• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui pada zaman sekarang ini banyak sekali kejahatan dan kriminalitas yang terjadi di dunia termasuk Indonesia. Banyak kejahatan yang terjadi karena kurangnya informasi yang dibutuhkan. Menurut Agus Triyono dalam sesi wawancara mengenai kondisi pencucian uang di Indonesia. ketidaklengkapan sebuah informasi membuat sebuah kejahatan tidak mudah untuk diatasi. Kejahatan yang hanya membutuhkan saksi dan bukti akan sangat mudah diungkap dan diatasi, namun lain halnya dengan kejahatan yang tersembunyi dan telah diolah seperti pencucian uang.

Dalam kasus pencucian uang, harta kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana akan diolah dengan berbagai cara agar harta tersebut seolah-olah menjadi legal sehingga pihak penegak hukum sulit untuk menelusuri asal usul harta tersebut. Harta kekayaan yang seolah-olah sudah menjadi legal dapat digunakan untuk berbagai kegiatan. Karena itu, menurut bagian Penjelasan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU TPPU) tindak pidana pencucian uang dapat mengancam stabilitas dan integritas sistem perekonomian dan sistem keuangan, serta membahayakan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Negara Indonesia telah membuat peraturan yang tertuang dalam UU TPPU mengharuskan pihak Bank untuk mengenali para Calon Pengguna Jasa atau Pengguna Jasa dan melaporkan setiap Transaksi Keuangan Mencurigakan (TKM) yang dilakukan oleh Calon Pengguna Jasa atau Pengguna Jasa.

Bank Indonesia sebagai Bank Sentral Republik Indonesia mengeluarkan aturan yang tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia nomor 14/27/PBI/2012 (PBI) pasal 2 ayat (2) mengenai kewajiban setiap Bank untuk menerapkan program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU PPT). Penerapan program APU PPT menjadi sangat penting agar Indonesia terhindar dari daftar negara yang dianggap negara berisiko tinggi (High-Risk Country) atau negera yang dianggap tidak kooperatif untuk mendukung program

(2)

APU PPT di dunia oleh The Financial Action Task Force (FATF). Indonesia saat ini masih terdaftar dalam High-Risk Country yang dikeluarkan oleh FATF pada bulan Oktober tahun 2013 lalu.

Selanjutnya pada PBI pasal 3 ayat (2) huruf b dan d mengenai cakupan penerapan APU PPT yaitu Penerapan Kebijakan dan Prosedur dan Penerapan Sistem Informasi Manajemen. Sistem Informasi Manajemen yang wajib diterapkan oleh Bank berdasarkan PBI pasal 43 ayat (2) adalah Bank wajib memiliki dan memelihara profil Calon Pengguna Jasa atau Pengguna Jasa secara terpadu. Penerapan kebijakan dan prosedur yang diatur dalam PBI pasal 8 ayat (2) mengharuskan Bank untuk menerapkan prinsip mengenali Calon Pengguna Jasa atau Pengguna Jasa dengan melakukan permintaan informasi dan dokumen, verifikasi dokumen, mengenali Beneficial Owner, CDD, menentukan area berisiko tinggi, pengkinian dan pemantauan, dll.

Salah satu prinsip mengenali Calon Pengguna Jasa atau Pengguna Jasa adalah Customer Due Diligence (CDD). Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan apakah transaksi yang dilakukan sesuai dengan profil Calon Pengguna Jasa atau Pengguna Jasa. Dalam kegiatan ini dilakukan proses identifikasi, verifikasi dan pemantauan transaksi Calon Pengguna Jasa atau Pengguna Jasa. Setelah diketahui profil Calon Pengguna Jasa atau Pengguna Jasa maka ditentukan apakah profil tersebut termasuk dalam area berisiko tinggi atau tidak. Jika ternyata profil tersebut masuk kedalam kategori area berisiko tinggi maka akan dilakukan kegiatan yang disebut Enhanced Due Diligence (EDD). EDD merupakan tindakan CDD yang lebih mendalam terhadap Calon Pengguna Jasa atau Pengguna Jasa yang memiliki risiko tinggi melakukan pencucian uang atau pendanaan terorime.

Permasalahan muncul ketika Calon Pengguna Jasa atau Pengguna Jasa yang Berisiko Tinggi (High-Risk Customer) memberikan keterangan yang tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya dan Bank dihadapkan pada asas anti-tipping-off yang mengharuskan Bank ketika melakukan verifikasi terhadap data yang kurang dipercaya tidak boleh membuat High-Risk Customer merasa curiga. Terbatasnya informasi yang wajib diberikan oleh Calon Pengguna Jasa atau Pengguna Jasa berdasarkan UU TPPU menambah beban Bank untuk melakukan identifikasi terhadap High-Risk Customer. Batasan informasi tersebut diatur pada PBI pasal 14 ayat (1) yang diantaranya mencakup identitas diri, identitas Beneficial Owner,

(3)

sumber dana, perkiraan nilai transaksi dalam satu tahun, dll. Untuk mengatasi permasalahan diatas Bank harus mencari data yang lebih aktual kepada Pihak Ketiga yang berasal dari dalam atau luar Indonesia. Nantinya data yang didapatkan dari Pihak Ketiga akan dicocokkan dengan data High-Risk Customer yang dimiliki oleh Bank.

Menurut Agus Triyono dalam sesi wawancara mengenai kondisi penerapan prinsip mengenali pengguna jasa yang sudah dilakukan oleh perbankan, data yang berasal dari Pihak Ketiga di luar Indonesia saat ini kondisinya sudah tidak layak pakai karena sudah tidak diperbarui dan tidak ditingkatkan kualitas datanya, serta data tersebut tidak tepat sasaran karena dibuat oleh pihak luar Indonesia sedangkan pihak luar Indonesia tidak sepenuhnya memahami kondisi di Indonesia. Selain itu mahalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk mengakses aplikasi yang menyediakan data.

Data yang disediakan oleh Pihak Ketiga dari dalam Indonesia tersebar diberbagai instansi. Tidak adanya suatu instansi khusus yang menyatukan informasi terpisah tersebut secara terpusat yang dapat diakses oleh Bank setiap saat secara cepat menjadi permasalahan lain. Terpisahnya informasi tersebut membuat pihak lain yang ingin mengambil keuntungan atas celah tersebut membuat biaya untuk memperoleh data menjadi besar.

Pencarian data mengenai High-Risk Customer baik dari dalam atau dari luar Indonesia dianggap tidak efisien karena dapat meningkatkan biaya operasional Bank dan lamanya waktu verifikasi terhadap High-Risk Customer yang akan berdampak pada sulitnya menegakan prinsip mengenali Calon Pengguna Jasa atau Pengguna Jasa. Akibatnya data profil Calon Pengguna Jasa atau Pengguna Jasa yang tersimpan dalam sistem informasi Bank dapat menjadi data profil yang kurang dapat dipercaya kebenarannya.

Sistem informasi terpusat yang dibuat khusus untuk Indonesia seharusnya menyediakan informasi mengenai High-Risk Customer, menggambarkan hubungan keterkaitan antar High-Risk Customer dalam bentuk graph, dan pencatatan High-Risk Customer yang sering dicari dan dilihat oleh Bank (atau seluruh pihak yang memiliki akses masuk kedalam sistem informasi). Diagram graph dapat mempermudah para penegak program APU PPT mengenali hubungan keterkaitan antar High-Risk Customer karena diagram graph

(4)

menggambarkan hubungan keterkaitan seperti pada kenyataannya. Pencatatan High-Risk Customer yang sering dicari dan dilihat oleh Bank akan sangat membantu setiap Bank untuk melihat seberapa berisiko profil tersebut. Semakin seringnya profil dilihat maka dapat diasumsikan bahwa profil tersebut adalah profil yang memiliki tingkat risiko yang tinggi. Asumsi tersebut didasarkan pada Bank hanya melihat profil High-Risk Customer pada sistem informasi terpusat ketika adanya ketidakyakinan terhadap data yang diberikan oleh High-Risk Customer pada saat melakukan EDD. Hasil pencatatan tersebut seharusnya dapat dilihat oleh Bank lain dan pihak-pihak yang memiliki tugas untuk ikut dalam program APU PPT di Indonesia agar dapat mengantisipasi High-Risk Customer untuk melakukan transaksi pada Bank lain.

Diharapkan diakhir skripsi ini sistem informasi terpusat yang dibuat khusus untuk kondisi di Indonesia dapat mengatasi permasalahan ketidaklengkapan data profil High-Risk Customer, menggambarkan hubungan keterkaitan dalam bentuk Graph dan menyediakan daftar High-Risk Customer yang sering dicari atau dilihat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan maka didapat beberapa permasalahan yang ada, antara lain :

a. Keterbatasan Bank untuk mendapatkan informasi mengenai Pengguna Jasa sesuai dengan aturan Undang-Undang sehingga menyulitkan pihak Bank dalam melakukan CDD atau EDD.

b. Sering terjadinya pemalsuan informasi yang dilakukan oleh Pengguna Jasa karena terbatasnya informasi pendukung yang dapat dicocokkan dengan informasi yang diberikan Pengguna Jasa serta kurangnya pemantauan yang dilakukan oleh Bank terhadap keaslian data.

c. Bank dihadapkan pada asas anti-tipping-off pada saat verifikasi.

d. Sulit dan membutuhkan biaya yang cukup besar untuk dapat mengambil data dari berbagai instansi, Bank lain, atau Pihak Ketiga.

e. Data yang dimiliki oleh negara saat ini tidak terpusat (terpisah) antara data satu dengan data lainnya sehingga menyulitkan Bank untuk mendapatkan data pendukung atau acuan.

(5)

f. Data acuan dari Pihak Ketiga yang berasal dari luar Indonesia yang digunakan oleh Bank saat ini jarang diperbarui dan ditingkatkan kualitas datanya, serta terbatasnya informasi yang diberikan.

g. Tidak adanya sistem informasi yang menampilkan hubungan keterkaitan antar profil Calon Pengguna Jasa atau Pengguna Jasa dalam bentuk Graph.

1.3 Ruang Lingkup

Dengan pertimbangan waktu dan kemampuan kami sebagai penulis, maka kami membatasi masalah dalam batasan tertentu guna menghasilkan hasil yang sesuai dengan kajian penelitian kami. Adapun batasan tersebut yaitu :

a. Aplikasi ini merupakan aplikasi berbasis web.

b. Aplikasi ini hanya diperuntukkan untuk Bank yang ikut mengambil peran melakukan prinsip mengenali Pengguna Jasa.

c. Penggambaran hubungan keterkaitan pada aplikasi ini hanya dalam bentuk 2 dimensi.

d. Aplikasi ini akan dibedakan atas aplikasi untuk Admin dan Bank.

e. Dari segi keamanan pada skripsi ini kami hanya membahas keamanan pada aplikasi.

f. Aplikasi ini tidak melakukan analisis apapun untuk menentukan tingkat risiko profil yang disediakan.

g. Aplikasi ini tidak mengelompokkan tingkat risiko profil yang disediakan ke beberapa tingkatan.

h. Aplikasi ini hanya melakukan analisis untuk mencari hubungan keterkaitan dan menampilkannya dalam bentuk graph.

1.4 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Merancang dan membangun aplikasi web yang mampu menyediakan informasi profil Pengguna Jasa Perbankan yang lengkap.

b. Merancang dan membangun aplikasi yang dapat mempermudah mengenali hubungan keterkaitan antar Pengguna Jasa perbankan.

c. Merancang dan membangun aplikasi sehingga dapat menggantikan data acuan yang berasal dari Pihak Ketiga baik dari dalam atau luar Indonesia

(6)

dan menyatukan informasi mengenai profil Pengguna Jasa secara terpusat.

Adapun manfaat yang diperoleh dari aplikasi ini adalah :

a. Menyediakan data profil yang lengkap untuk mendukung Bank dalam melaksanakan kewajibannya untuk mengenali Pengguna Jasa.

b. Menampilkan hubungan keterkaitan antar orang perorangan dan korporasi dalam bentuk graph.

c. Menjadikan aplikasi ini sebagai data acuan terpusat yang menggabungkan data-data terpisah dan dibuat khusus untuk mendukung identifikasi, menegakkan prinsip mengenali nasabah pada program APU PPT di Indonseia.

d. Mendukung antar pihak-pihak yang terlibat dalam program APU PPT untuk berbagi informasi mengenai Pengguna Jasa yang sering dicari dan dilihat.

1.5 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini meliputi 3 bagian, yaitu:

1. Metode Analisis a. Wawancara

Analisis yang dilakukan pada tahap ini meliputi wawancara dengan praktisi dan akademisi yang berkaitan dengan penerapan prinsip mengenali pengguna jasa yang sudah diterapkan oleh bank

b. Studi Pustaka

Studi pustaka yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan informasi dari buku, Undang-Undang, Peraturan Bank Indonesia, dan internet sebagai landasan dalam penyusunan skripsi ini.

2. Metode Perancangan

Perancangan yang dilakukan untuk menghasilkan aplikasi pada skripsi ini, antara lain:

• Perancangan sistem dengan menggunakan pendekatan Unified Modeling Language (UML), seperti pembuatan Use Case

(7)

Diagram, Activity diagram, Class Diagram, dan Sequence diagram.

• Perancangan model basis data yang sesuai dengan Graph Database.

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi disusun sistematik dan dibagi kedalam lima bab. Sistematika penulisan tersebut disusun dengan urutan sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang permasalahan, ruang lingkup, tujuan dan manfaat dibuatnya aplikasi ini, metode penelitian yang digunakan, dan sistematika penulisan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan teori – teori yang mendukung aplikasi ini yang menjadi dasar bagi pemecahan masalah. Permasalahan dapat dipecahkan melalui studi pustaka sebagai landasan dalam melakukan penelitian.

BAB 3 METODOLOGI

Pada bab ini membahas mengenai analisis terhadap proses prinsip mengenali pengguna jasa yang sudah diterapkan Bank melalui wawancara dengan para ahli dan praktisi, masalah-masalah yang ditemukan saat ini, dan perancangan solusi untuk permasalahan yang ditemukan.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini terdapat penjelasan mengenai spesifikasi software dan hardware yang diperlukan, cara instalasi dan pengoperasian aplikasi yang telah dirancang dan dievaluasi.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang didapatkan dari hasil analisis dan perancangan aplikasi serta saran untuk perbaikan dan pengembangan aplikasi yang telah dibuat.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Logo merupakan lambang yang dapat memasuki alam pikiran/suatu penerapan image yang secara tepat dipikiran pembaca ketika nama produk tersebut disebutkan (dibaca),

Seperti halnya dengan pengetahuan komunikasi terapeutik perawat, kemampuan perawat yang sebagian besar pada kategori cukup baik tersebut kemungkinan karena adanya

Penelitian yang dilakukan di TK AndiniSukarame Bandar Lampung betujuan meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan melalui media gambar pada usia

Ketersediaan informasi lokasi rumah sakit, fasilitas dan layanan yang tersedia di rumah sakit dan tempat kejadian dapat tersedia secara jelas dan terkini sehingga penentuan

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji syukur dan sembah sujud, penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah, dan kasih sayang-Nya sehingga penyusun

H1: (1) Terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan yang diberi insentif dengan karyawan yang tidak diberi insentif (2) Terdapat perbedaan

7.4.4 Kepala LPPM menentukan tindakan perbaikan yang harus dilakukan pada periode Pelaporan Hasil Pengabdian kepada masyarakat berikutnya.. Bidang Pengabdian kepada masyarakat

Ketika orang-orang dari budaya yang berbeda mencoba untuk berkomunikasi, upaya terbaik mereka dapat digagalkan oleh kesalahpahaman dan konflik bahkan