• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.2 Unit Penangkapan Ikan

4.2.3. Kapal perikanan

Untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan, para nelayan haruslah memiliki kapal/armada perikanan yang digunakan sebagai transportasi untuk mencari daerah fishing ground. Jenis armada perikanan di perairan laut Sibolga dibedakan menjadi beberapa kelompok yaitu perahu tanpa motor, perahu dengan motor tempel serta perahu yang memiliki mesin penggerak yang tetap. Komposisi jumlah dan jenis armada perikanan di Sibolga tahun 2000 - 2004 dapat dilihat pada Gambar 5.

0 50 100 150 200 250 300 J u m la h ( u n 2000 2001 2002 2003 2004 Tahun

Perahu tanpa motor Motor tempel 0 - 5 GT 5 - 10 GT 10 - 20 GT 20 - 30 GT 30 - 50 GT > 50 GT

Gambar 5. Jumlah dan jenis armada perikanan di perairan laut Sibolga tahun 2000-2004

4.3 Produksi

Jumlah produksi hasil tangkapan pada tahun 2000 - 2002 di Sibolga relatif konstan, sedangkan pada tahun 2003 dan 2004 cenderung menurun. Besarnya jumlah produksi pada tahun 2000 – 2004 dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar tersebut menunjukkan adanya penurunan produksi yang cukup tajam pada tahun 2003 – 2004 yang disebabkan karena banyaknya jumlah armada dan alat tangkap yang pindah beroperasi ke daerah lain yaitu ke Sumatera Barat dan Bengkulu. Selain itu adanya pencurian ikan oleh nelayan asing sehingga hasil tangkapan nelayan menjadi berkurang.

42082 41915 42025 30960 31208 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 P r o d u k s i (t 2000 2001 2002 2003 2004 Tahun

4.4 Fasilitas Penunjang Perikanan

Salah satu cara untuk melancarkan kegiatan usaha perikanan adalah tersedianya sarana maupun prasarana seperti adanya tempat pendaratan ikan (tangkahan), adanya tempat pengolahan ikan dan adanya pedagang atau retailer untuk mendistribusikan hasil tangkapan para nelayan.

Di daerah Sibolga terdapat 18 unit tangkahan, 171 unit tempat pengolahan ikan ( perebusan 77 unit dan pengeringan 94 unit), pabrik es sebanyak 2 unit dan adanya pedagang/retailer sebanyak 508 jiwa ( pengecer 291 jiwa dan pengirim ikan 217 jiwa). Tangkahan-tangkahan yang ada disana berfungsi sebagai tempat pendaratan ikan hasil tangkapan dalam keadaan segar. Ikan-ikan yang menjadi hasil tangkapan tersebut ada yang dijual dalam keadaan segar dan ada yang dijual dalam bentuk olahan seperti ikan asin, ikan pindang, ikan kering dan lain-lain. Ikan-ikan tersebut dijual oleh pedagang pengecer dan pedagang pengirim ke daerah Padangsidimpuan, ke daerah Balige, Samosir, Porsea dan ke daerah lain. Untuk melihat perkembangan unit usaha pengolahan ikan Sibolga tahun 2000- 2004 dapat dilihat Gambar 7.

85 70 85 70 95 77 95 77 94 77 0 20 40 60 80 100 J u m la h ( u n it 2000 2001 2002 2003 2004 Tahun Pengeringan Perebusan

5 HASIL PENELITIAN

5.1 Aspek Teknis Perikanan Purse seine

Aspek teknis merupakan aspek yang menjelaskan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan usaha penangkapan ikan, yaitu upaya penangkapan, alat bantu penangkapan dan metode pengoperasian alat tangkap.

5.1.1 Unit penangkapan purse seine 1 Alat tangkap purse seine

Purse seine merupakan salah satu alat tangkap yang banyak digunakan oleh para nelayan yang ada di Sibolga selain bubu. Jumlah alat tangkap purse seine di Sibolga relatif konstan dimana sejak tahun 2000 sampai 2002 tidak mengalami pertambahan yaitu sebanyak 204 unit. Pada tahun 2003 mengalami pertambahan sebanyak 49 unit menjadi 253, tetapi pada tahun 2004 tidak mengalami pertambahan lagi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 8.

204 204 204 253 253 0 50 100 150 200 250 300 J u m la h ( u n it 2000 2001 2002 2003 2004 Tahun

Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun 2000-2004.

Purse seine yang dioperasikan oleh para nelayan Sibolga memiliki konstruksi yang hampir sama dengan purse seine yang dioperasikan oleh para nelayan yang ada di daerah lain di Propinsi Sumatera Utara. Pada umumnya jaring purse seine yang digunakan memiliki panjang antara 500 – 1000 meter dengan lebar rata-rata 50 meter. Srampad (selvadge) terdapat pada bagian atas, samping kiri/kanan dan bawah dari pukat cincin yang bertujuan untuk memperkuat pukat

cincin sewaktu dioperasikan (terutama pada waktu hauling). Srampad ini juga terbuat dari bahan polyethylene dengan ukuran mata 2 inchi.

Bahan utama pembuat jaring purse seine adalah polyamide dengan ukuran mata jaring berkisar antara 3-4 cm. Tali ring berfungsi untuk menggantungkan cincin yang terdapat pada bagian tali ris bawah, tali ini terbuat dari polyethylene dengan diameter 15 mm dengan panjang 100 meter. Sedangkan tali kolor (purse line) berguna untuk mengkerucutkan pukat cincin pada bagian bawah pada saat hauling setelah pukat tersebut selesai dilingkarkan. Apabila seluruh ring telah terkumpul maka cincin pada bagian bawah akan berkumpul menjadi satu dan akan membentuk seperti lingkaran. Panjang tali ini kolor ini bisa mencapai 1,5 kali panjang alat tangkap purse seine

Pelampung yang digunakan pada alat tangkap purse seine berwarna putih atau coklat dengan ukuran diameter 11 cm dan panjang 20 cm. Pelampung ini terbuat dari bahan polyvinyl chloride. Gambaran umum berikut komponen alat tangkap purse seine di Sibolga dapat dilihat pada Lampiran 3.

Para nelayan purse seine di Sibolga dalam mengoperasikan alat tangkapnya dalam satu trip membutuhkan 4 hari operasi. Dalam satu bulan mereka mampu melakukan operasi penangkapan sebanyak 5 trip. Jumlah trip yang dapat dilakukan dalam setahun adalah sebanyak 50 trip, karena alat tangkap tersebut hanya dapat dioperasikan selama 10 bulan dalam setahun. Karena pada saat tertentu para nelayan tidak pergi melaut disebabkan karena adanya musim badai dan pada waktu tersebut pada umumnya mereka melakukan docking untuk melakukan perawatan serta perbaikan terhadap armada purse seine. Pada saat musim puncak, jumlah trip yang dilakukan oleh nelayan di sana rata-rata sebanyak 15 trip, musim sedang 25 trip dan musim paceklik 10 trip.

(2) Kapal purse seine

Untuk menangkap ikan pelagis kecil yang terdapat di perairan Sibolga nelayan purse seine menggunakan kapal dengan ukuran 30-50 GT yang dilengkapi dengan alat bantu penangkapan seperti fish finder. Untuk menarik perhatian ikan agar berkumpul pada suatu area mereka menggunakan lampu halogen yang terdapat pada sisi kiri dan kanan kapal.

Bahan utama pembuat kapal tersebut adalah dari kayu yang terdapat di sekitar daerah Sibolga. Adapun jenis-jenis kayu yang digunakan adalah kayu meranti, damar laut dan kayu rasak. Umumnya kapal purse seine yang ada di sana memiliki panjang 15 - 22 meter dengan lebar 3,5 – 5 meter dan tinggi (dalam) 2 meter. Kapal-kapal tersebut memiliki tonase 30 -50 GT dengan mesin utama kapal berkekuatan 120 sampai 300 PK, dengan merek yang berbeda seperti Yanmar, Nissan, dan Mitsubishi.

Kapal purse seine itu memiliki beberapa ruangan yaitu ruang palka, ruang mesin, ruang kemudi dan gudang. Ruang palka terdapat pada haluan bagian bawah, sedangkan gudang terdapat pada bagian belakang (buritan). Ruang kemudi terdapat pada bagian tengah kapal. Gambaran umum dari bentuk kapal purse seine yang ada di Sibolga dapat dilihat pada Lampiran 4.

(3) Nelayan

Sebagaimana bentuk usaha yang lain, pada kapal purse seine juga terdapat tenaga kerja atau anak buah kapal (ABK) yang bertugas untuk menjalankan kegiatan penangkapan ikan. Jumlah ABK tersebut sekitar 17 orang. Pembagian tugas masing-masing ABK dan komposisi jumlahnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pembagian tugas dan keuntungan pada kapal purse seine di Sibolga No.

Perincian tugas Jumlah (orang)

Pembagian pendapatan Keuntungan (40 %) Bagian/ABK Jlh bagian 1 juru mudi 1 2 2 4.32 2 juru mesin 1 1,5 1.5 3.24 3 penata pelampung 2 1 2 4.32 4 Penarik pelampung 2 1 2 4.32 5 penarik jaring 8 1 8 17.30 6 penata pemberat 1 1 1 2.16

7 penata tali kolor 2 1 2 4.32

Jumlah 17 18.5 40.00

Ikan-ikan yang telah ditangkap kemudian dijual ke tempat pendaratan ikan. Sistem bagi hasil antara pemilik modal dengan ABK adalah 60 : 40. Dari bagian yang 40 tersebut masing-masing juru mudi mendapat 2 bagian, juru mesin mendapat 1,5 bagian dan ABK mendapatkan 1 bagian (Tabel 2)

(4) Alat bantu penangkapan

Dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan, nelayan purse seine di Sibolga menggunakan alat bantu fish finder,lampu dan rumpon. Fish finder digunakan untuk mencari daerah gerombolan ikan yang terdapat di perairan. Lampu digunakan untuk menarik perhatian ikan agar terkonsentrasi dan berkumpul pada suatu catchable area. Lampu sangat efektif digunakan pada malam hari, karena tingkah laku ikan yang hidup pada daerah permukaan (ikan pelagis) memiliki sifat phototaksis positif yang berarti bahwa ikan-ikan pelagis akan terpengaruh dengan adanya cahaya. Jadi ikan-ikan yang masih jauh berada dari catchable area akan mendekat menuju tempat sumber cahaya. Rumpon juga memiliki fungsi yang sama dengan lampu yaitu untuk mengumpulkan ikan pada suatu catchable area. Umumnya rumpon digunakan pada siang hari.

5.1.2. Metode pengoperasian purse seine

Sebelum melakukan kegiatan penangkapan, para nelayan terlebih dahulu mempersiapkan segala kebutuhan yang diperlukan selama operasi penangkapan mulai berangkat dari fishing base menuju fishing ground dan kembali ke fishing base. Nelayan yang ada di Sibolga tidak memiliki suatu daerah fishing ground tertentu tetapi mereka mendeteksi suatu gerombolan ikan berdasarkan fish finder. Tetapi berdasarkan pengalaman, mereka sudah bisa melihat bahwa dalam suatu perairan tertentu banyak terdapat ikan. Hal ini ditandai dengan adanya tanda- tanda alam seperti terdapat burung camar di atas permukaan perairan, adanya buih di tengah-tengah perairan.

Apabila tanda-tanda alam tersebut sudah ditemukan, maka nelayan akan bersiap-siap untuk melakukan setting (penurunan alat tangkap ke perairan). Untuk mengumpulkan ikan yang masih jauh dari daerah catchable area maka lampu dinyalakan sekitar 40 menit. Setelah ikan mulai terkumpul, secara perlahan-lahan lampu akan dipadamkan. Setelah dilakukan pemadaman lampu barulah dilakukan setting. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan setting adalah arah renang dan kecepatan renang dari ikan tersebut. Penentuan ini harus cepat ditentukan mengingat ikan-ikan yang menjadi tujuan penangkapan adalah ikan pelagis yang memiliki kemampuan renang yang cepat. Kemampuan renang ikan yang cepat itu

bertujuan untuk bisa memburu mangsa serta untuk menghindarkan diri dari predator. Apabila kegiatan setting telah selesai dilakukan, barulah tali kolor ditarik, sehingga bagian bawah dari jaring tersebut mengkerucut sehingga ikan akan terkumpul pada bagian kantong dari jaring. Ikan-ikan yang terdapat pada kantong tersebut diangkat dengan menggunakan serok ke atas kapal, kemudian dimasukkan ke dalam palka. Apabila hasil tangkapan sudah mencukupi (± 2 ton), maka kegiatan penangkapan tidak akan dilakukan lagi. Tetapi jika hasil tangkapan masih dirasa kurang, maka dicari fishing ground yang baru dan dilakukan setting lagi. Setelah kegiatan penangkapan selesai baru kembali menuju fishing base. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Metode pengoperasian purse seine Mulai

Fishing base

Mencari fishing ground

Tiba di Fishing ground

Penyalaan lampu ± 1 jam

Pemadaman lampu secara bertahap ± 30 menit

Setting ± 1 jam

Hauling ± 1 jam

Pengangkatan hasil tangkapan

Penanganan hasil tangkapan

Kurang ± 2 ton ?

Selesai

Ya Tidak

5.2.Aspek Biologi

Aspek biologi ini digunakan untuk melihat tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan, sehingga menghasilkan jumlah hasil tangkapan yang maksimum dan berkelanjutan (tanpa merusak kelestarian sumberdaya ikan). Oleh karena itu perlu diketahui nilai maximum sustainable yield (MSY) yang menunjukkan jumlah potensi lestari yang boleh ditangkap, sehingga tidak menyebabkan terjadinya kerusakan terhadap sumberdaya yang ada. Pada aspek biologi ini, yang akan dibahas adalah mengenai hasil tangkapan dan fungsi produksi lestari ikan pelagis kecil. Untuk mengetahui hal tersebut diperlukan data tentang produksi serta upaya penangkapan (effort) serta CPUE dari beberapa jenis alat tangkap yang menangkap ikan pelagis kecil di perairan laut Sibolga. Data tersebut berupa data time series lima tahun terakhir yaitu tahun 2000-2004.

Perkembangan produksi, effort dan CPUE dapat dilihat pada Gambar 10serta Lampiran 5 dan 6. Perkembangan produksi, upaya penangkapan (effort) dan CPUE tahun 2000-2004 berfluktuasi dan cenderung menurun. Produksi ikan pelagis kecil paling tinggi di Sibolga terjadi pada tahun 2000 yaitu sebesar 32.087,4 ton, dengan jumlah CPUE sebesar 1, 47 ton/trip. Produksi terendah terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 16.3999 ton /tahun dengan nilai CPUE sebesar 0,9 ton/trip. 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 2000 2001 2002 2003 2004 Tahun P r o d u k s i (t o n /t E ff o r t (t r ip ) 0 0.5 1 1.5 2 C P U E ( to n /t r

CPUE (ton/trip) Produksi (ton/thn) Total effort

Gambar 10. Perkembangan produksi hasil tangkapan ikan pelagis kecil, upaya penangkapan (effort) serta CPUE dari gabungan alat tangkap ikan pelagis kecil di kota Sibolga tahun 2000-2004.

Nilai CPUE tertinggi terjadi pada tahun 2002 yaitu sebesar 1,53 ton/trip dan yang paling rendah terjadi pada tahun 2003, yaitu sebesar 0,9 ton/trip. Jumlah total produksi ikan pelagis kecil yang ditangkap oleh gabungan seluruh alat tangkap selama lima tahun adalah sebesar 125.904,2 ton, dengan rata-rata produksi untuk setiap tahunnya sebesar 25.180,84 ton /tahun

Untuk dapat mengetahui lebih jelas tentang kecenderungan produktivitas dari gabungan seluruh alat tangkap, harus diketahui hubungan antara CPUE dengan effort. Hubungan antara CPUE dengan upaya penangkapan (effort) dapat digambarkan pada Gambar 11.

y = -0.0052x + 1206.5 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 Effor t (tr ip) C P U E ( K g /t r

Hub. CPUE dan Ef f ort Garis trend

Gambar 11. Hubungan antara CPUE dengan effort untuk penangkapan ikan pelagis kecil dari gabungan alat tangkap di perairan laut Sibolga tahun 2000-2004.

CPUE merupakan jumlah hasil tangkapan per satuan upaya (effort). Hubungan antara kedua parameter tersebut memiliki korelasi negatif, yang berarti semakin tinggi jumlah effort maka akan menyebabkan penurunan nilai CPUE.

Nilai produksi maksimum lestari (CMSY) ikan pelagis dengan menggunakan alat tangkap yang telah distandarisasi adalah sebesar 70.200,36 ton/tahun. Nilai ini menunjukkan tingkat produksi maksimum lestari ikan pelagis yang boleh ditangkap di perairan laut Sibolga. Selanjutnya berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program MAPLE 8 dapat pula diketahui upaya penangkapan yang optimum (EMSY) yaitu sebesar 116.366 trip/tahun. Upaya

penangkapan tersebut merupakan gabungan dari beberapa jenis alat tangkap yang terdiri dari purse seine, bagan perahu, jaring insang hanyut dan jaring insang tetap Hubungan kuadratik antara upaya penangkapan ikan dengan produksi ikan pelagis di perairan laut Sibolga dari gabungan alat tangkap dapat dilihat pada Gambar 12.

2002 2000 2003 2004 2001 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 180000 200000 220000 240000 Effort (Trip) P r o d u k si ( to n )

Gambar 10. Hubungan antara hasil tangkapan ikan pelagis kecil dengan upaya penangkapan (effort) dari gabungan seluruh alat tangkap di perairan laut Sibolga.

Berdasarkan Gambar 12 terlihat bahwa hubungan antara upaya penangkapan purse seine dengan hasil tangkapan ikan pelagis membentuk parabola sempurna (fungsi kuadratik) yang berarti bahwa setiap adanya penambahan tingkat upaya penangkapan (E) akan menghasilkan jumlah hasil tangkapan (C) yang bertambah pula sampai mencapai titik maksimum. Tetapi apabila terjadi penambahan upaya yang terus menerus berlanjut setelah melampaui titik maksimum tersebut, maka akan terjadi penurunan hasil tangkapan.

5.2.1 Daerah dan Musim Penangkapan Ikan (DPI)

CMSY = 70.200,36 ton/thn

Daerah penangkapan ikan (fishing ground) merupakan suatu daerah dimana banyak terdapat gerombolan ikan. Para nelayan purse seine di Sibolga menggunakan alat bantu fish finder dan rumpon untuk menentukan daerah penangkapan yang potensial dalam kegiatan penangkapan. Tanda-tanda alam yang dapat dijadikan acuan untuk menentukan suatu daerah penangkapan adalah adanya burung yang terbang di atas perairan dan sesekali burung tersebut menukik ke dalam perairan untuk mendapatkan ikan. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan para nelayan yang ada di Sibolga, pada umumnya mereka tidak memiliki daerah fishing ground untuk melakukan penangkapan ikan. Tetapi mereka menentukan daerah penangkapan ikan berdasarkan pada pengalaman mereka saja. Para nelayan tersebut biasanya melakukan penangkapan di sekitar pulau Mursala, Pantai Barat Sumatera yang meliputi daerah Padang, Aceh dan ada juga yang sampai ke Bengkulu.

Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan di sana berlangsung sepanjang tahun. Musim puncak untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan umumnya terjadi pada bulan Pebruari sampai Mei. Pada bulan Juni sampai bulan Oktober merupakan musim sedang dimana jumlah hasil tangkapan tidak terlalu banyak. Sedangkan musim paceklik berlangsung antara November sampai Januari.

5.2.2 Jenis hasil tangkapan

Ikan-ikan yang menjadi hasil tangkapan purse seine di Sibolga adalah ikan pelagis khususnya ikan pelagis kecil. Jenis ikan yang tertangkap bermacam macam. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di tangkahan-tangkahan (tempat pendaratan ikan) yang ada di Sibolga dapat diketahui bahwa jenis ikan yang tertangkap pada umumnya adalah ikan tongkol (Euthynnus affinis), ikan kembung (Rastrelliger Sp), ikan layang (Decapterus russelli), ikan tembang (Fringescale sardinella), dan ikan selar (Selar crumenopthalmus).

5.3 Aspek Bio-ekonomi

Pendugaan parameter biologi hanya digunakan untuk melihat nilai CMSY dan EMSY, sehingga belum bisa menentukan tingkat pemanfaatan maksimum secara ekonomi. Oleh karena itu digunakan model bio-ekonomi model Gordon-

Schaefer dengan cara memasukkan harga ikan per kg (p) yang dikalikan dengan produksi hasil tangkapan kemudian dikurangi biaya keseluruhan (total cost). Aspek ini bertujuan untuk melihat berapa keuntungan maksimum yang bisa dihasilkan dari usaha penangkapan ikan pelagis kecil.

Hasil tangkapan purse seine menunjukkan produksi ikan pelagis pada tingkat upaya tertentu. Pada saat produksi dalam keadaan rendah/menurun, tentu para nelayan akan berusaha menambah jumlah upaya sehingga akan menimbulkan jumlah penerimaan yang bertambah pula. Perlu diketahui bahwa penambahan tingkat upaya akan menyebabkan terjadinya penambahan biaya juga. Untuk dapat mengetahui berapa jumlah biaya yang dibutuhkan untuk mengoperasikan purse seine per trip dan per tahun dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pembiayaan operasional nelayan purse seine per trip dan per tahun di Sibolga

No. Uraian Satuan Nilai Nilai Akhir

1 Biaya Operasional Nelayan Per trip

Solar Rp./trip 800.000 800.000

Oli Rp./trip 100.000 100.000

Minyak tanah Rp./trip 100.000 100.000

Ransum Rp./trip 1.000.000 1.000.000

Es Rp./trip 250.000 250.000

Sub Total Rp./trip 2.250.000

2 Biaya Operasional Tahunan

Biaya Operasional Rp./tahun 112.500.000

Biaya Retribusi Rp./tahun 7.256.250

Total Biaya Operasional Rp./tahun 119.756.250 Sumber : Data primer (2004)

Untuk memprediksi keuntungan maksimum yang bisa diperoleh haruslah diketahui harga ikan pelagis hasil tangkapan purse seine. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan pada nelayan dapat diketahui bahwa harga ikan berbeda, tergantung pada permintaan konsumen dan musim ikan. Harga ikan di Sibolga dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu, harga ikan pada musim puncak yaitu sebesar Rp 5000 per kg, harga pada saat musim sedang sebesar Rp 6000 per kg dan harga ikan pada musim paceklik sebesar Rp 7000 per kg. Harga ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga ikan rata-rata yaitu Rp 6.000. Harga ikan pada musim puncak lebih rendah dari pada musim sedang dan paceklik, hal ini disebabkan karena produksi pada saat musim ini tinggi.

Jumlah produksi, trip (effort), penerimaan, biaya dan keuntungan dari gabungan alat tangkap pada kondisi aktual, MSY, MEY dan open acces dapat dilihat Lampiran 7, sedangkan untuk alat angkap purse seine dapat dilihat pada Lampiran 8. Kondisi aktual adalah kondisi yang menggambarkan tentang keadaan pengelolaan perikanan yang terjadi pada saat sekarang , yaitu yang terjadi lima tahun terakhir. Kondisi MSY adalah kondisi yang menggambarkan tentang jumlah produksi maksimum yang boleh ditangkap secara berkelanjutan tanpa merusak kelestarian sumberdaya yang ada. Kondisi MEY adalah kondisi yang menggambarkan tentang keadaan yang dapat memberikan keuntungan optimum tanpa merusak kelestarian sumberdaya yang ada. Sedangkan kondisi open acces menjelaskan tentang keadaan perikanan, dimana setiap orang bebas melakukan kegiatan penangkapan (terbuka bagi siapa saja yang ingin melakukan kegiatan penangkapan). Pada kondisi inilah jumlah keuntungan yang diperoleh hanya mampu meutupi biaya operasional (break even point). Jumlah produksi dari gabungan seluruh alat tangkap dan alat tangkap purse seine dapat dilihat pada Gambar 13 dan Lampiran 7 dan 8.

25180.84 13471 70200.36 37555 63418.97 33927 60149.28 32178 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 P r o d u k s i ( t o

AKTUAL MSY MEY Open

Acces Kondisi

Total Purse seine

Gambar 13. Jumlah produksi dari gabungan alat tangkap dan alat tangkap purse seine pada masing-masing kondisi di perairan Sibolga.

Hasil tangkapan yang diperoleh pada kondisi MSY di kota Sibolga tahun 2000-2004 sebesar 70.200 ton. Hasil tangkapan tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan hasil tangkapan pada saat konsisi pengelolaan aktual, MEY dan open acces. Hasil tangkapan ikan pada kondisi MSY merupakan hasil tangkapan maksimum lestari. Pengelolaan sumberdaya ikan dari ketiga kondisi di

atas tidak boleh melewati produksi maksimum lestari karena akan mengakibatkan sumberdaya ikan pelagis menjadi tidak berkelanjutan untuk pengelolaan di masa yang akan datang (sustainable)

Jika dilihat dari jumlah produksi alat tangkap purse seine pada masing- masing kondisi dapat diketahui bahwa jumlah tersebut masih jauh dari nilai MSY ikan pelagis kecil di Sibolga. Oleh karena itu harus dicari bagaimana cara mengoptimalkan jumlah produksi tersebut. Pada masing-masing kondisi (MEY, MSY dan open acces) purse seine memberikan kontribusi yang cukup besar untuk dapat meningkatkan produksi agar sesuai dengan yang diharapkan yaitu sebesar 53,50 %, bagan perahu sebesar 35,05 %, alat tangkap jaring insang hanyut sebesar 0,99 % dan jaring insang tetap sebesar 10,46 %.

Perbandingan upaya penangkapan antara seluruh alat tangkap dengan alat tangkap purse seine pada kondisi aktual, MSY, MEY dan Open acces dapat dilihat pada Gambar 14 dan Lampiran 7 dan 8. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa jumlah upaya penangkapan yang dilakukan oleh seluruh alat tangkap di kota Sibolga pada kondisi pengelolaan open acces sebesar 160.398 trip per tahun. Jumlah upaya (trip) pada kondisi ini lebih besar daripada ketiga kondisi aktual, MEY dan MSY karena siapa saja bebas untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan ikan. Kemudian kondisi yang paling tinggi setelah open acces adalah pada kondisi pengelolaan MSY dimana jumlah tripnya adalah sebesar 116.366 trip per tahun. Nilai ini lebih besar daripada jumlah trip pada saat MEY dan aktual dimana jumlah trip pada saat MEY adalah sebesar 80.199 trip dan pada saat aktual sebanyak 23.370 trip

23370 12502 116366 62254 80199 42905 160398 85810 0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 180000 E ff o r t (t r ip /t

AKTUAL MSY MEY Open

Acces Kondisi

Total Purse seine

Gambar 14. Jumlah effort dari gabungan alat tangkap dan alat tangkap purse seine

Dokumen terkait