• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KEDUDUKAN HUKUM HASIL AUDIT DIKAITKAN

A. Karakteristik Bukti Audit

Bukti audit adalah “semua media informasi yang digunakan oleh auditor untuk mendukung argumentasi pendapat, atau simpulan dan rekomendasinya dalam meyakinkan tingkat kesesuaian antara kondisi dengan kriterianya”. Tidak semua informasi bermanfaat bagi audit, karena itu harus dipilih, yaitu audit yang handal sehingga meyakinkan pihak lain. Kehandalan bukti audit tergantung dari terpenuhinya syarat-syarat bukti audit.64

Sedangkan pendapat lain mengatakan “bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya”.65

Bukti audit ini menghasilkan hasil audit yang menginformasikan kepada pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan oleh auditor dan kesimpulan

64

Diklat Pembentukan Auditor Terampil, Dasar-Dasar Auditing, “Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan”, Ciawi, 2005, hlm. 29.

65

Sofa, “Bukti Audit dan Kertas Kerja Audit”, http://massofa.wordpress.com, Diakses tanggal 5 Januari 2009.

yang diperolehnya. Dari sudut pandang pemakai laporan dianggap sebagai produk utama dari proses pengauditan.66

Kenyataan memberikan gambaran bahwa yang dijadikan bahan bukti tersebut adalah media informasi yang dipergunakan oleh auditor untuk melakukan tugasnya dalam mengaudit. Sedangkan hasil audit adalah merupakan kesimpul-an dari hasil pekerjaan audit itu sendiri. Dari hasil kesimpulan ini maka akan dapat diterjemahkan telah terjadinya tindak pidana korupsi atau tidak. Sedangkan yang diangkat sebagai bahan bukti adalah informasi atau keterangan yang dipergunakan oleh auditor dalam melakukan tugas pengauditan serta hasil audit itu sendiri. Hal ini berdasarkan Pasal 187 huruf c KUHAP.

Tentang syarat-syarat bukti audit tersebut ada empat yaitu:67

1. Relevan.

Bukti yang relevan maksudnya adalah bukti yang secara logis mempunyai hubungan dengan permasalahannya. Bukti yang tidak ada kaitannya dengan permasalahan (kondisi) tentu tidak ada gunanya karena tidak dapat dipakai guna mendukung argumentasi, pendapat atau simpulan dan rekomendasi dari auditor. Relevannya bukti dapat dilihat dari satu persatu informasi. Tidak informasi sekecil apapun harus relevan dengan permasalahannya.

66

Arens & Loebbecke, Auditing, Pendekatan Terpadu, Adaptasi oleh Amir Abadi Jusuf, (Jakarta : Salemba Empat, 2003), hlm. 35.

67

2. Kompeten.

Kompeten tidaknya suatu bukti dipengaruhi oleh sumber bukti, cara mendapatkan bukti dan kelengkapan persyaratan juridis bukti tersebut. Dilihat dari sumbernya bukti tentang kepegawaian yang didapat dari Bagian Kepegawaian lebih kompeten dibanding dengan bukti yang didapat dari pihak lain, bukti yang jelas sumbernya lebih kompeten dari bukti yang didapat dari sumber yang tidak jelas. Bukti buatan pihak luar (bukti ekstern) pada umumnya lebih kompeten dari bukti buatan auditan (bukti intern).

Dilihat dari cara auditor mendapatkan bukti, bukti yang didapat auditor dari pihak luar auditan lebih kompeten daripada bukti yang didapat dari aduitan, bukti yang didapat melalui pengamatan langsung oleh auditor sendiri lebih kompeten dari bukti yang didapat oleh melalui pihak lain.

Dilihat dari persyaratan yuridis, bukti yang ditandatangani, disetempel, ada tanggal, ada tanda persetujuan, dan lain-lain lebih kompeten dari bukti yang tidak memenuhi syarat hukum. Bukti asli lebih meyakinkan daripada fotokopian. Bukti yang dilegalisir oleh auditan lebih kompeten daripada fotokopiannya.

Ada suatu pandangan bahwa Sistem Pengendalian Manajemen (SPM) menentukan pula kehandalan bukti. Bukti yang didapat dari suatu organisasi yang memiliki SPM yang baik lebih dapat diandalkan daripada bukti-bukti yang didapat dari organisasi yang SPM-nya kurang baik. Kompeten atau tidaknya bukti dilihat dari satu persatu bukti. Ada bukti yang kompetensinya tinggi dan ada bukti yang kompetensinya rendah.

3. Cukup.

Bukti yang cukup berkaitan dengan jumlah kuantitas dan atau nilai keseluruhan bukti. Bukti yang cukup berarti dapat mewakili/menggambarkan keseluruhan keadaan/kondisi yang dipermasalahkan.

4. Material

Bukti yang material adalah bukti yang mempunyai nilai yang cukup berarti dan penting bagi pencapaian tujuan organisasi. Materialitas atau keberartian tersebut dapat dilihat antara lain dari:

a. Besarnya nilai uang atau yang bernilai uang besar.

b. Pengaruhnya terhadap kegiatan (walaupun nilainya tidak seberapa). c. Hal yang menyangkut tujuan audit.

d. Penting menurut peraturan perundang-undangan (selisih kas tidak boleh terjadi, karena itu seandainya terdapat selisih kas, berapapun besarnya harus dicari sebab-sebabnya).

e. Keinginan pemanfaatan laporan.

f. Kegiatan yang pada saat audit dilakukan sedang jadi perhatian umum.

Syarat-syarat bukti audit relevan, komputer, cukup, dan material (rekocuma) tidak sendiri tetapi merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Bukti audit agar dapat mendukung kesimpulan/pendapat auditor harus mengandung unsur relevan, kompeten, cukup, dan material. Bukti yang relevan, cukup dan material tidak ada gunanya bila tidak kompeten. Bukti yang kompeten tidak ada gunanya bila tidak relevan. Bukti yang relevan dan kompeten tidak adanya gunanya bila tidak cukup

mewakili.

Bukti audit dapat dibedakan dalam beberapa jenis atau golongan sebagai berikut:68

1. Bukti fisik.

Bukti fisik adalah bukti yang diperoleh melalui pengamatan langsung dengan mata kepala auditor sendiri menyangkut harta berwujud. Pengamatan langsung oleh auditor dilakukan dengan cara inventarisasi fisik (dikenal pula dengan sebutan

opname) dan inspeksi ke lapangan (on the spot). Hasil pengamatan fisik oleh auditor

tersebut dikukuhkan ke dalam suatu media pengganti fisik yaitu Berita Acara Pemeriksaan Fisik, Hasil Inspeksi Lapangan, Foto, Surat Pernyataan, Denah Lkasi atau Peta Lokasi, dan lain-lain.

Pengamatan fisik dapat dilakukan untuk meyakinkan mengenai keberadannya (kuantitatif) dan mutu (kualitatif) dari aktiva berwujud. Namun kehandalannya sangat tergantung dari kemampuan auditor yang bersangkutan dalam memahami harta berwujud yang diaudit. Misalnya, seorang auditor yang di tugaskan menguji fisik berbagai jenis obat tentu saja tidak efektif apabila auditor tersebut sama sekali tidak memahami obat-obatan. Di dalam keadaan tertentu hasil pengamatan fisik saja belum sepenuhnya dapat dipakai untuk mengambil kesimpulan audit, karena itu perlu didukung dengan bukti yang lain.

2. Bukti dokumen.

Bukti audit yang paling banyak ditemui oleh auditor adalah bukti dokumen. Bukti dokumen pada umumnya terbut dari kertas yang mengandung huruf, angka dan informasi, serta simbol-simbol dan lain-lain. Bukti dokumen pada umumnya berbentuk lembaran-lembaran kertas, baik berdiri sendiri maupun yang digabungkan. Dalam menilai atau mengevaluasi bukti dokumen, auditor sebaiknya memperhatikan pengendalian intern sumber dokumen tersebut dan terpenuhinya persyaratan juridis. Kelemahan sistem pengendalian manajemen memungkinkan dokumen mnegandung kesalahan atau kelalaian yang tidak disengaja, tetapi tidak tertutup kemungkinan terjadinya dokumen palsu yang dibuat oleh karyawan yang tidak jujur. Makin mudah dokumen dibuat, tanpa prosedur pengendalian manajemen yang baik, makin besar kemungkinan dokumen itu mengandung kesalahan dan atau kecurangan. Jika sistem pengendalian manajemen lemah, auditor tidak sepenuhnya mempercayai bukti dokumen tetapi harus menambah pengujian dengan dokumen lain.

Dilihat dari sumbernya, bukti dokumen dapat berupa:

a. Bukti intern yang aslinya telah diserahkan ke pihak ketiga (antara lain bukti kas masuk).

b. Bukti ekstern yang aslinya ada di auditan (antara lain bukti kas keluar faktur). c. Bukti yang didapat auditor langsung dari pihak ketiga (antara lain rekening koran

bank).

tembusan dokumen).69

Bukti dokumen akan lebih handal antara lain apabila: a. Bukti yang dibuat oleh pihak luar yang bebas.

b. Bukti yang diterima auditor langsung dari pihak ketiga, tidak melalui auditan. c. Dokumen intern yang telah berada di pihak ketiga (ekstern).70

Dalam bukti dokumen termasuk bukti catatan. Bukti catatan adalah bukti yang berbentuk buku-buku atau catatan yang sengaja dibuat untuk kepentingan auditan. Bukti dokumen digunakan sebagai sumber pencatatan (buku-buku), atau sebaliknya dari catatan (buku-buku) dapat digunakan sebagai dasar pembuatan dokumen. Dari catatan selanjutnya dapat dibuat pertanggungjawaban atau akuntabilitas atau laporan berbagai bentuknya. Karena itu catatan juga merupakan bukti yang penting sebagai pembanding atau penguji kewajaran bukti lainnya dan pertanggung jawaban.

3. Bukti analisis

Yang termasuk bukti analisis adalah bukti analisis dan bukti perhitungan. Bukti analisis adalah bukti audit yang diperoleh auditor dengan melakukan analisis atas data-data auditan dan yang berkaitan dengan aduitan. Dalam hal ini auditor dapat menggunakan rumus-rumus atau lazimnya dikenal dengan nama rasio-rasio yang telah dikenal di dalam masyarakat. Auditor menguji kesesuaian rasio tersebut dengan kondisi yang ada di auditan. Dengan demikian analisis termasuk salah satu teknik audit.

69Ibid., hlm. 36-37.

70

Bukti perhitungan adalah bukti yang didapat atau dihasilkan dari perhitungan yang dilakukan oleh auditor sendiri. Auditor membuat hitung-hitungan mengenai sesuatu hal berdasarkan pengetahuannya atau kriteria yang berlaku. Perhitungan yang dilakukan oleh auditor digunakan antara lain untuk menguji perhitungan yang telah dibuat oleh auditan. Bukti perhitungan dicantumkan pula dalam media tertulis (dokumen).

4. Bukti keterangan.

Yang termasuk bukti keterangan adalah bukti kesaksian, bukti lisan dan bukti spesialis (ahli). Bukti kesaksian adalah bukti peyakin yang didapat dari pihak lain karena diminta oleh auditor. Peyakin maksudnya adalah untuk mendukung bukti-bukti lain yang telah didapatkan oleh auditor, biasanya bukti-bukti fisik, bukti-bukti dokumen, atau bukti lisan, kemudian dilengkapi dengan bukti kesaksian.

Bukti lisan adalah bukti yang didapat oleh auditor dari orang lain melalui pembicaraan secara lisan. Orang lain tersebut mungkin berasal dari luar auditan maupun dari pihak auditan sendiri. Informasi lisan ini perlu dicatat oleh auditor dengan seksama termasuk nara sumbernya.

Banyak informasi lisan yang didapat oleh auditor tetapi pihak memberikan informasi tidak bersedia memberikan pernyataan tertulis yang ditandatanganinya.

Bukti spesialias adalah bukti yang didapat dari tenaga ahli, baik seorang pribadi maupun suatu instansi atau institusi yang memiliki keahlian yang kompeten dalam bidangnya. Tenaga spesialis yang dapat digunakan adalah semua profesi

seperti ahli pertambangan, dokter, ahli purbakala, ahli pertanian, ahli hukum, ahli perbankan dan lain sebagainya. Untuk memenuhi syarat kompetensi bukti audit, maka kompetensi tenaga spesialis tersebut harus terjamin, betul-betul ahli yang diakui oleh umum.

Dokumen terkait