• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Kanker serviks

2.2.1.Definisi Kanker Serviks

Kanker serviks adalah hasil akhir perubahan progresif epitel serviks, paling sering (kira-kira 90%) terjadi pada sambungan skuamokolumner. Insiden kanker serviks sangat menurun selama 50 tahun terakhir ini dan sekarang merupakan kanker wanita nomor enam. Penurunan ini hasil skrining (sitologi serviks, apusan Papanicolaou) dan pencegahan (terapi untuk penyakit preinvasif). Namun demikian, 1-2% wanita berumur lebih dari 40 tahun akan mengalami kanker serviks. Umur rata-rata saat ditegakkan diagnosis adalah 45-47 tahun tetapi penyakit ini dapat muncul jauh lebih awal.14

Kanker serviks merupakan salah satu masalah kesehatan perempuan, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Data patologi dan data rumah sakit di beberapa senter di Indonesia menunjukkan bahwa kejadian kanker serviks berada di peringkat pertama. Di beberapa negara maju, skrining kanker serviks dengan tes pap secara luas terbukti mampu menurunkan angka kejadian kanker serviks invasif hingga 90% dan menurunkan mortalitas hingga 70-80%. Keberhasilan ini diraih berkat kemampuan pemeriksaan skrining tes pap yang mengenali adanya lesi prakanker serviks.15

2.2.2.Anatomi Serviks

Serviks merupakan bagian sepertiga bawah dari uterus, berbentuk silindris, terdapat kanal yang menghubungkan vagina dengan rongga uterus. Panjang serviks uteri kira-kira 2,5 - 3cm dan memiliki diameter 2 - 2,5cm. Kanker serviks berasal dari permukaan peralihan sel mukosa vagina ke sel mukosa kanalis servikalis.15

Pada serviks terdapat zona transformasi, yaitu area terjadinya perubahan fisiologis sel-sel skuamos dan kolumnar epitel serviks. Terdapat 2 ligamen yang menyokong serviks, yaitu ligamen kardinal dan uterosakral. Ligamen kardinal adalah jaringan fibromuskular yang keluar dari segmen bawah uterus dan serviks ke dinding pelvis lateral dan menyokong serviks. Ligamen uterosakral adalah jaringan ikat yang mengelilingi serviks dan vagina dan memanjang hingga vertebra.15

2.2.3.Histologi Serviks

Struktur histologi serviks terdiri dari:

a. Endoserviks : Epitel selapis silindris penghasil mukus

b. Serabut otot polos hanya terdapat sedikit dan lebih banyak jaringan ikat padat (85%)

c. Ektoserviks : Bagian luar serviks yang menonjol ke arah vagina dan memiliki lapisan basal, tengah, permukaan. Dilapisi oleh sel epitel skuamos non keratin.

Pertemuan selapis silindris endoserviks dengan epitel skuamos ektoserviks disebut taut skuamokolumnar. Epitel serviks mengalami beberapa perubahan perkembangan dari sejak lahir hingga usia lanjut.16

Letak taut skuamokolumnar ini juga berbeda pada perkembangannya: a. Saat lahir, seluruh serviks yang terpajan dilapisi oleh epitel skuamos b. Saat dewasa muda, terjadi pertumbuhan epitel silindris yang melapisi endoserviks. Epitel ini tumbuh hingga ke bagian bawah ektoserviks, sehinnga epitel silindris terpajan dan letak taut berada di bawah ektoserviks.

c. Saat dewasa, dalam perkembangannya terjadi regenerasi epitel skuamos dan silindris. Sehingga epitel skuamos kembali melapisi seluruh ektoserviks dan terpajan, dan letak taut kembali ke tempat awal.

d. Area tempat bertumbuhnya kembali epitel skuamos atau tempat antara letak taut saat lahir dan dewasa muda disebut zona transformasi (Gambar 2.1)17

Gambar 2.1. Skematikdari letak SCJ17

2.2.4.Etiologi dan Faktor Resiko

Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi virus HPV (human papilloma virus). Lebih dari 90% kanker serviks jenis skuamosa mengandung DNA virus HPV dan 50% kanker serviks berhubungan dengan HPV tipe 16. Penyebaran virus ini terutama melalui hubungan seksual. Dari banyak tipe HPV, tipe 16 dan 18 mempunyai peranan penting. Faktor lain yang berhubungan dengan kanker serviks adalah aktivitas seksual terlalu muda (<16 tahun), jumlah pasangan

seksual yang tinggi (>4 orang), dan adanya riwayat infeksi berpapil (warts). Virus HPV termasuk famili papovavirus suatu virus DNA.Virus ini menginfeksi

Kebanyakan infeksi HPV bersifat jinak. Tiga puluh diantaranya ditularkan melalui hubungan seksual dengan masing-masing kemampuan mengubah sel epitel serviks. Tipe resiko rendah seperti tipe 6 dan 11 berhubungan dengan kondiloma dan displasia ringan. Sebaliknya, tipe resiko tinggi seperti tipe 16, 18, 31, 33, dan 35 berhubungan dengan displasia sedang sampai karsinoma insitu.15

Faktor risiko lain untuk terjadinya kanker serviks adalah aktifitas seksual pada usia dini, merokok, sosial ekonomi rendah, paritas tinggi, jumlah pasangan seksual meningkat.18 Menurut WHO (2005), wanita yang memiliki resiko tertinggi terkena kanker serviks berumur 40-45 tahun. Wanita yang memiliki jumlah anak lebih dari 4 orang (multiparitas) juga memiliki resiko lebih tinggi.19

2.2.5.Pencegahan Kanker Serviks

Insiden terjadinya kanker serviks akan berkurang dengan cara:

a. Memperbaiki higiene perorangan termasuk pencegahan dan pengobatan dini terhadap vaginitis dan servisitis, sirkumsisi pada laki-laki di masa bayi, mencuci penis sebelum koitus dan kebiasaan menggunakan kondom.

b. Menghindari hubungan seksual pada usia sangat muda dan membatasi jumlah mitra seksual.

c. Skrining sitologik berkala secara teratur untuk semua wanita terutama wanita yang pernah melahirkan dengan sosial ekonomi rendah dan mereka yang mempunyai banyak mitra seksual.

d. Pengobatan dini untuk lesi-lesi serviks yang di curigai.14 2.3. Pengetahuan

2.3.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu indera pendengaran, penciuman, penglihatan, rasa, dan raba. Pengetahuan manusia juga sebagian besar diperoleh melalui mata dan telinga.20

2.3.2 Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (1). Pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah menerima informasi, dan semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. (2). Media massa, terdapatnya informasi baru mengenai sesuatu hal, memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. (3). Lingkungan, lingkungan sangat berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. (4). Sosial ekonomi, sosial ekonomi seseorang dapat menentukan tersedianya fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. (5). Usia, usia mempengaruhi adanya daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambahnya usia seseorang maka akan semakin berkembang pula pola pikir dan daya tangkapnya sehingga pengetahuan yang didapat semakin membaik. (6). Pengalaman, pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang didapat dalam memecahkan masalah yang dihadapi dimasa lalu.21

2.4. Sikap

2.4.1 Definisi Sikap

Sikap merupakan respon tubuh seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang telah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan.20 2.4.2 Tingkatan Sikap

Sikap berdasarkan intensitasnya sebagai berikut: a. Menerima

Diartikan bahwa seesorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek)

b. Menanggapi

Menanggapi diartikan sebagai memberikan jawaban atau tanggapan terhadap suatu pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c. Menghargai

Menanggapi diartikan seseorang atau subjek memberikan nilai positif terhadap stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.

d. Bertanggung jawab

Bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya merupakan sikap yang paling tinggi tingkatannya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, maka dia harus berani mengambil risiko bila ada orang lain yang mencemoohnya.20

BAB 1

PENDAHULUAN

Dokumen terkait