannya.

Duta Rimba 119 – 120 /XVI : 3-8.

Kercher A, Nagle DC. 2003. Microstructural evolution during charcoal carbonization by X-Ray diffraction analysis. Carbon 41:15-27.

Kienle HV. 1986. Carbon Di dalam: F.T. Campbell, R. Pfefferkom and J.F. Rounsaville (Penyunting). Ulman’s Encyclopedia of Industrial Chemistry. 5th Completely Resived Edition, Volume 5. Cancer Chemotherapy to Ceramics Colorants. VCH, Weinheim.

Kim YA, Matusita T, Hayashi T, Endo M, Dresselhaus MS. 2001. Topological changes of vapor grown carbon fibers during heat treatment. Carbon 39(11):1747-1752.

Kimura Y, Sato, Kaito C. 2004. Production and structural characterization of carbon soot with narrow UV absorption feature. Carbon 42: 33-38.

Khinosita K. 2001. Electrochemical uses of carbon. Di dalam Electrochemistry Encyclopedia. http://electrochem.cwru.edu/ed/encycl/htm [10 Mei 2008]. Komarayati S, Gusmailina, Pari G. 2003. Aplikasi arang kompos pada anakan

tusam (Pinus merkusii). Buletin Penelitian Hasil Hutan 21(I):15-21.

Komarayati S, Indrawati I. 2003. Isolasi dan identifikasi mikroorganisme dalam arang kompos. Buletin Penelitian Hasil Hutan 21(3):251-258.

Komarayati S. 2004. Penggunaan arang kompos pada media tumbuh anakan mahoni. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 22(4): 193-203.

Kyotani T. 2000. Control of pore structure in carbon. Carbon 38:269-286

Lauridsen EB. 1986. Gmelina arborea Linn. Seed Leaflet No.6. Danida Forest Tree Seed Centre. Rome.

Lee YJ, Radovic LR. 2003. Oxidation inhibition effects of phosphorus and boron in different carbon fabrics. Carbon 41:1987-1997.

Lempang M, Ginoga B. 1997. Beberapa sifat kayu melina (Gmelina arborea

Roxb.). Buletin Penelitian Kehutanan, Vol. 3 No. 1 Thn 1997. Balai Penelitian Kehutanan, Ujung Pandang.

Lenntech. 2004. Adsorption/Active Carbon. Lenntech.

Manocha S. 2003. Porous carbon. Sadhana 28(l-2): 335-348.

Martawijaya A, Barly. 1995. Sifat dan kegunaan kayu Gmelina arborea Roxb. Makalah Utama Ekspos Hasil Penelitian dan Pengembangan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan di Cipayung 27 Maret 1995.

Martawijaya A, Kartasujana I, Mandang YI, Prawira SA, Kadir K, 2005. Atlas Kayu Indonesia, Jilid II. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor.

Mattjik AA, Sumertajaya M. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. IPB Press. Bogor

Miller LC, McCarty LB. 2002. Activated charcoal for pesticide deactivation.

http://www.sodsolutions.com/turffmgt/charcoal.htm. [10 Maret 2008]. Mutschler E. 1986. Dinamika Obat. ITB, Bandung. Edisi kelima. Terjemahan

Mathilda BW, Anna SR. Penerbit ITB, Bandung. Hlm. 542; 729-731. Nischwitz C, Olsen M, Rasmussen S. 2002. Influence of salinity and root rot

nematode as stress factors in charcoal rot on melon,

http://ag.arizona.edu/pubs/crops/az. 292.pdf. [23 Januari 2008].

Nurhayati T, Syahri M. 1997. Pembuatan arang aktif dari tiga macam bahan baku dan penggunaannya sebagai penyerap pada pemurnian minyak goreng. Buletin Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Vol.15 No.1 Thn. 1997 pp.68-78. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan, Bogor.

Pari G. 1995. Pembuatan dan Karakteristik Arang Aktif dari Kayu dan Batubara. Tesis Program Pasca Sarjana Magister Sains Kimia, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Pari G. 1996. Pembuatan arang aktif dari serbuk gergajian sengon dengan cara kimia. Bulletin Penelitian Hasil Hutan 14(8):308-320.

Pari G. 2004. Kajian Struktur Arang Aktif dari Serbuk Gergaji Kayu sebagai Adsorben Emisi Formaldehida Kayu Lapis [Disertasi Program Doktor]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Paris O, Zollfrank C, Zickler GA. 2005. Decomposition and carbonization of wood biopolymer microstructural study of softwood pyrolisis. Carbon 43:53-66.

Purseglove JW. 1981. Aleurites moluccana Willd. Tropical Crops. Dicotyledons, Vol.1 and 2 combined. The English Language Book Society and Longman. The Print House, Singapore.

Puziy AM, Poddubnaya OI, Alonso AM, Garcia FS, Tascon JMD. 2003. Syntetic carbons activated with phosphoric acid III. Carbons prepared in air. Carbon 41:1181-1191.

Rachmawati H, Iriantono D, Hansen CP. 2002. Informasi singkat benih Gmelina arborea Roxb. Indonesia Forest Seed Project.

Rao NSS. 2007. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Edisi Kedua. UI-Press, Jakarta.

Rulliaty S. 2002. Sifat anatomis dan fisis kayu gmelina (Gmelina arborea Roxb.) dari Borisallo Sulawesi Selatan. Buletin Penelitian Kehutanan Vol.8 No.1 Thn.2002. Balai Penelitian Kehutanan, Ujung Pandang.

Rumidatul A. 2006. Efektifitas arang aktif sebagai absorben pada pengolahan air limbah. Tesis Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor.

Salisbury FB, Ross CW. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Jilid I (Sel : Air, larutan, dan permukaan). Terjemahan D.R. ' Lukman dan Sumaryono. ITB Press. Bandung.

Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid III (Perkembangan tumbuhan dan fisiologi lingkungan). Terjemahan D.R. ' Lukman dan Sumaryono. ITB Press. Bandung.

Sartamtomo, Fauzi I, Rifai M, Maniaryadi D, Setyaningsih I, Haryati S, Saifuddin. 1997. Teknologi adsorbsi karbon aktif untuk mengolah air limbah industri. Balitbang Industri. Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia. Semarang.

Schunkin LL, Konnievich MV, Vartapetjan RS, Beznisko SI, 2002. Low temperatur plasma oxidation of activated carbons. Carbon 40: 2021-2040

Setiawan, Yang Y. 1992. Penganekaragaman Produk Olahan Kemiri. Laporan Penelitian Tahun 1992 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian, Bogor.

Setyaningsih H. 1995. Pengolahan Limbah batik dalam Proses Kimia dan Adsorpsi Karbon Aktif. Tesis Program Pascasarjana. Universitas Indonesia, Jakarta.

Soerianegara I, Lemmens RHMJ. 1993. Plant Resources of South East Asia 5 (1) Timber Trees : Major Commercial Timbers. Product Scientific Publishers, Wangeningen.

Sudradjat R, Soleh S. 1994. Petunjuk teknis pembuatan arang aktif. Bagian Proyek Litbang Pemanfaatan Hasil HTI Pusat Litbang Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan. Bogor.

Sumitro A. 1989. Bagaimana kayu asal HTI setelah diolah. Prosiding Diskusi Sifat dan Kegunaan Jenis Kayu HTI (23 maret 1989): p. 224-230 Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan, Jakarta.

Susanto R. 2002. Penerapan Pertanian Organik (Pemasyarakatan dan Pengembangannya). Kanisius, Yogyakarta.

Sutedjo MM. 2004. Analisis Tanah, Air dan Jaringan Tanaman. PT. Rineka Cipta, Jakarta.

[TAPPI] Technical Association of the Pulp and Paper Industry. 1993. TAPPI Test methods, Atlanta, Georgia.

Upe IA, Lembang JT, Rasyid MJ. 1999. Pengembangan desain dan purwarupa alat pembuatan minyak kemiri dari kernel kemiri pecah dengan sistim hidrolik press. Laporan Penelitian Tahun 1999 Balai Penelitian Industri Ujung Pandang.

Wardhani IY,Surjokusumo S, Hadi YS, Nugroho N. 2004. Distribusi kandungan kimia kayu kelapa (Cocos nucifera L.). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis, Vol. 2 No. 1. Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia, Bogor. Hal. 1-7. Weil RR, Islam KR, Stine MA, Gruver JB, Susan-Liebeg SE. 2003. Estimating

active carbon for soil quality assessment: a simplified method for laboratory and field use. American Journal of Alternative Agriculture 18(1):3-I7.

Widiastuty D, Marwoto B. 2004. Pengaruh berbagai sumber arang dalam media kultur in vitro terhadap pertumbuhan plantlet Oncidium. Jurnal Hortikultura Vol.14(1) 2004 : 1-4. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Ragunan Pasar Minggu.

Wise LE. 1944. Wood Chemistry. Reinhold Publisher Corporation, New York. Young RA. 1972. Wood chemistry laboratory procedure. Univ.of Washington,

Seattle. USA. (Limited Circulation)

Yusa H, Watanuki T. 2005. XRD of multiwalled carbon nanotube under high pressure structural durability on static compression. Carbon 43(3):519-523.

Lampiran 1 Komponen penyusun tempurung kemiri, arang dan arang aktif hasil Pyr-GCMS

No. Tempurung Arang Tempurung Uap/120 mnt/750 0C (A2W2S3) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. Acetic acid Ethanal Ethanone Allyl methoxy phenol Benzenediol Butanedial Conyferyl alcochol Cyclopentanedione Cyclopentenone

Cyclopentane propanoic acid Cyclopropyl carbinol Diethyl ketone Dihydro stilbene Ethylbutanal

Ethyl hydroxy cyclopentenone Ethyl guaiacol Ethyl ester Ethyl resorcinol Furfural Furfuryl alcohol Furanone Guanosine Hexanoic acid Hydroxy oxabicyclononanone Isoeugenol Isopropyl nitrobenzene Levoglucosan Methyl ethyl ketone Methyl ether Methyl pyrocatechol Methoxy guaiacol Methoxy methylphenol Methoxy phenol Methoxy propyl phenol Methoxy propenyl phenol Methoxy pyrocatechol Phenol

Propanoic acid Prophyl guaiacol Propano methoxy hydroxy phenone

Propanone Propenal

Acetovanillone Allyl methoxy phenol Benzene

Benzaldehyde Biphenyl

Butanenoic acid methyl ester Cyclopentenone

Cyclopropyl carbinol Ethyl ester Hexadecanoic acid

Methyl dimethoxy benzaldehyde Methyl ester

Methoxy guaicol Methoxy methyl phenol Napthalene Octadecanoic acid Phenol Propano methoxyhydroxyphenone Propanone Propenal Propynoic acid - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Carbamic acid Cyclobutadicyclooctene Eicosamethyl cyclodecasiloxane Ditertbutyldimethoxy cyclohexa dienone Pyranone - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Lampiran 2 Data pengukran pertumbuhan tinggi dan diameter batang melina

Perlakuan Pertumbuhan pada hari ke-

0 10 20 30 40 50 60 Tinggi (cm) P0 9,28 21,60 41,20 60,30 75,90 85,94 95,92 P1 9,38 19,10 38,38 58,14 74,44 86,28 97,26 P2 8,68 21,16 41,22 60,80 77,66 87,96 98,18 P3 8,14 17,04 34,54 52,52 67,46 77,62 87,30 P4 9,80 23,50 43,82 64,80 81,78 97,94 109,36 P5 9,14 23,50 45,72 67,26 81,24 98,14 112,10 P6 8,40 20,06 40,66 61,34 79,32 93,62 102,06 Diameter batang (mm) P0 2,13 3,02 4,35 5,47 6,78 8,04 9,49 P1 1,92 2,89 4,32 5,77 7,23 8,30 9,94 P2 2,03 3,18 4,66 6,12 7,76 8,77 10,46 P3 1,99 2,93 4,38 6,10 7,78 9,19 10,63 P4 2,24 3,19 4,91 6,52 8,06 10,15 10,86 P5 1,96 3,05 5,16 7,06 8,73 10,46 11,35 P6 1,99 2,81 5,09 7,29 9,18 10,94 12,79

Lampiran 3 Gejala kekahatan dan fungsi unsur hara dalam tanaman

Unsur hara Fungsi Gejala kekahatan Nitrogen (N) Nitrogen berperan sebagai penyusun semua

protein, klorofil dan asam-asam nukleat; dan berperan penting dalam pembentukan koenzim.

Tumbuhan hijau muda; dedaunan yang terletak lebih bawah berwarna kuning, mengering, sampai berwarna coklat terang; tangkai pendek dan pipih bila kekahatan unsur terjadi pada taraf pertumbuhan lanjut. Kalium (K) Kalium merupakan pengaktif dari sejumlah

besar enzim yang penting untuk fotosintesis dan respirasi. Kalium mengaktifkan pula enzim yang diperlukan untuk membentuk pati dan protein. Unsur ini berlimpah jumlahnya sehingga menjadi penentu utama potensial osmotik sel, dan karena itu juga penentu tekanan turgornya (di dalam penutupan stomata).

Bercak jaringan mati kecil, biasanya di ujung dan di antara urat daun, lebih jelas di tepi daun; tangkai pipih.

Kalsium (Ca) Kalsium berperan sebagai pengaktif enzim, terutama bila ion tersebut terikat pada kalmodulin atau berhubungan erat dengan protein.

Daun muda pada kuncup akhir mula-mula melengkung secara khas, akhirnya mati pucuk mulai dari ujung dan tepi, sehingga pertumbuhan selanjutnya dicirikan oleh matinya jaringan di daerah ini; akhirnya tangkai kuncup akhir mati. Magnesium (Mg) Di samping terdapat di klorofil, magnesium

Dokumen terkait