• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakterisasi Penyelesaian Sistem Persamaan Linear atas Aljabar Max-Plus

1.8 Sistem Persamaan Linear Atas Aljabar Max-Plus

1.8.2 Karakterisasi Penyelesaian Sistem Persamaan Linear atas Aljabar Max-Plus

34

Berdasarkan [17] telah dijelaskan mengenai karakterisasi penyelesaian sistem persamaan linear atas aljabar max-plus sebagai berikut :

Diberikan sistem persamaan ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ dengan ๐ด โˆˆ โ„max๐‘šร—๐‘›, ๐’™ โˆˆ โ„max๐‘› dan ๐’ƒ โˆˆ โ„max๐‘š . Sistem persamaan ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ yang terdiri dari ๐‘› persamaan dan ๐‘› peubah dapat ditulis dalam bentuk perkalian matriks sebagai berikut

๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ [ ๐‘Ž11 ๐‘Ž12 โ€ฆ ๐‘Ž1๐‘› ๐‘Ž21 ๐‘Ž22 โ€ฆ ๐‘Ž2๐‘› โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฑ โ‹ฎ ๐‘Ž๐‘›1 ๐‘Ž๐‘›2 โ€ฆ ๐‘Ž๐‘›๐‘› ] โŠ— [ ๐‘ฅ1 ๐‘ฅ2 โ‹ฎ ๐‘ฅ๐‘› ] = [ ๐‘1 ๐‘2 โ‹ฎ ๐‘๐‘› ] atau (๐‘Ž11โŠ— ๐‘ฅ1) โŠ• (๐‘Ž12โŠ— ๐‘ฅ2) โŠ• โ€ฆ โŠ• (๐‘Ž1๐‘›โŠ— ๐‘ฅ๐‘›) = ๐‘1 (๐‘Ž21 โŠ— ๐‘ฅ1) โŠ• (๐‘Ž22โŠ— ๐‘ฅ2) โŠ• โ€ฆ โŠ• (๐‘Ž2๐‘›โŠ— ๐‘ฅ๐‘›) = ๐‘2 โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ (๐‘Ž๐‘›1โŠ— ๐‘ฅ1) โŠ• (๐‘Ž๐‘›2โŠ— ๐‘ฅ2) โŠ• โ€ฆ โŠ• (๐‘Ž๐‘›๐‘› โŠ— ๐‘ฅ๐‘›) = ๐‘๐‘›

Kasus yang pertama dibahas ada suatu penyelesaian dan beberapa elemen dari ๐’ƒ

adalah ๐œ€. Tanpa menghilangkan keumumannya, persamaan dapat disusun ulang sehingga elemen-elemen yang berhingga disusun dengan urutan yang pertama, didapat : [ ๐‘Ž1,1 ๐‘Ž1,2 โ€ฆ ๐‘Ž1,๐‘› ๐‘Ž2,1 ๐‘Ž2,2 โ€ฆ ๐‘Ž2,๐‘› โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฑ โ‹ฎ ๐‘Ž๐‘›,1 ๐‘Ž๐‘›,2 โ€ฆ ๐‘Ž๐‘›,๐‘› ] โŠ— [ ๐‘ฅ1 ๐‘ฅ2 โ‹ฎ ๐‘ฅ๐‘› ] = [ ๐‘1 โ‹ฎ ๐‘๐‘˜ โˆ’โˆž โ‹ฎ โˆ’โˆž]

dapat dituliskan sebagai :

(๐‘Ž1,1 โŠ— ๐‘ฅ1) โŠ• (๐‘Ž1,2โŠ— ๐‘ฅ2) โŠ• โ€ฆ โŠ• (๐‘Ž1,๐‘›โŠ— ๐‘ฅ๐‘›) = ๐‘1 โ‹ฎ (๐‘Ž๐‘˜,1โŠ— ๐‘ฅ1) โŠ• (๐‘Ž๐‘˜,2โŠ— ๐‘ฅ2) โŠ• โ€ฆ โŠ• (๐‘Ž๐‘˜,๐‘› โŠ— ๐‘ฅ๐‘›) = ๐‘๐‘˜ (๐‘Ž๐‘˜+1,1โŠ— ๐‘ฅ1) โŠ• (๐‘Ž๐‘˜+1,2โŠ— ๐‘ฅ2) โŠ• โ€ฆ โŠ• (๐‘Ž๐‘˜+1,๐‘›โŠ— ๐‘ฅ๐‘›) = โˆ’โˆž โ‹ฎ (๐‘Ž๐‘›,1โŠ— ๐‘ฅ1) โŠ• (๐‘Ž๐‘›,2โŠ— ๐‘ฅ2) โŠ• โ€ฆ โŠ• (๐‘Ž๐‘›,๐‘›โŠ— ๐‘ฅ๐‘›) = โˆ’โˆž

Lakukan penomoran ulang pada peubah untuk ๐‘— sehingga

35 terjadi pertama, didapatkan

[ ๐ด1 ๐ด2 โˆ’โˆž โ‹ฏ โˆ’โˆž โ‹ฎ โ‹ฑ โ‹ฎ โˆ’โˆž โ‹ฏ โˆ’โˆž ๐ด3 ] โŠ— [ ๐‘ฅ1 โ‹ฎ ๐‘ฅ๐‘™ ๐‘ฅ๐‘™+1 โ‹ฎ ๐‘ฅ๐‘› ] = [ ๐‘1 โ‹ฎ ๐‘๐‘˜ โˆ’โˆž โ‹ฎ โˆ’โˆž]

dengan matriks ๐ด1 berukuran ๐‘˜ ร— ๐‘™. Misalkan :

๐’ƒฬ… = [๐‘โ‹ฎ1

๐‘๐‘˜] dan ๐’™ฬ… = [ ๐‘ฅ1

โ‹ฎ ๐‘ฅ๐‘™]

Catatan bahwa : ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ mempunyai penyelesaian, maka ๐‘ฅ๐‘™+1, โ€ฆ , ๐‘ฅ๐‘› = โˆ’โˆž dan ๐ด1โŠ— ๐’™ฬ… = ๐’ƒฬ…. Jadi ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ mempunyai penyelesaian bila dan hanya bila ๐’™ฬ… adalah penyelesaian dari ๐ด1โŠ— ๐’™ฬ… = ๐’ƒฬ… dan penyelesaian dari ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ

adalah ๐’™ = [ ๐’™ฬ… โˆ’โˆž โ‹ฎ โˆ’โˆž ]

Oleh karena itu, penyelesaian dari ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒdengan beberapa elemen ๐’ƒtakhingga dapat direduksi ke bentuk ๐ด1โŠ— ๐’™ฬ… = ๐’ƒฬ…dengan semua elemen dari ๐’ƒฬ… berhingga. Jadi pembahasan persamaan ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ dapat ditekankan pada semua elemen ๐’ƒ

berhingga. Bila ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ mempunyai penyelesaian, maka:

๐‘Ž๐‘–๐‘— โŠ— ๐‘ฅ๐‘— โ‰ค ๐‘๐‘–, โˆ€๐‘– โˆˆ ๐‘›, ๐‘— โˆˆ ๐‘›

jika dituliskan secara terpisah untuk setiap ๐‘– didapat

๐‘Ž๐‘–1 + ๐‘ฅ1โ‰ค ๐‘1 atau ๐‘ฅ1 โ‰ค ๐‘1โˆ’ ๐‘Ž๐‘–1 didapat ๐‘ฅ1โ‰ค ๐‘1โˆ’ ๐‘Ž11 ๐‘ฅ1 โ‰ค ๐‘2 โˆ’ ๐‘Ž21 โ‹ฎ ๐‘ฅ1 โ‰ค ๐‘๐‘›โˆ’ ๐‘Ž๐‘›1 atau ๐‘ฅ1 โ‰ค min{(๐‘1 โˆ’ ๐‘Ž11), (๐‘2โˆ’ ๐‘Ž21), โ€ฆ , (๐‘๐‘› โˆ’ ๐‘Ž๐‘›1) }

Jadi, jika sistem mempunyai penyelesaian maka harus memenuhi

36

dengan demikian penyelesaian ๐‘ฅ yang mungkin memenuhi

๐‘ฅ1 โ‰ค min{(๐‘1 โˆ’ ๐‘Ž11), (๐‘2โˆ’ ๐‘Ž21), โ€ฆ , (๐‘๐‘› โˆ’ ๐‘Ž๐‘›1) } ๐‘ฅ2 โ‰ค min{(๐‘1โˆ’ ๐‘Ž12), (๐‘2โˆ’ ๐‘Ž22), โ€ฆ , (๐‘๐‘› โˆ’ ๐‘Ž๐‘›2) }

โ‹ฎ

๐‘ฅ๐‘› โ‰ค min{(๐‘1โˆ’ ๐‘Ž1๐‘›), (๐‘2โˆ’ ๐‘Ž2๐‘›), โ€ฆ , (๐‘๐‘› โˆ’ ๐‘Ž๐‘›๐‘›) }

Jadi calon penyelesaian dari ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ yang dinotasikan dengan๐’™ฬ… adalah

๐’™ฬ… = [ ๐‘ฅฬ…1 ๐‘ฅฬ…2 โ‹ฎ ๐‘ฅฬ…๐‘› ], dengan ๐‘ฅ1 = min{(๐‘1 โˆ’ ๐‘Ž11), (๐‘2โˆ’ ๐‘Ž21), โ€ฆ , (๐‘๐‘›โˆ’ ๐‘Ž๐‘›1) } ๐‘ฅ2 = min{(๐‘1โˆ’ ๐‘Ž12), (๐‘2โˆ’ ๐‘Ž22), โ€ฆ , (๐‘๐‘› โˆ’ ๐‘Ž๐‘›2) } โ‹ฎ ๐‘ฅ๐‘› = min{(๐‘1โˆ’ ๐‘Ž1๐‘›), (๐‘2โˆ’ ๐‘Ž2๐‘›), โ€ฆ , (๐‘๐‘› โˆ’ ๐‘Ž๐‘›๐‘›) }

Selanjutnya didefinisikan matriks โ€œdiscrepancyโ€ (ketidaksesuaian) dinotasikan

๐ท๐ด,๐‘ dengan ๐ท๐ด,๐‘ = [ ๐‘1โˆ’ ๐‘Ž11 ๐‘1โˆ’ ๐‘Ž12 โ€ฆ ๐‘1โˆ’ ๐‘Ž1๐‘› ๐‘2โˆ’ ๐‘Ž21 ๐‘2โˆ’ ๐‘Ž22 โ‹ฎ ๐‘2โˆ’ ๐‘Ž2๐‘› โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ ๐‘๐‘›โˆ’ ๐‘Ž๐‘›1 ๐‘๐‘› โˆ’ ๐‘Ž๐‘›2 โ€ฆ ๐‘๐‘›โˆ’ ๐‘Ž๐‘›๐‘› ]

minimum dari setiap kolom ๐ท๐ด,๐‘ adalah elemen dari ๐’™ฬ….

Selanjutnya didefinisikan matriks tereduksi ketaksesuaian ๐‘…๐ด,๐‘ sebagai berikut :

๐‘…๐ด,๐‘ = [๐‘Ÿ๐‘–,๐‘—]

dengan

๐‘Ÿ๐‘–,๐‘— = {0 , yang lainnya 1, jika ๐‘‘๐‘–,๐‘— = minimum dari kolom ke โˆ’ j

Dalam hal ini matriks ๐ท๐ด,๐‘ dan ๐‘…๐ด,๐‘ dapat digunakan untuk menentukan perilaku penyelesaian dari sistem persamaan ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ. Dengan demikian dapat diketahui kekonsistenan dan ketunggalan dari penyelesaian ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ.

Berikut diberikan contoh kasus penyelesaian sistem persamaan ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ. Contoh 2.26 Kasus ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ mempunyai penyelesaian tunggal

37 Selesaikan ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ,jika ๐ด = [โˆ’4 18 โˆ’81 โˆ’9 4 2 1 โˆ’4] , ๐‘ฅ = [๐‘ฅ๐‘ฅ12 ๐‘ฅ3 ] dan , ๐‘ = [โˆ’61 โˆ’3]

didapatkan matriks ๐ท๐ด,๐‘ dan ๐‘…๐ด,๐‘ sebagai berikut :

๐ท๐ด,๐‘ = [โˆ’2 โˆ’240 10 โˆ’32

โˆ’5 โˆ’4 1 ] dan ๐‘…๐ด,๐‘ = [

0 0 1 0 1 0 1 0 0]

terlihat bahwa setiap kolom matriks ๐‘…๐ด,๐‘ hanya terdapat tepat satu elemen bernilai 1. Hal ini menandakan bahwa ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ hanya mempunyai tepat satu penyelesaian ๐’™ฬ… dengan elemen-elemennya adalah minimum dari setiap kolom matriks ๐ท๐ด,๐‘ yaitu

๐’™ฬ… = [โˆ’24โˆ’5 โˆ’3 ]

hal ini bisa di cek sebagai berikut :

๐ด โŠ— ๐’™ฬ… = [โˆ’4 18 โˆ’81 โˆ’9 4 2 1 โˆ’4] โŠ— [โˆ’24โˆ’5 โˆ’3] = [๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ(โˆ’9, โˆ’6, โˆ’11)๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ(โˆ’4, โˆ’33,1) ๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ(โˆ’3, โˆ’23, โˆ’7)] = [ 1 โˆ’6 โˆ’3] = ๐’ƒ. Dari hal tersebut dapat dijelaskan bahwa :

๏‚ท Pada baris pertama nilai maksimum dicapai hanya satu kali, dengan demikian persamaan baris pertama menetapkan elemen ๐‘ฅ3 = โˆ’3.

๏‚ท Pada baris kedua nilai maksimum dicapai hanya satu kali. Dengan demikian persamaan baris kedua menetapkan elemen ๐‘ฅ2 = โˆ’24.

๏‚ท Pada baris ketiga didapatkan nilai maksimum dicapai hanya satu kali. Dengan demikian persamaan baris ketiga menetapkan elemen ๐‘ฅ1 = โˆ’5.

Setiap elemen-elemen yang sudah dipilih ini tidak bisa diubah, bila diubah yang lain maka akan membentuk pertaksamaan. Karena pada keseluruhan baris nilai maksimum hanya dicapai satu kali, maka hanya terdapat satu cara untuk mencapai persamaan pada semua baris yaitu dengan menetapkan elemen ๐‘ฅ1 = โˆ’5,

๐‘ฅ2 = โˆ’24, ๐‘ฅ3 = โˆ’3. Dengan demikian persamaan ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ memiliki penyelesaian tunggal.

38 Selesaikan ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ, jika ๐ด = [โˆ’4 18 โˆ’81 โˆ’9 4 2 1 โˆ’4] , ๐‘ฅ = [๐‘ฅ๐‘ฅ12 ๐‘ฅ3 ] dan , ๐‘ = [21 3]

didapatkan matriks ๐ท๐ด,๐‘ dan ๐‘…๐ด,๐‘ sebagai berikut :

๐ท๐ด,๐‘ = [15 โˆ’1711 โˆ’29

1 2 7 ] dan ๐‘…๐ด,๐‘ = [

1 0 1 0 1 0 1 0 0]

terlihat bahwa setiap kolom matriks ๐‘…๐ด,๐‘ terdapat setidaknya satu elemen bernilai 1, sedangkan pada baris ke-1 terdapat nilai 1 lebih dari satu. Hal tersebut menandakan bahwa ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ mempunyai banyak penyelesaian ๐’™ฬ…. Elemen-elemen minimum dari setiap kolom matriks ๐ท๐ด,๐‘ yaitu

๐’™ฬ… = [โˆ’171 โˆ’2 ]

Hal ini bisa di cek sebagai berikut :

๐ด โŠ— ๐’™ฬ… = [โˆ’4 18 โˆ’81 โˆ’9 4 2 1 โˆ’4] โŠ— [โˆ’171 โˆ’2 ] = [๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ(โˆ’3, 1, โˆ’10)๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ(2, โˆ’26, 2) ๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ(3, โˆ’16, โˆ’6)] = [ 2 1 3] = ๐’ƒ. dari hal tersebut dapat dijelaskan bahwa :

๏‚ท Pada baris pertama nilai maksimum dicapai dua kali yaitu pada saat elemen

๐‘ฅ1 = 1 dan elemen ๐‘ฅ3 = โˆ’2.

๏‚ท Pada baris kedua nilai maksimum dicapai hanya satu kali. Dengan demikian persamaan baris kedua menetapkan elemen ๐‘ฅ2= โˆ’17.

๏‚ท Pada baris ketiga nilai maksimum dicapai hanya satu kali. Dengan demikian persamaan baris ketiga menetapkan elemen ๐‘ฅ1 = 1.

Elemen-elemen yang sudah dipilih yaitu ๐‘ฅ2 = โˆ’17 dan ๐‘ฅ1 = 1 tidak bisa diubah, bila diubah yang lain maka baris kedua dan ketiga akan membentuk pertaksamaan. Karena persamaan baris ketiga telah menetapkan ๐‘ฅ1 = 1, maka dengan menetapkan elemen ๐‘ฅ3 < โˆ’2 pada baris pertama tetap membentuk persamaan dan tidak akan mengubah persamaan pada baris lain. Sehingga persamaan pada semua baris akan tercapai dengan menetapkan elemen ๐‘ฅ1 = 1, ๐‘ฅ2 = โˆ’17, ๐‘ฅ3 < โˆ’2. Dengan demikian ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒmemiliki penyelesaian tak hingga banyak yaitu

39

๐’™ฬ… = [โˆ’171

๐‘3 ] untuk setiap ๐‘3 < โˆ’2

Contoh 2.28. Kasus ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ tidak mempunyai penyelesaian

Selesaikan ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ,jika ๐ด = [โˆ’4 18 โˆ’81 โˆ’9 4 2 1 โˆ’4] , ๐‘ฅ = [๐‘ฅ๐‘ฅ12 ๐‘ฅ3] dan , ๐‘ = [ 1 2 3]

didapatkan matriks ๐ท๐ด,๐‘ dan ๐‘…๐ด,๐‘ sebagai berikut :

๐ท๐ด,๐‘ = [06 โˆ’16 1010 โˆ’3

1 2 7 ] dan ๐‘…๐ด,๐‘ = [

1 0 1 0 1 0 0 0 0]

Terlihat bahwa tidak semua kolom matriks ๐‘…๐ด,๐‘ setidaknya memuat satu elemen bernilai 1, yaitu pada baris ke-3 semua elemennya bernilai 0. Hal tersebut menandakan bahwa ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒtidakmempunyai penyelesaian.

Elemen-elemen minimum dari setiap kolom matriks ๐ท๐ด,๐‘ yaitu

๐’™ฬ… = [โˆ’160 โˆ’3 ]

Selanjutnya bisa di cek bahwa :

๐ด โŠ— ๐’™ฬ… = [โˆ’4 18 โˆ’81 โˆ’9 4 2 1 โˆ’4] โŠ— [โˆ’160 โˆ’3 ] = [๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ(โˆ’4, 2, โˆ’11)๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ(1, โˆ’25, 1) ๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ(2, โˆ’15, โˆ’7)] = [ 1 2 2] < [12 3] = ๐’ƒ. Dari hal tersebut dapat dijelaskan bahwa :

๏‚ท Pada baris pertama nilai maksimum dicapai dua kali yaitu pada saat elemen

๐‘ฅ1 = 0 dan elemen ๐‘ฅ3 = โˆ’3.

๏‚ท Pada baris kedua nilai maksimum dicapai hanya satu kali. Dengan demikian persamaan baris kedua menetapkan elemen ๐‘ฅ2= โˆ’17.

๏‚ท Pada baris ketiga tidak terdapat elemen yang dapat mencapai nilai maksimum yang bisa membentuk persamaan, sehingga baris ketiga membentuk pertaksamaan. Oleh karena itu persamaan pada baris ketiga tidak tercapai. Dengan demikian ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒtidakmempunyai penyelesaian.

40

Berdasarkan Contoh 2.26 sampai 2.28 didapatkan matriks ๐‘…๐ด,๐‘ untuk penyelesaian tunggal, tak hingga banyak dan tidak mempunyai penyelesaian sebagai berikut :

Solusi tunggal Solusi tak hingga banyak Tidak mempunyai penyelesaian ๐ท๐ด,๐‘ = [โˆ’2 โˆ’240 10 โˆ’32 โˆ’5 โˆ’4 1 ] ๐ท๐ด,๐‘ = [ 1 11 โˆ’2 5 โˆ’17 9 1 2 7 ] ๐ท๐ด,๐‘ = [ 0 10 โˆ’3 6 โˆ’16 10 1 2 7 ] ๐‘…๐ด,๐‘ = [0 0 10 1 0 1 0 0] ๐‘…๐ด,๐‘ = [ 1 0 1 0 1 0 1 0 0] ๐‘…๐ด,๐‘ = [ 0 1 0 1 0 1 0 0 0]

Berikut diberikan Teorema mengenai beberapa hal yang telah dibahas.

Teorema 2.3 [17]. Diberikan persamaan ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ dengan ๐ด โˆˆ โ„max๐‘šร—๐‘›, ๐’™ โˆˆ โ„max๐‘› dan ๐’ƒ โˆˆ โ„max๐‘š . Bila suatu baris dari matriks ๐‘…๐ด,๐‘ semua elemennya bernilai

0, maka persamaan ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ tidak punya penyelesaian. Bila setidaknya pada setiap baris matriks ๐‘…๐ด,๐‘ paling sedikit memuat sebuah elemen bernilai 1, maka

๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒmempunyai penyelesaian.

Bukti.

Tanpa menghilangkan keumuman, misalkan baris ke-๐‘˜ dari ๐‘…๐ด,๐‘ semua elemennya bernilai 0 dan andaikan bahwa ๐’™ฬ…adalah suatu penyelesian dari persamaan ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ, maka:

๐’™ฬ…๐‘— โ‰ค ๐‘š๐‘–๐‘›{๐‘๐‘™ โˆ’ ๐‘Ž๐‘™,๐‘—} < (๐‘๐‘˜โˆ’ ๐‘Ž๐‘˜,๐‘—), โˆ€๐‘™ โˆˆ ๐‘›.

Jadi ๐’™ฬ…๐‘—+ ๐‘Ž๐‘˜,๐‘—< ๐‘๐‘˜ untuk semua ๐‘—. Dengan demikian ๐’™ฬ… tidak memenuhi persamaan ke- ๐‘˜. Hal ini bertentangan dengan ๐’™ฬ… adalah suatu penyelesaian dari

๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ. Jadi ๐’™ฬ…bukan penyelesaian dari ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒsehingga ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒtidak punya penyelesaian. Berikutnya, andaikan ๐’™ฬ… bukan penyelesaian dari ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ

maka ๐’™ฬ…๐‘—< ๐‘๐‘˜โˆ’ ๐‘Ž๐‘˜,๐‘— untuk semua ๐‘˜, ๐‘—. Jadi :

๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ{๐‘Ž๐‘˜,๐‘—+ ๐’™ฬ…๐‘—} โ‰ค ๐‘๐‘˜, โˆ€๐‘— โˆˆ ๐‘›

dan bila ๐’™ฬ…bukan penyelesaian dari ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ, maka ada suatu ๐‘˜ dengan

๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ{๐‘Ž๐‘˜,๐‘—+ ๐’™ฬ…๐‘—} < ๐‘๐‘˜, โˆ€๐‘— โˆˆ ๐‘›

karena

41

maka tidak ada elemen di baris ke- ๐‘˜ pada matriks ๐‘…๐ด,๐‘ yang bernilai 1. Hal ini bertentangan bahwa setiap baris dari matriks ๐‘…๐ด,๐‘ setidaknya memuat elemen yang bernilai 1. Jadi haruslah ๐’™ฬ… adalah suatu penyelesaian dari ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ. โˆŽ

Teorema 2.3 tersebut menjelaskan eksistensi dari penyelesaian ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ. Eksistensi tersebut belum menjelaskan bilamana ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ memiliki penyelesaiaan tunggal dan tidak tunggal. Untuk hal tersebut diperlukan definisi sebagai berikut :

Definisi 2.25 [17]. Elemen bernilai 1 pada suatu baris ๐‘…๐ด,๐‘ dinamakan elemen peubah tetap bila nilai 1 hanya muncul sekali pada baris tersebut atau bila nilai 1 berada pada kolom yang sama seperti halnya nilai 1 hanya satu-satunya pada baris tersebut. Sedangkan sisa nilai 1 lainnya dinamakan elemen slack.

Berikut ini diberikan matriks ๐‘…๐ด,๐‘ yang didapat dari Contoh 2.26 dan 2.27 untuk mempertegas Definisi 2.25 mengenai elemen peubah tetap dan elemen slack.

Solusi tunggal Solusi tak hingga banyak

๐‘…๐ด,๐‘ = [ 0 0 ๐Ÿ 0 ๐Ÿ 0 ๐Ÿ 0 0] ๐‘…๐ด,๐‘ = [ ๐Ÿ 0 1 0 ๐Ÿ 0 ๐Ÿ 0 0]

Dari tabel tersebut dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut : Berdasarkan Contoh 2.26 didapat matriks

๐ท๐ด,๐‘ = [โˆ’2 โˆ’240 10 โˆ’32

โˆ’5 โˆ’4 1 ] dan ๐‘…๐ด,๐‘ = [

0 0 ๐Ÿ 0 ๐Ÿ 0 ๐Ÿ 0 0]

semua elemen ๐Ÿ adalah peubah tetap. Persamaan baris pertama menetapkan elemen

๐‘ฅ3 = โˆ’3, Persamaan baris kedua menetapkan elemen ๐‘ฅ2 = โˆ’24, dan Persamaan baris ketiga menetapkan elemen ๐‘ฅ1 = โˆ’5. Setiap elemen-elemen yang sudah dipilih tidak bisa diubah, bila diubah maka tidak akan memenuhi ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ. Berdasarkan Contoh 2.27 didapat matriks

42 ๐ท๐ด,๐‘ = [15 โˆ’1711 โˆ’29 1 2 7 ] dan ๐‘…๐ด,๐‘ = [ ๐Ÿ 0 1 0 ๐Ÿ 0 ๐Ÿ 0 0]

semua elemen ๐Ÿ adalah peubah tetap. Sedangkan sisa nilai 1 lainnya dinamakan elemen slack. Pada Contoh 2.26 terdapat satu elemen slack. Pada baris pertama terdapat dua kemungkinan yaitu menetapkan elemen ๐‘ฅ1atau ๐‘ฅ3. Persamaan baris kedua menetapkan elemen ๐‘ฅ2, dan persamaan baris ketiga telah menetapkan elemen

๐‘ฅ1. Karena elemen ๐‘ฅ1 tidak bisa dirubah, maka pada baris pertama dengan menetapkan elemen ๐‘ฅ3 < โˆ’2 akan membentuk persamaan karena maksimum hanya dicapai satu kali dan tidak akan mengubah persamaan lain. Dengan demikian, dengan menetapkan ๐‘ฅ1= 1, ๐‘ฅ2 = โˆ’17 dan ๐‘ฅ3 <๐‘ฃโˆ’ 2 persamaan semua baris selalu benar.

Berikut ini diberikan penjelasan mengenai hal yang telah dibahas.

Teorema 2.4 [17]. Diberikan persamaan ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ dengan ๐ด โˆˆ โ„max๐‘šร—๐‘›, ๐’™ โˆˆ โ„max๐‘› dan ๐’ƒ โˆˆ โ„max๐‘š dan diasumsikan ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ mempunyai penyelesaian. Bila setiap baris dari matriks ๐‘…๐ด,๐‘ hanya ada satu anggota yang bernilai 1, maka persamaan ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ mempunyai penyelesaian tunggal. Bila ada elemen slack

pada matriks ๐‘…๐ด,๐‘ maka ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒmempunyai penyelesaian tidak tunggal.

Bukti.

Bila disetiap baris ๐‘…๐ด,๐‘ hanya ada satu elemen bernilai 1, maka disetiap baris ๐‘…๐ด,๐‘

ada suatu elemen peubah tetap dan tidak ada elemen slack. Dengan demikian semua elemen ๐’™ tetap, jadi penyelesaian tunggal. Selanjutnya, misalkan ๐‘Ÿ๐‘–,๐‘— adalah satu elemen slack pada ๐‘…๐ด,๐‘ dan ๐’™ adalah penyelesaian dari ๐ด โŠ— ๐’™ = ๐’ƒ. Karena ๐‘Ÿ๐‘–,๐‘—

bukan elemen peubah tetap, maka tidak ada elemen peubah tetap pada kolom ke- ๐‘—

dari matriks ๐‘…๐ด,๐‘. Jadi persamaan bisa dicapai tanpa menggunakan elemen ๐’™ฬ…๐‘—. Dengan demikian walaupun ๐’™ฬ…๐‘— menunjukkan nilai maksimum yang mungkin untuk elemen ini, akan tetapi untuk setiap nilai yang lebih kecil atau samadengan ๐’™ฬ…๐‘— tidak akan mempengaruhi eksistensi persamaan baris yang telah ditetapkan. โˆŽ

1.9 Sistem Persamaan Linear atas Aljabar Supertropical

43

Sebagaimana dalam aljabar linear biasa, sistem persamaan linear atas aljabar supertropical terbagi menjadi sistem persamaan tak homogen dan sistem persamaan homogen. Dalam aljabar supertropical, akan digunakan relasi ghost surpassโŠจpada ๐‘… sebagai pengganti dari relasi โ€œ=โ€.

Sistem persamaan tak homogen atas aljabar supertropical dinyatakan sebagai ๐ด โŠ— ๐’™ โŠจ ๐’ƒ.Sedangkan bila semua entri dari ๐’ƒ = ๐œบ โ‰ โˆ’โˆž, maka sistem persamaan ๐ด โŠ— ๐’™ โŠจ ๐œบ disebut sistem persamaan homogen atas aljabar

45

BAB III

Dokumen terkait