• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kapasitas Adsorpsi dan Indeks Kelarutan Logam Berat.

PASUT PERAMALAN SEPTEMBER

4.5. Kapasitas Adsorpsi dan Indeks Kelarutan Logam Berat.

Hasil perhitungan kapasitas adsorpsi di daerah penelitian menunjukkan bahwa Kapasitas Adsorpsi logam berat secara berurutan dengan nilai terbesar adalah Zn>Cu>Hg>Pb>Cd. Untuk logam berat esensial (Zn dan Cu) berbeda dengan unsur logam non esensial (Cd, Hg, Pb). Unsur-unsur esensial (Zn dan Cu) memiliki kapasitas adsorpsi lebih besar dibandingkan dengan unsur non esensial . Kapasitas adsorpsi Zn rata-rata adalah 98,36% dan Cu dengan rata-rata 90,52%.

0,000 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 1 2 3 4 5 6 7 8 k o nse nt ra si ( m g /l ) stasiun Pb terlarut Pb teradsorpsi

46 Untuk unsur logam non-esensial memiliki nilai rata-rata dibawah 50%. Logam Pb memiliki nilai antara 22%-26%, diikuti oleh Cd dengan rentang nilai antara 1%-20% dan Hg dengan nilai antara 56%-66%. Gambar 23 berikut adalah perbandingan Kapasitas adsorpsi di tiap stasiun pengamatan dari sungai hingga laut yang disajikan dalam bentuk histogram.

Gambar 23. Kapasitas Adsorpsi Logam Berat

Perhitungan Kapasitas Adsorpsi logam berat non esensial menunjukkan nilai rata- rata untul Pb sebesar 27,71%, Cd sebesar 11,29% dan Hg sebesar 63,42%. Kapasitas Adsorpsi logam berat non esensial (Cd, Hg, dan Pb) dari yang terbesar adalah Hg > Pb > Cd. 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 1 2 3 4 5 6 7 8 P er en ta se Stasiun Cd Cu Hg Zn Pb

47

Gambar 24 Indeks Kelarutan Logam Berat

Nilai indeks kelarutan logam berat seperti yang diperlihatkan pada Gambar 24 secara berurutan adalah Cd>Pb>Hg>Cu>Zn. Untuk logam esensial nilai Cu>Zn dan Cd>Pb>Hg untuk logam non-esensial. Berdasarkan hal diatas, apabila nilai indeks kelarutannya rendah maka kapasitas adsorpsinya semakin tinggi. Dengan demikian unsur yang memiliki indeks kelarutan yang rendah (Zn) lebih banyak teradsorpsi oleh partikulat yang pada akhirnya akan terendapkan di dasar perairan.

Konsentrasi Logam Cd, Cu, Zn, Hg, Pb dalam Sedimen.

Kondisi logam berat yang telah teradsorpsi oleh padatan tersuspensi akan mengalami proses pengendapan pada dasar perairan. Gambar 25 berikut ini memperlihatkan konsentrasi logam berat dalam sedimen

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 1 2 3 4 5 6 7 8 P e rse nt a se stasiun Cd Cu Hg Zn Pb

48

Gambar 25. Konsentrasi Logam Berat dalam sedimen

Pada gambar tampak bahwa logam Zn memiliki konsentrasi yang tinggi dibandingkan dengan logam lainnya, diikuti oleh Cu, Pb, Cd dan yang terakhir adalah Hg. Seperti diketahui bahwa Cd bervalensi dua adalah bentuk terlarut yang stabil dalam lingkungan perairan laut, terutama pada pH dibawah 8. Logam Pb dalam perairan laut dengan pH >6 didominasi oleh senyawa Pb(OH) terlarut, sehingga dalam sedimenpun kedua unsur logam tadi kandungannya kecil.

Pembahasan Umum.

Percampuran kedua massa air di estuari akan menyebabkan perubahan konsentrasi logam berat terlarut yang ada di kolom air. Proses yang terjadi antara lain adalah pengenceran, flokulasi, adsorpsi dan desorpsi. Proses pengenceran menyebabkan perubahan konsentrasi logam berat, baik itu bertambah atau berkurang tergantung dari sumber logam tersebut. Apabila sumber logam dari sungai, adanya proses pengenceran oleh air laut mengakibatkan konsentrasi logam akan menurun sepanjang perubahan salinitas, sebaliknya apabila sumber logam berasal dari laut, maka konsentrasi logam berat menjadi naik dengan bertambahnya nilai salinitas (Chester 1990).

Menurunnya konsentrasi logam berat terlarut di estruari disebabkan juga karena ada proses adsorpsi. Proses adsorpsi adalah proses pengikatan atom, partikel atau molekul suatu zat pada permukaan suatu zat padat. Proses adsorpsi antar partikel tersuspensi dalam kolom air terjadi karena adanya muatan listrik pada permukaan partikel.

0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 1 2 3 4 5 6 7 8 k o n s e n t r a s i stasiun Cd Cu Hg(μg/g) Zn Pb

49 Dengan tipe estuari yang tercampur sebagian, berarti ada perbedaan salinitas antara permukaan hingga kedalaman tertentu di perairan tersebut. Perbedaan salinitas ini tentu saja akan mempengaruhi proses kimiawi unsur logam berat yang masuk. Unsur logam berat esensial (Cu dan Zn) memperlihatkan konsentrasi yang cenderung menurun dengan semakin tingginya salinitas, baik konsentrasi terlarut maupun teradsorpsi. Untuk logam non-esensial (Cd, Hg dan Pb) menunjukkan pola yang berbeda. Konsentrasi Pb terlarut dan teradsorpsi meningkat dengan meningkatnya salinitas, sementara Cd dan Hg sebaliknya.

Kadar keasaman (pH) juga mempengaruhi proses adsorpsi dan absorpsi unsur logam berat. Pada kondisi pH diatas 7, Zn justru mengalami hidrolisis dan bersifat tidak larut. Serupa dengan Zn, tembaga (Cu) pun bersifat tidak larut pada pH basa. Kedua unsur esensial ini banyak teradsorpsi oleh padatan tersuspensi pada lingkungan laut, yang akhirnya akan terendapkan di dasar perairan sebagai sedimen (Gambar 26). Unsur terlarut dari kedua logam tersebut banyak dimanfaatkan oleh biota laut. Logam berat Hg (non esensial) memiliki sifat yang serupa dengan Zn dan Cu, yaitu tidak larut pada pH basa. Kondisi pH perairan juga berpengaruh terhadap logam berat non-esensial lainnya, yaitu Cd dan Pb.

Selain pH, pengaruh kehadiran bahan organik dan inorganik ikut mempengaruhi kapasitas adsorpsi logam berat. Logam Cu. di perairan bebas terdapat dalam keadaan terlarut atau partikulat. Logam Cu juga berikatan dengan ligan organik maupun inorganik (Sanusi, 2006). Logam Cd juga membentuk ikatan kompleks dengan bahan organik terutama di perairan dengan pH basa.

50 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 5 10 15 20 25 30 35 Pb Cu Zn Cd Hg

51 Gambar 28. Kapasitas Adsorpsi, Kandungan Bahan Organik, Salinitas dan pH

di Stasiun 1, 2, 4, dan 7.

Dari gambar 28 diatas, perubahan salinitas dari sungai hingga laut tampak sekali pada logam Cd. Kapasitas adsorpsi Cd bertambah sejalan dengan bertambahnya nilai salinitas. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi Cd sangat dipengaruhi oleh salinitas. Karena logam Cd memiliki bentuk terlarut yeng stabil, maka nilai kapasitas adsorpsinya juga rendah dibandingkan dengan ke empat kogam berat lainnya. Kapasitas adsorpsi logam Pb tidak menunjukkan perubahan yang signifikan dengan bertambahnya salinitas. Sementara itu, logam Hg menunjukkan nilai kapasitas adsorpsi tinggi di estuari.

0 20 40 60 80 100 org (%) pH salinitas Cd Cu Hg Zn Pb Inorg(%)

Kapasitas Adsorpsi , Persentase Bahan Organik, pH, dan Salinitas di Stasiun 1, 2, 4,7

55

Simpulan

Berdasarkan karakter fisik (sebaran melintang salinitas, suhu, kecepatan arus dan tipe pasang surut) perairan estuari di Muaragembong, diketahui bertipe tercampur sebagian (Partially Mixed Estuary). Salinitas perairan bertambah secara gradual dari permukaan ke dasar perairan, temperatur menurun seiring dengan bertambahnya kedalaman. Kecepatan arus bervariasi, mulai 6,2 cm/dt hingga 7,9 cm/dt dengan rata- rata debit sungai sebesar 76,68 m3

Konsentrasi logam berat teradsorpsi rata-rata lebih besar dibandingkan dengan kandungan logam berat terlarut, kecuali unsur Cd dan Pb. Hal ini disebabkan karena kedua unsur tersebut memiliki bentuk terlarut yang stabil dalam perairan dengan pH antara 7 – 8. Kapasitas Adsorpsi logam berat secara berurutan dengan nilai terbesar adalah Zn(99,16%)>Cu(90,52%)>Hg(63,42%)>Pb(24,71%)>Cd(11,29). Unsur logam esensial, Zn>Cu. Untuk unsur logam non esensial secara berurutan, kapasitas adsorpsinya adalah Hg>Pb>Cd. Tingginya nilai kapasitas adsorpsi Cu, Zn, dan Hg menunjukkan kecenderungan ketiga unsur itu akan terendapkan di dasar perairan disebabkan arus di daerah penelitian cenderung melemah kearah laut. Hal ini terlihat pada data konsentrasi Cu, Zn, dan Hg yang tinggi pada sedimen dibandingkan dengan logam berat lainnya (Cd dan Pb). Perubahan salinitas dari sungai hingga laut tampak sekali pada logam Cd. Kapasitas adsorpsi Cd bertambah sejalan dengan bertambahnya nilai salinitas. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi Cd sangat dipengaruhi oleh salinitas. Karena logam Cd memiliki bentuk terlarut yang stabil, maka nilai kapasitas adsorpsinya juga rendah dibandingkan dengan ke empat kogam berat lainnya. Kapasitas adsorpsi logam Pb tidak menunjukkan perubahan yang signifikan dengan bertambahnya salinitas

/dt Tipe pasang surut semidiurnal dengan 2 kali pasang dan 2 kali surut.

Dissolve Transpor Index (DTI) atau nilai kelarutan logam berat secara berurutan

adalah Cd(88,71%)>Pb(75,29%)>Hg(36,58%)>Cu(9,48%)>Zn(0,84%). Untuk logam esensial nilai Cu>Zn dan Cd>Pb>Hg untuk logam non-esensial. Indeks kelarutan ini berbanding terbalik dengan kapasitas adsorpsi.

56 dan Pb yang memiliki indeks kelarutan tinggi memiliki kecenderungan toksisitas yang tinggi pula dan berbahaya bagi organisme di kolom air.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang melihat konsentrasi logam berat yang terkandung dalam partikulat organik dan atau inorganik, sehingga dapat diketahui dengan pasti besarnya kapasitas adsorpsi oleh partikulat tersebut dan peran partikulat tersebut dalam proses adsorpsi.

Perlu penambahan stasiun di sungai sebagai pembanding dengan stasiun di estuari dan stasiun laut. Hal ini berkenaan dengan peran salinitas dalam proses adsorpsi.

Anderson, M.A. and A.J. Rubin 1981. Adsorption of Inorganic at Solid-Liquid Interfaces. Ann Arbor Science. Michigan.

Anderson, M.A. and A.J. Rubin 1992. Adsorption of Inorganic at Solid-Liquid Interfaces. Ann Arbor Science. Michigan.

Aiken, G. 2002. Organic matter in ground water. http://water.usgs.gov

Anonim. 2000. Ambient water quality criteria for organic carbon in British Columbi

.

Basaham, Ali S. 2009. Distribution and Partitioning of Heavy Metals in Subtidal Sediments of the Arabian Gulf Coast of Saudi Arabia. Earth Science Journal Vol 21 No 1.

Chester R. 1990. Marine Geochemistry. London:Unwin Hyman Ltd Clark RB. 1986. Marine Pollution. London: Clerendon Press

Collins, Y E and G Stotzky, 1991 Heavy Metals Alter the Electrokinetic Properties of

Bacteria, Yeasts, and Clay Minerals. Journal of Applied and Environmental

Microbiology vol 58 No 5.

DISHIDROS (Dinas Hidro Oceanografi). 2007. Daftar Pasang Surut. Jakarta.

Duxbury AB and Duxbury AC. 1993 Fundamental of Oceanography. Dubuque Iowa: Wm.C. Brown Publishers.

Dyer KR. 1979. Estuaries : A Physical Introduction. London: John Willey&Sons. Eaton, D Andrew, Clesceti, S Lenore, Rice W Eugine and Greenberg E Arnold 2005.

Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater 21st Edition.

Centennial Edition.

EPA (Enviromental Protection Agency) 1976. Water Quality Criteria.

http//:www.epa.gov/ost

Elliot DJ James A. 1984. An Introduction to Water Quality Modelling . Department of Civil Engineering UK: University Upon Tyne.

Hutagalung HP, D Setiapermana dan SH Riyono 1997. Metode Analisis Air Laut,

Sedimen Dan Biota. Buku 2 Jakarta: Pusat Penelitian Dan Pengembangan

Oceanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

King CM. 1976. Introduction To Marine Geology and Geomorphology. Arnold, London.

Libes S. M. 1992. An Introduction To Marine Biogeochemistry. John Willey & Sons, Inc.

Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Molisani, MM, Salomao, M.S.M 2000. Heavy Metal Partitioning in Bottom

Sediments of Paraiba Do Sul River, Brazil. Earth Science Journal, Vol 13 No

5.

Nybakken. JW. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta:PT Gramedia Pemda Bekasi. 2007. Bekasi Dalam Angka. Bekasi.

Philips JDH. 1980. Proposal for monitoring studies on the contamination of the seas

by trace metal and organochlorine. South China Sea Fisheries Development

and Coordinating Programe. FAO-UNEP Manila

Pickard G L and WJ Emery. 1970. Descriptive Physical Oceanography. New York: Pergamon Press.

Ramlal PS 1987. Mercury Methylation Dymethylation Studies at Southern India Lake. Canada: Minister of Supply and Services.

Razak H. 1980. Pengaruh logam berat terhadap lingkungan. Perwarta Oseana : 2. Jakarta: LON –LIPI

Riley, J.P.1989. Chemical Oceanografi. Volume 9. Academic Press.

Sanusi HS 2006. Kimia Laut. Proses Fisika Kimia Laut dan Interaksinya dengan

Lingkungan. Bogor: Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Sanusi HS 2005. Peranan Padatan Tersuspensi Mereduksi Logam Berat Hg, Pb dan

Cd Terlarut Dalam Kolom Air Teluk Jakarta. Ilmu Kelautan. Indonesian

Journal of Marine Sciences Volume 10 No. 2: Hal 72

Sostrodarsono S, K. Dan Takeda. 1993. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: Pradnya Paramitha

Sulistyowati, Dewi, Harsono dan Kuncoro. 2000 .Pencemaran Logam Berat Kawasan Muaragembong (Studi kasus di 3 muara sungai, muara Gembong, muara Mati

dan muara Citarum Bekasi Laut (CBL). Bekasi. BPLHD Jawa Barat.

Supriharyono 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah

Pesisir Tropis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Tan 1982. Kimia Tanah. Jakarta: Pradyna Paramita

Tchobanoglous G. and E. D. Schroeder. 1987. Water Quality : Characteristics, Modeling, Modification.Addison-Wesley Publishing Company. Sydney

Tomczak M. 1998. An Introduction Of Physical Oceanography. Estuaries. Australia:Pergamon Press

Waldichuk M. 1974. Some Biological Concern in Metals Pollution. In F J Vernberg and W B Vernberg (ed). London: Academic Press Inc.

59 stasiun kedalaman salinitas Kecepatan Temperatur pH TOM DO Mg/l

m psu Arus (m/dt) oC mg/l (ml/l) Total Inorg(%) Org(%)

1 2,5 5 0.34 29 7.05 35.41 4,2 93,5 51.7(55.3) 41.8(44.7) 2 3,9 12 0.07 29,40 7.54 25.20 4,7 99,9 42.5(42.5) 57.4(57.5) 3 0,8 26 0.08 29,00 7.73 25.10 4,5 102 33.7(33.0) 68.3(67.0) 4 2 26 0.04 29,00 7.75 12.25 4,5 52,4 15.3(29.2) 37.1(70.8) 5 2 32 0.06 29,30 7.87 15.25 4,6 55,3 11.1(20.1) 44.2(79.9) 6 7 32 0.08 30,10 7.88 12.65 4,8 49,6 26(52.4) 23.6(47.6) 7 9 32 0.06 29,50 7.90 10.95 4,7 55,3 40.8(73.8) 14.5(26.2) 8 10 32 0.05 30,00 7.92 10.54 4,7 54,5 41.7(76.5) 12.8(23.5)

Stasiun Konsentrasi Logam Berat Total (mg/l) Konsentrasi Logam Berat Terlarut (mg/l) Konsentrasi Logam Berat Dalam Padatan Tersuspensi (mg/l)

Cd Cu Hg(ug/l) Zn Pb Cd Cu Hg(ug/l) Zn Pb Cd Cu Hg(ug/l) Zn Pb

1 0,067 3,67 1,59 79,64 4,96 0,066 0,290 0,54 0,988 3,750 0,001 3,384 1,05 78,65 1,212 2 0,079 2,46 1,66 61,00 4,63 0,076 0,270 0,73 0,127 3,600 0,003 2,190 0,93 60,87 1,028 3 0,055 3,11 1,52 48,80 4,92 0,046 0,210 0,57 0,150 3,652 0,009 2,900 0,95 48,65 1,265 4 0,061 2,55 0,66 48,65 7,57 0,052 0,200 0,21 0,256 5,504 0,009 2,354 0,45 48,39 2,061 5 0,063 2,46 0,68 28,07 9,97 0,056 0,250 0,21 0,201 7,701 0,007 2,207 0,47 27,87 2,268 6 0,028 1,87 0,56 25,97 10,23 0,025 0,187 0,20 0,296 7,506 0,003 1,678 0,36 25,67 2,723 7 0,029 1,54 0,56 23,26 11,25 0,023 0,177 0,22 0,290 8,702 0,006 1,365 0,34 22,970 2,550 8 0,040 1,46 0,76 21,07 12,06 0,035 0,156 0,30 0,287 8,921 0,005 1,302 0,46 20,780 3,142

60 Cd Cu Hg(μg/g) Zn Pb 1 0,01 30,54 34,50 183,39 4,14 2 0,10 54,59 40,20 138,15 13,91 3 0,12 55,09 33,70 138,38 13,83 4 0,01 47,30 54,20 94,11 8,32 5 0,03 42,98 56,80 124,32 8,55 6 0,06 33,21 41,20 122,62 11,26 7 0,07 40,01 39,70 104,57 12,47 8 0,07 37,54 42,5 112,04 12,98

61 Stasiun

Kapasitas Adsorpsi (%) dan Indeks

Kelarutan (%) Cd Cu Hg Zn Pb 1 1,49 (98,51) 92,11 (7,89) 66,04 (33,96) 98,76 (1,24) 24,43(75,57) 2 3,80 (98,70) 89,02 (10,98) 56,02 (43,98) 99,79 (0,21) 22,21(77,79) 3 15,75 (84,25) 93,25 (6,75) 62,50 (37,50) 99,69 (0,31) 25,73(74,27) 4 14,05 (85,95) 92,17 (7,83) 68,18 (31,82) 99,47 (0,53) 27,24(72,76) 5 11,20 (88,80) 89,82 (10,18) 69,12 (30,88) 99,29 (0,71) 22,75(77,25) 6 10,71 (89,29) 89,97 (10,03) 64,29 (35,71) 98,86 (1,14) 26,62(73,38) 7 20,42 (79,58) 88,52 (11,48) 60,71 (39,29) 98,75 (1,25) 22,66(77,34) 8 12,94 (87,06) 89,30 (10,70) 60,53 (39,47) 98,64 (1,36) 26,05(73,95) Keterangan:

(a) Angka dalam kurung merupakan nilai Indeks kelarutan (b) Nilai kisaran dan rerata (%)

Cd : 1,49 – 20,42, rerata 11,29 (79,58 – 98,40) rerata 88,71 Cu : 89,02 – 93,25 rerata 90,52 (6,75 – 11,48) rerata 9,48 Hg : 56,02 – 69,12 rerata 63,42 (30,88 – 43,98) rerata 36,58 Zn : 98,64 – 99,79 rerata 99,16 (0,21 – 1,36) rerata 0,84 Pb : 22,21 – 27,24 rerata 24,71 (72,76 – 77,79) rerata 75,29

62 Qd = Fd x Vd Fd = 2 x b x

4

2d

e

c+

+

Keterangan : Qd = Debit sungai

Fd = Luas penampang melintang antara garis pengukuran dalamnya air Vd = Kecepatan aliran rata-rata pada garis pengaliran

b = Lebar sungai

C, d, e = dalamnya air pada setiap pengukuran

Diketahui b = 80 m, c = 1,5, d = 2 m, e = 2,8 sehingga didapat nilai Fd = 332 m Penampang 1. Vd = 0,03 m/dt 2 Qd = 332 m2 = 99,6 m x 0,03 m/dt 3 /dt

Diketahui: b = 150 m, c = 0,1, d = 1, e = 2,5, sehingga didapat nilai Fd = 345 m Penampang 2. Vd = 0,26 m/dt 2 Qd = 345 m2 = 89,7 m x 0,26 m/dt 3 /dt

Diketahui: b = 150 m, c = 0,1, d = 1, e = 2, sehingga didapat nilai Fd = 307,5 m Penampang 3. Vd = 0,26 m/dt 2 Qd = 307,5 m2 = 79,95 m x 0,26 m/dt 3 /dt

63 Diketahui, b = 150 m, c = 0, d = 0,5, e = 1, sehingga didapat nilai Fd = 150 m

Vd = 0,025 m/dt 2 Qd = 150 m2 = 37,5 m x 0,25 m/dt 3 /dt

64

Prosedur Analisis Logam Berat (Eaton, D Andrew, Hutagalung, P Horas)

Penentuan Pb, Cd, Cu, dan Zn Terlarut (Dalam Air).

1. Diambil sampel air laut sebanyak 250 ml (contoh air laut telah disaring dengan kertas saring dengan ukuran pori 0,45 μm)

2. pH contoh disesuaikan menjadi ± 3

3. Sampel ditambah larutan APDC (2%) sebanyak 5 ml, lalu dikocok selama 10 menit.

4. Kemudian ditambah 10 ml MIBK

5. Sampel dikocok lagi dan dibiarkan sampai terbentuk 2 fase.

6. Fase an organik (lapisan bawah) dibuang dan diambil fase organiknya (lapisan atas).

7. Fase organik ini ditambahkan HNO3

8. Kemudian ditambah 9 ml aquades dan dikocok.

sebanyak 1 ml dan dikocok kembali.

9. Sampel dibiarkan sampai terbentuk 2 fase

10. Diambil fase an organiknya (lapisan bawah) dan siap diukur dengan AAS.

Penentuan Hg Terlarut.

1. Masukkan 100 ml contoh air laut ke dalam botol BOD. 2. Tambahkan 5 ml H2SO4

3. Tambahkan 15 ml larutan KmnO pekat.

4 4. Tambahkan 8 ml larutan K

, kocok biarkan selama 15 menit.

2 S2 O8, panaskan dalam “water bath” pada suhu 95o

5. Dinginkan pada suhu kamar di ruang bersih atau dalam laminar flow.

C selama 2 jam.

6. Tambahkan tetes demi tetes larutan hidroksilamin smpai warna violet hilang. 7. Pindahkan larutan contoh ke dalam tabung merkuri analisis.

8. Segera hidupkan aerator dengan kecepatan 2 liter udara/menit.

65

Penentuan Pb, Cd, Cu, dan Zn Dalam Sedimen

1. Sampel sedimen dimasukkan dalam botol teflon atau plastik 2. Dikeringkan dalam oven pada suhu 105o

3. Didinginkan dalam desikator

C selama 24 jam

4. Diambil 10 – 20 gr, dimasukkan ke dalam tabung sentrifuse dan ditambah 500 ml air suling bebas ion dan diaduk. Disentrifuse selama 30 menit dengan kecepatan 2000 rpm.

5. Fase air dibuang dan dikeringkan kembali dengan oven dengan suhu 105o

6. Diambil 1 gr dan dimasukkan dalam teflon Bomb.

C selama 24 jam.

7. Ditambah aqua regia sebanyak 5 ml dan secara perlahan-lahan ditambah 6 ml HF 8. Dipanaskan pada suhu 130o

9. Didinginkan dalam suhu ruang

C sampai semua sedimen larut dan larutan hampir kering.

10.Ditambahkan 1 ml HNO3

11.Diukur dengan AAS menggunakan nyala udara asitelin.

pekat dan diaduk pelan-pelan dan ditambah 9 ml air suling bebas ion.

Kadar logam berat dalam sedimen dihitung dengan persamaan:

Kadar, mg/l = c axb

Keterangan:

a = Kadar hasil pengukuran dengan AAS b = Volume akhir larutan contoh (10 ml) c = Berat contoh sedimen (1 gr)

66 2. Tambahkan 10 ml HNO3pekat dan 30 ml H2 SO

3. Panaskan pada suhu 60

4 o

4. Dinginkan pada suhu 4

C selama 2 jam diatas penangas air. o

5. Pasang aerator dengan kecepatan udara 2 l/menit.

C, kemudian pindahkan ke tabung reduksi merkuri.

6. Tambahkan 5 ml larutan SnnCl2, ukur dengan AAS tanpa nyala.

Penentuan Pb, Cd, Cu, dan Zn Dalam Padatan Tersuspensi.

1. Contoh padatan tersuspensi bersama kertas saring dikeringkan dalam oven pada suhu 105o

2. Didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang beratnya. C selama 24 jam.

3. Dimasukkan kedalam “teflon bomb” dengan menggunakan pinset teflon.

4. Ditambah aqua regia sebanyak 1 ml secara perlahan-lahan, kemudian ditambah 1 ml HF.

5. Dipanaskan melalui penangas air pada suhu 90oC– 100o

6. Larutan contoh dimasukkan dalam labu ukur politelin (25 ml) yang telah berisi campuran 5 ml asam borat dan 5 ml air suling bebas ion. Air pembilas digabung dengan larutan contoh.

C dan didinginkan.

7. Diencerkan sampai batas tera dengan air suling bebas ion. 8. Diukur dengan AAS menggunakan nyala udara asitelin.

Kadar logam berat dalam padatan tersuspensi dihitung dengan persamaan :

Kadar, ug/g = c d axb

− Lanjutan

Keterangan:

a = Kadar hasil pengukuran dengan AAS b = Volume akhir larutan contoh (25 ml)

67

Analisis Hg dalam Padatan Tersuspensi.

1. Keringkan contoh seston dalam oven pada suhu 60o

2. Dinginkan dalam desikator selama 24 jam, kemudian ditimbang. selama 24 jam.

3. Masukkan kedalam botol BOD, tambahkan 10 ml HNO3 pekat dan 20 ml H 2SO4

4. Panaskan diatas penangas air pada suhu 60 pekat.

o 5. Tutup dan dinginkan pada suhu 4

C selama 1 jam. o

6. Pindahkan ke labu ukur gelas (25 ml). C.

7. Encerkan dengan air suling bebas ion.

8. Pindahkan seluruhnya kedalam tabung reduksi merkuri. 9. Pasang aerator dengan kecepatan udara 2 l/menit.

68 Foto peneliti den CTD yang siap dioperasikan

69 Currentmeter yang digunakan dalam penelitian

70 Kawan-kawan yang membantu dalam penelitian

Dokumen terkait