• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA

A. Karakteristik Informan

Dalam penelitian ini penulis mengadakan wawancara dan observasi langsung terhadap proses kegiatan bimbingan mental spiritual. Informan yang penulis wawancarai terdiri dari pembimbing bimbingan mental spiritual dan beberapa warga binaan sosial (WBS).

Adapun penjelasan data mengenai informan sebagai berikut: 1. Pembimbing Bimbingan Mental Spiritual

Nama : Ahmad Munzir

TTL : Lombok, 08 September 1988 Alamat : Cileungsi – Bogor

Agama : Islam

Ustadz Ahmad Munzir adalah seorang mahasiswa semester 3 Jurusan Syariah di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Arab (LIPIA) Jakarta. Beliau menjadi pembimbing di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger semenjak September 2012. Pengalaman membimbing ustadz Ahmad Munzir di MA Jamaludin, SMP IT Al-Ikmal dan sekarang sedang mengajar di SDIT Iqro’ Kairo Bogor dan sebagai pembimbing bimbingan mental spiritual di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger setiap hari Senin pukul 10.00-11.30 WIB. Selain itu, ustadz Ahmad Munzir juga aktif mengisi majlis ta’lim dan les bahasa arab di Bogor. Adapun penataran/pelatihan yang pernah diikuti yaitu “Sosialisasi Kurikulum 2013” di Bogor. Yang menjadi motivasi ustadz Ahmad Munzir

membimbing adalah mencari pengalaman dan ingin menjunjung tinggi agama Allah.1

2. Warga Binaan Sosial (WBS)

a. Rowi, berusia 41 tahun berasal dari Cirebon, menikah pada tahun 1994 dan mengalami perceraian karena masalah ekonomi, hingga saat ini Pak Rowi tidak menikah lagi dan menyerahkan semuanya pada Allah. Di Jakarta sendirian, sedangkan saudara-saudaranya sudah menjalani kehidupan masing-masing. Pendidikan Pak Rowi tidak tamat SD, tetapi dari hasil observasi peneliti Pak Rowi telah memiliki pemahaman agama yang cukup. Pak Rowi mengaku berjalan kaki dari Cirebon sampai Jakarta dalam waktu 12 hari, sesampainya di Jakarta WBS terlantar. Hingga akhirnya terkena razia oleh Satpol PP. Interaksi dengan antar sesama warga binaan sosial cukup baik dan tidak ada gangguan kesehatan maupun mental. Pak Rowi merasa mendapat hidayah setelah berada di panti, karena membuat dirinya menjadi lebih rajin beribadah. Harapannya setelah keluar dari panti Pak Rowi bisa lebih rajin beribadah dan menjalani kehidupan yang lebih baik.2

b. Ibrahim, lahir di Cilacap 05 Oktober 1965 (48 tahun). Pak Ibrahim adalah seorang buruh bangunan yang berasal dari Desa Cikedondong RT 01/01 Kelurahan Cikedondong Kecamatan Bantar Sari Kabupaten Cilacap. Pak Ibrahim memiliki seorang istri dan dua orang anak yang tinggal di Jl. Prumpung Kelurahan Cipinang Besar Utara Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur. Pak Ibrahim terkena penjemputan sosial pada

1

Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Munzir, Ceger, 06 Mei 2013. 2

hari Kamis, 18 April 2013 di Taman Indah Jatinegara. Alasan yang diungkapkan oleh Pak Ibrahim ketika itu dia sedang menunggu jemputan temannya untuk bekerja di Kranggan, namun setelah satu jam menunggu temannya tak kunjung datang dan akhirnya WBS tertidur di taman. Pak Ibrahim merasa keberadaannya di panti adalah kesempatan untuk menimba ilmu, karena dengan banyaknya bimbingan yang diberikan menjadikan bertambahnya pengetahuan. Pak Ibrahim juga mengaku kebredaannya di panti membuat keimanannya bertambah, selama berada di panti shalat selalu tepat waktu dan lebih khusuk. Adapun harapan Pak Ibrahim setelah keluar dari panti adalah lebih berhati-hati, jangan sembarangan ketika menggunakan tempat untuk beristirahat dan lebih meningkatkan keimanan.3

c. Eka Kretianti, kelahiran Semarang 17 Mei 1970, pendidikan terakhir SLTP, merantau ke Jakarta sendiri setelah bercerai dengan suaminya. Di Jakarta berprofesi sebagai pembantu rumah tangga. Merasa menyesal tidak pernah mendengarkan nasihat orang tua dan trauma terhadap laki-laki karena selalu dibohongi. Sehingga kini mempunyai prinsip harus patuh terhadap orang tua dan ketika ingin menikah lagi harus bersama laki-laki yang mempunyai pemahaman agama yang bagus. Dan ketika ada masalah dia menyelesaikan sendiri dan menganggung akibatnya sendiri. Tertangkap oleh kantib di taman kemayoran, ketika itu Mbak Eka sedang tertidur. Dengan adanya di panti ini banyak sekali pengetahuan yang didapatkan oleh Mbak Eka.

3

Harapan setelah keluar dari panti adalah lebih patuh terhadap orang tua dan kembali bekerja.4

d. Alwi, lahir di Purwakarta 12 Agustus 1995. Alwi berasal dari Purwakarta dan sekarang tinggal di Jl. Pelumpang B No. 30 RT 02 RW 04 Kel. Rawa Badak Selatan Kec. Koja Jakarta Utara. Alwi berprofesi sebagai kondektur metro mini. Tertangkap oleh kantib ketika mau menolong temannya sedang ribut. Keberadaannya di panti tidak diketahui oleh keluarga. Alwi menikmati keberadaannya di panti, karena Alwi mempunyai prinsip “hidup jangan di buat susah, semua akan indah pada waktunya”. Harapannya setalah keluar dari panti adalah kembali bekerja dan menjalani kehidupan yang lebih baik. 5 e. Idah, kelahiran Jakarta 19 Juli 1962. Tinggal di Jl. Tomang Pulo RT

013 Rw 005 Kelurahan Palang Merah Jakarta Barat. Seorang janda karena ditinggalkan meninggal oleh suaminya. Setelah kepergian suaminya Ibu Idah menjadi buruh cuci untuk mememenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan mencukupi kebutuhan kedua orang anaknya dengan penghasilan Rp. 450.000 per bulan. Karena merasa tidak cukup Ibu Idah tertarik untuk melakukan pekerjaan menjadi joki, dengan penghasilan Rp. 30.000 per hari. Alternatif ini berdasarkan ajakan temannya. Ibu Idah mempunyai hubungan yang baik dengan kelurga dan para tetangga, sehingga ketika dalam keadaan kesusahan para

4

Wawancara Pribadi dengan Eka Krestianti, Ceger, 24 April 2013. 5

tetangga siap membantu. Harapannya setelah keluar dari panti adalah kembali bekerja dan kapok menjadi joki.6

f. Dedi Kusmana, kelahiran Jakarta 05 Februari 1957. Berasal dari Desa Sangkanurip Kuningan Jawa Barat. Ditinggal oleh istrinya menjadi TKW ke Arab Saudi sejak tahun 1985 hingga sekarang. Mempunyai seorang anak yang kuliah di Semarang fakultas kedokteran, namun ketika ditemui anaknya tidak mau mengakui sebagai ayahnya. Hingga akhirnya Pak Dedi terlantar di Jakarta dan menjadi pemulung. Tempat yang biasa dijadikan lapak untuk mulung di daerah Senayan dengan penghasilan rata-rata Rp. 10.000 per hari. Kadang-kadang ada orang yang kasihan dan memberinya uang. Pak Dedi mempunyai penyakit sesak nafas, setelah dulu bekerja di ternak ayam di Kuningan. Hubungan sosial dengan kelurga dan antar sesama warga binaan cukup baik. Pak Dedi cukup aktif dalam setiap kegiatan bimbingan yang ada di panti. Mampu menyesuaikan diri antar sesama WBS. Trauma menjadi pemulung dan kini hanya pasrah kepada Allah. Harapannya setelah keluar dari panti yaitu kembali bekerja di kuningan.7

g. Pebe Biyem, kelahiran Wonosobo 17 Agustus 1971, anak ke empat dari enam bersaudara. Mengaku salah tangkap karena menempati tanah kosong yang akan di gusur pada bulan Agustus. Mbak Pebe tingga di Jl. Budimulia Rt 011 Rw 011 Kelurahan Pademangan Barat Kecamatan Pademangan Jakarta Utara. Awalnya dijanjikan pekerjaan oleh petugas dan akan interview di Cipayung tetapi ternyata di bawa ke panti, hingga

6

Wawancara Pribadi dengan Ibu Idah , Ceger, 24 April 2013. 7

saat ini Mbak Pebe tidak mengerti kesalahannya, karena dia tidak merasa mencuri, mengemis ataupun mulung. Mbak Pebe berprofesi sebagai refleksiologi. Kini Mbak Pebe hanya pasrah kepada Allah.8

Dokumen terkait