• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA

B. Kegiatan Bimbingan Mental Spiritual

Bimbingan mental spiritual adalah usaha membantu warga binaan sosial (WBS) dengan mengungkapkan dan membangkitkan potensi yang dimilikinya, khususnya menyentuh keadaan mental dan spiritual para warga binaan sosial (WBS) yang ada di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger. Pemberian bimbingan mental spiritual dalam upaya meningkatkan keberagamaan warga binaan sosila (WBS) yaitu mampu menerjemahkan dan mengamalkan ajaran agama kedalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang diungkapkan oleh Ustadz Ahmad Munzir:

“Tujuan bimbingan mental spiritual yaitu untuk memberikan pengetahuan tentang hidup dalam hidup yang islami yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.”9

Dari hasil observasi dan wawancara, penulis dapat menggambarkan kondisi mengenai proses pelaksanaan kegiatan bimbingan mental spiritual sebagai berikut:

1. Metode yang Digunakan dalam Bimbingan Mental Spiritual

Berbagai upaya dilakukan oleh lembaga/instansi serta pembimbing agama untuk memberikan pelayanan bagi para warga binaan sosial (WBS) di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger agar para warga binaan sosial (WBS) dapat merasakan manfaat dari pelayanan tersebut. Salah satu

8

Wawancara Pribadi dengan Pebe Biyem, Ceger, 08 Mei 2013.

9

layanan yang diberikan adalah bimbingan mental spiritual, bimbingan ini diberikan agar para warga binaan sosial (WBS) lebih banyak mengenal nilai atau norma yang berlaku di masyarakat, memiliki rasa percaya diri, harga diri serta memiliki kondisi psikologis yang sehat dalam berpikir, berperasaan dan bertingkah laku, sehingga dengan demikian para warga binaan sosial (WBS) tidak kembali hidup di jalanan.

Adapun metode yang digunakan pembimbing bimbingan mental spiritual dalam meningkatkan keberagamaan para warga binaan sosial (WBS) sebagai berikut:

a. Metode Ceramah

Dalam memberikan materi kepada warga binaan sosial (WBS), pembimbing menggunakan metode ceramah atau tausyiah. Ceramah merupakan suatu teknik pembinaan atau bimbingan yang memberikan uraian atau penjelasan secara ucapan atau lisan yang banyak diwarnai oleh karakteristik dan gaya bicara seorang da’i atau pembina kepada mad’u atau terbimbing.

Metode ceramah yang dilakukan oleh pembimbing dalam membimbing para warga binaan sosial (WBS) yaitu dengan cara komunikasi satu arah, pembimbing terfokus pada materi yang disampaikan sehingga kurang memperhatikan pengungkapan permasalahan atau potensi yang dimiliki oleh warga binaan sosial (WBS). Menurut penulis hal ini kurang efektif, karena yang seharusnya menjadi pusat perhatian adalah warga binaan sosial (WBS) terutama

dalam mengungkapkan permasalahan atau potensi yang dimiliki warga binaan sosial (WBS).

b. Metode Tanya Jawab

Metode ini dilakukan setelah pembimbing selesai menyampaikan materi. Apabila warga binaan sosial (WBS) kurang mengerti atas apa yang disampaikan oleh pembimbing, maka warga binaan sosial (WBS) diperbolehkan bertanya. Dalam tanya jawab ini pembimbing memberikan kesempatan secara terbuka kepada para warga binaan sosial (WBS) untuk mengajukan pertanyaan dengan tidak membatasi materi pertanyaan. Dan biasanya pertanyaan yang diajukan oleh para warga binaan sosial (WBS) langsung dijawab di tempat bimbingan pada waktu itu juga.

Contohnya saja informan 3 bertanya: “Pak, seluruh badan saya penuh dengan tato, apakah wudhu dan shalat saya sah?”. Pak ustadz langsung menjawab, “badan yang penuh dengan tato wudhunya tidak

sah, karena menghalangi masuknya air kedalam kulit, Allah melaknat orang yang bertato, tetapi kalau ada niat untuk sholat dan menghapus tato maka sholatnya akan diterima Alah SWT.”

Contoh lain seperti pertanyaan yang diajukan oleh informan 2, beliau bertanya: “dalam Islam banyak sekali puasa sunnah, yang mau saya tanyakan adalah puasa kifarat, maksudnya itu apa?”. Ustadz menjawab: “puasa kifarat adalah puasa membayar ganti, ketika di bulan ramadahan pasangan suami isteri melakukan hubungan intim di siang hari, puasanya batal dan wajib di ganti dengan puasa kifarat”.

Metode tanya jawab yang dilakukan oleh pembimbing masih menggunakan metode satu arah, yaitu terbimbing bertanya dan pembimbing menjawab. Pembimbing tidak memberikan kesempatan kepada warga binaan sosial (WBS) lain untuk memberikan komentar atau tanggapan terhadap pertanyaan ataupun jawaban yang sedang dibahas.

c. Nonton Bareng

Kegiatan nonton bareng dengan memutarkan film-film islami dan penuh motivasi. Kegiatan nonton film disamping mengandung unsur hiburan, para warga binaan sosial (WBS) juga dapat mengambil hikmah atau pelajaran dari film yang mereka tonton.

Saat penulis melakukan observasi film yang di putar berjudul “anak durhaka”, film tersebut cukup menarik perhatian para warga binaan sosial (WBS). Penulis juga mengkonfirmasi kepada warga binaan sosial (WBS) mengenai pembelajaran yang bisa diambil dari film tersebut. Seperti yang diungkapkan Dodi: “Pelajaran yang bisa diambil gak boleh durhaka sama orang tua, karena surga di bawah

telapak kaki ibu.”

Kegiatan nonton bareng ini jarang dilakukan, padahal kegiatan ini cukup menarik perhatian dan antusias warga binaan sosial (WBS) karena disamping ada unsur hiburan terdapat nilai pembelajaran yang bisa diambil.

2. Proses Bimbingan Mental Spiritual

Bimbingan mental spiritual dilaksanakan setiap hari Senin mulai pukul 10.00-11.30 WIB di aula. Kegiatan bimbingan ini dipimpin oleh seorang ustadz dan didampingi oleh pekerja sosial. Jika pembimbing berhalangan hadir, maka kegiatan bimbingan mental spiritual tidak terlaksana. Dan jika pekerja sosial yang biasa mendampingi tidak hadir, maka kegiatan bimbingan menjadi kurang kondusif karena tidak ada penyeleksian warga binaan sosial (WBS) peserta bimbingan.

Proses bimbingan mental spiritual dilakukan dengan metode yang menarik, hal ini terlihat dari antusias para warga binaan sosial (WBS) dalam mengikuti bimbingan dengan fokus dan banyak bertanya. Walaupun ada beberapa kendala saat kegiatan berlangsung, misalnya ruangan yang terlalu dingin membuat beberapa para warga binaan sosial (WBS) kedinginan karena tidak terbiasa berada di ruangan ber-AC. Selain itu, kegaduhan anak-anak cukup mengganggu kegiatan bimbingan.

Beberapa pertanyaan yang diajukan oleh warga binaan sosial (WBS) ketika kegiatan bimbingan mental spiritual berlangsung, sebagai berikut: a. Informan 6 bertanya: “ Pak di barak kan gak ada jam, nah saya gak tau

udah masuk waktu solat subuh apa belum, yang saya jadikan patokan adalah suara kokok ayam, terkadang kalo saya ragu saya

melaksanakan solat subuh 2 kali, itu bagaimana pak?”. Ustadz menjawab: “ itu gak apa-apa pak, selama kita mempunyai niat baik, terutama dalam melaksanakan solat itu tidak menjadi masalah dan Insya Allah mendapat pahala dari Allah SWT.” Kemudian informan 6

bertanya kembali:“ketika mau melaksanakan solat pakaian dan tempat harus suci, sedangkan keadaan di dalam kamar kotor, bagaimana pak? Saya suka ragu kalo mau solat karena baju dan tempatnya gak bersih.”

Ustadz menjawab: “ itu ga apa-apa pak, karena dalam keadaan darurat. Kalaupun kita berada di hutan dan tidak ada makanan yang bisa kita makan, kita di perbolehkan untuk makan binatang yang haram sekalipun untuk kita bisa bertahan hidup, hal ini disebabkan dalam keadaan darurat”. Dari proses tanya jawab tersebut terlihat komunikasi yang baik, pembimbing tidak langsung menyalahkan terbimbing, pembimbing lebih menekankan niat dan kesadaran beragama daripada pelaksanaannya.

b. Informan 9 bertanya: bagaimana pak ngakunya Islam tapi

perbuatannya jelek?”. Ustadz menjawab: “hal itu tergantung diri sendiri, karena setiap perbuatan harus dipertanggung jawabkan di akhirat kelak. Begitu bapak mendengar suatu pelajaran yang baik harus langsung diamalkan”. Dalam proses tanya jawab tersebut pembimbing lebih menekankan pada terbimbing untuk harus lebih memiliki tanggung jawab.

Dari hasil observasi penulis menyimpulkan bahwa proses kegiatan bimbingan mental spiritual berjalan dengan cukup baik, hal ini terlihat dari antusias para warga binaan sosial (WBS) dalam mengikuti bimbingan dan terjalin komunikasi yang baik antara pembimbing dan terbimbing dalam proses tanya jawab.

3. Materi Bimbingan Mental Spiritual

Secara umum materi bimbingan mental spiritual mencakup seluruh ajaran agama Islam secara universal dalam segala bidang yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Berikut pernyataan ustadz Ahmad Munzir:

“Materi yang biasa disampaikan seputar kesuksesan di dunia dan akhirat, kewajiban mentaati pemimpin dan masalah-masalah tauhid, karena dengan kita bertauhid Insya Allah kehidupan kita akan lebih bahagia.”10

Menurut warga binaan sosial (WBS) materi yang disampaikan cukup menarik, walaupun sebagaian besar dari mereka ada yang sudah mengetahui tentang materi yang disampaikan. Namun ada juga yang berpendapat bahwa materi yang disampaikan tidak menarik, karena tidak sesuai dengan harapan dan tidak tepat sasaran. Kondisi demikian sebagaimana diungkapkan oleh informan 2:

“Menurut saya pembahasan kurang menarik, karena tidak sesuai dengan harapan, harusnya materi itu diberikan sesuai dengan kondisi mad’unya, tepat sasaran.”11

Dari hasil observasi dan wawancara penulis dapat menyimpulkan bahwa materi yang disampaikan dibuat berdasarkan keinginan atau hal yang menarik menurut pembimbing, bukan berdasarkan kebutuhan atau harapan para warga binaan sosial (WBS) meskipun dalam prosedurnya ada. Adapun materi yang diharapkan oleh warga binaan sosial (WBS) yaitu meliputi hal-hal yang berkaitan dengan keadaan mereka dalam pandangan Islam, misalnya larangan meminta-minta bagi pengemis, perintah menjaga kesucian dan harga diri bagi wanita tuna susila (WTS),

10

Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Munzir, Ceger, 27 Mei 2013.

11

dan materi-materi lain yang berhubungan dengan profesi mereka di jalanan.

Dokumen terkait