• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

10. Karakteristik Harga Pokok Produk dan Sistem Pembebanan Biaya 16

Karakteristik dari metode harga pokok proses adalah sebagai berikut :

Metode pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh karakteristik proses produk perusahaan. Dalam perusahaan yang berproduksi massa, karakteristik produksinya adalah sebagai berikut :

a. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar b. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama

c. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu

tertentu, sehingga untuk menghitung besarnya harga pokok per unit yaitu :

Tabel 1

Perhitungan Harga Pokok Produk Per Unit Elemen biaya

produksi

Biaya produksi

Unit Ekuivalen Biaya produk per biji yang dihasilkan Biaya bahan baku Rp xxx E = p + (q x r) Rp xxx

Biaya bahan penolong Rp xxx E = p + (q x r) Rp xxx Biaya tenaga kerja Rp xxx E = p + (q x r) Rp xxx Biaya overhead pabrik Rp xxx E = p + (q x r) Rp xxx Jumlah Rp xxx E = p + (q x r) Rp xxx Sumber : Mulyadi (2015:70)

Unit ekuivalen adalah unit yang disamakan dengan satuan produk jadi untuk kepentingan perhitungan barang dalam proses. Untuk menghitung unit ekuivalen ini maka digunakan rumus sebagai berikut :

Unit ekuivalen + produk jadi + (tingkat penyelesaian x produk dalam proses)

Perhitungan biaya produksi per produk yang diproduksi dilakukan dengan membagi tiap unsur biaya produksi yaitu biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik

Setelah biaya produk per satuan dihitung, harga pokok produk jadi ditransfer ke gudang dan harga pokok persediaan produk dalam proses dihitung sebagai berikut :

Harga pokok produk jadi : Rp xxx

Harga produk dalam proses :

Biaya Bahan Baku Rp xxx

Biaya Bahan Penolong Rp xxx

Biaya Tenaga Kerja Rp xxx

Biaya Overhead Pabrik Rp xxx +

Rp xxx +

Jumlah biaya produksi Rp xxx

Setelah melakukan perhitungan diatas kemudian disajikan dalam bentuk laporan biaya produksi pada tabel dibawah ini sebagai berikut :

Tabel 2

Laporan Biaya produksi Januari 2017 CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin Data Produksi:

Dimasukan dalam proses xx

Produk jadi yang ditransfer ke xx

gudang

Produk dalam proses akhir xx

Jumlah produk yang dihasilkan xx Biaya yang dibebankan dalam

bulan Januari 2017:

Total Perbiji

Biaya bahan baku Rp xxx Rp xxx

Biaya tenaga kerja langsung Rp xxx Rp xxx Biaya overhead pabrik Rp xxx Rp xxx

Rp xxx Rp xxx Perhitungan biaya:

Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang

= Rp xxx

Jumlah biaya produksi yang dibebankan = Rp xxx

Biaya yang terjadi dalam bulan Januari 2017 dicatat dengan jurnal berikut ini :

Jurnal pencatatan biaya produksi sebagai berikut : 1) Jurnal untuk mencatat pembelian bahan baku

Persediaan bahan baku Rp xxx

Kas Rp xxx

2) Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku

Barang dalam proses – biaya bahan baku Rp xxx

3) Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja

Barang dalam proses – biaya tenaga kerja Rp xxx

Gaji dan upah Rp xxx

4) Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik

Barang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp xxx

Berbagai rekening yang dikreditkan Rp xxx 5) Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke

gudang :

Persediaan produk jadi Rp xxx

Barang dalam proses – biaya bahan baku Rp xxx Barang dalam proses – biaya bahan penolong Rp xxx Barang dalam proses – biaya tenaga kerja Rp xxx Barang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp xxx 6) Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses

yang belum selesai diolah akhir bulan :

Persediaan produk dalam proses Rp xxx

Barang dalam roses – biaya bahan baku Rp xxx Barang dalam proses – biaya bahan penolong Rp xxx Barang dalam proses – biaya tenaga kerja Rp xxx Barang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp xxx Mulyadi (2015:75)

11. Pengertian Depresiasi

Depresiasi adalah sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode akuntansi. Menurut PSAK No. 17, depresiasi (penyusutan) adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi yang akan dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Aktiva tetap yang dapat disusutkan adalah aktiva yang :

a. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi. b. Memiliki masa manfaat yang terbatas.

c. Dimiliki oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang atau jasa, untuk disewakan atau untuk tujuan administrasi.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan depresiasi bisa dikelompokkan menjadi dua, yakni :

a. Faktor-faktor fisik

Faktor-faktor yang mengurangi fungsi aktiva tetap adalah aus karena dipakai (wear and tear), aus karena umur (deterioration and decay) dan kerusakan-kerusakan.

b. Faktor-faktor fungsional

Faktor-faktor fungsional yang membatasi umur aktiva tetap antara lain, ketidakmampuan aktiva untuk memenuhi kebutuhan produksi sehingga perlu diganti dank arena adanya perubahan permintaan

terhadap barang atau jasa yang dihasilkan, atau karena adanya kemajuan teknologi sehingga aktiva tersebut tidak ekonomis lagi jika dipakai.

Ada tiga factor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban depresiasi setiap periode. Faktor-faktor itu ialah:

a. Harga perolehan (cost)

Uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul dan biaya-biaya lain yang terjadi dalam memperoleh suatu aktiva dan menempatkannya agar dapat digunakan

b. Nilai sisa (residu)

Nilai sisa suatu aktiva yang didepresiasi adalah jumlah yang diterima bila aktiva itu dijual, ditukarkan atau cara-cara lain ketika aktiva tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi, dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat menjual/menukarnya.

c. Taksiran umur kegunaan (masa manfaat)

Taksiran umur kegunaan (masa manfaat) suatu aktiva dipengaruhi oleh cara-cara pemeliharaan dan kebijakan-kebijakan yang dianut dalam reparasi.taksiran umur ini bisa dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan hasil produksi atau satuan jam kerjanya. Dalam menaksir umur (masa mafaat) aktiva, harus dipertimbangkan sebab-sebab keausan fisik dan fungsional.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung beban depresiasi yang dapat digunakan untuk menghitung beban depresiasi periodik.

a. Metode garis lurus (Straight line method)

Metode ini adalah metode depresiasi yang paling sederhana dan banyak digunakan. Dalam cara ini beban depresiasi tiap periode jumlahnya sama. (kecuali kalau ada penyesuaian-penyesuaian).

Depresiasi =

Keterangan : HP = Harga perolehan (cost) NS = Nilai sisa (residu)

n = Taksiran umur kegunaan

Perhitungan depresiasi (penyusutan) dengan metode garis lurus ini didasarkan pada anggapan-anggapan sebagai berikut :

1) Kegunaan ekonomis dari suatu aktiva akan menurun secara proporsional setiap periode.

2) Biaya reparasi dan pemeliharaan tiap-tiap periode jumlahnya relatif tetap.

3) Kegunaan ekonomis berkurang karena lewatnya waktu 4) Penggunaan (kapasitas) aktiva tiap-tiap periode relatif tetap

Dengan adanya anggapan-anggapan seperti diatas, metode garis lurus sebaiknya digunakan untuk menghitung depresiasi gedung, mebel, dan alat-alat kantor. Biaya depresiasi yang dihitung dengan

cara ini jumlahnya setiap periode tetap, tidak menghiraukan kegiatan dalam periode tersebut.

b. Metode jam jasa (Service hours method)

Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aktiva (terutama mesin-mesin) akan lebih cepat rusak bila digunakan sepenuhnya (full time) disbanding dengan yang penggunaan yang tidak sepenuhnya (part time). Dalam cara ini beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan jam jasa. Beban depresiasi periodic besarnya akan sangat tergantung pada jam jasa yang terpakai (digunakan).

Depresiasi per jam =

c. Metode hasil produksi (Productive output method)

Dalam metode ini umur kegunaan aktiva ditaksir dalam satuan jumlah unit hasil produksi. Beban depresiasi (penyusutan) dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga depresiasi tiap periode akan berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi dalam hasil produksi. Dasar teori yang dipakai adalah bahwa suatu aktiva itu dimiliki untuk menghasilkan produk, sehingga depresiasi juga didasarkan pada jumlah produk yang dapat dihasilkan.

Depresiasi per unit =

Keterangan : HP = Harga perolehan (cost) NS = Nilai sisa (residu)

d. Metode beban berkurang (Reducing charge methods)

Dalam metode ini beban depresiasi (penyusutan) tahun-tahun pertama akan lebih besar daripada beban depresiasi tahun-tahun berikutnya. Metode ini didasarkan pada teori bahwa aktiva yang baru akan dapat digunakan dengan lebih efisien dibandingkan dengan aktiva yang lebih tua. Begitu juga biaya reparasi dan pemeliharaannya. Biasanya aktiva yang baru akan memerlukan reparasi dan pemeliharaan yang lebih sedikit dengan aktiva yang lama. Jika dipakai metode ini maka diharapkan jumlah beban depresiasi dan biaya reparasi dan pemeliharaan dari tahun ke tahun akan relatif stabil, karena jika depresiasinya besar maka biaya reparasi dan pemeliharaannya kecil (dalam tahun pertama), dan sebaliknya dalam tahun terakhir, beban depresiasi kecil sedangkan biaya reparasi dan pemeliharaannya besar.

Ada 4 cara untuk menghitung beban depresiasi yang menurun dari tahun ke tahun yaitu :

1) Metode jumlah angka tahun (sum of year’s digits method)

Di dalam metode ini depresiasi (penyusutan) dihitung dengan cara mengalikan bagian pengurang (reducing fractions) yang tiap tahunnya selalu menurun dengan harga perolehan dikurangi nilai residu. Bagian pengurang ini dihitung sebagai berikut :

Penyebut = jumlah angka tahun selama umur ekonomis aktiva atau jumlah angka bobot (weight)

Keterangan : n = Umur ekonomis

2) Metode saldo menurun (Declining balance method)

Dalam cara ini beban depresiasi (penyusutan) periodic dihitung dengan cara mengalikan tariff yang tetap dengan nilai buku aktiva. Karena nilai buku aktiva ini setiap tahun selalu menurun maka beban depresiasi tiap tahunnya juga selalu menurun. Tarif ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

T = 1 - Keterangan : T = Tarif

N = Umur ekonomis NS = Nilai sisa (residu) HP = Harga perolehan

Depresiasi mesin dihitung sebagai berikut :

T = 1 -

3) Double declining balance method

Dalam metode ini, beban depresiasi (penyusutan) tiap tahunnya menurun. Untuk dapat menghitung beban depresiasi yang selalu menurun, dasar yang digunakan adalah persentase depresiasi

dengan cara garis lurus. Persentase ini dikalikan dua dan setiap tahunnya dikalikan pada nilai buku aktiva tetap. Karena nilai buku selalu menurun maka beban depresiasi juga selalu menurun. 4) Metode tarif menurun (declining rate on method)

Disamping metode-metode yang telah diuraikan dimuka, kadang-kadang dijumpai cara menghitung depresiasi dengan menggunakan tarif (%) yang selalu menurun. Tarif ini setiapperiode dikalikan dengan harga perolehan. Penurunan tarif setiap periode dilakukan tanpa menggunakan dasar yang pasti, tetapi ditentukan berdasarkan kebijakan pimpinan perusahaan. Karena tarifnya setiap periode selalu menurun maka beban depresiasinya juga selalu menurun.

Metode lain yang dapat digunakan untuk menghitung beban depresiasi adalah metodeperhitungsn bungs majemuk. Dalam metode ini beban depresiasi bisa dihitung dengan cara annitet atau sinking fund.

e. Metode tarif kelompok/gabungan

Metode ini merupakan cara perhitungan depresiasi untuk kelompok aktiva tetap sekaligus. Metode ini adalah metode garis lurus yang diperhitungkan terhadap sekelompo k aktiva. Apabila aktiva yang dimiliki mempunyai umur dann fungsi yang berbeda, maka aktiva ini bisa dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok, untuk masing-masing fungsi. Depresiasi diperhitungkan terhadap masing-masing kelompok.

Dokumen terkait