OPTIMISASI PERIKANAN PURSE SEINE DI PERAIRAN LAUT SIBOLGA
PROVINSI SUMATERA UTARA
HASAN HARAHAP
SEKOLAH PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
OPTIMISASI PERIKANAN PURSE SEINE DI PERAIRAN LAUT SIBOLGA
PROPINSI SUMATERA UTARA
HASAN HARAHAP
Tesis
sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Teknologi Kelautan
SEKOLAH PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASINYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Optimisasi Perikanan Purse Seine di Perairan Laut Sibolga Provinsi Sumatera Utara adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Oktober 2006
Hasan Harahap
ABSTRAK
Hasan Harahap. Optimisasi Perikanan Purse Seine di Perairan Laut Sibolga Provinsi Sumatera Utara. Dibimbing oleh DOMU SIMBOLON dan FIS PURWANGKA.
Perairan laut Sibolga memiliki potensi sumberdaya ikan pelagis kecil yang cukup besar, namun diduga tingkat pemanfaatannya masih belum optimum. Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) mengestimasi tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis yang menjadi target penangkapan purse seine pada tingkat maximum economic yield (MEY); 2) menentukan jumlah unit penangkapan
purse seine yang optimum untuk mencapai tingkat produksi dan keuntungan ekonomi yang maksimum dalam pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil; dan 3) menentukan tingkat kelayakan usaha perikanan purse seine di perairan laut Sibolga, provinsi Sumatera Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan observasi. Metode surplus produksi oleh Gordon-Schaefer digunakan untuk mengestimasi tingkat pemanfaatan pada kondisi
ABSTRACT
Hasan Harahap. Optimization of Purse seine in Sibolga Territorial Water north Sumatera Province.Guided by DOMU SIMBOLON and FIS PURWANGKA
The small pelagic in Sibolga North Sumatera Province is highly potential, but the utilization has been not optimum due to low productivity of purse seine fishery. The objectives of the research are 1) to estimate the level of MEY (maximum economic yield) exploiting of small pelagic becoming target of purse seine. 2) to determine optimum the number of purse seine fishing unit for maximum production and economic profit level in the utilization of small pelagic resources. 3) to determine feasibility of purse seine fishery in Sibolga North Sumatera Province. Survey and observation methods is used in this research. Production surplus method by Gordon – Schaefer is used to estimate the level of MEY and, financial analysis is used to know the feasibility of purse seine in Sibolga and linear goal programming is used to determine allocation of purse seine in Sibolga. The result of bio-economic analysis showed that in Sibolga teritorial water have a big opportunity to exploite small pelagic. The optimum catch of small pelagic fish is 70.200,36 ton/year with standar effort of 116.366 trip/year. Specially for purse seine, optimum catch is 37.555 ton/year with effort optimum is 62.254 trip/year or 53,50 % from all. Linear goal programming analysis showed that to exploiting pelagic fish resources in Sibolga should used purse seine 307 unit gears, bagan perahu 80 unit gears, drift gillnet 141 unit gears and Gillnet 52 unit gears. Financial analysis of small pelagic fish with investment criteria obtained positive value of net present value (NPV) is Rp 79.081.971,24, internal rate of return (IRR) value is 24,87 % net B/C ratio value 1,26 and payback period value 5 years. According to financial analysis, purse seine in Sibolga is feasible to developed.
@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi,
Judul Tesis : Optimisasi Perikanan Purse Seine di Perairan Laut Sibolga Provinsi Sumatera Utara
Nama : Hasan Harahap
NRP : C551030221
Program Studi : Teknologi Kelautan
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Domu Simbolon, M.Si Fis Purwangka, S.Pi, M.Si Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Teknologi Kelautan
Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis dengan judul Optimisasi Perikanan Purse Seine di perairan Laut Sibolga Provinsi Sumatera Utara. Dalam penyusunan tesis ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
(1) Kedua orang tua saya yaitu Baginda Harahap dan Khoinur Harahap serta keluarga tercinta yaitu abang saya Maramuda Harahap dan adik-adik saya Abdul Manan Harahap, S.Hut dan Ridoan Hamid Harahap yang telah memberikan perhatian yang tulus dan kasih sayang serta dukungan moril dan materil dalam penyelesaian tesis ini.
(2) Bapak Dr. Ir. Domu Simbolon, M.Si dan Bapak Fis Purwangka S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing penulis yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama kuliah di Program Studi Teknologi Kelautan.
(3) Bapak Dekan Sekolah Pasca Sarjana IPB yaitu Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.
(4) Bapak Prof. Dr. John Haluan, M.Sc sebagai ketua Program Studi Teknologi Kelautan. IPB.
(5) Bapak Prof. Dr. Daniel R. Monintja, M.Sc, yang telah memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Teknologi Kelautan.
(6) Ibu Tengku Ersti Yulikasari, S.Pi, M.Si selaku dosen penulis di Universitas Riau Pekanbaru yang telah memberikan bantuan moril dan materil dalam penyelesaian tesis ini.
(7) Bapak Drs. H. Said Ali Hasyim dan Ibu Azizah serta keluarga yaitu Syarifah Zillen, Said Muzani dan Yulia, yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
Rudi Anhar Harahap dan Mbak Fina Dzulaini serta seluruh karyawan/karyawati PT. Asuransi Parolamas.
(9) Bapak Ir. Muslimin Siregar (Mantan Kepala Dolog Provinsi Jawa Barat) besrta keluarga.
(10)Rekan-rekan mahasiswa TKL angkatan 2003 dan 2004 yaitu Syamsuar, Muhlisa, Zen, Kudrat, Hasnia, Yanti, Devi, Wesley, Ibrahim, Andrius, Eva, Rinda, Darmiyati serta teman-teman yang lainyang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan baik dari segi isi maupun penulisannya. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat dan sesuai dengan yang diharapkan oleh semua pihak.
Bogor, Oktober 2006
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Baruas Kota Padangsidimpuan pada tanggal 13 Pebruari 1981 dari ayah Baginda Harahap dan ibu Khoinur Harahap. Penulis merupakan putra kedua dari empat bersaudara.
OPTIMISASI PERIKANAN PURSE SEINE DI PERAIRAN LAUT SIBOLGA
PROVINSI SUMATERA UTARA
HASAN HARAHAP
SEKOLAH PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
OPTIMISASI PERIKANAN PURSE SEINE DI PERAIRAN LAUT SIBOLGA
PROPINSI SUMATERA UTARA
HASAN HARAHAP
Tesis
sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Teknologi Kelautan
SEKOLAH PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASINYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Optimisasi Perikanan Purse Seine di Perairan Laut Sibolga Provinsi Sumatera Utara adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Oktober 2006
Hasan Harahap
ABSTRAK
Hasan Harahap. Optimisasi Perikanan Purse Seine di Perairan Laut Sibolga Provinsi Sumatera Utara. Dibimbing oleh DOMU SIMBOLON dan FIS PURWANGKA.
Perairan laut Sibolga memiliki potensi sumberdaya ikan pelagis kecil yang cukup besar, namun diduga tingkat pemanfaatannya masih belum optimum. Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) mengestimasi tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis yang menjadi target penangkapan purse seine pada tingkat maximum economic yield (MEY); 2) menentukan jumlah unit penangkapan
purse seine yang optimum untuk mencapai tingkat produksi dan keuntungan ekonomi yang maksimum dalam pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil; dan 3) menentukan tingkat kelayakan usaha perikanan purse seine di perairan laut Sibolga, provinsi Sumatera Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan observasi. Metode surplus produksi oleh Gordon-Schaefer digunakan untuk mengestimasi tingkat pemanfaatan pada kondisi
ABSTRACT
Hasan Harahap. Optimization of Purse seine in Sibolga Territorial Water north Sumatera Province.Guided by DOMU SIMBOLON and FIS PURWANGKA
The small pelagic in Sibolga North Sumatera Province is highly potential, but the utilization has been not optimum due to low productivity of purse seine fishery. The objectives of the research are 1) to estimate the level of MEY (maximum economic yield) exploiting of small pelagic becoming target of purse seine. 2) to determine optimum the number of purse seine fishing unit for maximum production and economic profit level in the utilization of small pelagic resources. 3) to determine feasibility of purse seine fishery in Sibolga North Sumatera Province. Survey and observation methods is used in this research. Production surplus method by Gordon – Schaefer is used to estimate the level of MEY and, financial analysis is used to know the feasibility of purse seine in Sibolga and linear goal programming is used to determine allocation of purse seine in Sibolga. The result of bio-economic analysis showed that in Sibolga teritorial water have a big opportunity to exploite small pelagic. The optimum catch of small pelagic fish is 70.200,36 ton/year with standar effort of 116.366 trip/year. Specially for purse seine, optimum catch is 37.555 ton/year with effort optimum is 62.254 trip/year or 53,50 % from all. Linear goal programming analysis showed that to exploiting pelagic fish resources in Sibolga should used purse seine 307 unit gears, bagan perahu 80 unit gears, drift gillnet 141 unit gears and Gillnet 52 unit gears. Financial analysis of small pelagic fish with investment criteria obtained positive value of net present value (NPV) is Rp 79.081.971,24, internal rate of return (IRR) value is 24,87 % net B/C ratio value 1,26 and payback period value 5 years. According to financial analysis, purse seine in Sibolga is feasible to developed.
@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi,
Judul Tesis : Optimisasi Perikanan Purse Seine di Perairan Laut Sibolga Provinsi Sumatera Utara
Nama : Hasan Harahap
NRP : C551030221
Program Studi : Teknologi Kelautan
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Domu Simbolon, M.Si Fis Purwangka, S.Pi, M.Si Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Teknologi Kelautan
Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis dengan judul Optimisasi Perikanan Purse Seine di perairan Laut Sibolga Provinsi Sumatera Utara. Dalam penyusunan tesis ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
(1) Kedua orang tua saya yaitu Baginda Harahap dan Khoinur Harahap serta keluarga tercinta yaitu abang saya Maramuda Harahap dan adik-adik saya Abdul Manan Harahap, S.Hut dan Ridoan Hamid Harahap yang telah memberikan perhatian yang tulus dan kasih sayang serta dukungan moril dan materil dalam penyelesaian tesis ini.
(2) Bapak Dr. Ir. Domu Simbolon, M.Si dan Bapak Fis Purwangka S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing penulis yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama kuliah di Program Studi Teknologi Kelautan.
(3) Bapak Dekan Sekolah Pasca Sarjana IPB yaitu Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.
(4) Bapak Prof. Dr. John Haluan, M.Sc sebagai ketua Program Studi Teknologi Kelautan. IPB.
(5) Bapak Prof. Dr. Daniel R. Monintja, M.Sc, yang telah memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Teknologi Kelautan.
(6) Ibu Tengku Ersti Yulikasari, S.Pi, M.Si selaku dosen penulis di Universitas Riau Pekanbaru yang telah memberikan bantuan moril dan materil dalam penyelesaian tesis ini.
(7) Bapak Drs. H. Said Ali Hasyim dan Ibu Azizah serta keluarga yaitu Syarifah Zillen, Said Muzani dan Yulia, yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
Rudi Anhar Harahap dan Mbak Fina Dzulaini serta seluruh karyawan/karyawati PT. Asuransi Parolamas.
(9) Bapak Ir. Muslimin Siregar (Mantan Kepala Dolog Provinsi Jawa Barat) besrta keluarga.
(10)Rekan-rekan mahasiswa TKL angkatan 2003 dan 2004 yaitu Syamsuar, Muhlisa, Zen, Kudrat, Hasnia, Yanti, Devi, Wesley, Ibrahim, Andrius, Eva, Rinda, Darmiyati serta teman-teman yang lainyang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan baik dari segi isi maupun penulisannya. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat dan sesuai dengan yang diharapkan oleh semua pihak.
Bogor, Oktober 2006
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Baruas Kota Padangsidimpuan pada tanggal 13 Pebruari 1981 dari ayah Baginda Harahap dan ibu Khoinur Harahap. Penulis merupakan putra kedua dari empat bersaudara.
DAFTAR ISI
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7
2 TINJAUAN PUSTAKA... 8
2.1 Purse Seine... 8
2.1.1 Jenis-jenis purse seine... 8
2.1.2 Desain dan konstruksi purse seine... 9
2.1.3 Metode pengoperasian purse seine... 10
2.2 Sumberdaya Ikan Pelagis... 11
2.3 Model Surplus Produksi... 12
2.4 Model Bio-ekonomi... 14
2.5 Analisis Investasi... 15
2.6 Optimisasi... 17
2.7 Program Optimisasi... 18
2.7.1 Linear programming... 18
2.7.2 Linear goal programming... 20
3 METODE PENELITIAN... 22
3.1 Waktu dan Tempat... 22
3.2 Metode Penelitian... 22
3.3 Sumber Data... 22
3.4 Analisis Data... 23
3.4.1 Deskripsi unit penangkapan purse seine... 23
3.4.2 Pendugaan parameter biologi... 24
3.4.3 Pendugaan parameter ekonomi... 26
3.4.4 Analisis kelayakan... 27
3.4.5 Analisis optimisasi... 29
4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN... 32
4.1 Letak Geografis... 32
4.2 Unit Penangkapan Ikan... 32
4.2.1 Alat tangkap... 32
4.2.2 Nelayan... 33
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Jenis-jenis ikan pelagis kecil dan ikan pelagis besar... 2 2. Pembagian tugas dan keuntungan pada kapal Purse seine di Sibolga... 39 3. Pembiayaan operasional nelayan Purse seine per trip dan per tahun
di Sibolga... 47 4. Nilai perhitungan dari analisis finansial... 53 5. Perbandingan nilai optimal beberapa parameter yang dioptimasi berikut
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Kerangka pemikiran... 6 2. Diagram alir penelitian... 31 3. Jumlah dan jenis alat tangkap yang ada di Sibolga... 33 4. Jumlah nelayan tetap dan sambilan yang ada di Sibolga tahun 2000-2004 34 5. Jumlah dan jenis armada perikanan di perairan laut Sibolga
tahun 2000-2004... 35 6. Total hasil tangkapan ikan di Sibolga tahun 2000-2004... 35 7. Perkembangan unit usaha pengolahan ikan tahun 2000-2004 di Sibolga 36 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine dikota Sibolga tahun
2000-2004... 37 9. Metode pengoperasian purse seine... 42 10. Perkembangan produksi ikan pelagis kecil, upaya penangkapan (effort)
serta CPUE dari gabungan alat tangkap ikan pelagis kecil di kota Sibolga tahun 2000-2004... 43 11. Hubungan antara CPUE dengan effort untuk penangkapan ikan pelagis
kecil dari gabungan alat tangkap di perairan laut Sibolga tahun
2000-2004... 44 12. Hubungan antara hasil tangkapan ikan pelagis kecil dengan upaya
penangkapan (effort) dari gabungan alat tangkapdi perairan laut
Sibolga... 45 13. Jumlah produksi dari gabungan alat tangkap dan alat tangkap purse
seine pada masing-masing kondisi di perairan laut Sibolga... 48 14. Jumlah effort dari gabungan alat tangkap dan alat tangkap purse
seine pada masing-masing kondisi di Perairan laut Sibolga... 50 15. Jumlah keuntungan dari gabungan alat tangkap dan alat tangkap
purse seine pada masing-masing kondisi di Sibolga... 51 16. Keseimbangan Bio-ekonomi Gordon-Schaefer untuk pengelolaan ikan
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Peta lokasi penelitian... 68 2. Jumlah dan jenis alat tangkap yang terdapat di Sibolga... 69 3. Bentuk umum alat tangkap purse seine di Sibolga... 70 4. Bentuk umum kapal purse seine di Sibolga... 71 5. Perhitungan standarisasi untuk mencari nilai a dan b ... 72 6. Jumlah produksi, total effort standarisasi, serta CPUE ikan pelagis kecil
tahun 2000-2004 di kota Sibolga... 75 7. Optimisasi bio-ekonomi pada berbagai kondisi pengelolaan sumberdaya
perikanan dari keseluruhan alat tangkap di perairan laut Sibolga tahun
2004... 75 8. Optimisasi bio-ekonomi pada berbagai kondisi pengelolaan sumberdaya
perikanan dengan menggunakan dari keseluruhan alat tangkap di perairan laut Sibolga tahun 2004... 75 9. Pembagian kuota produksi dan upaya (effort) untuk masing-masing alat
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemanfaatan sumberdaya perikanan, khususnya perikanan tangkap,
sampai saat ini masih didominasi oleh skala usaha perikanan rakyat yang pada
umumnya memiliki karakteristik sebagai berikut : skala usaha kecil, aplikasi
teknologi yang sederhana, jangkauan operasi yang masih terbatas serta
produktivitas yang masih rendah. Menurut Barus et al (1991), produktivitas
nelayan yang rendah, umumnya diakibatkan oleh rendahnya keterampilan dan
pengetahuan serta penggunaan alat penangkapan yang masih sederhana, sehingga
efektifitas dan efisiensi alat tangkap dan penggunaan faktor-faktor produksi
lainnya belum optimal dan akhirnya berdampak pada tingkat kesejahteraan
nelayan.
Kabupaten Tapanuli Tengah dengan IbuKota Sibolga merupakan salah
satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki perairan
laut. Perairan laut tersebut dijadikan oleh masyarakat setempat untuk mencari
makan dengan cara mengeksploitasi sumberdaya ikan yang terdapat di dalamnya.
Kabupaten Tapanuli Tengah juga memiliki Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) di Sibolga yang merupakan sentral atau pusat dalam
menampung dan mendistribusikan hasil-hasil laut terutama ikan. Dengan adanya
PPN tersebut maka hal ini akan berdampak positif terhadap kegiatan-kegiatan
perikanan, sehingga nelayan di Tapanuli Tengah tidak perlu lagi merasa khawatir
dalam memasarkan hasil tangkapan ikan mereka. Selain memiliki pelabuhan
perikanan di daerah Sibolga juga memiliki tempat-tempat pendaratan ikan atau
tangkahan yang memiliki kapasitas yang lebih kecil dari PPN Sibolga.
Pantai barat Sumatera yang merupakan tempat untuk melakukan
kegiatan penangkapan ikan oleh nelayan Sibolga memiliki potensi perikanan yang
cukup besar terutama untuk jenis ikan pelagis kecil (small pelagic fish).
Berdasarkan hasil Penelitian Puslitbang Oceanologi LIPI, potensi lestari ikan di
Pantai Barat Sumatera adalah sebesar 317.496 ton/tahun, yang terdiri 115.330
ton/tahun dari perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan 202.166 ton/tahun
menjadikan manusia berpikir bagaimana cara yang paling efektif untuk
mengambil hasil-hasil laut tersebut. Dengan demikian maka diciptakanlah
jenis-jenis alat tangkap dengan berbagai bentuk dan ukurannya. Adapun jenis alat
tangkap yang digunakan untuk menangkap jenis ikan pelagis seperti alat tangkap
purse seine, bagan perahu, gill net dan lain-lain. Jenis-jenis ikan pelagis kecil
serta ikan pelagis besar yang terdapat di Indonesia menurut J. Widodo et al dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis-jenis ikan pelagis kecil dan ikan pelagis besar
No Kelompok
Ikan Nama Indonesia Nama ilmiah Nama Inggris 1. Pelagis
Sibolga baru mencapai 30.960 ton atau sekitar 30 % dari potensi lestari. Dari data
Sibolga belum optimal. Mengingat besarnya jumlah potensi ikan yang terdapat di
perairan laut Sibolga, maka hal tersebut maka hal tersebut merupakan peluang
besar (big opportunity) dalam meningkatkan pembangunan dan pengembangan
ekonomi masyarakat/daerah dari sektor perikanan dan kelautan. Untuk
mengeksploitasi ikan pelagis kecil di perairan laut Sibolga, salah satu jenis alat
yang efektif digunakan oleh nelayan setempat adalah alat tangkap purse seine.
Alat tangkap ini sangat efektif digunakan dalam menangkap ikan karena dapat
melingkari suatu gerombolan ikan yang cukup besar yang terdapat pada suatu
fishing ground. Hal ini memang tergantung pada panjang dan lebar dari alat yang
digunakan. Karena alat tangkap ini sangat produktif maka tentu saja akan
memberikan dampak yang positif serta negatif bagi kelangsungan kegiatan
perikanan khususnya di daerah Sibolga.
Salah satu dampak positif dari penggunaan alat tangkap ini adalah
kemampuannya dalam menghasilkan hasil tangkapan dalam jumlah yang besar
yang pada akhirnya akan memberikan keuntungan yang besar pula. Tetapi alat
tangkap ini juga memiliki kelemahan atau dampak negatif bagi kegiatan perikanan
untuk masa yang akan datang yaitu karena kemampuan tangkapnya yang cukup
tinggi tersebut dapat menyebabkan terjadinya over fishing. Selain itu usaha
perikanan purse seine juga memerlukan modal atau investasi yang besar pula.
Sebagaimana diketahui, walaupun sumberdaya ikan merupakan jenis sumberdaya
yang bisa diperbaharui, akan tetapi kalau dieksploitasi secara terus menerus tanpa
memikirkan regenerasi berikutnya maka akan berdampak pula pada kelangkaan
jenis sumberdaya ikan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan suatu penelitian
untuk mengkaji potensi pengembangan perikanan laut di Sibolga, sehingga
diperoleh hasil yang optimum secara biologis, teknis dan ekonomis. Aspek
biologis tersebut mencakup sumberdaya ikan yang terdapat di dalamnya termasuk
faktor lingkungannya. Aspek finansial menyangkut modal dan keuntungan yang
diperoleh serta sejauh mana kegiatan usaha ini layak untuk dikembangkan.
Sedangkan aspek teknis menyangkut peralatan dan teknologi untuk
penangkapan (kapal), alat pendeteksi gerombolan ikan (fish finder/echosounder)
serta sarana penangkapan lainnya.
1.2 Perumusan Masalah
Usaha perikanan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan ekonomi untuk
dapat memanfaatkan potensi sumberdaya ikan, memberi nilai tambah serta
memasarkannya pada konsumen. Penangkapan ikan dengan menggunakan alat
tangkap purse seine ditujukan untuk memanfaatkan potensi sumberdaya ikan
pelagis kecil dengan tetap memperhatikan kondisi lingkungannya. Akan tetapi
pemanfaatan sumberdaya ikan, khususnya ikan pelagis kecil harus tetap
mempertimbangkan dan memperhatikan tingkat upaya penangkapan ikan saat ini,
apakah sudah melewati upaya penangkapan (effort) optimum atau tidak
Secara umum penambahan jumlah dan jenis alat tangkap akan
memberikan dampak keuntungan yang meningkat bagi para pengelola perikanan
(nelayan). Akan tetapi jika penambahan alat tangkap tersebut tidak dikelola
dengan baik akan merusak keberlangsungan sumberdaya perikanan. Supaya
jumlah alat tangkap tersebut tidak melebihi kapasitas maksimum, tanpa
mengabaikan tujuan keuntungan yang optimum dengan tetap memperhatikan
kelestarian sumberdaya ikan maka perlu dilakukan suatu pengkajian tentang
penetapan jumlah armada penangkapan yang diijinkan untuk melakukan operasi
penangkapan. Penetapan jumlah armada serta jumlah trip yang optimum dari alat
tangkap purse seine akan sangat berguna dalam memanfaatkan potensi
sumberdaya ikan khususnya ikan pelagis kecil agar mencapai hasil yang optimum.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan optimisasi perikanan
purse seine di perairan laut Sibolga dengan memperhatikan aspek teknis, biologi
dan ekonomi. Hasil optimasi yang diperoleh nantinya akan dapat memberikan
suatu gambaran keuntungan yang diperoleh serta dampak yang ditimbulkan
apabila kebijakan tersebut dilaksanakan.
1.3 Kerangka Pemikiran
Usaha perikanan purse seine merupakan bentuk kegiatan usaha
kecil. Agar usaha perikanan purse seine dapat dijalankan dengan baik, haruslah
diketahui berapa jumlah sumberdaya optimum yang dapat dimanfaatkan. Untuk
mengetahui potensi sumberdaya ikan yang ada di perairan laut Sibolga, dapat
dilakukan dengan melakukan analisis tingkat eksploitasi yang menggunakan
model Gordon-Schaefer. Selain itu perlu juga diketahui berapa jumlah upaya
penangkapan yang optimum untuk memanfaatkan sumberdaya yang tersedia tanpa
merusak kelestarian lingkungannya. Untuk dapat mengetahui berapa jumlah
upaya serta alokasi jumlah alat tangkap yang optimum dalam memanfaatkan
sumberdaya ikan pelagis kecil tersebut dianalisis dengan menggunakan linear
goal programming. Untuk melihat apakah usaha purse seine layak dijalankan
secara ekonomi maka harus dianalisis juga secara finansial. Indikator-indikator
yang digunakan dalam menganalisis kelayakan usaha purse seine tersebut adalah
net present value, internal rate of return, net benefit of cost ratio,dan payback
period.
Hasil dari ketiga analisis tersebut diharapkan dapat memberikan suatu
output yang nantinya akan menjadikan pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis
kecil dengan menggunakan purse seine yang optimum baik dari segi biologi,
ekonomi dan finansial di perairan Sibolga. Tingkat pemanfaatan optimum tersebut
akan menjadikan kondisi perikanan sustainable yang pada akhirnya dapat
meningkatkan pendapatan nelayan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka pemikiran
6
Perikanan purse seine
Analisis tingkat eksploitasi
Pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil yang optimum
Analisis LGP
Jumlah alat tangkap ikan yang optimum
Analisis finansial
Pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil yang optimumdengan purse
seine
Kondisi perikanan yang berkelanjutan
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
(1) Menentukan tingkat pemanfaatan yang optimum untuk perikanan pelagis
kecil ditinjau dari aspek teknis, biologi dan ekonomi di perairan laut
Sibolga Provinsi Sumatera Utara.
(2) Menentukan alokasi jumlah purse seine untuk memanfaatkan potensi
sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan laut Sibolga.
(3) Menentukan tingkat kelayakan usaha dari usaha perikanan purse seine di
Perairan Sibolga, Provinsi Sumatera Utara.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah :
(1) Dapat memberikan masukan bagi pemerintah setempat dalam pengelolaan
perikanan purse seine di Perairan Sibolga.
(2) Sebagai bahan informasi bagi nelayan dan investor yang ingin
menanamkan modalnya untuk kegiatan usaha perikanan purse seine di
Perairan Sibolga.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Purse Seine
Brandt (1984) mengatakan bahwa purse seine merupakan alat tangkap
yang lebih efektif untuk menangkap ikan-ikan pelagis yang berada di sekitar
permukaan air. Purse seine dibuat dengan dinding jaring yang lebih panjang,
terkadang mendekati hingga kiloan meter dengan panjang jaring bagian bawah
sama atau lebih panjang dari bagian atas. Dengan bentuk konstruksi jaring seperti
ini, tidak ada kantong yang berbentuk permanen pada jaring purse seine.
Karakteristik jaring purse seine terletak pada cincin yang terletak pada bagian
bawah jaring.
Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1991), purse seine adalah sejenis
alat tangkap yang terdiri dari jaring yang membentang antara tali ris atas yang
dilengkapi sejumlah pelampung dan tali ris bawah yang dipasang gelang-gelang.
Hubungan antara pelampung dan pemberatnya sangat erat agar jaring bisa
membuka dan membentang dengan baik. Purse seine atau pukat cincin adalah
suatu alat yang efektif untuk penangkapan jenis ikan pelagis yang gerombolannya
besar.
Subani dan Barus (1989) mengatakan bahwa alat tangkap purse seine
banyak digunakan di Pantai Utara Jawa/ Jakarta, Cirebon, Batang, Pemalang,
Tegal, Pekalongan, Juwana, Muncar, dan Pantai selatan seperti Cilacap dan Prigi.
Alat tangkap purse seine ada yang menamakannya dengan ‘kursin’, jaring kolor,
pukat cincin, janggutan dan jaring slerek. Pukat cincin dikenalkan di Pantai Utara
Jawa sejak tahun 1970 an dan ternyata mengalami perkembangan yang pesat
dibanding dengan alat tangkap yang lain.
2.1.1 Jenis-jenis purse seine
Pada dasarnya dikatakan bahwa purse seine adalah alat yang digunakan
untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagis yang dekat dengan permukaan air
dimana terdapat sebuah dinding jaring yang tergantung diantara “corck line” (ris
atas) dan “lead line” (ris bawah). Kemudian disebutkan pula bahwa pada lead line
yang fungsinya untuk mengerucutkan (menutup jaring bagian bawah). Namun,
bentuk dari purse seine sendiri cukup banyak jenisnya (Martasuganda et al. 2004).
Menurut Nomura dan Yamazaki (1977), berdasarkan bentuk dan
konstruksinya, purse seine dapat diklasifikasikan ke dalam dua bagian yaitu jaring
yang berkantong, dan jaring yang tidak berkantong. Berdasarkan bentuk dasarnya
purse seine dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
(1) Purse seine tipe Amerika dengan kapal tunggal
(2) Purse seine tipe Jepang denggn kapal tunggal
(3) Purse seine tipe Jepang dengan kapal ganda
2.1.2 Desain dan konstruksi purse seine
Menurut Ayodhyoa (1981), secara garis besar jaring terdiri dari :
(1) Kantong (bag) : bagian jaring tempat berkumpulnya ikan hasil tangkapan
pada proses pengambilan ikan (brailling);
(2) Corck line (floating line) : tali tempat menempelnya pelampung jaring;
(3) Wing (tubuh jaring) : bagian keseluruhan jaring purse seine;
(4) Lead line (sinker line) : tali tempat menempelnya pemberat;
(5) Ring (cincin) : cincin tempat bergeraknya purse seine;
(6) Bridle ring : tali pengikat cincin.
Purse seine mempunyai ukuran yang relatif besar. Komponen alat tangkap
purse seine terdiri dari jaring (webbing), pelampung, pemberat, serta dilengkapi
dengan tali kolor (purse line) yang dilewatkan melalui cincin-cincin (rings) yang
diikatkan pada bagian bawah jaring. Bahan jaring mendapat perhatian penting, hal
ini dikarenakan agar jaring dapat membentang dengan baik serta dapat
membentuk kantong sewaktu ditarik (Gunarso, 1988).
Bahan jaring purse seine adalah nilon. Bahan ini dipilih karena memiliki
keistimewaan, yaitu pintalan lebih kuat, penyerapan air kecil, resistance terhadap
arus berkurang, tensil strength lebih besar dan ekonomisnya lebih tinggi
(Sainsbury, 1996).
Ukuran mata jaring disesuaikan dengan jenis ikan yang akan ditangkap.
Semakin besar jenis ikan yang akan ditangkap semakin besar pula ukuran mata
Ukuran mata jaring yang terbesar adalah pada bagian sayap, dan makin kearah
kantong ukuran mata jaring semakin mengecil.
Bahan pelampung terbuat dari plastik, sehingga daya apung yang didapat
cukup besar. Selain itu plastik tidak menghisap air dan tidak cepat rusak, bahan
pemberat adalah timah. Timah ini memiliki sifat daya tenggelam yang lebih besar,
tidak mudah berkarat, dan tidak perlu membuka tali pemberat pada waktu operasi
alat tangkap.
Fungsi cincin adalah untuk tempat lewatnya tali kolor waktu ditarik agar
bagian bawah jaring dapat terkumpul. Bahan cincin terbuat dari besi anti karat.
Untuk mengumpulkan cincin atau bagian bawah, pada waktu operasi digunakan
tali kolor, kemudian ditarik setelah jaring selesai dilingkarkan. Dengan
terkumpulnya cincin maka bagian bawah jaring akan terkumpul menjadi satu dan
jaring akan berbentuk seperti kantong. Tali kolor mempunyai ukuran yang
terbesar diantara ukuran tali-tali yang lain. Hal ini dikarenakan tali kolor
memerlukan kekuatan yang cukup besar bila dibandingkan dengan tali-tali yang
lain ( Subani dan Barus, 1989).
Didalam purse seine terdapat serampat (salvadge) yaitu bagian dari jaring
yang lebih kuat dan berfungsi untuk memperkuat jaring akibat gesekan dari
tarikan pada saat operasi. Serampat ada tiga bagian, yaitu yang menghubungkan
antara jaring pokok dengan tali pelampung, jaring pokok dengan tali pemberat,
dan yang menghubungkan tali samping dengan sayap ( Ditjen, 1991).
2.1.3 Metode pengoperasian purse seine
Menurur Ditjen Perikanan (1991), cara pengoperasian alat tangkap purse
seine adalah dengan melingkari dan menutupi bagian bawah jaring. Setelah jaring
dilingkarkan dan tali kolor ditarik, maka alat ini membentuk kantong besar
sehingga ikan-ikan yang terkurung didalamnya tidak dapat meloloskan diri.
Alat tangkap purse seine biasanya dioperasikan di laut dalam dan tidak
berkarang. Purse seine ada yang dioperasikan dengan sebuah kapal dan ada pula
yang dioperasikan dengan dua buah kapal. Dalam pengoperasiannya
kadang-kadang dilengkapi dengan alat bantu berupa lampu atau rumpon yang berfungsi
sebagai alat pengumpul ikan. Pengoperasian purse seine dapat dilakukan pada
matahari terbenam, atau pada malam hari ternyata hasilnya akan lebih baik bila
dibandingkan pada waktu lainnya (Ditjen Perikanan, 1991).
Sainsburry (1996), mengemukakan bahwa pukat cincin termasuk alat
tangkap yang produktif khususnya untuk menangkap ikan-ikan pelagis baik yang
terdapat di perairan pantai maupun lepas pantai. Penangkapan ikan dengan
menggunakan purse seine merupakan salah satu metode penangkapan yang paling
agresif dan ditujukan untuk penangkapan gerombolan ikan pelagis. Alat tangkap
ini dapat menangkap ikan dari segala ukuran mulai dari ikan-ikan kecil hingga
ikan-ikan besar tergantung pada ukuran mata jaring yang digunakan. Semakin
kecil ukuran mata jaring semakin banyak ikan-ikan kecil yang tertangkap karena
tidak dapat meloloskan diri dari mata jaring.
2.2 Sumberdaya Ikan Pelagis
Ikan pelagis merupakan kelompok ikan aktif. Keberadaannya dipengaruhi
oleh beberapa faktor oseanografi dan lingkungan lainnya, antara lain : suhu, arus,
kelimpahan klorofil dan salinitas. Besarnya pengaruh lingkungan terhadap
keberadaan ikan ini, diperkirakan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
ikan-ikan pelagis selalu bermigrasi dalam bentuk gerombolan (schooling) akibat
memiliki kecenderungan yang sama terhadap kebutuhan kondisi perairan yang
optimum. Ikan yang berukuran lebih besar memiliki kecepatan renang lebih cepat
dibandingkan ikan yang kecil. Selain itu ikan-ikan pelagis merupakan ikan yang
memiliki respon positif terhadap cahaya atau fototaksis positif karena itu dalam
pengoperasinya, kapal purse seine menggunakan cahaya untuk mengumpulkan
ikan-ikan tersebut. Ciri lainnya, ikan-ikan pelagis bila mengalami stres atau
gangguan akan berusaha berenang ke bawah, dengan tingkah laku ini tingkat
keberhasilan operasi purse seine tergantung pada kecepatan menarik tali selambar
setelah jaring dilingkarkan sehingga kemungkinan untuk meloloskan diri (escape)
akan lebih kecil (Wina, 2005).
Ikan pelagis adalah ikan-ikan permukaan yang hidupnya sangat aktif di
dekat permukaan laut. Ikan pelagis terdiri dari ikan pelagis besar yang hidup di
perairan laut lepas (oceanis), sedangkan ikan pelagis kecil banyak terdapat di
Ikan pelagis kecil yang memiliki arti penting bagi perikanan Indonesia antara lain
adalah ikan layang (Decapterus sp), Selar (Selaroides spp), Teri (Stelophorus
spp), Japuh (Dussumeira spp), Tembang (Sardinella fimbriata), Lemuru
(Sardinella longiceps) dan ikan Kembung (Rastrelligerspp) (Ayodhyoa, 1981).
2.3 Model Surplus Produksi
Tujuan penggunaan model surplus produksi adalah untuk menentukan
tingkat upaya optimum (EMSY atau Effort MSY), yaitu suatu upaya yang dapat
menghasilkan suatu hasil tangkapan maksimum lestari (Maksimum Sustainable
Yield /MSY) tanpa mempengaruhi produktifitas stok secara jangka panjang. Model
surplus produksi dapat diterapkan bila diketahui dengan baik tentang hasil
tangkapan total berdasarkan spesies dan atau hasil tangkapan per unit upaya
(Catch per Unit Effort / CPUE) per spesies dan upaya penangkapannya dalam
beberapa tahun. Upaya penangkapan harus mengalami perubahan substansial
selama waktu yang dicakup (Sparre and Venema, 1999).
Maximum Sustainable Yield (MSY) adalah hasil tangkap terbanyak
berimbang yang dapat dipertahankan sepanjang masa pada suatu intensitas
penangkapan tertentu yang mengakibatkan biomassa sediaan ikan pada akhir
suatu periode tertentu sama dengan sediaan biomassa pada permulaan periode
tertentu tersebut. Maximum Sustainable Yield mencakup tiga hal penting :
(1) Memaksimalkan kuantitas beberapa komponen perikanan,
(2) Memastikan bahwa kuantitas-kuantitas tersebut dapat dipertahankan dari
waktu ke waktu,
(3) Besarnya hasil tangkapan adalah alat ukur yang layak untuk menunjukkan
keadaan perikanan (Gulland, 1988).
Model surplus produksi yang digunakan untuk menentukan MSY dan
upaya penangkapan optimum ini menyangkut hubungan antara kelimpahan dari
sediaan ikan sebagai massa yang uniform dan tidak berhubungan dengan
komposisi dari sediaan seperti proporsi ikan tua atau besar. Kelebihan model
surplus produksi ini adalah tidak banyak memerlukan data, yaitu hanya data hasil
tangkapan dan upaya penangkapan atau hasil tangkapan per satuan upaya.
Persyaratan untuk model surplus produksi adalah sebagai berikut
(Gulland, 1983; Spare, and Venema 1989):
(1) Ketersediaan ikan pada tiap-tiap periode tidak mempengaruhi daya
tangkap relatif,
(2) Distribusi ikan menyebar merata,
(3) Masing-masing alat tangkap menurut jenisnya mempunyai kemampuan
tangkap yang seragam.
Asumsi yang digunakan dalam model surplus produksi menurut Sparre
dan Venema (1999) adalah :
(1) Asumsi dalam keadaan equilibrium
Pada keadaan equilibrium, produksi biomassa per satuan waktu adalah
sama dengan jumlah ikan yang tertangkap (hasil tangkapan per satuan
waktu) ditambah dengan ikan yang mati karena keadaan alam.
(2) Asumsi Biologi
Alasan biologi yang mendukung model surplus produksi telah
dirumuskan dengan lengkap oleh Ricker (1975) sebagai berikut :
1) Menjelang densitas stok maksimum, efisiensi reproduksi berkurang,
dan sering terjadi jumlah rekrut lebih sedikit daripada densitas yang
lebih kecil . Pada kesempatan berikutnya , pengurangan dari stok akan
meningkatkan rekruitmen.
2) Bila pasokan makanan terbatas, makanan kurang efisien dikonversikan
menjadi daging oleh stok yang besar daripada oleh stok yang lebih
kecil. Setiap ikan pada suatu stok yang masing-masing memperoleh
makanan lebih sedikit, dengan demikian dalam fraksi yang lebih besar
makanan hanya digunakan untuk mempertahankan hidup, dan dalam
fraksi yang lebih kecil digunakan untuk pertumbuhan.
3) Pada suatu stok yang tidak pernah dilakukan penangkapan terdapat
kecenderungan lebih banyak individu yang tua dibandingkan dengan
stok yang telah dieksploitasi.
(3) Asumsi terhadap koefisien kemampuan menangkap
Pada model surplus produksi diasumsikan bahwa mortalitas penangkapan
proporsional terhadap upaya. Namun demikian upaya ini tidak
selamanya benar, sehingga kita harus memilih dengan benar upaya
penangkapan. Suatu alat tangkap (baik jenis maupun ukuran) yang
dipilih adalah yang mempunyai hubungan linier dengan laju tangkapan.
Pengukuran upaya penangkapan di daerah tropis lebih rumit
dibandingkan dengan daerah temperate. Banyaknya jenis ikan dan
ukuran alat tangkap yang mengusahakan suatu jenis ikan (multi gear)
menyebabkan pembakuan suatu alat tangkap lebih rumit dan kompleks.
2.4 Model Bio-Ekonomi
Model produksi hanya dapat mengetahui potensi produksi sumberdaya
perikanan dan tingkat produksi maksimumnya. Model tersebut belum mampu
menunjukkan potensi industri penangkapan ikan dan belum dapat menentukan
tingkat pengusahaan yang maksimum bagi masyarakat.
Kondisi perikanan bebas tangkap (open access fishery) adalah
merupakan suatu kondisi dimana setiap orang dapat melakukan kegiatan
penangkapan ikan di suatu wilayah perairan tanpa adanya pembatasan. Pada
kondisi perikanan seperti ini apabila tidak terkontrol maka akan mengakibatkan
terjadinya over fishing, dimana faktor input dari perikanan telah digunakan
melebihi kapasitasnya untuk memanen stok ikan. Keadaan seperti ini akan
menyebabkan tingkat upaya tangkap ikan akan meningkat hingga tercapai
keseimbangan dimana tidak lagi diperoleh keuntungan dari pemanfaatan
sumberdaya ikan tersebut (Gordon 1954, diacu dalam Wiyono, 2001).
Menurut Clark (1985) untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya
ikan di suatu wilayah perairan, maka konsep yang harus dikembangkan adalah
konsep kepemilikan tunggal (single owner concept) yang menganggap stok
sumberdaya perikanan di suatu wilayah perairan sebagai modal (asset) oleh pihak
pemilik tunggal, yakni pemerintah daerah. Pemilik tunggal mempunyai tujuan
untuk memaksimumkan keuntungan dari pemanfaatan sumberdaya ikan pada
jangka panjang.
Titik pada saat keuntungan yang diperoleh dari usaha penangkapan sama
dengan nol (п = 0) disebut titik open acces equilibrium (keseimbangan bionomi).
Model bio-ekonomi merupakan hasil penggabungan dari model biologi dan
model biologi Schaefer (1957) dan model ekonomi dari Gordon (1954).
Persamaan tersebut dinamakan model Gordon-Schaefer. Asumsi dasar yang
digunakan dalam model ini adalah permintaan ikan hasil tangkapan dan
penawaran upaya penangkapan adalah elastis sempurna (Gordon 1954 diacu
dalam Wiyono 2001). Harga ikan (p) dan biaya marginal dari ikan hasil tangkapan
bagi masyarakat dan biaya sosial marginal upaya penangkapan.
2.5 Analisis Investasi
Investasi adalah usaha menanamkan faktor-faktor produksi langka dalam
proyek tertentu, baik yang bersifat baru sama sekali atau perluasan proyek.
Tujuan utamanya yaitu memperoleh manfaat keuangan dan atau non keuangan
yang layak di kemudian hari. Investasi dapat dilakukan oleh orang perorangan,
perusahaan swasta maupun badan-badan pemerintah (Sutojo, 2000).
Pada prinsipnya analisis investasi dapat dilakukan dengan dua pendekatan,
tergantung pihak yang berkepentingan langsung dalam proyek yaitu :
(1) Analisis finansial, dapat dilakukan apabila yang berkepentingan langsung
dalam proyek adalah individu atau kelompok individu yang bertindak sebagai
investor dalam proyek. Dalam hal ini maka kelayakan proyek dilihat dari
besarnya manfaat bersih tambahan yang diterima investor tersebut.
(2) Analisis ekonomi, dilakukan apabila yang berkepentingan langsung dalam
proyek adalah pemerintah atau masyarakat secara keseluruhan. Dalam hal ini,
maka kelayakan suatu proyek dapat dilihat dari besarnya manfaat bersih
tambahan yang diterima oleh masyarakat (Kadariah, 1978).
Analisis finansial penting artinya dalam memperhitungkan insentif bagi
orang-orang yang turut serta dalam suatu proyek, sebab tidak ada gunanya untuk
melaksanakan suatu proyek misalnya proyek perikanan, yang menguntungkan
dari sudut perekonomian secara keseluruhan, jika nelayan yang menjalankan
aktifitas produksi tidak bertambah baik keadaannya.
Pada analisis ekonomi yang diperhatikan adalah hasil total, atau
produktifitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai
melihat pihak mana yang menyediakan sumber-sumber tesebut dan pihak mana
dalam masyarakat yang menerima hasil dari proyek tersebut.
Bagi para pengambil keputusan, yang penting ialah mengarahkan
penggunaan sumber-sumber yang langka kepada proyek-proyek yang dapat
memberikan hasil yang paling banyak untuk perekonomian sebagai keseluruhan,
yaitu yang menghasilkan social return atau economic return yang paling tinggi.
Dalam rangka mencari suatu ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya
suatu proyek telah dikembangkan berbagai indeks. Indeks-indeks tersebut disebut
Investment criteria (Kadariah, 1978). Hakekat dari semua kriteria tersebut adalah
mengukur hubungan antara manfaat dan biaya dari proyek. Setiap kriteria
mempunyai kelemahan dan kelebihan, sehingga dalam menilai kelayakan proyek,
sering digunakan lebih dari satu kriteria. Dari beberapa kriteria yang ada
diantaranya adalah net present value (NPV), internal rate of return (IRR) dan net
benefit-cost ratio (Net B/C). ketiga kriteria tersebut digunakan untuk menentukan
diterima tidaknya suatu usulan proyek dengan tingkat keuntungan masing-masing.
(1) Net Present Value (NPV)
Metode NPV digunakan untuk memenuhi nilai net cash flow pada masa
yang akan datang, yang kemudian dikalibrasi menjadi nilai sekarang dengan
menggunakan tingkat bunga tertentu dan dikurangi dengan investasi awal
(Djamin, 1984).
(2) Internal Rate of Return (IRR)
IRR merupakan tingkat bunga (discount rate) yang membuat NPV dari
proyek sama dengan nol. Besarnya nilai IRR tidak ditentukan secara langsung,
untuk menentukan berapa tepatnya tingkat bunga tersebut adalah dengan
menggunakan metode coba-coba (trial and error) melalui interpolasi, yakni
dengan menyisipkan tingkat bunga diantara tingkat bunga yang menghasilkan
NPV positif dan tingkat bunga yang menghasilkan bunga negatif.
IRR juga dianggap sebagai tingkat keuntungan investasi bersih dalam
suatu proyek, asal setiap benefit bersih yang didapat tiap periode ditanam kembali
pada periode berikutnya (Kadariah 1978).
(3) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Metode Net B/C adalah angka perbandingan antara jumlah present value
positive (sebagai pembilang) dengan present value negatif (sebagai penyebut).
Kriteria ini menggambarkan seberapa besar bagian biaya proyek yang setiap
tahunnya tidak dapat tertutup oleh manfaat proyek.
Selain ketiga kriteria tersebut, ada dua kriteria tambahan untuk
mengukur kelayakan investasi yaitu payback period dan profitability ratio.
Payback period digunakan untuk menentukan lamanya waktu pengembalian
modal dari hasil keuntungan usaha, sedangkan profitability ratio (PR) yaitu
membandingkan present value dari net benefit (benefit dikurangi biaya
operasional) dengan present value modal atau investasi (capital). Kriteria ini
digunakan untuk usaha dengan dana yang terbatas, sehingga harus digunakan
seefisien mungkin. Oleh karenanya diperlukan gambaran mengenai present value
dari setiap unit pengeluaran modal.
2.6 Optimisasi
Model optimasi sering dipergunakan dalam perancangan dan operasi
sistem untuk memperoleh hasil optimum. Di dalam analisis sistem, masalah
pengalokasian sumberdaya yang terbatas untuk mencapai hasil optimum sering
mendapat perhatian utama. Model optimasi merupakan bagian dari teknik-teknik
penelitian operasional telah banyak diterapkan dalam disiplin teknik industri serta
merupakan alat analisis utama dalam pengkajian sistem industri. Pada dasanya
teknik industri menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan
manajemen sistem terintegrasi dari orang, material, peralatan dan lainnya. Untuk
menyelesaikan masalah agar memeproleh hasil yang optimum maka
digunakanlah teknik optimasi (Gasperz, 1992).
Pada dasarnya optimasi adalah suatu proses pencarian hasil terbaik.
Dalam analisis sistem, proses ini diterapkan terhadap setiap alternatif yang
dipertimbangkan, kemudian dari hasil-hasil itu dipilih alternatif yang
menghasilkan keadaan terbaik (Gasperz, 1992).
Kadarsan (1984) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang
cukup dan kombinasi yang tepat. Keterbatasan sumberdaya menyebabkan
diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai
keseluruhan atau sebagaian tujuan yang diinginkan. Teknik optimasi sering
digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut.
Optimisasi adalah suatu kata kerja yang berarti menghitung atau mencari
titik optimum. Kata benda optimisasi merupakan peristiwa atau kejadian proses
optimisasi. Jadi teori optimisasi mencakup studi kuantitatif tentang titik optimum
dan cara-cara mencarinya (Haluan, 1985).
Menurut Beveridge dan Schiter (1970), optimisasi adalah kemampuan
proses untuk mendapatkan gugus kondisi yang diperlukan dalam mencapai hasil
terbaik dari situasi tertentu. Pada dasarnya optimisasi adalah suatu proses
pencarian hasil terbaik. Dalam analisis sistem, proses ini diterapkan terhadap
setiap alternatif yang dipertimbangkan kemudian dari hasil-hasil itu dipilih
alternatif yang menghasilkan keadaan terbaik (Gasperz, 1992).
Persoalan optimisasi dapat berbentuk maksimisasi atau minimisasi. Pada
umumnya orang mengharapkan kebaikan sebanyak-banyaknya dan keburukan
sedikit-dikitnya atau minimum. Keadaan seperti inilah yang disebut optimum.
Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan ukuran
kuantitatif dan efektifitas suatu persoalan. Oleh karena itu pengetahuan mengenai
sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik maupun ekonomi merupakan suatu
keharusan (Wina, 2005).
2.7 Program Optimisasi
2.7.1 Linear programming
Dalam perancangan dan operasi sistem, keterbatasan faktor ekonomik
dan faktor fisik seringkali ada dimana hal ini akan membatasi optimasi sistem
global. Keterbatasan itu muncul karena beragam alasan dan secara umum tidak
dapat dihilangkan oleh pembuat keputusan. Berdasarkan kenyataan tersebut maka
dicarilah model optimasi yang salah satunya adalah linear programming.
Linear programming ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk
memecahkan persoalan optimisasi (maksimisasi atau minimisasi) dengan
pemecahan yang optimum dengan mencari pembatasan-pembatasan yang ada
(Supranto, 1988).
Menurut Soekartawi (1995), linear programming (LP) adalah suatu
metode programasi yang variabelnya disusun dengan persamaan linear. Linear
programming itu sendiri sebenarnya merupakan metode perhitungan untuk
perencanaan terbaik diantara kemungkinan-kemungkinan tindakan yang dapat
dilakukan. Penentuan rencana terbaik tersebut terdapat banyak alternatif dalam
perencanaan untuk mencapai tujuan spesifik pada sumberdaya yang terbatas.
Linear programming adalah suatu teknik analisis dari kelompok teknik
riset operasi yang memakai model matematika. Tujuannya dalah untuk mencari,
memilih, dan menentukan alternatif yang terbaik diantara beberapa alternatif
yang memungkinkan. Program ini dikatakan linear karena peubah-peubah yang
membentuk model ini dianggap linear. Linear programming pada hakekatnya
merupakan suatu teknik perencanaan yang bersifat analitis dengan tujuan
menemukan beberapa kombinasi alternatif pemecahan masalah, kemudian dipilih
mana yang terbaik diantaranya dalam menyusun strategi dan langkah-langkah
kebijakan lebih lanjut tentang alokasinya dan dana yang terbatas guna mencapai
tujuan atau sasaran yang diinginkan secara optimal (Agrawal dan Heady 1972).
Persoalan programming pada dasarnya berkaitan dengan penentuan
alokasi yang optimal dari sumber-sumber yang langka untuk memenuhi suatu
tujuan. Persoalan linear programming adalah suatu persoalan untuk menentukan
besarnya masing-masing nilai variabel sedemikian rupa sehingga nilai fungsi
tujuan (objective function) yang linear menjadi optimum (maksimum atau
minimum) dengan memperlihatkan batasan-batasan yang ada (Supranto 1988).
Menurut Supranto (1988), agar suatu persoalan dapa dipecahkan dengan teknik
linear programming harus memenuhi syarat berikut : (1) harus dapat
dirumuskan secara matematis; (2) harus jelas fungsi objektif yang linear yang
harus dibuat optimum; (3) pembatasan-pembatasan harus dinyatakan dalam
ketidaksamaan yang linear.
Adapun kelebihan-kelebihan dari linear programming ini antara lain
sebagai berikut :
(2) Dapat menggunakan banyak variabel, sehingga berbagai kemungkinan
untuk meperoleh pemanfaatan sumberdaya yang optimum dapat dicapai.
(3) Fungsi tujuan (objective function) dapat difleksibelkan sesuai dengan
tujuan penelitian atau berdasarkan data yang tersedia. Misalnya bila ingin
meminimumkan biaya atau memaksimumkan keuntungan dengan data
yang terbatas.
Sedangkan kelemahannya adalah bila alat bantu komputer tidak tersedia,
maka cara linear programming yang menggunakan banyak variabel akan
menyulitkan analisisnya dan bahkan tidak mungkin dikerjakan dengan cara
manual saja. Kelemahan lainnya adalah pada penggunaan asumsi linearitas,
karena di dalam kenyataan yang sebenarnya kadang-kadang asumsi ini tidak
sesuai (Soekartawi, 1995).
2.7.2 Linear goal programming (LGP)
LGP merupakan pengembangan metode linear programming (LP) yang
diperkenalkan oleh Charnes dan Cooper pada awal tahun enam puluhan.
Perbedaan utama antara LGP dan LP terletak pada struktur dan penggunaan
fungsi tujuan. Pada LP fungsi tujuannya mengandung satu tujuan, sementara
dalam LGP semua tujuan baik satu atau beberapa digabungkan dalam sebuah
fungsi tujuan. Ini dapat dilakukan dengan mengekspresikan tujuan itu dalam
bentuk sebuah kendala ( goal constraint), memasukkan suatu variabel simpangan
(deviational variable) dalam kendala itu untuk mencerminkan seberapa jauh
tujuan itu dicapai, dan menggabungkan variabel simpangan dalam fungsi tujuan.
Pada LP tujuannya bisa maksimisasi atau minimisasi, sementara dalam LGP
tujuannya adalah meminimumkan penyimpangan-penyimpangan dari
tujuan-tujuan tertentu. Ini berarti semua masalah LGP adalah masalah minimisasi
(Mulyono, 1991).
Selanjutnya Mulyono (1991) mengatakan, karena
penyimpangan-penyimpangan dari tujuan itu diminimumkan, sebuah model LGP dapat
menangani aneka ragam tujuan dengan dimensi atau satuan ukuran yang berbeda.
Pada model LGP tidak ditemukan variabel keputusan pada fungsi tujuan.
Kita masih mencari, seperti yang dilakukan model LP xj yang tidak diketahui,
negatif dan positif dari nilai right hand side values (RHS) dengan kendala tujuan.
LP mencari nilai solusi xj secara langsung melalui minimisasi
penyimpangan-penyimpangan dari nilai RHS-nya. Nilai right hand side values (RHS) adalah
nilai yang berada pada sisi kanan yaitu nilai-nilai yang biasanya menunjukkan
ketersediaan sumberdaya yang akan ditentukan kekurangan atau kelebihan
penggunaannya.
Ada enam jenis kendala tujuan yang berlainan. Maksud setiap jenis
kendala ditentukan oleh hubungannya dengan fungsi tujuan. Setiap jenis kendala
tujuan harus mempunyai satu atau dua variabel simpangan yang ditempatkan pada
fungsi tujuan. Dimungkinkan pula adanya kendala-kendala yang tidak memiliki
variabel simpangan. Kendala-kendala ini sama seperti persamaan linear.
Seperti dalam LP, variabel-variabel model LGP biasanya bernilai lebih
besar atau sama dengan nol. Semua model LGP terdiri dari variabel simpangan
dan variabel keputusan sehingga pernyataan non negatif dilambangkan sebagai; xj,
di
-, di +
≥ 0. Disamping ketiga komponen yang telah disebutkan di atas, dalam
model yang lain berupa kendala struktural artinya kendala-kendala lingkungan
yang tidak berhubungan langsung dengan tujuan-tujuan masalah yang dipelajari.
Variabel simpangan tidak dimasukkan di dalam kendala ini, karena itu tidak
diikutsertakan dalam fungsi tujuan.
3 METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan Pebruari sampai akhir Maret
2006. Pengamatan dan pengumpulan data dilakukan selama dua bulan. Lokasi
yang dijadikan sebagai tempat dalam melakukan penelitian adalah di perairan
laut Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara (Lampiran 1).
3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu
dengan cara melakukan observasi ke lapangan dan membagikan kuesioner untuk
memperoleh data yang dibutuhkan. Data diperoleh melalui studi pustaka,
wawancara, pengisian kuesioner dan pengamatan langsung di lapangan. Jumlah
kapal yang dijadikan sampel adalah sebanyak 10 unit kapal purse seine yang
terdapat pada tiga tangkahan di Jalan Majapahit kota Sibolga. Data yang diperoleh
meliputi ukuran kapal, panjang jaring yang digunakan dan kekuatan mesin.
Pembagian kuesioner dan wawancara dilakukan dengan metode purposive
sampling atau pemilihan responden secara sengaja dengan pertimbangan bahwa
responden tersebut mampu berkomunikasi dengan baik dalam menjawab
kuesioner dan kesediaan anggota populasi untuk dijadikan responden. Data yang
diperoleh dari responden meliputi biaya operasional per trip, lokasi daerah
penangkapan, harga ikan hasil tangkapan dan metode pengoperasian alat tangkap.
Data yang diperoleh di lapangan dianalisis berdasarkan aspek biologi, teknis dan
aspek ekonomi serta dicari tingkat pemanfaatan optimumnya.
3.3 Sumber Data
Jenis data yang diperoleh dari lapangan terdiri dari dua jenis data, yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan
wawancara langsung dengan berpedoman pada kuesioner yang telah dibagikan
kepada para nelayan purse seine. Data primer tersebut meliputi biaya
penangkapan, daerah penangkapan, keadaan sosial ekonomi nelayan, sumber
pendapatan, jumlah nelayan purse seine dan lain-lain (Lampiran 14,15 dan 16).
Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari dinas/instansi
terkait, yaitu Dinas Perikanan dan Kelautan kota Sibolga yaitu berupa data berkala
(time series) hasil tangkapan dan upaya penangkapan purse seine dari tahun
2000-2004 (Lampiran 5).
3.4 Analisis Data
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini berdasarkan pada
beberapa batasan yaitu :
(1) Potensi sumberdaya ikan yang terdapat pada lokasi penangkapan ikan di
Sibolga dihitung berdasarkan hasil tangkapan kapal purse seine, bagan
perahu, jaring insang hanyut dan jaring insang tetap.
(2) Jumlah hasil tangkapan setiap kapal dihitung berdasarkan persentase
rata-rata setiap kapal terhadap total produksi yang didaratkan.
Analisis data dimaksudkan untuk memprediksi nilai MSY, kebutuhan
finansial yang bertujuan untuk mengetahui apakah usaha perikanan purse seine di
Perairan Sibolga layak untuk dikembangkan, dan untuk mengetahui tingkat
pemanfaatan optimumnya melalui bantuan komputer yaitu program MAPPLE 8.
Untuk itu digunakan berbagai analisis yang meliputi deskripsi unit penangkapan
ikan, pendugaan parameter biologi, finansial, ekonomi dan analisis optimasi.
Untuk menggunakan program MAPPLE 8 yang pertama harus diketahui
adalah nilai a dan nilai b. Untuk mencari nilai a dapat dicari dengan menggunakan
program exel dengan rumus =slope (blok jumlah CPUE, kemudian blok lagi total
effort yang telah distandarisasi). Untuk mencari nilai b dapat dicari dengan rumus
=intercept (blok jumlah CPUE, kemudian blok lagi total effort yang telah
distandarisasi). Setelah diketahui nilai a dan b, masukkan rata-rata biaya
operasioanal yang digunakan, kemudian masukkan harga rata-rata ikan hasil
tangkapan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 10.
3.4.1 Deskripsi unit penangkapan purse seine
Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara
Provinsi Sumatera Utara. Deskripsi secara rinci meliputi tipe kapal, desain alat
tangkap yang digunakan, nelayan serta cara pengoperasian alat tangkap purse
seine.
3.4.2 Pendugaan parameter biologi
Secara biologi sumberdaya perikanan memiliki kemampuan bertambah
maupun berkurang. Kelimpahan populasi ikan, pada periode tertentu akan
mengalami perubahan. Pertambahan biomassa suatu stok ikan dalam waktu
tertentu di suatu perairan merupakan suatu parameter populasi yang disebut
produksi. Biomassa yang diproduksi ini memerlukan pergantian akibat adanya
kematian baik karena mortalitas alami maupun karena adanya kegiatan eksploitasi
sumberdaya. Produksi yang berlebihan dari kebutuhan penggantian ini disebut
surplus yang selanjutnya dapat dipanen.
Pemanfaatan sumberdaya ikan yang dilakukan oleh beberapa kelompok
yang berbeda menyebabkan perlu dilakukan standarisasi sebelum melakukan
perhitungan pendugaan potensi sumberdaya. Standarisasi yang dilakukan
berdasarkan nilai catch dan effort yang dilakukan oleh setiap kelompok alat
tangkap, kemudian dihitung masing-masing produktifitasnya setiap tahun, yaitu
nilai hasil tangkapan dibagi upaya penangkapan yang dapat dinyatakan sebagai
berikut
Pkt= produktifitas penangkapan alat tangkap k pada periode t (kg/unit) Ckt= hasil tangkapan k pada periode t (kg)
Ekt = upaya penangkapan alat tangkap k pada periode t (unit kapal)
Alat tangkap yang menjadi alat tangkap standar adalah yang memiliki nilai
produktivitas penangkapan rata-rata paling tinggi. Kemampuan penangkapan atau
yang biasa dikenal dengan fishing power index (FPI) dihitung dengan
membandingkan produktivitas penangkapan masing-masing alat tangkap terhadap