• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA INDUK PELABUHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA INDUK PELABUHAN"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BAB I PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Pentingnya peran pelabuhan dalam suatu system transportasi mengharuskan setiap pelabuhan memiliki suatu kerangka dasar rencana pengembangan dan pembangunan pelabuhan. Kerangka dasar tersebut tertuang dalam suatu rencana pengembangan keruangan yang kemudian dijabarkan dalam suatu tahapan pelaksanaan pembangunan jangka pendek, jangka menengah dan jangka penjang. Hal ini diperlukan untuk menjamin kepastian usaha dan pelaksanaan pembangunan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang dan untuk menjamin kepastian usaha dan pelaksanaan pembangunan pelabuhan yang terencana, terpadu, efisien dan berkesinambungan. Kerangka dasar rencana pengembangan dan pembangunan suatu pelabuhan tersebut diwujudkan dalam suatu rencana induk pelabuhan yang menjadi bagian dari tata ruang wilayah dimana pelabuhan tersebut berada, untuk menjamin sinkronisasi antara rencana pengembangan pelabuhan dengan rencana pengembangan wilayah.

Agar sebuah Rencana Induk Pelabuhan dapat digunakan dan diterapkan, perlu ditetapkan sebuah standar perencanaan pembangunan dan pengembangan pelabuhan.

II. MAKSUD DAN TUJUAN 1. MAKSUD

1. Sebagai pedoman dalam pengembangan dan pembangunan dan operasioanl kegiatan kepelabuhanan .

2. Sebagai alat pengendalian dan pengawasansegala kegiatan kepelabuhanan baik pembangunan, pengembangan dan operasioanal agar sesuai dengan rencana yang ditetapkan untuk kepentingan wilayah pelabuhan dan sekitarnya. 3. Sebagai alat pengatur kepelabuhan baik pembangunan, pengembangan dan

operasional untuk saat kini maupun saat yang akan datang

4. Sebagai alat untuk mencapai tujuan/sasaran yang hendak dicapai dari fungsi dan peran pelabuhan di masa mendatang.

2. T U J U A N

1. Menetapkan rencana penetapan fungsi kegiatan pokok dan penunjang pelabuhan jangka pendek, jangka menengah dan jangka penjang.

2. Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan fasilitas dan utilitas pelabuhan pada lokasi yang dinilai memenuhi syarat.

3. Menyusun rencana pengelolaan lingkungan dan arahan jenis-jenis penanganan lingkungan.

4. Menyusun rencana pelaksanaan tahapan pembangunan dan pengembangan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang

5. Menyusun rencana kebutuhan dan pemanfaatan baik ruang daratan (land use) dan perairan (water use).

III. DASAR HUKUM

Dasar hukum yang digunakan dalam menyusun rencana induk pelabuhan adalah : 1. UU No.3 tahun 1970 tentang pelabuhan bebas dan perdagangan bebas

2. UU No. 21 tahun 1992 tentang pelayaran 3. UU No. 24 tahun 1992 tentang penataan ruang

4. UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup

5. UU No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah

6. UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang 7. UU No. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran

8. PP No. 104 tahun 2000 tentang Dana perimbangan

(3)

10. PP No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonom

11. PP No. 81 tahun 2003 tentang kenavigasian 12. PP No. 69 tahun 2001 tentang Kepelabuhanan

13. PP no. 26 Tahun 2008 tentang Tata Ruang Wilayah Nasional

14. Kepmen Perhubungan No.2 tahun 2002 tentang penyelenggaraan pemanduan 15. Kepmen Perhubungan No. 53 tahun 2002 tentang tatanan kepelabuhan nasional 16. Kepmen Perhubungan No.54 tahun 2002 tentang penyelenggaraan pelabuhan laut. 17. Kepmen Perhubungan No. 55 tahun 2002 tentang pengelolaan pelabuhan khusus 18. Kepmen Perhubungan No. 56 tahun 2002 tentang pelimpahan/penyerahan

penyelenggaraan pelabuhan laut (Unit pelaksana teknis/satuan kerja) kepada pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

IV. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup penyusunan rencana induk pelabuhan Labuhan Haji adalah : 1. Zonasi pemanfaatan perairan dan darat pelabuhan

2. Rencana tahapan pembangunan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang

3. Analisa kelayakan pengembangan fasilitas pelabuhan terutama untuk pengembangan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang

(4)

BAB II

GAMBARAN UMUM

I. PENDAHULUAN

Wilayah Kabupaten Lombok Timur terletak antara 116° - 117° Bujur Timur, dan 8° - 9° Lintang Selatan.

Batas-batas wilayah Kabupaten Lombok Timur adalah sebagai berikut :  Sebelah Barat : Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Tengah  Sebelah Timur : Selat Alas

 Sebelah Utara : Laut Jawa dan  Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

Luas Wilayah Kabupaten Lombok Timur adalah 2.679,88 KM² terdiri atas daratan seluas 1.605,55 KM² ( 59,91% ) dan pantai / lautan dihitung / diukur 4 mil dari bibir pantai adalah seluas 1.074,33 KM² ( 40,09% ).

Penggunaan lahan daratan seluas 160.555 hektar tahun 2007 terdiri atas lahan sawah seluas 45.482 hektar atau sekitar 28,27 persen dan lahan kering seluas 115.173 hektar atau sekitar 71,73%.

Secara adminstrasi Kabupaten Lombok Timur terdiri dari 20 kecamatan yang terbagi dalam 4 SSWP (Sub Satuan Wilayah Pengembangan) yaitu SSWP Utara, SSWP Tengah, SSWP Barat dan SSWP Selatan. Kecamatan Labuhan Haji yang merupakan lokasi Pelabuhan masuk dalam SSWP tengah dengan pusat pengembangan di kota Selong. Hal tersebut menunjukan bahwa secara administrasi Kecamatan Labuhan Haji termasuk dalam kawasan perkotaan Selong. Selain sebagai pusat pengembangan di SSWP tengah kota Selong juga merupakan ibu kota Kabupaten Lombok Timur.

1. Daya Dukung Hinterland

Daya dukung hinterland merupkan areal dan potensi daerah yang akan mendukung dan berhubungan dengan kegiatan pelabuhan yang akan direncanakan. Daya dukung hinterland yang paling dominan adalah wilayah perkotaan Selong sebagai pusat pengembangan dan Ibu Kota Kabupaten Lombok Timur. Faktor-faktor yang merupakan daya dukung hinterland adalah sebagai berikut :

a. Kondisi Fisik Wilayah

Kondisi fisik wilayah yang akan dibahas meliputi kondisi geografis wilayah, orbitasi, kondisi topografi, kondisi geologi dan jenis tanah, kondisi klimatologi dan kondisi Hidrologi.

1). Geografis

Luas wilayah kota Selong adalah 35,54 Km2, dengan batas-batas administrasi sebagai berikut :

Sebelah utara adalah Kecamatan Suralaga dan Kecamatan Masbaik. Sebelah Timur adalah Kecamatan Labuhan Haji

Sebelah Selatan adalah Kecmatan Selong dan Kecamatan Labuhan Haji

Sebelah Barat adalah Kecamatan Masbagik.

2). Orbitasi

Orbitasi adalah jarak tempuh dari pusat desa/kelurahan menuju pusat perkotaan Selong. Selain dilihat dari jarak tempuh juga bisa ditinjau

(5)

dari waktu tempuhnya. Jarak lokasi pelabuhan Labuhan Haji terhadap kota Selong kurang lebih 10 Km2.

3). Topografi

Wilayah perkotaan Selong berada pada ketinggian antara 200-800 meter dari permukaan laut. Kondisi tofografi cenderung datar kecuali kawasan selatan sebagaian berbukit antara lain kelurahan Kembang Sari dan Desa Denggen.

4). Geologi dan Jenis Tanah

Berdasarkan struktur geologi dan jenis tanahnya wilayah perkotaan Selong masih tercakup dalam geologi di Kabupaten Lombok Timur yang diambil dari Ree Geologishe Kaert Det Esland Lombok tahun 1879, berdasarkan pada hal tersebut, maka jenis batuan di perkotaan Selong adalah batuan vulkanis, endapan kwartaire dan krateeigwal. Sedangkan struktur tanah diperkotaan Selong secara umum terdiri dari jenis tanah grumosol, alluvial kelabu, alluvial kelabu, coklat regosol kelabu dan alluvial hidromorf.

5). Kllimatologi

Berdasarkan pada iklimnya, kawasan perkotaan Selong mempunyai iklim trofis dengan temperatur udara yang cukup tinggi (24-31 C). Jumlah bulan basah berkisar antara 3-4 bulan dan bulan kering antara 4-6 bulan atau dengan kata lain bulan basah lebih pendek dari bulan kering. Sedangkan bulan lembab berkisar antara 1-2 bulan. Diperkotaan Selong situasi musim hujan mulai pada bulan Oktober atau pada awal Nopember atau paling lambat akhir bulan Desember dengan curah hujan rata-rata 132,10 mm.

6). Hidrilogi

Secara hidrologi Perkotaan Selong dilalui oleh beberapa aliran sungai diantaranya adalah sungai belimbing, sungai aikamar dan sungai tojang. Selain jaringan sungai juga terdapat jaringan-jaringan irigasi yang lokasinya menyebar secara merata. Diperkotaan Selong juga terdapat beberapa sumber mata air yaitu di keluarah Kelayu Selatan, Keluarahan Rakam dan Keluarahan Kelayu Utara.

b. Kependudukan

Jumlah dan kepadatan penduduk di wilayah perkotaan selong pada tahun 2007 dapat dilihat pada table berikut :

(6)

Tabel II.1

Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Di Wilayah Perkotaan Selong Tahun 2007

No Desa/Keluarah Luas (Km2

Jumlah

Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/Km2) 1 Selong 2,98 10.943 3.672 2 Pancor 5,01 12.953 2.585 3 Rakam 2,09 4.520 2.163 4 Majidi 2,56 5.705 2.229 5 Sekarteja 1,97 5.803 2.946 6 Kembangsari 2,58 4.390 1.702 7 Kelayu Utara 3 4.607 1.536 8 Kelayu Selatan 1,01 4.868 4.820 9 Kelayu Jorong 3,3 4.274 1.295 10 Sandubaya 1,94 4.543 2.342 11 Tanjung 1,34 4.316 3.221 12 Teros 2,95 8.170 2.769 13 Dasan Lekong 4,81 9.436 1.962 JUMLAH 35,54 84.528 2.378

Jumlah penduduk di perkotaan pada tahun 2007 sebesar 84.528 jiwa dengan kepadatan rata 2.378 jiwa/Km2, Dari 13 keluaran yang ada keluaran Pancor merupakan penduduk terpadat sedang yang kecil adalah kelurahan Tanjung. Mata pencarian penduduk wilyah perkotaan Selong terdiri buruh tani 30,72 %, petani 22,08 %, buruh swasta 14,15 %, pedagang 7,33 % dan nelayan 0,01 %.

c. Hasil Produksi Pengolahan Sumber Daya Alam

Produksi pengolahan sumber daya alam yang paling tinggi adalah pertanian. Produksi tanaman pangan yang dibudidayakan adalah tanaman padi, palawija, sayuran dan buah. Sedangkan produksi tanaman palawija yang menjadi andalan jagung, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau. Hasil Produksi tanaman palawija di perkotaan Selong pada tahun 2007 adalah :

Tabel II.2

Luas Panen dan Produksi Pengolahan Sumber Daya Alam Di Perkotaan Selong tahun 2007

No Komoditi Luas Areal

(Ha) Hasil Produksi (ton) 1 Palawija 209 65.161 2 Buah-Buah 67.207 115,85 3 Sayuran 1.209 11.100 4 Perkebunan - Kelapa 879 583,11 - Tembakau Rakyat 324 167,61 - Tembakau Virginia 146 202,79 - Kapuk 43 8,16 - Kako 37,75 1,16 - Asam 14 13,76 - Jambu 98,2 41,91 - Pinang 2 2,91

(7)

2. Perekonomian

Untuk mengetahui kondisi perekonomian Kabupaten Lombok Timur dapat dilihat dari nilai Produk Domistik Regional Bruto (PDRB) yaitu nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan daerah selama 1 (satu) tahun.Produk Domistik Regional Bruto merupakan pendapatan semua golongan dan lapisan masyarakat dalam suatu daerah dari segala kegiatan ekonomi mulai dari sector pertanian hingga jasa. PDRB Propinsi Nusa Tenggara Barat atas dasar harga kontan tahun 2000 menurut Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :

Tabel II.3

PDRB Propinsi NTB ADH Konstan 2000 Menurut Kabupaten/Kota (Juta Rupiah) Kabupaten/ Kota 2004 2005 2006 1.Lombok Barat 1.807.792 1.881.424 1.986.072 2.Lombok Tengah 1.597.688 166.424 1.751.243 3.Lombok Timur 2.204.323 2.305.051 2.413.262 4.Sumbawa 1.371.038 1.426.289 1.493.066 5.Dompu 727.159 744.443 775.005 6.Bima 1.193.970 1.210.338 1.261.880 7.Sumbawa Barat 4.381.946 4.210.920 4.094.670 8.Kota Mataram 1.384.181 1.491.801 1.610.094 9. Kota Bima 341.774 353.442 370.105

Dari table diatas sumbangan PDRB Kabupaten Lombok Timur terhadap pembentukan PDRB Propinsi NTB rata-rata adalah sebesar 15,57 %. PDRB Kabupaten Lombok Timur mengalami peningkatan sebesar 4,57 % pada tahun 2005 dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 4,70 %. Sedangkan PDRB konstribusi masing-masing lapangan usaha terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Lombok Timur adalah :

Tabel II.4

Distribusi PDRB Kabupaten Lombok Timur ADH Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004-2006

(Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2004 2005 2006

Pertanian 890.078,9 918.049,8 914.428,6

Pertambangan dan Penggalian 94.651,6 101.712,6 108.954,6

Industri 161.509,2 169.746,1 180.134,6

Listrik, Gas dan Air Bersih 5.790,0 6.145,6 6.050,6

Bangunan 181.865,0 193.431,6 204.786,1

Perdagangan, Hotel dan Restoran 365.142,5 387.969,1 435.668,2

Pengangkutan dan Komunikasi 121.545,6 130.314,6 148.971,1

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

101.253,4 108.354,2 114.403,0

Jasa-Jasa 282.487,2 289.327,0 299.496,9

2.204.323,4 2.305.050,7 2.412.893,7 Sumber : Lombok Timur Dalam Angka 2007

(8)

Tabel II.5

Distribusi PDRB Kabupaten Lombok Timur ADH Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004-2006

(Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2004 2005 2006

Pertanian 1.231.670,3 1.77.496,0 1.480.411,1

Pertambangan dan Penggalian 128.331,8 145.321,1 160.566,4

Industri 192.097,2 212.216,6 233.221,5

Listrik, Gas dan Air Bersih 9.884,6 12.476,6 12.297,0

Bangunan 258.521,1 292.855,5 322.476,6

Perdagangan, Hotel dan Restoran

465.994,4 532.868,9 624.732,7

Pengangkutan dan Komunikasi

171.777,1 220.153,8 250.512,3

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

138.428,9 162.429,0 177.692,0

Jasa-Jasa 411.250,9 466.259,7 529.973,3

3.007.906,3 3.422.077,2 3.791.882,9

Dilihat dari tabel diatas lapangan usaha pertanian sangat dominan dalam menyumbang pembentukan PDRB Kabupaten Lombok Timur, sedangkan sumbangan terkecil adalah lapangan usaha listrik, gas dan air bersih.

II. KEBIJAKAN TATA RUANG

1. TATA RUANG PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT

Kebijakan Tata Ruang Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat yang telah ada pada saat ini adalah kebijakan mengenai Rencana Struktur Tata Ruang Propinsi Daerah Tingkat 1 Nusa Tenggara Barat (RSTRP NTB) yang menggambarkan keterkaitan antara berbagai kegiatan yang memanfaatkan ruang, serta menegaaskan kebijakan pemerintah Daerah mengenai kawasan yang harus dilindungi dan kawasan yang dapat dibudidayakan untuk kegiatan-kegiatan produktif dan kawasan permukiman. Selain itu, dalam rencana tersebut termuat kebijaksanaan-kebijaksanaan tentang wilayah-wilayah yang diprioritaskan untuk dikembangkan dalam kurun waktu 15 tahun sampai dengan tahun 2005 mendatang.

a. Tujuan dan Arah Pembanguna Provinsi NTB Jangka Panjang

Rencana struktur tata ruang Propinsi NTB dimaksudkan untuk mewujudkan pemanfaatan ruang yang serasi dan optimal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung wilayah, serta disesuaikan dengan kebijaksanaan pembangunan nasional dan daerah. RSTRP NTB ini akan menjadi pedoman pemanfaatan ruang bagi seluruh stakeholder pembangunan di Propinsi Nusa Tenggara Barat dalam hal penataan ruang. RS TRP NTB juga menjadi acuan bagi kebijakan ruang yang lebih rinci.

Kebijakan struktur ruang propinsi NTB ini didasarkan pada kebijaksanaan pembangunan Propinsi NTB jangka panjang, yaitu:

a). Meningkatkan taraf hidup, kecerdasan, dan kesejahteraan seluruh masyarakat yang makin adil dan merata.

b). Meletakkan dasar-dasar yang kokoh di dalam mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 dan GBHN.

c). Membangun manusia Indonesia seutuhnya dan seluruh masyarakatyang berbeda di Daerah NTB.

(9)

Sedangkan arah pembangunan jangka panjang NTB adalah :

a). Menciptakan manusia Indonesia seutuhnya dalam rangka membangun seluruh masyarakat Indonesia yang meningkat taraf hidup dan kesejahteraannya, guna menciptakan landasan yang kuat untuk tumbuh dan berkembang secara mandiri.

b). Menitikberatkan pembanguna pada bidang ekonomi tanpa menanggalkan bidang lain agar dapat sejalan dengan pembinaan dan pemeliharaan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

c). Menitikberatkan pertumbuhan daerah dan menjamin pemerataan pembangunan baik itu antar kota, antara kota dan daerah pedesaan maupun antara satu wilayah pembangunan dan wilayah pembangunan lainnya.

d). Mempercepat pertumbuhan lapangan kerja, pengaturan jumlah penduduk dan penyebaran jumlah penduduk untuk mengimbangi pertumbuhan angkatan kerja.

e). Meningkatkan peranan sektor industri dan jasa dengan menggunakan sumber-sumber alam secara rasional dalam rangka melaksanakan pembangunan ekonomi sampai tahun 2005.

f). Melaksanakan pembangunan secara berkelanjutan berlandaskan kemampuan sendiri, sehingga dan bantuan luar negeri hanya merupakan pelengkap dalam rangka memanfaatkan teknologi dan ilmu pengetahuan.

Dalam kebijaksanaan spatial, maka Propinsi Nusa Tenggara Barat dibagi menjadi 3 Wilayah Pengembangan (WP), dengan arah pengembangan sebagai berikut :

a). Wilayah Pengembangan Pulau Lombok dengan pusat pengembangan di Kota Mataram dan sub-sub pusat pengembangan di Kota Praya dan Selong, dititikberatkan pada usaha mengurangi kepadatan penduduk, intensifikasi pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan, perkebunan, kehutanan, pariwisata, pertambangan serta perbaikan prasarana.

b). Wilayah pengembangan Pulau Sumbawa Bagian Barat dengan pusat pertumbuhan di Kota Sumbawa Besar dan sub-sub pusatnya pengembangannya di kota Alas dan Empang, dititikberatkan pada peningkatan produksi peternakan, pertanian tanaman pangan, perikanan, perkebunan, kehutanan, industri pariwisata, pertambangan dan perbaikan prasarana.

c). Wilayah Pengembangan Pulau Sumbawa Bagian Timur dengan puat pengembangan di Kota Raba-Bima dengan sub-sub pusat pengembangan di Kota Dompu and sape, dititikberatkan pada peningkatan produksi peternakan, perkebunan, perikanan, pertanian tanaman pangan, kehutanan, industri pariwisata, pertambangan dan perbaikan prasarana.

b. Struktur Tata Provinsi NTB

Tujuan penatan struktur tata ruang propins NTB tidak terlepas dari aspek pertumbuhan, pemerataan dan keseimbangan atau stabilitas. Tujuan tersebut antara lain :

(10)

a). Menyeimbangkan pertumbuhan antar dan intra wilayah melalui pemerataan pembangunan dan peningkatan perdagangan antar daerah serta kemungkinan investasi.

b). Mempercepat pertumbuhan dan perkembangan daerah terpencil atau terisolir.

c). Mengoptimalkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, agar dapat mendukung pertumbuhan pembangunan yang direncanakan.

d). Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dengan tetap memperhatikan azas kelestarian lingkungan.

e). Mengembangkan potensi kawasan-kawasan yang berlokasi strategis guna mendorong pertumbuhan wilayah lain.

f). Memberikan arahan untuk pengembangan / penyediaan prasarana wilayah khususnya prasarana perhubungan dan komunikasi ke seluruh pelosok wilayah NTB.

g). Mengkaitkan pertumbuhan kota dengan desa dalam rangka mengembangkan hubungan yang saling menguntungkan antara desa dan kota.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka konsep struktur tata ruang yang dikembangkan di NTB adalah dengan menciptakan keseimbangan antar pusat-pusat pertumbuhan dalam kerangka hubungan fungsional yang jelas. Konsep tersebut diterjemahkan ke dalam strategi pengembangan struktur tata ruang sebagai berikut :

a). Tetap mempertahankan kawasan lindung yang ada.

b). Perlu dilakukan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan berupa pengembangan sistem kota-kota dengan cara sebagai berikut :

1). Untuk Kota Mataram sebagai Pusat Pengembangan Nasional (PPN) yang sedang berkembang, strategi penataan ruang diarahkan pada : (a). Perluasan kesempatan kerja melalui diversifikasi kegiatan

ekonomi.

(b). Memperkuat sistem keterkaitan dengan pusat-pusat permukiman lainnya.

(c). Memperbaiki dan meningkatkan struktur intern.

2). Untuk kota-kota lainnya, strategi penataan ruang diarahkan pada : (a). Memperkuat dan menciptakan tumbuhnya sector-sektor jasa

untuk menangani kelebihan tenaga kerja di sector pertanian. (b). Memperbaiki dan meningkatkan struktur intern kota-kota dengan

prioritas pengembangan diberikan pada usaha pengembangan kota-kota yang berfungsi sebagai Pusat Pengembangan Daerah (PPD), Pusat Pelayanan Lokal (PPL).

c). Memperkuat keterkaitan fungsional antara kota-kota yang berperan sebagai pusat-pusat pertumbuhan. Keterkaitan ini mencakup :

1). Antar pusat-pusat pertumbuhan

(11)

3). Pusat-pusat pertumbuhan engan propinsi sekitarnya khususnya Propinsi Bali.

d). Memprioritaskan keterkaitan fungsional kawasan-kawasan starategis yang mempunyai prospek dalam pengembangan sector-sektor ekonomi dominant khususnya yang berada pada kabupaten-kabupaten yang merupakan suatu lingkup pusat-pusat pertumbuhan. Kawasan-kawasn strategis yang dimaksud adalah :

1). Kawasan yang memmpunya kecenderungan tinggi untuk menjadi kawasan perkotaan

2). Kawasan yang pengembanganya mempunyai kontribusi yang besar baik terhadap perekonomian propinsi maupun nasional

3). Kawasan yang pengembanga sector ekonominya membutuhkan lahan dalam skala besar.

4). Kawasan yang diatasnya telah dikembangkan sarana dan prasarana dengan prioritas tinggi

e). Memperhatikan penangan kawasan atau lahan-lahan kritis yang diperkirakan akan mengganggu pola kesimbangan lingkungan

f). Memperhatikan pengembangan kawasan-kawasan terbelakang/belum berkembangn dan kawasan terpencil yang diperkirakan pada masa yang akan dating dapat menimbulkan dampak penting bagi usaha pencapaian aspek pemerataan dan keimbangan pembangunan wilayah

Dalam kebijakan pengembangan system permukiman/system kota-kota, maka terdapat sistemm hirarki kota-kota yaitu :

a). Kota Mataram merupakan system kota orde I, yaitu kota yang merupakan pusat orientasi uatama dalam pertumbuhan system kota-kota di propinsi NTB

b). Kota Sumbawa Besar dan Kota Bima merupakan kota orde II yang menjadi pusat orientasi kedua sesudah kota Mataram

c). Kota-kota yang termasuk kota orde II adalah kota Praya, Selong, Alas, Empang, Dompu dan Bima

d). Kota-kota orde IV pada umumnya merupakan kota-kota kecamatan.

Perubahan system dan mekanisme kerja pemerintah sesuai UU no. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan PP 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah yang tidak lagi menggunakan konsep sentralisasi, maka sebagai konsekuensinya dari penerapan peraturan tersebut perlu membagi kewenangan kepada pemerintah daerah baik Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota. Pembagian kewenangan berupa desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Kewenangan tersebut juga dimaksudkan agar setiap daerah berusaha mengejar ketertinggalanya dari daerah lain yang lebih maju dan agar dapat berkembang sesuai kemampuanya..

Melihat potensi daerah dan wilayah yang dapat dikembangkan dan diharapkan menjadi salah satu andalan perekonomian, maka Kabupaten Lombok Timur akan dikembangkan sebagai kawasan Maritim.

(12)

2. SKENARIO DAN STRATEGI KEBIJAKSANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Selama ini upaya pengembanganwilayah seringkali tidak mencapai sasaran yang dikehendaki, karena tidak adanya prioritas dalam pelaksanaan pengembngan wilayah, baik pemanfaatan ruangnya maupun pengembangan ekonomi wilayahnya. Dengan menentkan prioritas pengembangan yang sesuai dengan tujuan dan sasaran pengembangan yang sesuai engan tujuan dan sasaran wilayah, maka diharapkan akan memacu perkembangan wilayah secara cepat dan merata. Untuk itu lah diperlukan adanya suatu scenario pengembangan wilayah, berupa tahapan-tahapan dalam pengembangan wilayah berdasarkan kondisi, potensi dan permasalahan yang ada, ditunjang dengan asumsi persyaratan yang diperlukan apabila skenario tersebut diterapkan dalam program pengembangan wilayah.

Untuk pengembangan wilayah Kabupaten Lombok Timur skenario pengembangan wilayahnya, dirancang berdasarkan potensi dasar dan peluang investasi, yakni sebagai berikut :

a. Skenario I (Optimis)

Pada skenario ini, pengembangan wilayah dipacu secara optimal dengan terobosan-terobosan baru dengan tetap memperhatikan lingkungan. Pengembangan wilayah Kabupaten Lombok Timur dititikberatkan pada sektor-sektor potensial yang strategis, beserta arahan penetapan fungsi kawasan yang ditunjang dengan infrastruktur yang memadai. Pengembangan sector potensial ini berbasis pada sector perkebunan, perikanan dan industri rumah tangga serta pariwisata.

b. Skenario II (Moderat)

Pada skenario ini, pengembangan wilayah dilakukan berdasarkan standar kebutuhan pengembangan dan tidak nampak adanya terobosan-terobosan baru untuk mendapatkan hasil yang optimal.

c. Skenario III (Pesimis)

Pada skenario ini, pengembangan wilayah dilakukan dengan tetap mempertahankan kondisi seperti semula sehingga kemungkinan wilayah perencanaan menjadi tiak tertata.

Perbandingan antara penggunaan ketiga skenario tersebut diatas terhadap pengembangan wilayah dapat dilihat Pada Tabel 2.4. Sedangkan untuk memilih skenario yang tepat dalam pengembangan wilayah Kabupaten Lombok Timur maka sebelumnya diidentifikasikan kondisi wilayahnya, yaitu sebagai berikut :

a. Kegiatan perekonomian didominasi oleh sektor perkebunan yang ditunjang dengan lahan yang luas.

b. Kepadatan penduduk yang relatif rendah ( kecuali di wilayah yang sudah banyak memiliki fasilitas dan kegiatan, yaitu Kecamatan Selong dan Masbagik), ini disebabkan wilayah luas dan jumlah penduduknya kecil.

c. Kualitas sumber daya manusia relative rendah ditinjau dari tingkat pendidikan maupun keterampilan yang dikuasai.

d. Kondisi masyarakat yang homogen, bercirikan masyarakat pedesaan mempunyai adat istiadat yang kuat yaitu sifat gotong-royong, kekeluargaan kehidupan spiritual dan saling menghormati antar masyarakat dari semua golongan dan strata.

e. Kondisi fasilitas dan utilitas kurang memadai dan akses pencapaian atau sarana dan prasarana transpotasi kurang memadai.

(13)

Dengan melihat kondisi Wilayah Lombok Timur diatas maka scenario yang paling sesuai untuk digunakan dalam pengembangan wilayahnya yaitu :

pada wilayah kecamatan yang mempunyai tingkat kemajuan dan perkembangan yang lebih pesat, yaitu di Kecamatan Selong, Masbagik, Pringgabaya, Aikmel dan Terara lebi tepat menggunakan Skenario I (Optimis), ini disebabkan wilayah tersebut merupakan pusat kegiatan / aktifitas dimana banyak didukung adanya fasilitas dan infrastruktur.

Pada wilayah kecamatan dengan tingkat kemajuan dan perkembangan yang masih belum begitu pesat, yaitu di wilayah Kecamatan Sukamulia, Suralaga, Sakra, Montong Gading dan Labuhan Haji lebih tepat menggunakan Skenario II (Moderat).

Skenario pengembangan wilayah Kabupaten Lombok Timur dapat dilihat pada table II.6 berikut :

(14)

BAB III

KONDISI EKSISTING KAWASAN

PELABUHAN LABUHAN HAJI

III. TATA GUNA LAHAN KAWASAN LABUHAN HAJI

Pelabuhan Labuhan Haji terletak di Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten Lombok Timur Propinsi Nusa Tenggara Barat. Kecamatan Labuhan Haji yang merupakan lokasi Pelabuhan masuk dalam Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP) Tengah dengan pusat pengembangan di kota Selong. Hal tersebut menunjukan bahwa secara administrasi Kecamatan Labuhan Haji termasuk dalam kawasan perkotaan Selong. Selain sebagai pusat pengembangan di SSWP Tengan kota Selong juga merupakan ibu kota Kabupaten Lombok Timur.

Peruntukan tata guna lahan di Pelabuhan yang telah ada sekarang digambarkan dalam foto-foto sebagai berikut :

Pintu Masuk Pelabuhan Gedung Kantor

Terminal Penumpang Dermaga Nusantara

(15)

Dermaga Penyeberangan Tipe Ro-Ro

Dermaga Pelra II

(16)

Break Water Sisi Selatan

IV. KONDISI EKONOMI

Seberapa besar nilai tambah bruto yang mampu dihasilkan oleh perekonomian Kabupaten Lombok Timur adalah sama dengan nilai PDRB yang dari tahun ketahun terus meningkat. Peningkatan nilai PDRB sendiri dilihat dari PDRB atas dasar harga berlaku dapat meningkat apabila kuantum output barang dan jasa memang benar-benar bertambah dan harga input (senteris paribus). Peningkatan riil dapat dilihat dari PDRB atas dasar harga konstan atau diistilahkan dengan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi.

Volume PDRB Kabupaten LombokTimur pada tahun 2006 adalah sebesar

2.412.894 rupiah (adalah berlaku) meningkat 0,05 % dibanding volueme PDRB tahun 2005, sedangkan volume PDRB ADH Konstan 2000 untuk tahun 2006 adalah sebesar 3.791.882,90 rupiah, meningkat 0,11 % dibanding tahun 2005.

Total PDRB tersebut diatas bersumber dari sembilan sector ekonomi yang ada dengan jumlah kontribusinya menurut sector berbeda-beda. Peranan sector-sektor ini menjadi indicator sumbangan sector terhadap perekonomian daerah. Sebagai indicator esensi per kecamatan justru terletak pada tingkat kemapuan sector terhadap pembentukan PDRB. Sejauh mana tingkatan konstribusi/Share sector tersebut untuk masa-masa mendatang melekat dalam perencanaan pembangunan ekonomi sektoral. Dengan demikian telaahan mendalam tentang konstribusi sector sangat penting dilakukan.

1. Struktur Perekonomian dan Peranan Sektor

Telah diketahui bahwa struktur perekonian Kabupaten Lombok Timur adalah ditandai oleh peranan sector primer (Ekstrak) yang dominan yaitu sector pertanian. Sementara sector skunder hanya memberikan konstribusi sekitar 00,00 % dan sector tersier memberikan share sekitar 00 %. Peranan sector pertanian yang dominan tersebut selain terlihat pada besaran konstribusinya dalam pembentukan PDRB, juga menjadi tumpuan lapangan kerja masyarakat dengan tingkat penerapan tenaga kerja yang lebih besar dari 00 %. Dengan demikian eksistensi sector pertanian demikian bermakna bagi kehidupan masyarakat. Namun dilihat dari aspek pendapatan usaha tani dan produktivitas kerja, sesungguhnya memprihatinkan

(17)

kecuali program intensifikasi dan depersifikasi berhasil dengan lompatan yang ekselen. Dalam jangka menengah dan jangka panjang tampaknya membutuhkan terobosan nyata guna mengatasi berbagai kelemahan yang ada tersebut.

Daya saing bahan mentah produk pertanian cenderung akan semakin melemah karena pengaruh impor dengan harga yang rendah. Oleh karena itu peningkatan nilai tambah produk pertanian tersebut perlu diupayakan melalui pengembangan sector industri. Lebih dibutuhkan pabrik Tepung beras, tapioca, industri, makanan ternak, usaha-usaha industri kecil dan kerajinan makanan jadi, industri pengolahan sederhana berbahan mentah produk perikanan dari pada pabrik semen, pabrik kain atau industri modal lainya. Selanjutnya pangsa pasar produksi menjadi permsalahan tersendiri. Dapat dikembangkan melalui eksploitasi sumber daya atau obyek-obyek wisata yang padat pengunjung selaku consumer potensial. Dengan demikian sector inti untuk pengembangan ekonomi daerah tampaknya ada pada sector pertanian, industri dan Pariwisata. Jika hal ini dapat diwujudkan, dipercaya struktur perekonomian akan menjadi harmonis/ seimbang pada saatnya.

Selain sector pertanian dengan kontribusi 38,95 persen,sector perdagangan dan jasa-jasa juga memberikan share yang cukup besar yaitu 16,44 dan 13,94 persen pada tahun 2006. Sektor Industri, Bangunan serta Pengangkutan dan komunikasi masing-masing memberikan kontribusi sebesar 6.14 persen,8.48 persen dan 6,83 persen dalam pembentukan PDRB pada tahun 2006. Sedangkan sektor penggalian ,listrik/air bersih dan keuangan hanya memberikan share sekitar 5 persen.

Pertumbuhan ekonomi Lombok Timur menurut besaran angka yang sesuai pula dengan kondisi yang dihadapi sejak tahun 2000 berciri dua fase yaitu recovery periode 2000-2002 dengan laju pertumbuhan 2 s/d 2,5 %, Kemudian “Growth” atau tumbuh lebih segnifikan terjadi selama 2003-2006 dengan laju pertumbuhan berkisar 4 s/d 4,5 Sebagai satu kesatuan dalam system perekonomian ketergantungan antar sektor pada dasarnya sangat nyata .Oleh karena itu oricntasi pencapaian laju pertumbuhan riil sektoral bukan semata-mata ditunjukkan untuk mencapai angka-angka optimal yang parsial-parsial,akan tetapi optimal dan terintegrasi saling mendukung untuk pencapaian pemanenan yang dinamasi .Acapkali suatu sektor mengalami pertumbuhan yang tinggi namun bersifat insidentil jangka pendek .Hal-hal seperti ini tidak begitu bermakna pada pengembangan perekonomian secara keseluruhan .

2. PDRB Kabupaten Lombok Timur Menurut Penggunaan

PDRB menurut penggunaan memberikan gambaran tentang penggunaan dari nilai tambah bruto [PDRB] yang timbul di suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun. karakteristik PDRB Kabupaten Lombok Timur Menurut Penggunaan ini masih diwarnai oleh type perekonomian skala rendah /kecil, karena sebagian besar pendapatan yang timbul teralokasi untuk konsumsi rumah tangga atau sebesar 60,13 pada tahun 2006. selanjutnya konsumsi pemerintah dan pertahanan adalah sebesar 19,43 persen dan konsumsi lembaga swasta nirlaba sebesar 1,45 persen . untuk ekspor dan impor untuk pembentukan modal tetap bruto hanya sebesar 23,96 persen . Perkembangan PDRB menurut penggunaan selama kurun waktu tiga tahun terkhir 2004-2006 ditandai oleh kecenderungan semakin meningkatnya proporsi konsumsi rumah dari 59,80 % tahun 2004 menjadi 60,75 % pada tahun 2005 dan 64,34 % pada tahun 2006. Hal yang sama juga terjadi pada item konsumsi pemerintah dan pertahanan yaitu 19,91 % menjadi 20,45 % dan 19,72 % pada tahun 2006. Sementara proporsi pada item pembentukan modal tetap bruto juga mengalami perkembangan positip yaitu 22, 82 % tahun 2004, meningkat menjadi 23,23 % tahun tahun 2005. dan untuk tahun 2006 meningkat menjadi 23,96. Sedangkan untuk eksport, import dan dan konsumsi lembaga sawata nirlaba

(18)

berkenderungan menurun mestipun dalam jumlah yang relative kecil. Secara grafis kenaikan proporsi beberapa item tersebut diatas tampak sebagai berikut :

Seiring dengan kemajuan dan keberhasilan pembangunan bidang ekonomi, dimasa-masa mendatang eskalasi peningkatan proporsi konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah dan pertahanan diharapkan dapat meningkat konsisten dan dinamis sebagai pertanda situasi perekonomian dareah Lombok Timur berada pada tahab perkembangan yang pesat. Hal ini menjadi tantangan rasional bagi segenap unsure perencanaan dan pengambil kebijakan dalam lingkup pembangunan bidang ekonomi secara keseluruhan.

Tabel III.1

Distribusi Penggunaan PDRB Menurut Penggunaan Atas Harga Berlaku tahun 2000

Di Kabupaten Lombok Timur

No Jenis Pengeluaran 2004 2005 2006

1 Konsumsi Rumah Tangga 1.796.512,8 2.066.624,7 2.285.520,3

2 Konsumsi Lembaga

Swasta Nirlaba

41.891,8 48.968,7 55.129,3

3 Konsumsi Pemerintah dan Pertahanan

571.235,0 644.502,3 700.446,0

4 Pembentukan Modal Tetap Bruto

675.870,5 761.489,5 839.484,2

5 Perubahan Stok 136.454,1 146.557,4 183.134,1

6 Eksport Luar Negeri dan Antar Pulau

416.915,7 475.232,7 499.259,4

7 Inpor dari Luar Negeri dan Antar Pulau

630.973,6 721.658,1 800.090,4

P D R B 3.007.906,3 3.422.077,3 3.800.882,9

Tabel III.2

Distribusi PDRB Kabupaten Lombok Timur ADH Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004-2006

(Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2004 2005 2006

Pertanian 890.078,9 918.049,8 914.428,6

Pertambangan dan Penggalian 94.651,6 101.712,6 108.954,6

Industri 161.509,2 169.746,1 180.134,6

Listrik, Gas dan Air Bersih 5.790,0 6.145,6 6.050,6

Bangunan 181.865,0 193.431,6 204.786,1

Perdagangan, Hotel dan Restoran

365.142,5 387.969,1 435.668,2

Pengangkutan dan Komunikasi

121.545,6 130.314,6 148.971,1

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

101.253,4 108.354,2 114.403,0

Jasa-Jasa 282.487,2 289.327,0 299.496,9

P D R B 2.204.323,4 2.305.050,7 2.412.893,7

(19)

Tabel III.3

Distribusi PDRB Kabupaten Lombok Timur ADH Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004-2006

(Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2004 2005 2006

Pertanian 1.231.670,3 1.77.496,0 1.480.411,1

Pertambangan dan Penggalian 128.331,8 145.321,1 160.566,4

Industri 192.097,2 212.216,6 233.221,5

Listrik, Gas dan Air Bersih 9.884,6 12.476,6 12.297,0

Bangunan 258.521,1 292.855,5 322.476,6

Perdagangan, Hotel dan Restoran

465.994,4 532.868,9 624.732,7

Pengangkutan dan Komunikasi

171.777,1 220.153,8 250.512,3

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

138.428,9 162.429,0 177.692,0

Jasa-Jasa 411.250,9 466.259,7 529.973,3

P D R B 3.007.906,3 3.422.077,2 3.791.882,9

V. KONDISI PELABUHAN LABUHAN HAJI 1. Posisi Pelabuhan

Pelabuhan Labuhan Haji terletak pada posisi : 8º29’ 50”LS-116º 39’40” BT

8º29’ 50”LS-116º 39’40” BT

Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan (DLKr)

/DLKp

Diukur

2. Kondisi Lingkungan a. Air Tanah

NO Parameter Satuan Baku Mutu

Kep.02/Menlh/1/1988

Hasil Analisa Fisika

1 Warna Unit PtCo 50 0

2 Rasa - Tak berasa -

3 Bau - Tak Berbau -

4 Kekeruhan Skala NTU 25 0

5 Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS) mg/L 1500 750

6 Suhu C Suhu Udara + 3 C 28

7 Daya Hantar Listrik Umhos/cm - 1160

KIMIA ANORGANIK

1 pH - 6,5-9 7,34

2 Kesadahan Total mg/L CaCO3 500 357

3 Khlorida mg/L Cr 600 100 4 Sulfat mg/L SO4 400 34-84 5 Nitrat mg/L NO3-N 10 7,2 6 Nitrit mg/LNO2-N 1 0,1 7 Besi mg/L Fe 1 0,06 8 Manggan mg/L Mn 0,5 0

(20)

9 Timbal mg/L Pb 0,05 0 10 Seng mg/L Zn 15 0 11 Kromium mg/LCr 6+ 0,05 0 12 Flourida mg/L F 1,5 0,56 13 Arsen mg/Las 0,05 0 14 Raksa mg/L Hg 0,001 - 15 Kadmium mg/L Cd 0,005 0 16 Selenium mg/L Se 0,01 - 17 Sianida mg/L CN 0,1 0 KIMIA ORGANIK

1 Bilangan KmnO4 mg/L KmnO4 10 1

2 Diterjen mg/L 0,5 0

Sumber : Study AMDAL Pembangunan Dermaga Labuhan Haji

b. Air Laut

Berdasarkan sample air yang diambil dilokasi dermaga kondisi air di Labuhan Haji adalah sebagai berikut :

NO Parameter Satuan Baku Mutu

Kep.02/Menlh/1/1988

Hasil Analisa Fisika

1 Warna Unit PtCo 50 0

2 Kekeruhan NTU 30 1 3 Padatan Tersuspensi Mg/L 80 40 Kimia 1 pH - 6-9 7,98 2 Arsen Mg/L As 0,01 0 3 Perak Mg/L Ag 0,05 0 4 Selenium Mg/L Se 0,005 0 5 Raksa Mg/L Hg 0,003 0,1 6 Tembaga Mg/L Cu 0,06 0,12 7 Seng Mg/L Zn 0,1 0 8 Kromium Heksavalen Mg/L Cr 0,01 0 9 Nikel Mg/L Ni 0,002 0 10 Kadmium Mg/L Cd 0,01 0,001 11 Sianida Mg/L CN 0,2 0 12 Sulfida Mg/L H2S 0,03 0

13 Nitrit Mg/L NO2-N Nihil 0,01

14 Amonia Bebas Mg/L NH3-N 0,3 0,21

15 Kebutuhan Oksigen Biologi (KOB) Mg/L O2 45 0

16 Kebutuhan Oksigen Kimia (KOM) Mg/L O2 80 0

17 Oksigen Terlarut (DO) Mg/L O2 > 4 4,2

18 Diterjen Anionik Mg/L LAS 1 0

19 Phenol Mg/L 0 0

20 Polychhlorinated Biphenyi (PCB) Mg/L 0,001 -

Sumber : Study AMDAL Pembangunan Dermaga Labuhan Haji

c. Air Permukaan

NO Parameter Satuan Kep.02/Menlh/1/1988 Baku Mutu Analisa Hasil Fisika

1 Temperatus C Deviasi 3 28

2 Total Disolved Solid (TDS) mg/L 1000 9090

3 Padatan Tersuspensi (SS) mg/L 50 62 KIMIA 1 pH - 6,0-9,0 8,03 2 Barium Besi mg/L Ba 1 0 3 Besi mg/L Fe 0,3 0,06 4 Baron mg/L B 1 0 5 Mangaan mg/L Mn 0,1 0 6 Tembaga mg/L Cu 0,2 0 7 Seng mg/L Zn 0,5 0

(21)

8 Krom Heksavalen mg/L Cr 0,5 0 9 Kadmium mg/L Cd 0,1 0 10 Raksa mg/L Hg 0,001 0 11 Timbal mg/L Pb 0,03 0 12 Arsen mg/L As 0,05 0 13 Selenium mg/L Se 0 0 14 Kobalt mg/L Co 0,2 0 15 Khlorida mg/L Cl - 5400 16 Sulfat mg/L SO4 400 2120,9 17 Sianida mg/L CN 0,02 0 18 Sulfida mg/L H2S 0,002 0 19 Fluorida mg/L F 0,5 0,62

20 Sisa Khlor Bebas mg/L CI2 0,03 0

21 Total Phosphat mg/L PO4-P 0,2 0,05

22 Nitrat mg/L NO3-N 10 0,1

23 Nitrit mg/L NO2-N 0,06 0,01

24 Amonia Bebas mg/L NH3-N 0,5 0,07

25 BOD mg/L O2 2 0

26 COD mg/L O2 10 0

27 Disolved Oxxygen (DO) mg/L O2 6 6,10

28 Detergent Anionik mg/L LAS 0,2 0

29 Fenol mg/L 0,001 0

30 Minyak & Lemak mg/L 1 0

Sumber : Study AMDAL Pembangunan Dermaga Labuhan Haji

d. Organisasi Pelabuhan

Untuk melaksanapakan operasional pelabuhan Labuhan Haji di Kabupaten Lombok Timur di bentuk Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) yang dibentuk di Surat Keputusan Bupati Lombok Timur dengan susunan organisasi sebagaman dalam gambar III.1 berikut :

Gambar III.1

Struktur Organisasi Unit Penyelenggara Pelabuhan

VI. KONDISI AKTUAL 1. Umum

2. Penetapan Batas Daerah Kerja DLKr/DLKp

Dalam penyelenggaraan pelabuhan umum perlu adanya penetapan batas Daerah Lingkungan Kerja dan Lingkungan Kepentingan pelabuhan sehingga dapat memberikan kepastian hukum dalam pelaksanaan pelayanan jasa kepada masyarakat.

Pelabuhan pada dasarnya merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pengembangan daerah karena pelabuhan mempunyai fungsi utama sebagai pintu gerbang perekonomian

3. Arahan Rencana Pengembangan Kawasan Labuhan Haji

a. Arahan Rencana Sistem Transportasi Nasional Transportasi Laut KEPALA UNIT PENYELENGGARA PELABUHAN SEKSI TERMINAL SEKSI T E H N I K BAGIAN TATA USAHA

(22)

Sesuai dengan Tatanan Kepelabuhan Nasional Pelabuhan Labuhan Haji masuk dalam pelabuhan Regional sedangkan sesuai dengan arahan sistem transportasi Nasional Pelabuhan Labuhan dikembangkan sebagai pelabuhan pengumpul

b. Arahan Rencana Sistem Transportasi Kawasan Propinsi NTB

Sesuai dengan perubahan Rencana tata ruang wilayah Propinsi Nusa Tenggara barat Kawasan Labuhan Haji dikembangkan sebagai pelabuhan regional.

c. Arahan Rencana Sistem Transportasi Kabupaten Lombok Timur

Sesuai dengan perubahan Rencana tata ruang wilayah Kabupaten Lombok Timur Kawasan Labuhan Haji dikembangkan sebagai pelabuhan regional.

(23)

BAB IV

PERAMALAN ARUS KARGO, PENUMPANG

DAN ANTRIAN KAPAL

I. PRINSIP DASAR

Bab ini menggambarkan hasil peramalan arus kargo, jumlah penumpang dan antrian kapal. Hasil peramalan dapat dilihat pada gambar IV.1 Pada gambar IV.1 adalah gambar flowchat untuk setiap peramalan untuk arus kargo dan jumlah penumpang di dalam target ini.

Gambar IV.1 Grafik Peramalan PERAMALAN ARUS KARGO F a k t o r -F a k t o r K h u s JUMLAH ANTRIAN KAPALl

F a k t o r -F a k t o r Beberapa Kemungkinan Hasil Peramalan

Peramalan Masa Datang Kargo

INDIKATOR SOSIAL-EKONOMI PDRB DAN UJMLAH

PENDUDUK

FAKTOR-FAKTOR KHUSUS UNTUK SETIAP PERMINTAAN

PERAMALAN PENUMPANG ANALISA DATA

DETERMINASI HINTERLAND DARI OBTEK PELABUHAN

(24)

II. HINTERLAND PELABUHAN 1. Areal Pelabuhan Darat :

Areal pelabuhan darat meliputi Lahan reklamasi 9 Ha (300 x 300 M), bangunan kantor pelabuhan, terminal penumpang, Lahan Parkir Jalan Lingkungan Pelabuhan dan Pintu Garbang

2. Areal Bangunan Laut :

Areal bangunan laut meliputi Dermaga Nusantara 50 x 2 x 14 M, Dermaga Pelayaran Rakyat 25 x 2 x 8 M, Dermaga Penyeberangan Roro, Kolam Pelabuhan 13,6 Ha, Break water terbuat dari tumpukan batu alam 950 M

3. DLKr/DLKp Daratan dan Perairan

Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan (DLKR) a). Lahan darat 10 Ha

b). Lahan Laut 13,6 Ha.

Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKP) Semua perairan di Selat Alas

4. Alur Pelayaran Menuju Klam Labuh

Lebar alur pelayaran menuju kolam labuh seluas 120 M

III. INDIKATOR SOSIAL EKONOMI

Peran serta masyarakat Kabupaten Lombok Timur dalam pembangunan pelabuhan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor Sosial Budaya. Adapun jenis-jenis kegiatan masyarakat yang dapat mempengaruhi peran serta mereka dalam pembangunan adalah sebagai berrikut :

1. Masih lestarinya sifat gotong royong dan kekeluargaan dalam berbagai kehidupan masyarakat.

2. Setiap ada pembangunan atau pengembangan kegiatan baru, factor sosial budaya masyarakatnya memegang peranan penting dalam setiap pengambilan keputusan, misalnya dalam penentuan lokasi pembangunan.

3. Jenis kegiatan yang dilakukan tidak bersifat pamrih.

4. Hubungan kekerabatan tinggi, hal ini ditandai dengan saling kenalnya satu sama lain meskipun luar desa.

5. Hubungan kekerabatan dikarenakan adanya persamaan senasib dan adanya hubungan ketetanggaan.

6. Jenis kegiatan sosial yang biasanya dilaksanakan bersama misalnya : kerja bakti, pembangunan rumah, pembangunan masjid, tahlilan, pembangunan fasilitas umum, arisan, hajatan, pengajian da peringatan hari besar.

7. Sedangkan tokoh masyarakat yang berpengaruh antara lain : Tuan Guru/Guru Agama, ustadz, kepala pemerintahan setempat/pejabat dan para ulama dan lainnya.

IV. ANALISIS PERTUMBUHAN PENDUDUK dan EKONOMI DAERAH

1. Pertumbuhan Penduduk

Analisis terhadap jumlah dan pertumbuhan penduduk yaitu dengan meproyeksikan dalam jangka waktu tertentu. Skenario yang digunakan adalah Trend Model dan Pertumbuhan rata-rata. Hasil Proyeksi pertumbuhan penduduk di Kabupaten Lombok Timur adalah sebagai berikut:

(25)

Tabel IV.1

Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

TAHUN PENDUDUK NTB PENDUDUK LOTIM

2010 4.472.864 1.116.171

2015 4.747.755 1.178.926

2020 5.029.585 1.242.747

2025 5.307.110 1.306.139

2. Pertumbuhan Ekonomi

Indikator sosial ekonomi digunakan untuk peramalan PDRB dan Populasi Hinterland. Peramalan PDRB menggunakan dua scenario yaitu : Menggunakan Trend Model dan Menggunakan Pertumbuhan rata-rata. Hasil Proyeksi PDRB Propinsi NTB dan PDRB Kabupaten Lombok Timur adalah sebagai berikut :

Tabel IV.2

Proyeksi PDRB ADH Konstan Nusa Tenggara Barat dan Lombok Timur

TAHUN PDRB NTB ADH KONSTAN

PDRB LOMBOK TIMUR

ADH KONSTAN SHARING

2010 18.474.213 2.881.964 15,60

2015 21.416.676 3.340.986 15,60

2020 24.348.044 3.798.277 15,60

2025 26.882.208 4.193.605 15,60

Selengkapnya hasil proyeksi nilai PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Kabupaten Lombok Timur dapat dilihat di lampiran

V. ANALISIS ARUS BARANG ANGKUTAN LAUT

Secara umum arus barang angkutan laut dalam negeri di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) diwakili oleh pelabuhan Lembar , Bima, dan Pelabuhan Badas. Analisis proyeksi arus barang angkutan laut dalam negeri dilakukan dengan menggunakan Trend Model dan Menggunakan Pertumbuhan rata-rata. Hasil Proyek Arus barang dalam negeri di NTB adalah sebagai berikut :

(26)

Tabel IV.3

Arus Barang Angkutan Laut Dalam Negeri Prov. NTB

TAHUN ARUS BONGKAR

BARANG DI NTB ARUS MUAT BARANG DI NTB ARUS BONGKAR-MUAT BARANG DI NTB 2010 922.938 271.371 1.194.309 2015 1.111.857 417.538 1.529.395 2020 1.313.762 630.700 1.944.462 2025 1.507.894 926.706 2.434.600

Berdarkan pada Tabel IV.3 di atas diperkirakan bongkar muat angkutan dalam negeri pada tahun 2010 mencapai 1.194.309 ton dan pada tahun 2015 sbesar 1.529.3951 ton, tahun 2020 sebesar 1.994.462 ton dan pada tahun 2025 diperkirakan sebesar 2.434.600 ton.

Sedangkan prediksi arus barang angkutan laut dalam negeri di Kabupaten Lombok Timur diperoleh dari nilai share (%) PDRB Lombok Timur terhadap PDRB Nusa Tengara Barat (NTB) dikalikan dengan angkutan laut dalam negeri Provinsi Nusa Tenggara Barat. Lebih jelasnya dapat dilihat pada persamaan di bawah ini.

B / M Lombok Timur = PDRB Lmbok Timur x B / M NTB PDRB NTB

Dimana :

B/M : Bongkar Muat

PDRB : Produk Domestik Regional Bruto

Berdasarkan pada persamaan diatas arus barang angkutan laut dalam negeri di Kabupaten Lombok Timur jika rencana pengoperasian pelabuhan haji dilaksanakan pada tahun 2010 dapat dilihat pada table berikut :

TABEL IV.4

Proyeksi Arus Barang Angkutan Laut Dalam Negeri di Kabupaten Lombok Timur

TAHUN

ARUS BONGKAR BARANG DI LABUHAN HAJI

ARUS MUAT BARANG DI LABUHAN HAJI ARUS BONGKAR-MUAT BARANG DI LABUHAN HAJI 2010 143.978 42.334 186.311 2015 173.449 65.136 238.585 2020 204.946 98.389 303.335 2025 235.230 144.565 379.796

(27)

Berdasarkan pada analisis proyeksi diatas rata-rata nilai share arus barang angkutan dalam negeri Kabupaten Lombok Timur terhadap Propinsi NTB adalah sebesar 15,00 %, Proyeksi angkutan laut dalam negeri propinsi NTB dan Kabupaten Lombok Timur selengkapnya adalah pada lampiran :

VI. ANALISIS ARUS KAPAL 1. Tipe Kapal

Pada dasarnya tipe kapal yang berkunjung di Propinsi NTB dan Kabupaten Lombok Timur sangat tergantung pada komuditas yang dihasilkan daerah tersebut. Berdasarkan pada bab 2 tentang produksi sector pengolahan sumber daya alam dapat kita ketahui bahwa komuditas utama di Kabupaten Lombok Timur adalah sebagai berikut :

a. Sektor Pertanian Tanaman Pangan : Komuditas utama yang dihasilkan adalah tanaman padi, palawija, sayuran dan buah-buahan.

b. Sektor Perkebunan yang dihasilkan adalah Tembakau Virginia dan kelapa

c. Sektor Peternakan yang dihasilkan adalah Sapi, Kerbau, Ayam, bebk dan kambing

d. Sektor Perikanan yang dihasilkan adalah ikan laut dan ikan air tawar

e. Sektor industri meliputi industri rumah tangga (anyaman bambu, kursi dan pakaian tenun.

f. Sektor Pertambangan komuditas unggulan adalah Batu apung, batu kerikil, pasir dan batu granit

2. Arus Kapal

Dilihat dari komuditas di Kabupaten LombokTimur dapat diketahui bahwa sebagian kapal yang berkunjung ke Propinsi NTB dan Kabupaten Lombok Timur adalah kapal General Cargo. Arus kapal dalam negeri di Propinsi NTB yang diwakili oleh pelabuhan Lembar, Badas dan Bima

Proyek Kunjungan kapal dalam negeri di Nusa Tenggara Barat dan Labuhan Haji adalah sebagai berikut :

TABEL IV.4

Proyeksi Kunjungan Kapal di NTB dan Labuhan Haji

TAHUN Kunjungan Kapal Di NTB Kunjungan Kapal Di Labuhan Haji

2010 3.602 562

2015 3.892 607

2020 4.041 630

2025 3.547 553

Dari data yang ada sebagian besar kapasitas kapal dari dan ke propinsi NTB berada pada range 200-500 DWT yaitu sebesar 55 %, selanjutnya 15 % pada range 500-1000 DWT dan kapasitas kapal 2000-3000 DWT sebesar 13 %. Sedangkan proporsi paling kecil adalah kapasitas 3000-4000 DWT dan > 4000 DWT.

(28)

Diperkirakan pada tahun-tahun ke depan proporsi kapal yang berkunjung ke Propinsi NTB akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut disebabkan karena factor usia kapal dan peningkatan arus barang angkutan laut. Kapal dengan ukuran < 200 DWT dan Ukuran 200-500 DWT cenderung mengalami penurunan, sedangkan kapal berukuran >500 DWT akan mengalami peningkatan. Prediksi proporsi jumlah kapal yang berkunjung ke Propinsi NTB berdasarkan pada range DWTnya dapat dilihat pada table berikut :

Tabel IV.5

Proyeksi Proporsi Jumlah Kapal Berdasarkan Range DWT

TAHUN RANGE DWT (TON) < 200 200-500 500-1000 1000-2000 2000-3000 3000-4000 >4000 2010 248 1.568 569 210 492 210 196 2015 268 1.694 615 226 532 226 211 2020 284 1.794 651 240 563 240 224 2025 292 1.845 670 247 579 247 230

3. Proyeksi Arus Kapal di Pelabuhan Labuhan Haji

Tujuan utama analisa arus kunjungan kapal adalah untuk mengetahui jumlah dan ukuran kapal yang akan berkunjung ke pelabuhan Labuhan haji Kabupaten Lombook Timur. Proyeksi arus kapal angkutan laut dalam negeri yang merupakan fungsi dari arus barang angkutan laut dalam negeri, rata DWT kapal dan rata-rata load factor (LF). Proyeksi arus kapal dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel IV.6

Proyeksi Proporsi Jumlah Kapal Berdasarkan Range DWT Di Pelabuhan Labuhan Haji

TAHUN RANGE DWT (TON) < 200 200-500 500-1000 1000-2000 2000-3000 3000-4000 >4000 2010 39 245 89 33 77 33 31 2015 42 264 96 35 83 35 33 2020 44 280 102 37 88 37 35 2025 46 288 104 38 90 38 36

4. Analisa Spesifikasi Kapal

Analisa spesifikasi kapal bertujuan untuk menentukan ukuran utama kapal yang berkunjung ke pelabuhan haji. Ukuran utama kapal yang dimaksud adalah panjang (Lpp), Tinggi (H) dan sarat (T). Pada tahap analisis selanjutnya ukuran utama kapal sangat diperlukan untuk menentukan ukuran palabuhan, kedalaman kolam, kedalam alur dan peralatan bongkar muat pelabuhan. Ukuran utama kapal general kargo berdasarkan DWTnya dapat dilihat pada table berikut :

(29)

Tabel IV.12

Ukuran Utama Kapal General Kargo DWT PANJANG LPP (M) LEBAR B (m) TINGGI H (m) SARAT T (m) 200 32,8 6,5 2,6 2 250 35,2 6,9 2,9 2,2 500 44,1 8,4 4 2,9 750 50,3 9,3 4,8 3,5 1.000 55,2 10,1 5,5 3,9 1.250 57,4 10,1 5,7 4,3 1.500 61,2 10,8 6,1 4,6 1.750 64,6 11,5 6,4 4,8 1.800 65,2 11,6 6,5 4,8 2.000 67,7 12,1 6,8 5 2.250 66,1 11,4 6,9 5,3 2.500 69,3 11,9 7 5,4 2.750 72,4 12,4 7,1 5,5 3.000 75,3 12,9 7,1 5,6 3.500 80,7 13,8 7,2 5,8 4.000 85,8 14,6 7,3 5,9 4.500 90,5 15,4 7,3 6,1 5.000 94,9 16,1 7,4 6,2 6.000 103,1 17,4 7,4 6,4

Sumber : Hasil Olahan

5. Analisis Angkutan Penyeberangan

a. Lintasan Eksisting Saat ini

Angkutan penyeberangan yang saat ini beroperasi di wilayah Kabupaten Lombok Timur adalah lintasan penyeberangan Kayangan-Poto Tano. Berdasarkan pada data yang diperoleh arus kapal dan penumpang beserta proyeksinya di lintasan penyeberangan Kayangan_Poto Tano dapat dilihat pada table berikut:

Tabel IV.13

Produktivitas Angkutan Penyeberangan dilintasan Kayangan - Poto Tano

TAHUN CALL KAPAL

PENUMPANG BARANG

NAIK TURUN JUMLAH NAIK TURUN JUMLAH

(Orang) (Orang) (Orang) (ton) (ton) (ton)

2006 10.326 390.404 374.712,00 765.116 129.474 125.560 255.034 2007 10.879 684.501 657.512,00 1.342.013 173.768 199.160 372.928 2008 10.689 774.896 756.975,00 1.531.871 249.424 375.374 624.798 TAHUN

KENDARAAN RODA-2 KENDARAAN RODA-4

NAIK TURUN JUMLAH NAIK TURUN JUMLAH

(UNIT) (UNIT) (UNIT) (UNIT) (UNIT) (UNIT)

2006 75.202

142.945 98.540

(30)

67.743 93.520 192.060 2007 49.340 51.267 100.607 71.229 66.788 138.017 2008 70.016 77.648 147.664 94.190 94.316 188.506

Berdasarkan pada table diatas prediksi kenaikan jumlah kapal (call) per tahun adalah 1,28 %, kenaikan jumlah penumpang sebesar 1,14 %, kenaiakan jumlah B/M barang sebesar 4,8 %, Kenaikan jumlah kendaraan R2 sebesar 3 % dan kenaikan jumlah kendaraan R4 lebih sebesar 4 %. Sedangkan Proyeksi Angkutan Penyeberangan Kayangan – Poto Tano adalah sebagai berikut :

Tabel IV.13

Proyeksi Produktivitas Angkutan Penyeberangan dilintasan Kayangan - Poto Tano

TAHUN CALL KAPAL

PENUMPANG BARANG

NAIK TURUN JUMLAH NAIK TURUN JUMLAH

(Orang) (Orang) (Orang) (ton) (ton) (ton)

2010 11.078 880.607 875.814,44 1.756.421 263.077 408.853 671.930 2015 12.043 1.145.595 1.148.005,17 2.293.600 298.816 503.301 802.117 2020 13.028 1.420.953 1.421.257,75 2.842.210 337.760 616.600 954.361 2025 14.024 1.679.688 1.676.850,75 3.356.539 379.920 751.785 1.131.706 TAHUN

KENDARAAN RODA-2 KENDARAAN RODA-4

NAIK TURUN JUMLAH NAIK TURUN JUMLAH

(UNIT) (UNIT) (UNIT) (UNIT) (UNIT) (UNIT)

2010 75.377 96.754 172.131 98.495 106.607 205.102 2015 90.120 158.867 248.987 109.495 136.811 246.306 2020 107.229 249.255 356.484 121.128 167.379 288.506 2025 126.970 376.995 503.965 133.341 197.036 330.377

b. Proyeksi Arus Kapal, Penumpang, Barang dan Kendaraan di Pelabuhan Labuhan Haji

Pelabuhan Labuhan Haji yang dibangun juga direncanakan berfungsi sebagai pelabuhan penyeberangan. Arus kapal, penumpang, barang dan kendaraan pada pelabuhan Labuhan Haji sangat dipengaruhi pelabuhan penyeberangan yang telah ada. Predeksi jumlah kapal, penumpang, barang dan kendaraan di pelabuhan Labuhan Haji dapat dilihat pada table berikut :

(31)

Tabel IV.13

Proyeksi Produktivitas Angkutan Penyeberangan dilintasan Labuhan Haji – Sumbawa Barat

TAHUN CALL KAPAL

PENUMPANG BARANG

NAIK TURUN JUMLAH NAIK TURUN JUMLAH

(Orang) (Orang) (Orang) (ton) (ton) (ton)

2010 1.108 88.061 87.581 175.642 26.308 40.885 67.193 2015 1.806 171.840 172.201 344.041 44.823 75.495 120.318 2020 3.257 355.238 355.314 710.553 84.440 154.150 238.590 2025 4.908 587.891 586.898 1.174.789 132.972 263.125 4.908 TAHUN

KENDARAAN RODA-2 KENDARAAN RODA-4

NAIK TURUN JUMLAH NAIK TURUN JUMLAH

(UNIT) (UNIT) (UNIT) (UNIT) (UNIT) (UNIT)

2010 7.538 9.675 17.213 9.850 10.661 20.510

2015 13.518 23.830 37.348 16.424 20.522 36.946

2020 26.807 62.314 89.121 30.282 41.845 72.127

2025 44.440 131.948 176.388 46.669 68.963 115.632

Tabel IV.13

Proyeksi Arus Kapal, Penumpang dan Barang dilintasan Kayangan - Poto Tano

TAHUN CALL KAPAL

PENUMPANG BARANG

NAIK TURUN JUMLAH NAIK TURUN JUMLAH

(Orang) (Orang) (Orang) (ton) (ton) (ton)

2010 11.078 880.607 875.814,44 1.756.421 263.077 408.853 671.930 2011 11.267 929.947 933.299,29 1.863.247 269.918 426.288 696.206 2012 11.459 982.052 985.224,22 1.967.276 276.937 444.466 721.403 2013 11.654 1.037.076 1.040.038,04 2.077.114 284.138 463.419 747.557 2014 11.853 1.095.184 1.097.901,47 2.193.085 291.527 483.180 774.707 2015 12.043 1.145.595 1.148.005,17 2.293.600 298.816 503.301 802.117

(32)

2016 12.236 1.198.326 1.200.395,40 2.398.722 306.288 524.260 830.548 2017 12.433 1.253.485 1.255.176,50 2.508.662 313.946 546.091 860.037 2018 12.632 1.311.183 1.312.457,59 2.623.640 321.796 568.832 890.628 2019 12.835 1.371.536 1.372.352,75 2.743.889 329.843 592.519 922.362 2020 13.028 1.420.953 1.421.257,75 2.842.210 337.760 616.600 954.361 2021 13.224 1.472.149 1.471.905,52 2.944.055 345.868 641.661 987.528 2022 13.423 1.525.191 1.524.358,17 3.049.549 354.170 667.739 1.021.909 2023 13.625 1.580.143 1.578.680,02 3.158.823 362.671 694.878 1.057.549 2024 13.830 1.637.075 1.634.937,68 3.272.013 371.377 723.119 1.094.496 2025 14.024 1.679.688 1.676.850,75 3.356.539 379.920 751.785 1.131.706

Proyeksi Arus Kendaraan R-2 dan Roda-4 dilintasan Kayangan - Poto Tano

TAHUN

KENDARAAN RODA-2 KENDARAAN RODA-4

NAIK TURUN JUMLAH NAIK TURUN JUMLAH

(UNIT) (UNIT) (UNIT) (UNIT) (UNIT) (UNIT)

2010 75.377 96.754 172.131 98.495 106.607 205.102 2011 78.134 107.036 185.170 100.623 112.275 212.897 2012 80.991 118.411 199.403 102.796 118.244 221.040 2013 83.954 130.995 214.949 105.016 124.530 229.546 2014 87.024 144.916 231.940 107.285 131.150 238.435 2015 90.120 158.867 248.987 109.495 136.811 246.306 2016 93.326 174.161 267.488 111.750 142.716 254.466 2017 96.646 190.928 287.575 114.052 148.877 262.929 2018 100.085 209.309 309.394 116.401 155.303 271.704 2019 103.645 229.459 333.105 118.799 162.006 280.805 2020

(33)

107.229 249.255 356.484 121.128 167.379 288.506 2021 110.936 270.759 381.695 123.502 172.930 296.431 2022 114.772 294.117 408.889 125.922 178.665 304.587 2023 118.740 319.491 438.231 128.390 184.590 312.980 2024 122.846 347.054 469.900 130.906 190.711 321.618 2025 126.970 376.995 503.965 133.341 197.036 330.377

c. Proyeksi Arus Kapal, Penumpang, Barang dan Kendaraan di Pelabuhan Labuhan Haji

Pelabuhan Labuhan Haji yang dibangun juga direncanakan berfungsi sebagai pelabuhan penyeberangan. Arus kapal, penumpang, barang dan kendaraan pada pelabuhan Labuhan Haji sangat dipengaruhi pelabuhan penyeberangan yang telah ada. Predeksi jumlah kapal, penumpang, barang dan kendaraan di pelabuhan Labuhan Haji dapat dilihat pada table berikut :

(34)

BAB V

ANALISIS TEHNIK PELABUHAN

I. KESESUAIAN LOKASI PELABUHAN

Berdasarkan data industri dan perdagangan, bahwa produk dari kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah termasuk dalam wilayah interlen pelabuhan Lombok Timur. Hal ini terlihat bahwa sebagian muatan dikirim melalui pelabuhan Labuan Lombok sedang selebihnya melalui pelabuhan Lembar. Hal ini menandakan bahwa pelabuhan sebagai simpul dari jaringan transportasi telah berfungsi secara baik dan diminati para pengirim barang. Peranan ini dapat tetap bertahan hingga di masa yang akan dating bila tingkat pelayanannya terhadap seluruh kegiatan yang diselenggarakan dijaga konsisten sebagaimana sebelumnya atau bila mungkin ditingkatkan. Dalam analisis ini akan diusahakan terjadi peningkatan kinerja pelayanan terhadap kapal maupun kinrja bongkar/muat, sehingga pelayanan semakin efisien.

II. SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

Setiap pelabuhan mencanangkan sasaran dan strategi yang berbeda-beda mengenai arah pengembangan fasilitas, hal ini tergantung situasi dan permasalahan yang ada di lingkukan masing-masing. Pada pelabuhan labuan haji sasaran investasi pada prinsipnya harus dapat mendorong efisiensi untuk skala local maupun regional. Ada 4 sasaran yang diusulkan berurutan tingkat kepentingannya atas dasar skala prioritas, yaitu mencakup :

1. memaksimalkan keuntungan bagi perekonomian secara local maupun regional 2. memaksimalkan penampungan lapangan pekerjaan

3. meminimalkan waktu putar (turn round time) kapal di pelabuhan

4. memaksimalkan utilisasi fasilitas dan arus barang serata kunjungan kapal

Implikasi dari sasaran di atas terhadap perencanaan investasi dan pengembangan pelabuhan Labuan Haji adalah sebagai berikut :

1. Memaksimalkan keuntungan bagi perekonomian secara local maupun regional merupakan target utama, dan harus dilakukan kajian secara menyeluruh dengan memperhatikan kepentingan pemakai jasa dan tentu saja kepentingan pengguna jasa kepelabuhanan.

2. penampungan lapangan pekerjaan sebanyak mungkin hanya dapat dilakukan bila seluruh kegiatan bongkar muat dilakukan secara tradisional. Modernisasi atau mekanisasi peralatan akan mengurangi kesempatan kerja, tetapi merupakan satu-satunya jalan untuk usaha efisiensi investasi dan peningkatan surflus perekonomian local maupun regional dan nasional. Proporsionalitas antara investasi peralatan dan pengeluaran rutin gaji pegawai akan memberi gambaran dan arah penentuan keputusan antara mekaniasasi atau tenaga angkut manusia.

3. usaha untuk memperkecil TRT kapal yang akan bersandar dapat dilakukan dengan memperkecil waktu tunggu (waiting time) dan waktu tambat (berthing time). Dari beberapa kasus di lapangan terhadap adanya kapal yang menunggu baik di dermaga atau di kolam pelabuhan, umumnya disebabkan menunggu muatan yang akan diangkaut belum siap, bukan karena dermaganya yang terpakai seluruhnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha untuk menurunkan TRT kapal lebih banyak tergantung pada kesiapan dari para pengirim barang dan usaha pihak pemakai jasa. Berthing time yang lebih dapat ditingkatkan efisiensinya disbanding waiting time, factor yang mempengaruhi adalah efisiensi kecepatan pelayanan barang yang dapat diperikasa pada kinerjanya. Peningkatan kinerja hanya dapat dilakukan dengan mekanisasi kegiatan bongkar muat. Efek mekanisasi ini adalah tidak tercapainya sasaran pengembangan yang lain yaitu meningkatkan lapangan kerja. Sehingga perlu pertimbangan lebih lanjut berdasarkan faktor-foktor lain.

4. memaksimalkan utilisasi fasilitas dapa dilakukan dengan cara mendorong datangnya barang dan kapal agar bertambat di pelabuhan labuan haji atau mengurangi keberadaan fasilitas tertentu yang dapat secara fleksibel ditambah dan disusutkan.

Gambar

Tabel II.1
Tabel II.3
Tabel II.5
Tabel III.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pencarian data mengenai High-Risk Customer baik dari dalam atau dari luar Indonesia dianggap tidak efisien karena dapat meningkatkan biaya operasional Bank dan lamanya

lebih besar dari pada , sehingga kita dapat meyakini bahwa akan terjadi sebuah gempa bumi di kota Zadia pada suatu saat dalam 20 tahun ke depan.. Peluang terjadinya sebuah gempa

Alhamdulillahirrobil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

Dari hasil penelitian tesis ini diperoleh kesimpulan Bahwa Pengaturan Prinsip Kehati-Hatian Dapat Memberikan Perlindungan Bagi Koperasi Sehubungan Dengan Perjanjian

Penelitian yang dilakukan bersifat Research and Development (R&amp;D), dengan tahapan penelitian adalah mengembangkan bahan ajar melalui pengayaan materi,

Dan hasil penelitian menunjukkan tata cara merger PT.Bank Mandiri menurut Undang- undang No.1 tahun 1995 sesuai dengan Akte Nomor 97 tanggal 24 Juli 1999 yang dibuat oleh Sutjipto,

yang sangat besar seperti: (1) pengembangan kompetensi guru (matematika) dalam pendidikan dan pengajaran serta pengabdian kepada masyarakat merefleksikan pada

Peningkatan prestasi ini terlihat dengan keaktifan siswa selama proses belajar mengajar misalnya mereka mampu dan bisa bila disuruh untuk menjabarkan kembali hasil