• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MAHASISWA PADA POKOK BAHASAN KINETIKA KIMIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MAHASISWA PADA POKOK BAHASAN KINETIKA KIMIA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MAHASISWA

PADA POKOK BAHASAN KINETIKA KIMIA

THE DEVELOPMENT OF PROBLEM BASED LEARNING TO IMPROVE STUDENTS COMPETENCY IN CHEMISTRY KINETICS

Ani Sutiani*, Nurmalis

Program Studi Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Medan, Medan *E-mail : asr.sutiani@gmail.com

ABSTRACT

The problem-based learning is needed to improve critical thinking skill and problem solving ability in order to improve student competency on the subject of Chemical Kinetics. The research is aimed to develop a problem-based learning materials based on criteria of BSNP including development exercises and standard evaluation based of competency and material, and set of problem based experiment for Chemical Kinetics subject. The research carried out is Research and Development (R & D), with the stages of the research is to develop teaching materials through the enrichment of materials, preparation exercises and standards evaluation, integrating set of experiment and learning activities, and the feasibility of teaching materials development results, and implementation of problem-based teaching materials to improve the learning outcomes of students on the subject of chemical kinetics. The results showed that the problem-based teaching materials based on BSNP criteria for teaching on the subject of chemical kinetics has been successfully developed. The development of problem-based learning includes enrichment material integration with experiment activities, exercises and standards evaluation and learning activities, able to develop critical thinking skills and problem solving that can improve student competency. Student achievement which are taught by a problem-based learning was found higher than students achievement which are taught by a conventional learning.

Keyword : Problem Based Learning, Students Competency, Chemical Kinetics.

ABSTRAK

Pembelajaran berbasis masalah diperlukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah dalam rangka meningkatkan kompetensi mahasiswa pada pokok bahasan Kinetika Kimia. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar berbasis masalah berdasarkan kriteria BSNP termasuk pengembangan paket soal latihan dan evaluasi standar berbasis kompetensi dan materi serta paket praktikum berbasis masalah untuk pokok bahasan Kinetika Kimia. Penelitian yang dilakukan bersifat Research and Development (R&D), dengan tahapan penelitian adalah mengembangkan bahan ajar melalui pengayaan materi, penyusunan kisi-kisi soal latihan dan evaluasi standar, melakukan integrasi paket kegiatan praktikum dan aktivitas pembelajaran, uji kelayakan bahan ajar hasil pengembangan, serta implementasi bahan ajar berbasis masalah untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada pokok bahasan kinetika kimia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan ajar berbasis masalah sesuai kriteria BSNP untuk pengajaran kinetika kimia telah berhasil dikembangkan. Paket pembelajaran berbasis masalah meliputi pengayaan materi yang terintegrasi dengan kegiatan praktikum, soal latihan dan evaluasi standar serta aktivitas pembelajaran, mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah yang dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa. Hasil belajar mahasiswa yang diajar menggunakan pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar mahasiswa yang diajar menggunakan pembelajaran konvensional.

(2)

1. PENDAHULUAN

Permasalahan utama dalam pendidikan di Indonesia adalah bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Untuk menghadapi permasalahan tersebut, perlu diciptakan pendidikan yang dapat mengembangkan potensi dan kemampuan mahasiswa secara optimal. Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Dalam upaya mewujudkan suasana dan proses pembelajaran yang berkualitas, maka proses pembelajaran harus berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi mahasiswa untuk aktif serta memberikan ruang untuk kreativitas dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan mahasiswa, yang dapat menekankan pada kemampuan pemecahan masalah dan keterampilan berpikir kritis [1].

Kinetika kimia merupakan salah satu pokok bahasan dalam mata kuliah Kimia Fisika di Perguruan Tinggi. Di dalam Kinetika Kimia dipelajari tentang penurunan dan penentuan orde reaksi yang banyak melibatkan perhitungan matematika termasuk differensial dan integral serta aplikasinya dalam kehidupan. Oleh karena itu untuk meningkatkan kompetensinya, mahasiswa harus memiliki kemampuan pemecahan masalah dan keterampilan berpikir kritis sehingga memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi tersebut. Selain itu desain pembelajaran harus berpusat pada mahasiswa sehingga mahasiswa diberi peluang untuk bekerja secara otonom untuk mengkonstruksi cara belajarnya, dan dosen hanya berfungsi sebagai motivator dan fasilitator [2]. Salah satu desain yang sesuai adalah desain pembelajaran berbasis masalah / Problem Based Learning (PBL) yaitu pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa yang memberdayakan mahasiswa untuk melakukan penelitian, mengintegrasikan teori dan praktek, dan mengaplikasikan pengetahuan dan kemampuan untuk mengembangkan solusi yang layak dalam memecahkan masalah, serta mampu menyiapkan individu untuk belajar mandiri dan berkelanjutan [3][4].

Pendekatan PBL telah digambarkan sebagai strategi belajar yang efektif yang mendorong mahasiswa untuk belajar mandiri dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis, keterampilan pemecahan masalah dan keterampilan kerja sama tim [5]. Ada tujuh langkah klasik PBL, yaitu : (1) memahami situasi; (2) mengidentifikasi masalah; (3) menyatakan hipotesis; (4) menghubungkan masalah dan penyebab; (5) menentukan jenis informasi; (6) memperoleh informasi; dan (7) menerapkan informasi [6]. Hal ini berarti

(3)

dalam PBL, mahasiswa diharapkan mampu mengeksplorasi kompleksitas situasi kehidupan nyata, mencari koneksi di seluruh disiplin ilmu, dan menggunakan pengetahuan yang ada dan baru diperoleh untuk digeneralisasikan dalam proses pembelajaran. Keuntungan penggunaan PBL didasarkan pada beberapa wawasan modern pada pembelajaran, termasuk konstruktivisme, kolaboratif dan pembelajaran kontekstual. Teknik penentuan masalah sangat menentukan keberhasilan penggunaan desain PBL. Pengetahuan mahasiswa akan lebih dalam, bermakna dan akan bertahan lebih lama, karena pengetahuan dibangun berdasarkan konteks kebutuhan. Masalah dalam PBL harus didasarkan situasi yang menarik, menghasilkan beberapa hipotesis, kemampuan pemecahan masalah, dan diintegrasikan dalam berbagai disiplin ilmu, sehingga mahasiswa dilatih mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan dengan mengaitkan pengetahuan yang ada dengan informasi baru yang diperoleh serta memberikan solusi alternatif untuk penyelesaian masalah yang dihadapi.[7][8].

Usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan penyediaan bahan ajar yang menyajikan materi sesuai dengan kurikulum sehinga dapat mencapai kompetensi yang telah ditentukan [9]. Materi yang disajikan harus lengkap, sistematik, mudah dipahami, menarik dan mampu memotivasi siwa untuk belajar aktif serta memiliki materi tambahan sebagai bahan pengayaan yang disesuaikan dengan karakteristik mahasiswa [10]. Pengembangan keterampilan, baik umum dan teknis, konsep kimia, pengetahuan dan pemahaman adalah tujuan inti dari modul PBL, dan ini dapat dicapai melalui pengajaran alternatif dan pembelajaran lingkungan dengan menggabungkan pra-pengetahuan, kerja kelompok, diskusi, kerja praktek dan penilaian alternatif. Pengembangan modul PBL pada dasarnya menyajikan lingkungan yang mendukung pembelajaran mahasiwa dan pengembangan keterampilan. Dalam Modul PBL, permasalahan harus mengarah pada konsep (concept driven), pengembangan keterampilan (skills development) dan pemahaman (understanding)[11].

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar kimia untuk materi kinetika kimia dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah yang dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa sehingga kompetensi mahasiswa yang telah ditetapkan dalam kurikulum dapat tercapai.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan bersifat Research and Development (R&D) untuk mengembangkan bahan ajar di perguruan tinggi sehingga memperoleh bahan ajar standar pada materi kinetika kimia yang merupakan bagian dari mata kuliah kimia fisika. Tahapan penelitian yang dilakukan adalah (1) mengembangkan bahan ajar melalui

(4)

pengayaan materi, (2) penyusunan kisi-kisi soal latihan dan evaluasi standar, (3) melakukan integrasi paket kegiatan praktikum dan aktivitas pembelajaran, (4) uji kelayakan bahan ajar hasil pengembangan, serta (5) implementasi bahan ajar untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada materi kinetika kimia di perguruan tinggi.

Instrumen penelitian yang disusun terdiri dari (1) lembar observasi aktivitas mahasiswa diadaptasi dari Sinaga [12] ; (2) lembar penilaian (Validasi) buku ajar yang diadaptasi dari BSNP [13] ; (3) Angket untuk pengumpulan data tentang respon mahasiswa terhadap efektifitas proses pembelajaran, dan (4) instrumen tes untuk mengukur hasil belajar mahasiswa terhadap materi perkuliahan yang diberikan dalam proses pembelajaran [14]. Model pengembangan perangkat yang digunakan dalam penelitian terdiri dari tahap pengumpulan data, perencanaan, dan pengembangan. Pada tahap pengumpulan data dilakukan penetapan perangkat yang akan dikembangkan yaitu GBPP, Silabus, Kontrak Perkuliahan, RPP dan Bahan Ajar. Pada tahap perencanaan dilakukan penyusunan perangkat tersebut, dan pada tahap pengembangan dilakukan penelaahan/ validasi buku ajar oleh dosen KDBK dengan menggunakan instrumen yang sudah ditentukan. Tahap akhir dalam pembuatan perangkat ini adalah melakukan perbaikan perangkat oleh peneliti.

Data hasil belajar diperoleh melalui implementasi bahan ajar dalam proses pembelajaran kinetika kimia pada mahasiswa semester 3 prodi pendidikan kimia FMIPA Unimed. Untuk kelas eksperimen dilakukan proses pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan bahan ajar yang telah disusun, sedangkan untuk Kelompok kontrol dilakukan pembelajaran konvensional. Sebelum proses pembelajaran dimulai, dilakukan terlebih dahulu tes awal (pre test) dan setelah proses pembelajaran dilakukan tes akhir (post test). Angket respon mahasiswa terhadap efektifitas proses pembelajaran diberikan satu minggu setelah proses pembelajaran selesai yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Bahan Ajar Kinetika Kimia

Bahan ajar yang disusun didasarkan pada kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran kinetika kimia sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku di prodi pendidikan Kimia FMIPA Unimed. Bahan ajar dikembangkan melalui pengayaan materi, penyusunan kisi-kisi soal latihan dan evaluasi standar, dan melakukan integrasi paket kegiatan praktikum dan aktivitas pembelajaran, yang disusun secara sistematis dan terstruktur untuk mendukung teori pada materi kinetika kimia. Di dalam bahan ajar dilengkapi dengan contoh kontekstual, gambar, dan contoh soal serta penyelesaian yang

(5)

diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu disediakan alamat tautan penelusuran yang dapat dijadikan sebagai referensi tambahan. Secara umum bahan ajar yang disusun dirangkum dalam Tabel 1.

Tabel 1. Deskripsi Materi dalam Bahan Ajar Kinetika Kimia No. Materi/ Sub-materi Materi yang disajikan

1 Pendahuluan Disajikan deskripsi materi secara umum, prasyarat, petunjuk penggunaan bahan ajar, kompetensi yang diharapkan dan peta konsep

2 Laju Reaksi dan Persamaan Laju

Pengayaan materi ajar, integrasi pembelajaran berbasis masalah, kegiatan demonstrasi, setting media media animasi, penyajian contoh soal dan latihan serta contoh aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.

3 Bentuk integrasi dari laju Reaksi

Pengayaan materi ajar, integrasi pembelajaran berbasis masalah, contoh berbagai bentuk integrasi, setting media powerpoint dan penyajian contoh soal serta latihan.

4 Waktu Paruh dan Orde Reaksi

Pengayaan materi ajar, integrasi pembelajaran berbasis masalah, kegiatan laboratorium, contoh kasus untuk penentuan orde reaksi dan waktu paruh, setting media powerpoint, dan penyajian contoh soal serta latihan. 5 Pengaruh Suhu pada

kecepatan reaksi

Pengayaan materi ajar, integrasi pembelajaran berbasis masalah, kegiatan laboratorium, dan penyajian data hasil percobaan untuk dianalisis.

6 Teori Kinetik Reaksi Termolekuler

Pengayaan materi ajar, integrasi pembelajaran berbasis masalah, setting media web video animasi, penyajian contoh soal dan latihan

7 Reaksi Berantai Pengayaan materi ajar, integrasi pembelajaran berbasis masalah, contoh kasus untuk reaksi berantai, penentuan orde reaksi, setting media web video animasi, penyajian contoh soal serta latihan.

3.2 Analisis Bahan Ajar Kinetika Kimia

Setelah penyusunan bahan ajar selesai, maka dilakukan penelaahan bahan ajar oleh dosen KDBK Kimia Físika dengan menggunakan instrumen berupa lembar validasi Bahan Ajar. Komponen bahan ajar yang divalidasi mencakup beberapa hal yaitu (1) komponen kelayakan isi, (2) komponen kebahasaan, dan (3) komponen teknik penyajian. Hasil dari validasi yang dilakukan disajikan pada Tabel 2. Dari hasil analisa bahan ajar terlihat bahwa validator memberikan penilaian dengan kategori baik terhadap bahan ajar yang disusun yang ditunjukkan oleh skor rata-rata seluruh komponen adalah 3,43. Semua komponen penilaian yang diajukan ditanggapi positif oleh validator. Hal ini berarti bahwa bahan ajar yang disusun layak digunakan untuk pembelajaran materi kinetika kimia karena memenuhi kriteria baik sesuai standar BSNP.

(6)

Tabel 2. Hasil Analisa Bahan Ajar Materi Kinetika Kimia

No. Komponen yang dinilai Skor Rerata

I. KELAYAKAN ISI -

3,11

1. Keluasan materi 3,33

2. Kedalaman materi 3,00

3. Akurasi materi (fakta, konsep, prinsip, teori) 3,33

4. Kemutakhiran materi 3,00

5. Merangsang keingintahuan 3,00

6. Mengandung wawasan produktivitas 3,00

II KEBAHASAAN -

3,47

1. Sesuai dengan perkembangan peserta didik 3,67

2. Komunikatif 3,33

3. Koherensi & Keruntutan alur fikir 3,00 4. Kesesuaian penulisan dengan kaidah Bahasa

Indonesia yang baik. 3,67

5. Ketepatan penggunaan istilah/ simbol/ lambang 3,67 III TEKNIK PENYAJIAN

3,60

1. Konsistensi sisematika sajian dalam setiap bab 3,67 2. Penyajian teks, tabel, dan gambar 4,00 3. Ketepatan penomoran dan penamaan dalam tabel

dan gambar 3,67

4. Kelengkapan pendukung penyajian materi

(soal latihan, kuis, dll) 3,33

5. Kemampuan merangsang mahasiswa untuk aktif

belajar mandiri jika membaca bahan ajar ini 3,33

Rataan Seluruh Komponen 3,39

3.3 Hasil Belajar Mahasiswa

Data hasil belajar yang diperoleh dalam penelitian ini adalah tes awal (pretest), yang diberikan sebelum perlakuan dan tes akhir (posttest) yang diberikan setelah perlakuan pada masing-masing kelas eksperimen dan kontrol. Bahan ajar yang sudah disusun digunakan pada pengajaran materi kinetika kimia pada kelas eksperimen yang menggunakan desain pembelajaran berbasis masalah, sedangkan kelas control menggunakan pembelajaran secara konvensional. Hasil pre-test bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal mahasiswa pada materi kinetika kimia dan hasil posttest untuk mengetahui hasil belajar masing-masing kelas sampel yang diberikan perlakuan berbeda. Data hasil test yang telah dilakukan ditunjukkan pada Tabel 3.

Dari data pretest pada Tabel 3 terlihat bahwa sebelum pembelajaran dilakukan, penguasaan mahasiswa pada materi kinetika kimia termasuk rendah, yaitu pada Kelompok kontrol (33,08±4,99) dan Kelompok eksperimen (32,54±4,92). Hasil uji t menunjukkan kedua kelas sampel tidak berbeda signifikan (thitung 0,4650 < ttabel 1,9963). Hal ini berarti kemampuan awal mahasiswa pada materi kinetika kimia untuk kedua kelas sampel relatif sama. Hasil belajar mahasiswa setelah proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan posttest. Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa kedua kelas

(7)

perlakuan memperlihatkan kemampuan penguasaan mahasiswa pada materi kinetika kimia secara umum mengalami peningkatan dibandingkan hasil preteset. Hasil belajar mahasiswa kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah (89,18±5,23) lebih tinggi dibandingkan hasil belajar kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional (77.84±6,84). Hasil uji t menunjukkan kedua kelas sampel berbeda signifikan karena thitung berada di daerah kritis. (thitung = -4,7583 dan ttabel 1,9963).

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Tes Mahasiswa Pada Materi Kinetika Kimia

Kelas Kelompok

Mahasiswa

Rata-rata Hasil test (skor) Pretest Posttest Eksperimen Tinggi 36,53±2,12 89,18±5,23 Rendah 28,78±3,70 81,56±5,24 Total 32,54±4,92 85,26±6,45 Kontrol Tinggi 37,15±2,32 82,10±6,64 Rendah 28,61±3.09 74,22±4,11 Total 33,08±4,99 77.84±6,84

Hasil belajar juga dianalisa untuk mahasiswa dengan kemampuan akademik relatif tinggi dan mahasiswa dengan kemampuan akademik relatif rendah. Dari data hasil belajar terlihat bahwa untuk kelompok siswa dengan kategori tinggi, hasil belajar untuk kelas eksperimen (89,18±5,23) lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (82,10±6,64), dan hasil uji t, thitung = -3,6091 dan ttabel = 2,0135, yang berarti menunjukkan kedua Kelompok berbeda signifikan karena thitung berada di daerah kritis. Hasil yang sama diperoleh untuk Kelompok siswa dengan kategori rendah, hasil belajar untuk kelas eksperimen (81,56±5,24) lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (74,22±4,11) dan hasil uji t menunjukkan kedua Kelompok berbeda signifikan karena thitung berada di daerah kritis, dengan thitung -4,6761 dan ttabel 2,0336). Berdasarkan data yang dicapai mahasiswa, maka dapat dinyatakan bahwa perbedaan hasil belajar kinetika kimia antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, baik untuk Kelompok mahasiswa kategori rendah maupun tinggi, disebabkan penggunaan paket pembelajaran berbasis masalah yang menyediakan fasilitas pengayaan materi terintegrasi dengan kegiatan praktikum, soal latihan dan evaluasi standar serta aktivitas pembelajaran mampu menuntun mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah yang dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa.

3.4 Hasil Angket Mahasiswa Terhadap Pembelajaran Yang Digunakan

Untuk mengetahui respon atau persepsi mahasiswa terhadap proses pembelajaran yang digunakan, maka diberikan angket kepada mahasiswa setelah satu minggu proses pembelajaran selesai. Data yang diperoleh disajikan dalam Tabel 4.

(8)

Dari data yang disajikan pada Tabel 4 terlihat bahwa secara umum mahasiswa memberikan respon positif dalam mengikuti perkuliahan pada materi Kinetika Kimia. Sebanyak 85,70% mahasiswa menyatakan bahwa perkuliahan menyenangkan dan sebanyak 90,14% menyatakan merasa puas mengikuti perkuliahan pada materi Kinetika Kimia. Tingginya tingkat kepuasan mahasiswa ini kemungkinan disebabkan karena dengan menerapkan desain pembelajaran berbasis masalah, mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah untuk menyelesaikan soal-soal latihan yang diberikan serta memiliki kesempatan untuk belajar secara mandiri maupun kelompok.

Tabel 4. Data Hasil Angket Mahasiswa

No. Pernyataan Skor (%)

1. Mengikuti perkuliahan ini sangat menyenangkan bagi saya 85,70 2. Desain pembelajaran yang digunakan dapat meningkatkan

kemampuan saya memahami materi Kinetika Kimia

83,76 3. Desain pembelajaran yang diterapkan dapat meningkatkan

kemampuan saya untuk menyelesaikan masalah dalam soal-soal latihan

84,68

4. Desain pembelajaran yang diterapkan meningkatkan kemampuan saya untuk berpikir kritis dalam penyelesaian soal-soal yang diberikan.

81,17

5. Teknik penyelesaikan soal-soal latihan sangat mudah dipahami

82,32 6. Tugas yang diberikan dosen memotivasi saya untuk belajar

secara mandiri maupun Kelompok

85,78 7. Desain pembelajaran yang digunakan meningkatkan rasa

percaya diri, saling menghargai dan kerjasama antar mahasiswa

85,36

8. Desain pembelajaran yang digunakan menimbulkan keberanian saya untuk mengajukan bertanya

83,52 9. Desain pembelajaran yang diterapkan menimbulkan

keberanian saya untuk menjawab pertanyaan

81,97 10. Saya merasa puas mengikuti perkuliahan pada materi

Kinetika Kimia

90,14

Respon mahasiswa tentang kontribusi desain pembelajaran yang digunakan terhadap pemahaman materi perkuliahan, sebanyak 83,76% mahasiswa menyatakan dapat meningkatkan kemampuannya dalam memahami materi Kinetika Kimia. Desain pembelajaran yang digunakan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk berpikir kritis (81,17%) dan menyelesaikan masalah dalam soal-soal latihan (84,68%). Selain itu, sebanyak 82,32% mahasiswa menyatakan bahwa teknik yang diberikan dalam menjelaskan cara penyelesaian soal-soal sangat mudah dipahami.

(9)

Berkaitan dengan tugas-tugas yang diberikan dosen dalam perkuliahan, sebanyak 85,78% mahasiswa menyatakan bahwa tugas yang diberikan dapat memotivasi mahasiswa untuk belajar secara mandiri maupun kelompok. Disamping itu, mahasiswa menyatakan bahwa model pembelajaran ini dapat meningkatkan keberanian mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan (83,52%) maupun menjawab pertanyaan yang diberikan (81,97%). Sedangkan respon mahasiswa tentang kontribusi desain pembelajaran terhadap softskill menunjukkan bahwa 85,36% mahasiswa menyatakan bahwa model pembelajaran yang digunakan dapat meningkatkan rasa percaya diri, saling menghargai dan kerjasama sesama mahasiswa.

4. KESIMPULAN

Bahan ajar berbasis masalah sesuai kriteria BSNP untuk pengajaran kinetika kimia telah berhasil dikembangkan. Paket pembelajaran berbasis masalah meliputi pengayaan materi yang terintegrasi dengan kegiatan praktikum, demonstrasi dan variasi media, soal latihan dan evaluasi standar serta aktivitas pembelajaran, mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah yang dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa. Hasil belajar mahasiswa yang diajar menggunakan pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar mahasiswa yang diajar menggunakan pembelajaran konvensional.

5. PUSTAKA

[1] Tsapartis G, Zoller U. Evaluation of Higher vs Lowerorder Cognitive Skills-Type Examination in Chemistry : Implications for University in-class Assessment and Examination. U.Chem.Ed. 2003, 7:50-57.

[2] Sutiani A, Zainuddin, Nugraha A.W. Penerapan Model Pembelajaran ATI dan Keterampilan Proses Pada Mata Kuliah Kimia Fisika II. J. Pendidikan Kimia. 2011; 3(2) :

[3] Temel S. The effects of problem-based learning on pre-service teachers : critical thinking dispositions and perceptions of problem-solving ability, South African Journal of Education. 2014;34(1)

[4] Tosun C, Senocak E. The Effects of Problem-Based Learning on Metacognitive Awareness and Attitudes toward Chemistry of Prospective Teachers with Different Academic Backgrounds. Australian Journal of Teacher Education. 2013; 38(3): [5] Kivela J, Kivela R.J. Student perceptions of an embedded problem-based learning

instructional approach in a hospitality undergraduate program. International Journal of Hospitality Management. 2005; 24(3):437-464.

(10)

[6] Johnson S.M, Finucane P.M. The emergence of problem-based learning in medical education. Journal of Evaluation in Clinical Practice. 2000;6(3):281-291.

[7] Ram P. Problem-Based Learning in Undergraduate Education. Journal of Chemical Education. 1999 Aug; 76(8):

[8] Tosun C, Taskesenligil Y. The Effect of Problem Based Learning on Student Motivation Towards Chemistry Classes and on Learning Strategies. Turkish Science Education. 2011; 9(1):

[9] Hosler, Boomer. Are Comic Books and Effective Way to Engage Nonmajors in Learning and Appreciating Science. CCBE-Life Science Education. 2011; 10:309-217.

[10] Situmorang M, Situmorang A. A. Efektivitas Modul Pembelajaran Inovatif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pengajaran Laju Reaksi, Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan.2014;20(2):139-147.

[11] Kelly O.C, Finlayson O.E. Providing solutions through problem-based learning for the undergraduate 1st year chemistry laboratory. Chemistry Education Research and Practice. 2007;8(3):347-361.

[12] Sinaga B. Merenda Kompetensi Pedagogik dalam Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran. Makalah pada Lokakarya Remodelling Microteaching. Universitas Negeri Medan. 2008.

[13] BSNP. Kriteria Penilaian Buku. Depdiknas. Jakarta. 2006.

[14] Romero, R.M, Eriksen S.P, and Haworth I.S. Instructional Design and Assessment : Quantitative Assessment of Assisted Problem Based Learning in Pharmaceutics Course. American Journal of Pharmaceutical Education 2010; 74 (4):1-9.

Gambar

Tabel 2. Hasil Analisa Bahan Ajar Materi Kinetika Kimia
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Tes Mahasiswa Pada Materi Kinetika Kimia  Kelas  Kelompok
Tabel 4. Data Hasil Angket Mahasiswa

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk perkembangan lembaga keuangan syariah, khususnya BMT untuk lebih menggali potensi yang ada

Hasil penelitian ini menunjukkan : (1) Nilai-nilai pendidikan yang terdapat pada sejarah Muhammad Al-Fatih penaklukan Konstantinopel adalah pengamalan sunnah, tawadhu, rela

Untuk mengetahui kelayakan konsumsi dan jumlah bakteri Coliform yang mencemari air minuman olahan Teh poci.. Penelitian ini menggunkaan metode MPN untuk mengetahui jumlah

Dengan adanya sistem informasi akuntasi yang diimplementasikan dengan baik dan juga benar, maka sistem informasi akuntasi ini dapat membantu para akuntan di sebuah perusahaan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah konsentrasi mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap ketepatan mendarat, dengan sumbangan tingkat konsentrasi

Dalam penelitian ini, penulis akan mengambil variabel dari kualitas pelayanan yang dapat menjadi pengaruh terhadap kepuasan konsumen sehingga akan muncul loyalitas nasabah,

Karakter morfometrik kerang lumpur antara jenis kelamin jantan di Pulau Tobea dan jenis kelamin betina di Pesisir Lambiku berbeda nyata yang ditunjukkan dengan nilai t hitung

Dari hasil yang telah diperoleh bila disesuaikan dengan persyaratan yang terdapat pada RSNI S-01-2003 maka aspal yang diuji memenuhi standar  dan diklasifikasikan dalam kelas Pen