• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.2.1 Kondisi Gelombang Permukaan berdasarkan Frekuensi dan Tinggi

Angin merupakan pembangkit gelombang permukaan air laut yang efektif, sehingga dalam menentukan dinamika gelombang air laut erat kaitannya dengan karakteristik angin yang berhembus di perairan tersebut. Kondisi gelombang laut dangkal pada daerah penelitian ini di gambarkan secara umum yang diperoleh dari data Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika Maritim di Teluk Jakarta. Data mengenai kondisi hidrodinamika gelombang ditunjukkan olehGambar 4.

Gambar 4.Dinamika Gelombang Permukaan Tiap Bulan Juni Pada Tahun 2007, 2008 dan 2009 di Teluk Jakarta, Jakarta Utara. 4.2 Karakteristik Hidrodinamika

4.2.1 Kondisi Gelombang Permukaan berdasarkan Frekuensi dan Tinggi

Angin merupakan pembangkit gelombang permukaan air laut yang efektif, sehingga dalam menentukan dinamika gelombang air laut erat kaitannya dengan karakteristik angin yang berhembus di perairan tersebut. Kondisi gelombang laut dangkal pada daerah penelitian ini di gambarkan secara umum yang diperoleh dari data Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika Maritim di Teluk Jakarta. Data mengenai kondisi hidrodinamika gelombang ditunjukkan olehGambar 4.

Gambar 4.Dinamika Gelombang Permukaan Tiap Bulan Juni Pada Tahun 2007, 2008 dan 2009 di Teluk Jakarta, Jakarta Utara. 4.2 Karakteristik Hidrodinamika

4.2.1 Kondisi Gelombang Permukaan berdasarkan Frekuensi dan Tinggi

Angin merupakan pembangkit gelombang permukaan air laut yang efektif, sehingga dalam menentukan dinamika gelombang air laut erat kaitannya dengan karakteristik angin yang berhembus di perairan tersebut. Kondisi gelombang laut dangkal pada daerah penelitian ini di gambarkan secara umum yang diperoleh dari data Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika Maritim di Teluk Jakarta. Data mengenai kondisi hidrodinamika gelombang ditunjukkan olehGambar 4.

Gambar 4.Dinamika Gelombang Permukaan Tiap Bulan Juni Pada Tahun 2007, 2008 dan 2009 di Teluk Jakarta, Jakarta Utara.

Dinamika gelombang yang ditunjukkan olehGambar 4. secara umum memberikan interpretasi yang jelas di Perairan Teluk Jakarta tiap bulan Juni selama tiga tahun (2007-2009) dengan menampilkan karakteristik ketinggian signifikan gelombang (H) dan frekuensi (f) gelombang air laut yang bergerak di perairan Teluk Jakarta. Pada umumnya dari hasil yang ditunjukkan padaGambar 4. secara keseluruhan memiliki karakteristik pergerakan gelombang menuju timur dan tinggi gelombang rata-rata per tahun dibawah satu meter dengan frekuensi gelombang tidak melebihi 0,26 Hz.

Kondisi gelombang permukaan pada bulan Juni 2007 yang dibangkitkan oleh angin bergerak menuju timur dengan ketinggian gelombang rataaan mencapai 0,47 meter. Frekuensi gelombang yang terjadi pada bulan Juni 2007 berada pada kisaran 0,2-0,25 Hz. Kondisi gelombang muka air laut pada bulan Juni 2008 memiliki arah pergerakan gelombang menuju timur dengan ketinggian maksimal hingga 0,8 meter dan rataan ketinggian gelombang muka air laut tersebut adalah 0,56 meter. Frekuensi gelombang yang berlangsung pada bulan Juni 2008 terlihat fluktuatif dan tak ada perubahan signifikan, sekitar 0,21-0,25 Hz. Gelombang permukaan bulan Juni 2009 memiliki arah dominan menuju timur dengan ketinggian maksimal 0,9 meter (rata-rata 0,4 meter) dengan frekuensi gelombang 0,21-0,26 Hz.

Energi gelombang yang terjadi di perairan Teluk Jakarta dan sekitarnya dapat dilihat dari parameter hasil tinggi dan frekuensi gelombang. Perubahan signifikan parameter frekuensi gelombang laut diakibatkan adanya profil kecepatan angin yang berhembus di permukaan air laut sehingga memberikan pengaruh terhadap panjang dan tinggi gelombang di perairan Teluk Jakarta.

Secara umum hasil dinamika gelombang selama tiga tahun yang ditunjukkan pada Gambar 4.terlihat bahwa frekuensi gelombang pada tiap harinya berbanding terbalik terhadap tinggi gelombang permukaan laut. Pada saat frekuensi rendah, tinggi gelombang permukaan mengalami peningkatan. Begitupun sebaliknya, pada saat frekuensi gelombang meningkat, tinggi gelombang permukaan pun mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi memberikan pengaruh terhadap penjalaran gelombang permukaan untuk mengalami perubahan tinggi gelombang.

Menurut Komar (1976) mekanisme transfer energi yang terjadi terdiri dari dua bentuk, yaitu:Pertama, akibat adanya variasi tekanan angin pada permukaan air yang diikuti oleh pergerakan gelombang danKedua,transfer momentum dan energi dari gelombang frekuensi tinggi ke gelombang frekuensi rendah (periode tinggi dan panjang gelombang besar). Namun, pada kondisi tertentu tahun 2007 dan 2009 hubungan antara frekuensi dengan tinggi gelombang mengalami kondisi yang sama. Pada saat frekuensi meningkat, kondisi tinggi gelombang mengalami peningkatan, begitupun sebaliknya. Hal ini diakibatkan oleh kecepatan angin yang berlawanan arah dengan kecepatan gelombang yang lebih tinggi

dibandingkan 2008 berdasarkan distribusi frekuensi kecepatan angin. Faktor lain yang dapat mempengaruhi fenomena terjadinya karakteristik hubungan yang berbanding lurus antara frekuensi dengan tinggi gelombang pada kondisi tertentu di Teluk Jakarta adalah kondisi pasang-surut, kedalaman dan viskositas perairan. 4.2.2 Keterkaitan Antara Gelombang dengan Kecepatan Arus Permukaan

Secara keseluruhan kondisi arus permukaan air laut pada penelitian ini diukur secarain situ. PadaGambar 5.ditampilkan hubungan kecepatan arus

permukaan yang diukur secarain situdan tinggigelombang rataan yang di ukur oleh BMKG di Teluk Jakarta secarain situ.

Gambar 5.Karakteristik Hubungan Arus dan Tinggi Gelombang Permukaan Air Laut Musim Timur di Kepulauan Seribu

Data kecepatan arus dan tinggi gelombang yang terlihat padaGambar 5 berasal dari kumpulan data perwakilan titik pengamatan tiap tahunnya yang diasumsikan bahwa daerah tersebut secara umum memberikan kondisi yang sama dengan kondisi di lokasi penelitian ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika bahwasannya kondisi angin dan gelombang masih memberikan pengaruh di lingkungan sekitar hingga radius 30 mil. Data kecepatan arus pada tahun 2008 diperoleh sesuai dengan titik

pengamatan ikan dan sekaligus sebagai kalibrasi atau pembanding dengan tahun lainnya.

Hasil yang ditunjukkan padaGambar 5. terlihat bahwa kecepatan arus dan rataan tinggi gelombang tahunan tertinggi terjadi pada tahun 2008. Kecepatan arus yang terjadi di Kepulauan Seribu berada pada kisaran 0,05-0,25 m/s dan permukaan yang diukur secarain situdan tinggigelombang rataan yang di ukur oleh BMKG di Teluk Jakarta secarain situ.

Gambar 5.Karakteristik Hubungan Arus dan Tinggi Gelombang Permukaan Air Laut Musim Timur di Kepulauan Seribu

Data kecepatan arus dan tinggi gelombang yang terlihat padaGambar 5 berasal dari kumpulan data perwakilan titik pengamatan tiap tahunnya yang diasumsikan bahwa daerah tersebut secara umum memberikan kondisi yang sama dengan kondisi di lokasi penelitian ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika bahwasannya kondisi angin dan gelombang masih memberikan pengaruh di lingkungan sekitar hingga radius 30 mil. Data kecepatan arus pada tahun 2008 diperoleh sesuai dengan titik

pengamatan ikan dan sekaligus sebagai kalibrasi atau pembanding dengan tahun lainnya.

Hasil yang ditunjukkan padaGambar 5. terlihat bahwa kecepatan arus dan rataan tinggi gelombang tahunan tertinggi terjadi pada tahun 2008. Kecepatan arus yang terjadi di Kepulauan Seribu berada pada kisaran 0,05-0,25 m/s dan permukaan yang diukur secarain situdan tinggigelombang rataan yang di ukur oleh BMKG di Teluk Jakarta secarain situ.

Gambar 5.Karakteristik Hubungan Arus dan Tinggi Gelombang Permukaan Air Laut Musim Timur di Kepulauan Seribu

Data kecepatan arus dan tinggi gelombang yang terlihat padaGambar 5 berasal dari kumpulan data perwakilan titik pengamatan tiap tahunnya yang diasumsikan bahwa daerah tersebut secara umum memberikan kondisi yang sama dengan kondisi di lokasi penelitian ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika bahwasannya kondisi angin dan gelombang masih memberikan pengaruh di lingkungan sekitar hingga radius 30 mil. Data kecepatan arus pada tahun 2008 diperoleh sesuai dengan titik

pengamatan ikan dan sekaligus sebagai kalibrasi atau pembanding dengan tahun lainnya.

Hasil yang ditunjukkan padaGambar 5. terlihat bahwa kecepatan arus dan rataan tinggi gelombang tahunan tertinggi terjadi pada tahun 2008. Kecepatan arus yang terjadi di Kepulauan Seribu berada pada kisaran 0,05-0,25 m/s dan

rataan tinggi gelombang tahunan pada kisaran 0,1-0,28 m. Menurut Sachoemar (2008) kondisi kecepatan arus pada daerah Kepulauan Seribu sebesar 5-49 cm/detik ketika posisi pasang purnama dan mencapai 4-38 cm/detik ketika posisi pasang perbani dan pada saat terjadi musim timur, tinggi gelombang air laut mencapai 0,5-1 meter dan tinggi gelombang pada musim barat mencapai 2-3 meter. Hal ini membuktikan bahwa kondisi kecepatan arus dan tinggi gelombang selama tiga tahun di perairan Kepulauan Seribu tergolong stabil.

Hasil yang ditampilkan padaGambar 5. menjelaskan bahwa pengaruh angin yang berhembus pada permukaan air laut sangat kecil terhadap arah, kecepatan arus dan tinggi gelombang permukaan yang terjadi pada tiap titik penelitian. Pada perbedaan arah angin yang ditampilkan padaGambar 3. menunjukkan angin bergerak menuju barat dan arah gerak arus serta gelombang menuju ke arah timur sampai tenggara. Pergerakan angin mengalami peredaman oleh adanya gugusan pulau-pulau maupun daratan Pulau Jawa sehingga angin tidak memiliki kekuatan untuk mendominasi pergerakan gelombang dan pengaruh densitas memberikan kontribusi yang nyata terhadap arah arus dan gelombang.

Pola gelombang yang dilihat secara tahunan, memberikan gambaran kondisi gelombang yang mempengaruhi perairan Karang Lebar secara horizontal. Namun apabila dilihat secara vertikal, kondisi umum ini akan mengalami peningkatan tinggi gelombang seiring dengan berkurangnya kedalaman suatu perairan, terutama di tiap titik lokasi penelitian. Kecepatan arus yang melintasi beberapa titik pengamatan mengalami peningkatan kecepatan berdasarkan pergerakan massa air ke arah perairan yang dangkal atau menuju tubir, seperti: APL 2007, St 2, St 6, St 3 dan St4. Sehingga hasil interaksi antara tinggi gelombang dan arus

permukaan air laut yang melewati daerah terumbu karang atau perairan dangkal memberikan pengaruh kontribusi yang besar dalam hal pola distribusi biotik yang terkandung di dalam perairan Kepulauan Seribu, khususnya Karang Lebar.

4.3 Ekostruktur Komunitas Ikan Terumbu

Dokumen terkait