• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakterisasi kimia tepung cangkang kijing

Dalam dokumen Karakteristik Fisik dan Kimia Tepung Can (Halaman 31-36)

3. METODOLOGI

3.4 Pengamatan

3.4.2 Karakterisasi kimia

3.4.2.2 Karakterisasi kimia tepung cangkang kijing

Cawan kosong dikeringkan dalam oven pada suhu 100 ºC–102 ºC selama 15 menit dan didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Sampel sejumlah 5 gram ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam cawan. Cawan dan sampel kemudian dikeringkan dalam oven bersuhu 100 ºC–102 ºC selama 6 jam, selanjutnya didinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian cawan ditimbang hingga diperoleh berat yang tetap. Kadar air dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

Berat sampel (gram) = W1

Berat sampel setelah dikeringkan (gram) = W2 Kehilangan berat (gram) = W3

Persen kadar air = 100% W1 W3 x

(2) Kadar abu (SNI 01-3751-2006)

Cawan abu porselen dikeringkan dalam oven pada suhu 100 ºC–102 ºC selama satu jam. Cawan abu porselen kemudian didinginkan dalam desikator selama satu jam kemudian beratnya ditimbang. Sebanyak 3-5 g sampel ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam cawan abu porselen selanjutnya sampel diabukan dalam tanur pada suhu 600 oC selama 5-8 jam hingga sampel berwarna putih atau kelabu. Cawan dan sampel yang telah berwarna putih atau kelabu didinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang bobotnya. Kadar abu sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Kadar abu (%) = 2 1x100%

W W W

Keterangan:

W adalah bobot sampel (g)

W1 adalah bobot cawan kosong (g)

W2 adalah bobot cawan kosong dan abu (g)

(3) Kadar protein (SNI 01-3751-2006)

Sebanyak 0,5-1,0 gram sampel ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl. Campuran katalis selen sebanyak 1 gram dan 10 ml H2SO4 ditambahkan ke dalam sampel. Campuran kemudian dipanaskan dalam pemanas listrik hingga mendidih dan larutan menjadi berwarna jernih kehijau-hijauan. Tahap ini dilakukan di dalam lemari asam. Campuran yang telah mendidih dan berubah warna menjadi jernih kehijau-hijauan kemudian dibiarkan dingin lalu diencerkan dengan akuades secukupnya. Sebanyak 15 ml atau lebih larutan NaOH 30% ditambahkan ke dalam campuran. Campuran kemudian disuling selama 10-15 menit atau hingga penampung berubah warna dengan penampung distilat adalah 50 ml larutan H3BO3 2% yang telah diberikan beberapa tetes indikator BCG + MM. Campuran distilat kemudian dititar dengan larutan HCl. Kadar protein sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

Kadar protein (%) = ( 1 2) 14.008 6.25X100% W x xNx V V  Keterangan:

V1 = volume HCl untuk titrasi contoh (ml), V2 = volume HCl untuk titrasi blanko (ml), N = Normalitas larutan HCl,

W = berat contoh (mg), 14,008 = Bobot atom nitrogen,

6,25 = faktor protein untuk produk perikanan.

(4) Kadar lemak (Apriyantono et.al 1995)

Labu lemak yang ukurannya sesuai dengan alat ekstraksi Soxhlet yang akan digunakan, dikeringkan dalam oven pada suhu 103 ºC selama 1 jam kemudian didinginkan dalam dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak 5 gram sampel yang berbentuk tepung ditimbang langsung dalam saringan timbal, yang sesuai ukurannya kemudian ditutup dengan kapas wool yang bebas lemak. Sampel dapat juga dibungkus dengan kertas saring sebagai alternatif lain. Timbal atau kertas

saring yang berisi sampel diletakkan dalam alat ekstraksi Soxhlet, kemudian dipasang alat kondensor di atasnya dan labu lemak di bawahnya. Pelarut heksana dituangkan ke dalam labu lemak secukupnya dan dilakukan refluks minimal selama 5 jam sampai pelarut yang turun kembali ke labu lemak berwarna jernih, kemudian dilakukan destilasi pelarut yang ada di dalam labu lemak dan pelarutnya ditampung. Labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 105 ºC selama 5 jam, kemudian dikeringkan hingga berat tetap dan didinginkan dalam desikator selanjutnya ditimbang. Kadar lemak sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Kadar lemak (%) = x100% C

A B

Keterangan:

A = Berat labu lemak

B = Berat labu lemak beserta lemak C = Berat sampel

(5) Nilai pH (Apriyantono et al. 1989, diacu dalam Kaya 2008)

Sebanyak 5 gram sampel dicampur dengan 45 ml akuades dan diaduk selama 2 menit. Alat pH meter dikalibrasi dengan menggunakan buffer pH standar (pH 4 dan pH 7). Elektroda yang telah dibersihkan, dicelupkan ke dalam sampel yang akan diperiksa. Nilai pH merupakan hasil pembacaan jarum penunjuk pada pH meter selama 1 menit atau sampai angka digital tidak berubah.

(6) Kadar kalsium dan magnesium (Nur et al. 1992) Persiapan sampel dengan metode pengabuan basah

Sebanyak 1 gr sampel ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer ukuran 125 ml. Sebanyak 5 ml HNO3 ditambahkan ke dalam erlenmeyer lalu didiamkan selama 1 jam pada suhu ruang di ruang asam kemudian dipanaskan di atas hot plate dengan temperatur rendah selama 4-6 jam (di dalam ruang asam) dan dibiarkan selama semalam (sampel ditutup). Setelah dibiarkan selama semalam, ditambahkan 0,4 ml H2SO4 lalu dipanaskan di atas hot plate sampai larutan berkurang (lebih pekat) biasanya selama ± 1 jam. Sebanyak 2-3 tetes larutan campuran HClO4 : HNO3 (2:1) ditambahkan ke dalam sampel. Sampel masih tetap di atas hot plate karena pemanasan terus dilanjutkan hingga 1 jam

(hingga terjadi perubahan warna dari coklat, kuning tua hingga kuning muda. Setelah perubahan warna, pemanasan dilanjutkan selama 10-15 menit. Sampel dipindahkan kemudian didinginkan lalu ditambahkan 2 ml akuades dan 0,6 ml HCl. Sampel dipanaskan kembali selama ± 15 menit kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. Apabila ada endapan disaring dengan glass wool. Persiapan larutan stok standar

Sebanyak 1,248 gr CaCO3 (untuk kalsium) dan 5,060 gr MgSO4.7H2O (untuk magnesium) ditimbang dengan tepat kemudian masing-masing dilarutkan dan diencerkan dengan akuades hingga volume 500 ml.

Pengukuran sampel

Larutan standar, blanko dan sampel dialirkan ke dalam AAS lalu diukur absorbansinya. Pengujian kadar kalsium diukur dengan panjang gelombang 422,7 nm dan pengujian kadar magnesium diukur dengan panjang gelombang 285,2 nm.

(7) Kadar fosfor, metode Molibdat-Vanadat (Apriyantono et al. 1995) Persiapan pereaksi Vanadat-Molibdat:

Sebanyak 20 g amonium molibdat dilarutkan dalam 400 ml akuades hangat (50oC) kemudian didinginkan (larutan molibdat). Selanjutnya 1,0 g amonium vanadat (amonium meta vanadat) dilarutkan dalam 300 ml akuades mendidih kemudian ditambahkan 140 ml asam nitrat pekat secara perlahan-lahan dan diaduk (larutan vanadat). Larutan vanadat dimasukkan ke dalam larutan molibdat lalu diaduk. Selanjutnya diencerkan dengan akuades hingga volume 1 liter.

Persiapan larutan fosfat standar:

Potasium dihidrogen fosfat kering sebanyak 3,834 g ditimbang dengan tepat, kemudian dilarutkan dalam akuades dan diencerkan hingga volume 1 liter. Sebanyak 25 ml larutan tersebut diambil dan dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml kemudian diencerkan hingga tanda tera.

Pembuatan kurva standar:

Sebanyak 0; 2.5; 5; 10; 20; 30; 40; dan 50 ml larutan fosfat standar dimasukkan ke dalam satu seri labu takar 100 ml, kemudian diencerkan dengan akuades hingga volume 50-60 ml. Selanjutnya pereaksi vanadat-molibdat sebanyak 25 ml ditambahkan ke dalam masing-masing labu takar dan diencerkan

dengan akuades hingga volume 100 ml. Larutan didiamkan selama 10 menit, kemudian absorbansi masing-masing larutan diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 400 nm. Masing-masing larutan ini mengandung 0; 0,5; 1,0; 2,0; 4,0; 6,0; 8,0 dan 10 mg P2O5 / 100 ml.

Persiapan sampel:

Sebanyak 5 gr sampel ditimbang dengan tepat di dalam gelas piala 150 ml. Selanjutnya ditambahkan 2 ml asam nitrat pekat dan dididihkan selama 5 menit. Kemudian didinginkan dan ditambahkan asam sulfat pekat sebanyak 5 ml. Setelah itu larutan dipanaskan dan ditambahkan HNO3 setetes demi setetes hingga larutan tidak berwarna kemudian dipanaskan hingga timbul asap putiih lalu didinginkan. Sebanyak 15 ml akuades ditambahkan ke dalam larutan kemudian dididihkan lagi selama 10 menit. Larutan didinginkan dan dipindahkan ke dalam labu takar 250 ml. Gelas piala dibilas sampai bersih dan hasil bilasan dimasukkan ke dalam labu takar kemudian larutan dalam labu takar diencerkan dengan akuades hingga tanda tera.

Penetapan sampel:

Sebanyak 10 ml larutan sampel dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml kemudian ditambahkan 40 ml akuades dan 25 ml pereaksi vanadat-molibdat, lalu diencerkan dengan akuades hingga tanda tera. Larutan didiamkan selama 10 menit kemudian diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 400 nm. Selanjutnya konsentrasi fosfor dari kurva standar dicatat berdasarkan absorbans yang terbaca.

Perhitungan kadar fosfor ditetapkan dengan rumus sebagai berikut:

% fosfor dalam sampel (P2O5) = W Cx 52,

C = konsentrasi fosfor dalam sampel (mg/100ml) yang terbaca dari kurva standar

W = berat sampel yang digunakan

(8) Mineral Terlarut (Santoso 2003, diacu dalam Kaya 2008)

Sebanyak 10 gr sampel ditambahkan dengan air masing-masing sebanyak 40 ml pada berbagai pH (2, 4 dan 6). Larutan pH 2, 4 dan 6 dibuat dengan menggunakan HCl dan NaOH. Sampel yang telah ditambahkan dengan air dengan

berbagai pH kemudian dihomogenkan dengan menggunakan homogenizer pada kecepatan 5000-10000 rpm selama 2 menit untuk menghasilkan fraksi terlarut. Sampel tersebut selanjutnya diinkubasi dalam penangas air bergoyang pada suhu 37 oC dengan kecepatan 5 (120 stroke/menit) selama 2 jam. Sampel selanjutnya di sentrifuse pada kecepatan 10000 rpm, 2 oC selama 10 menit. Hasil dari sentrifuse disaring menggunakan kertas saring Whattman 42. Hasil saringan tersebut diukur dengan menggunakan AAS pada panjang gelombang 422,7 nm untuk mengetahui berapa banyak kalsium yang terlarut dan 660 nm untuk mengetahui fosfor yang terlarut.

Dalam dokumen Karakteristik Fisik dan Kimia Tepung Can (Halaman 31-36)

Dokumen terkait