• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAPASITAS PELABUHAN 1. Pelabuhan Laut

Dalam dokumen RENCANA INDUK PELABUHAN (Halaman 35-42)

ANALISIS TEHNIK PELABUHAN

IV. KAPASITAS PELABUHAN 1. Pelabuhan Laut

a. Fasilitas Perairan

Mengacu pada ukuran kapal terbesar yang akan merapat dibutuhkan dimensi kolam yang dibutuhkan untuk pelabuhan Labuhan Haji adalah sebagai berikut:

Kedalaman Perairan sebesar 1,1 kali draft muatan penuh, khususnya mengantisipasi kecepatan sedimentasi per tahun yang sangat rendah.

Diameter Kolam Putar sebesar 2 kali panjang kapal (LOA) dengan asumsi dibantu kapal tunda.

Lebar Alur sebesar 5 kali lebar kapal, bila memungkinkan dapat mencapai 10 kali kali lebar kapal agar bisa dilalui 2 kapal berpapasan secara aman. Radius Tikungan disarankan sebesar minimal 6 kali panjang kapak (LOA) Keseluruhan hasil perhitungan disajikan pada table 5.1 yang selanjutnya dibandingkan dengan kondisi perairan setempat, menunjukan adanya hal-hal berikut:

Perairan butuh hingga ( - ) 5.5 – ( - ) 6.0 m LWS terutama di daerah alur pelayaran dan rencana dermaga sandar.

Diameter kolam yang dibutuhkan hanya sekitar 150 m, saat ini kolam perairan Selat Alas selebar sekitar 2.5 – 3.5 km, jadi tidak perlu dilakukan perubahan alur.

Demikian juga dengan lebar alur yang dibutuhkan maksimum 10 kali lebar kapal atau sekitar 120 m, maka alur sudah memenuhi syarat.

Adanya kondisi alur yang relatif lurus tidak perlu dilakukan pengecekan terhadap alingtmen alur untuk berputar.

Table V.1 Dimensi Perairan

No Fasilitas Kebutuhan Dimensi

1 Kedalaman Perairan minimum -6 LWS

2 Kedalaman Perairan dermaga -5.5 m LWS

3 Diameter Kolam Pelabuhan 150 m

4 Lebar Alur 120 m

5 radius Tikungan Memenuhi

b. Fasilitas Darat

a). Kebutuhan Dermaga

Kondisi saat ini di pelabuhan Labuhan Haji Lombok Timur, tidak ada dermaga, sehingga dibutuhkan dermaga baru yang dapat dengan bebas digunakan untuk setiap kapal sandar.

Sementara ini diindikasikan hanya muatan General Cargo yang merupakan muatan utama, sedangkan Liquid, dan Dry bulk cargo, merupakan muatan potensi mengingat kekayaan alam yang ada seperti batu apung dan pasir kuarsa serta adanya kemungkinan kebutuhan sandar kapal tanker yang akan memasok BBM atau kapal curah untuk batubara.

Kedalaman perairan sepanjang dermaga sama, sehingga kapal dapat merapat di posisi manapun dengan pemakalan secara tercampur. Panjang dermaga dapat digunakan oleh kombinasi kapal panjang dan pendek secara optimal.

Untuk masa mendatang agar dilakukan pemisahan antara kapal niaga, kapal rakyat, kapal tanker, kapal curah, dan kapal penyebrangan. Adanya proses bongkar/muat yang secara kontinyu membutuhkan truk (truck lossing), perlu diantisipasi dengan pengaturan lahan dan penyediaan fasilitas yang memadai.

Perkembangan jumlah, type dan ukuran kapal perlu diantisipasi dengan penyediaan jumlah dermaga yng mencukupi, dengan perkembangan kapal sebagaiman dibahas dalam Bab sebelumnya.

Metode yang digunakan dalam menentukan kebutuhan jumlah fasilitas secara umum mengikuti perumusan sebagai berikut:

Jumlah dermaga, s, ditentukan dengan pendekatan antrian (Queuing Theory) s = (volume bongkar – muat yang diprediksi)

Volume bonkar/muat berdasar prediksi, dapat diperiksa pada bab sebelumnya.

Tabel V.2 Arus Barang Labuhan Haji

Periode Bongkar (ton) Muat (ton) Total (ton) Jangka pendek, 2010 143.978 42.334 197.923 Jangka menengah, 2015 173.449 65.136 238.585 Jangka menengah, 2020 204.946 98.389 303.335 Jangka panjang, 2025 235.230 144.565 362.692

Seluruhnya merupakan muatan campuarn antara General Cargo, baik pelayanan regional maupun Dalam Negeri.

Kapasitas dermaga, ditentukan berdasar scenario produktivitas bongkar/muat yang akan terjadi dimasa mendatang. Perubahan metode penanganan muatan misal dengan mekanisasi.

Sedang produktivitas per ton per gang per jam akan disusun berdasar 3 kemungkinan yakni sebesar 14 ton/gang/jam untuk jangka pendek lima tahun pertama, 16 ton/gang/jam untuk jangka menengah dan 18 ton/gang/jam untuk jangka panjang. Hal ini sebanding dengan produktivitas yang dilakukan oleh pelabuhan kawasan yang ada di sekitar wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat.

Jumlah gang yang dikerjakan rata-rata 1 gang per kapal dan jumlah jam kerja per hari mencapai 16 jam atau 2 shift, serta 320 hari kerja per tahun. Bongkar muat diasumsikan dilakukan oleh kran kapal, dengan pertimbangan kondisi fisik lingkungan, kondisi SDM dan ketersediaan prasarana yang ada. Kebutuhan hari tambat kapal untuk melakukan bongkar/muat sesuai proyeksi volume barang adalah sbb:

Tabel V.3 Kebutuhan Hari Tambat Kapal di Labuhan Haji

Ukuran Kapal

Panjang nominal berth terpakai

Hari tambat yang dibutuhkan per klas kapal (berth-days) 2010 2015 2020 2025 <200 DWT 40 % 3,2 2,9 2,8 2,8 200-500 DWT 40 % 35,6 36,9 38,4 37,2 500-1000 DWT 50 % 25,6 26,4 27,8 34,6 1000-1500 DWT 75 % 12,5 13,7 16 25,8 1500-2000 DWT 100 % 15,4 16,9 19,6 31,7 2000-2500 DWT 100 % 87 87,4 94,3 130 >2500 DWT 100 % 70,9 73,3 81,9 140 TOTAL 250,20 257,50 280,80 402,10

Berth occupancy ratio (BOR), merupakan rasio tingkat hunian dermaga.

Penentuan harga diperlukan agar penggunaan dermaga masih pada tingkat yang nyaman, dan tidak merugikan pihak pengguna jasa. Jadi disini digunakan untuk memperhitungkan kerugian para pemilik kapal akibat menunggu (ship cost) terhadap jumlah penyediaan dermaga Keseimbangan antara ship cost dan construction cost (biaya pembangunan infrastruktur) tergabung dalam Berth Occupancy Ratio (BOR) yang rasional, dalam hal ini digunakan rekomendasi dari UNCTAD, 1985, sebesar 50% untuk 2 dermaga, dan 60% untuk 3 sampai 4 dermaga.

Kebutuhan jumlah dermaga, s

Panjang dermaga ditetapkan berdasar jenis kapal terbanyak yang bertambat di dermaga umum, yaitu pelayaran nusantara. Dengan panjang dermaga = panjang kapal yang akan bertambat ditambah 25 m sampai 40 m, yaitu sepanjang 100 m.

Lebar apron perlu didesain cukup lebar untuk memudahkan manuver truk yang bongkar-muat. Khususnya dengan banyaknya truck lossing maka kegiatan ini perlu mendapat prioritas dan kelancaran operasi. Agar kondisi cukup leluasa, lebar apron yang diperlukan adalah 40 m. pada system konstruksi kade atau quaywall lebar ini tidak akan menjadi masalah atau kesulitan.

Perhitungan kebutuhan dermaga ini murni mempertimbangkan kebutuhan unyuk bongkar/muat barang, kapasitas dermaga berkurang dengan pemakaian untuk kapal penumpang dan kapal kenegaraan atau kapal lain non komersial. Agar tidak mengganggu operasional sebaiknya unyuk keperluan ini diletakkan pada prioritas nomor dua atau ada dermaga khusus yang disediakan untuk keperluan tersebut.

Tabel V.4 Kebutuhan Panjang Dermaga Labuhan Haji

Uraian Satuan 2010 2015 2020 2025

Effective /Nominal Dermaga Berth 1.23 1.23 1.22 1.15

Nominal Berths tersedia Berth 2.00 2.00 2.00 2.00

Effective Berths tersedia Berth 2.47 2.47 2.44 2.30

Effective Berths hari tersedia Berth-Days 789 789 782 746

BOR % 39 40 44 62

Panjang Nominal Dermaga m 200 200 200 200

Dari perhitungan tersebut diatas diketahui bahwa panjang dermaga yang dibutuhkan untuk pelabuhan Labuhan Haji sepanjang 2 X 100 = 200 m. Untuk Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 00.

b). Kebutuhan Gudang dan Lapangan Penumpukan

Penentuan kebutuhan luas gudang dan lapangan penumpukan disusun berdasarkan rumusan berikut :

F1*f28Tts*tav Qts = Mts*h*p*363

Keterangan :

Qts : Kebutuhan luas lantai areal penumpukan baik gudang maupun lapangan terbuka (M2)

Tts : Tonase muatan yang melalui gudang atau lapangan penumpumkan (ton/tahun)

Tav : Waktu Penumpukan (dwell time), sebesar maximum 14 hari, diambil 7 hari untuk gudang dan 5 hari untuk lapangan penumpukan.

Mts : Rata-rata tingkat pemakaian gudang dan lapangan penumpukan, 70 % untuk Gudang dan 50 % untuk lapangan penumpukan.

h : Tinggi penumpukan rata-rata, 2 m di gudang dan 1,5 m di lapangan penumpukan

q : Faktor kecepatan pemuatan (average stewage factor) = 0,6 untuk barang di gudang dan 0,80 untuk barang di lapangan.

F1 : Faktor perbandingan antara luas kotor terhadap luas bersih sehubungan dengan ruang untuk lalu lintas, dan lain-lain 1,3 untuk gudang dan 2,0 untuk lapangan.

F2 : Faktor kekompakan muatan dan kebutuhan ruangan untuk pembongkaran isi muatan dan tempat muatan yang rusak, dsb = 1,2 untuk gudang dan 1,4 untuk lapangan.

Berdasarkan arus muatan yang ada, diasumsikan truck losing berkisar antara 20 % - 40 % dari total arus barang.

Tabel V.5

Kebutuhan Gudang/Lapangan Penumpukan

Tahun Barang (ton)

Kebutuhan Area (M2)

Gudang Lapangan Penumpukan

factor tonage area factor tonage area

2010 186.311 0,30 55.893 1.991 0,30 55.893 3.574 2015 238.585 0,40 95.434 3.400 0,40 95.434 6.101 2020 303.335 0,40 121.334 4.322 0,40 121.334 7.756 2025 379.796 0,40 151.918 5.411 0,40 151.918 9.710

Kebutuhan gudang dan lapangan penumpukan minimum lauas area sebesar 5.411 M2 + 9.710 = 15.121 M2 atau 15 Ha

c.) Kebutuhan Lahan

Berbagai fasilitas yang perlu disediakan membutuhkan ruang gerak yang mencukupi diantaranya meliputi:

Areal operasional I apron dermaga mencakup areal gudang dan lapangan penumpukan serta areal pendukungnya. Dengan komoditi terbesar melalui dermaga Umum dan type muatan General Cargo, dan muatan karung (bag cargo). Pemisahan antara dermaga umum dengan penumpang dan penyebrangan hendaknya didasarkan pada kemudahan operasional dan pengamanan muatan oleh pihak-pihak yang berkepentingan khususnya Dinas Bea dan Cukai.

Pencadangan lahan untuk perkantoran pelabuhan ditetapkan berdasar ratio jumlah tenaga petugas dan areal pendukung (back up area), digunakan ratio sebesar 1 orang rata-rata butuh 5 m².

Areal jalan, taman dan kegiatan rekerasi dialokasikan berdasar prosentasi terhadap total luas lahan diatas yaitu sebesar 20 % maksimum.

Disamping areal resmi untuk kegiatan pelabuhan, konsultan menyarankan untuk dipersiapkan juga areal cadangan bagi Port Industrian Zone. Lahan dapat disewakan pada pihak lain, hal ini perlu dilakukan agar lebih menarik para pengguna jasa terutama untuk kawasan industri atau pergudangan. Luas lahan disesuaikan dengan kebutuhan usaha kecil dan menengah yaitu seluas ± 2 Ha.

Luas area perkir ditentukan berdasar estimasi jumlah truk yang menunggu bongkar/muat pada sekali kedatangan kapal dikalikan luas area bersih yang dibutuhkan. Diperkirakan jumlah truk sebanyak 20 truk dengan daya angkut maksimal 20 ton per truk dan menunggu maksimal 4 jam sebelum dan sesudah bongkar/muat. Sedang masing-masing truk membutuhkan area bersih seluas 60 m². jadi

area yang dibutuhkan untuk parker kendaraan truk da mobil serta kendaraan lain seluas 2.500 m².

Daerah perkantoran swasta, perlu disediakan areal untuk kegiatan bisnis sebagai penunjang untuk operasional perusahaan-perusahaan terkait dengan kegiatan bongkar-muat, pengapalan barang dan perusahaan pelayarannya. Disamping untuk diversifikasi usaha kepelabuhan juga memudahkan pengawasan legalitas usaha masing-masing perusahaan. Area yang disedikan diplot agar berada di luar pos masuk yang membutuhkan tiket/karcis pas masuk, dan disepanjang sisi jalan area batas tepi mengeliling.

Disekitar area terdepan perlu disediakan ruang atau gedung tempat istirahat Tenaga Kerja Bongkar Muat yang berisi fasilitas beristirahat, kamar mandi Mushola, dan kantin sederhana.

Perkantoran instansi baik pemerintah maupun direksi pelabuhan sendiri dan mendapat alokasi lahan yang memadai.

Pelabuhan merupakan bisnis yang diharapkan teap akan berjalan terus sepanjang waktu. Berdasar pembagian peruntukan lahan, tampak bahwa lahan yang ada saat ini hanya mencukupi hingga jangka 20 tahun lagi saja. Untuk itusejak saat ini perlu diantisipasi dengan menyiapkan lahan cadangan untuk pengembangan periode berikutnya.

Pengaturan lalu lintas truk dan kendaraan penjemput penumpang perlu diatur sehingga menjamin keselamatan para pengguna jasa pelabuhan. Untuk itu perlu dibuat jalan melingkar, mengingat daerah disekitar pelabuhan sudah merupakan kawasan pemukiman yang cukup padat.

c. Peralatan Pelabuhan a). Peralatan Peraiaran

Peralatan Pandu dan Tunda

Pelabuhan di daerah Selat Alas merupakan kawasan wajib pandu khususnya untuk kapal-kapal diatas 150 GT. Selain itu, untuk memperlancar proses penjangkaran dan penambatan kapal juga dibutuhkan kapal tunda. Disyaratkan untuk menggunakan 2 kapal tunda untuk kapal dengan panjang > 150 m, sedang untuk kapal < 150 m cukup digunakan 1 kapal tunda.

Untuk keperluan tersebut, maka diperlukan investasi 1 kapal tunda dengan kapasits 2.500 HP dan 1 buah general service boat yang dapat melayani kebutuhan pandu serta penjangkaran.

Sarana Bantu Navigasi

Saraa Bantu navigasi berupa rambu laut seperti pelampung suar dan menara suar. Sarana Bantu navigasi merupakan fasilitas laut dan wewenang pengelolaannya dibawah distrik kenavigasian dari administrasi pelabuhan.

Sesuai dengan aturan baru dari IMO, bahwa selain adanya rambu juga diperlukan sarana komunikasi (marine communication system) dan sarana identifikasi kapal (automatic identification system).

b). Peralatan Darat

Jaringan Utilitas

Utilitas yang sangat dibutuhkan oleh sebuah pelabuhan adalah listrik, air bersih dan Bahan Bakar Minyak. Listrik yang ada di wilayah kecematan Selong dan Lomok Timur umumnya bertenaga diesel yang

keberadaannya sekarang ini sering mengalami gangguan selain kapasitasnya sangat tebatas. Demikian juga dengan BBM, yang masih sangat tergantung pasokan BBM dari Mataram.

Kebutuhan listrik di pelabuhan dipergunakan untuk keperluan penerangan dermaga, jalan, lapangan penumpukan, gudang dan area perkantoran. Kapasitas listrik yang dibutuhkan untuk pelabuhan sekelas pelabuhan Regional ini berkisar antara 10 – 30 KVA.

Ketersediaan sumber air bersih selama ini di Lmbok Timur cukup melimpah, terbukti dengan banyakna aliran sungai serta kawasan yang berdekatan dengan kawasan pegunungan Rinjani. Untuk kepentingan pelabuhan dibutuhkan sumber air bersih dengan kapasitas sekitar 15 ton per jam. Air dapat langsung dimasukkan ke kapal atau fasilitas lain dengan menggunakn system jaringan pipa atautruk khusus milik Pertamina atau melalui pipa BBM dari bunker.

Peralatan Bongkar/Muat

Secara garis besar pelaksanaan bongkar muat dapat dibagi dua, yaitu: 1). Bongkar muat secara langsung ke truck (truck lossing).

2). Bongkar Muat Melalui Penimbunan.

Barang-barang sebelum dimuat, ditumpuk terlebih ahulu di gudang atau lapangan penumpukan dan disusun sedemikian rupa agar sesuai dengan rencana urutan pemuatan.

Pelaksanaan pembongkaran atau pemuatan sebagian besar dilakukan oleh tenaga kerja bongkar-muat yang dikelola oleh koperasi tenaga kerja bongkar-muat atau koperasi TKBM.

Pelabuhan Labuhan Haji perlu melakukan investasi peralatan untuk memberikan pelayanan jasa bongkar/muat barang yang memadai sesuai dengan kinerja operasional yang diharapkan. Untuk melayani bongkar/muat barang di dermaga dengan produktivitas antara 14-18 ton/gang/jam dibutuhkan forklitdi dermaga dengan kapasitas 5-15 ton dan forklit untuk pelayanan bongkar/muat di lapangan penumpukan dan gudang dengan kapasitas 2.5 ton.

2. Pelabuhan Penyeberangan

Untuk meningkatan kelancaran distribusi barang dan manusia, maka pelabuhan Labuhan Haji selain dilengkapi fasilitas untuk pelabuhan laut juga diperlukan fasilitas pelabuhan penyeberangan yang menghubungkan pulau Sumbawa dan Lombok. Sekarang ini satu-satunya pelabuhan penyeberangan yang ada yakni pelabuhan ASDP di Pelabuhan Kayangan, dengan frekwensi penyeberangan rata-rata sebesar 30 kali per hari menggunakan satu dermaga penyeberangan. Kondisi ini sudah padat dan menimbulkan antrian panjang terutama pada muisim-musim liburan. Untuk itu, pelabuhan Labuhan Haji juga perludilengkapi dengan sarana pelabuhan penyeberangan yang berupa satu dermaga samdar serta terminal penumpang dan lahan parkir.

3. Fasilitas Lain

Tergolong dalam fasilitas lain adlan jalan, penampungan limbah dan perumahan pegawai. Jalan dilingkungan pelabuhan yang dibutuhkan berupa jalan aspal dengan

lebar jalan rata-rata 5 m dilengkapi dengan system drainage yang baik sehingga tidak akan menimbulkan genangan jika terjadi hujan.

Dalam dokumen RENCANA INDUK PELABUHAN (Halaman 35-42)

Dokumen terkait