• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA

5.1. Karakteristik Informan

Profil informan dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci dan informan biasa dimana setiap informan mengetahui banyak hal yang ingin diungkapkan yang menyangkut penelitian ini.paa informan memiliki pengetahuan dan keterlibatan langsung dalam menjelaskan tentang bagaimana partisipasi masyarakat dalam menjaga pelestarian sungai Bahorok di Desa Bukit Lawang Kecamatan Bohorok Kabupaten Langkat.

Dalam penelitian ini peneliti mengambil jumlah informan sebanyak 7 (tujuh) informan yang terdiri dari (lima) orang informan kunci dan 3 (tiga) orang informan tambahan. Informan kunci 5 (lima) orang tersebut terdiri dari keluarga yang tinggal di sekitar bantaran sungai Bahorok dan membuka usaha dalam mata pencahariannya. Sedangkan informan tambahan yang terdiri dari 2 (tiga) orang tersebut adalah terdiri dari seorang kepala desa dan satu orang anggota BLG.

5.1.1. Profil informan kunci ( beberapa keluarga yang berada di sekitar bantaran sungai Bahorok yang dijadikan objek wisata di desa Bukit Lawang)

5.1.1.1 Nama : Mama Tasya

Usia : 39 Tahun

Etnis : Karo

Agama : Muslim

Penghasilan / bulan : Rp.2.500.000;-

Jumlah tanggungan : 3 orang

Pendidikan Terakhir : SMA

Jabatan : Pemilik warung

setelah banjir bandang yang terjadi pada tanggal 2 november 2003. Mama tasya dan suaminya bekerja dengan membuka warung di rumah mereka yang berada di pinggir sungai Bahorok. Suami mama tasya bernama ardhi berumur 50 tahun dan memiliki sedikit kekurangan yaitu sedikit pincang sehingga hanya dapat membantu mama tasya berjualan di rumah mereka. Mama tasya memiliki 3 orang anak yang terdiri 2 orang anak perempuan dan 1 orang anak laki-laki. Pendidikan terakhir mama tasya adalah tamatan SMA sedangkan suaminya tamatan SMP. Mama tasya berasal dari luar desa Bukit Lawang dan menikah dengan suaminya yang merupakan penduduk setempat desa Bukit Lawang. Setelah banjir bandang masyarakat setempat yang dahulunya tinggal di pinggir sungai Bahorok yang rumah hancur dibawa banjir pindah ketempat yang sedikit jauh dari sungai. Setelah banjir bandang, sungai mulai diperbaiki dan masyarakat yang merantau ke Bukit Lawang membuat patok-patok untuk mendirikan rumah maupun tempat usaha mereka. Setelah banjir bandang banyak hal yang berubah, seperti sudah banyak pemukiman penduduk dan pelebaran sungai.

Mama tasya dan suami membuka usaha warung makanan yang menyedikan pop mie, mie goreng, mie rebus, nasi goreng, berbagai macam gorengan dan juga minuman. Keluarga ini menggantungkan hidupnya dari sungai yang dijadikan objek wisata dan wisata lainnya. Banyak atau sedikitnya pengunjung mempengaruhi penghasilan mereka. Para wisatawan yang datang banyak dari penduduk lokal, luar kota, dan warga negara asing. Harga yang ditawarkan berbeda antara pemebeli dari penduduk setempat dengan wisatawan. Mama tasya mengolah harga menjadi lebih tinggi ketika wisatwan yang membeli diwarung mereka, seperti mie kuah yang dijual kepada wisatawan dengan harga Rp. 12.000,- per porsi dan harga yang sebenarnya adalah Rp 10.000,- per porsi.

Peneliti mewawancarai mama tasya ketika beliau sedang menggoreng bakwan, mama tasya mengungkapkan begitu pentingnya sungai dalam memenuhi kebutuhan akan air dan menjadi tempat mata pencaharian mereka yang menghasilkan demi keberlangsungan hidup mereka. Partisipasi mama tasya dalam menjaga pelestarian sungai adalah dengan membuang sampah pada tempat yang telah diberikan oleh

mahasiswa dan sebuah lembaga yang disebut BLG atau (Bukit Lawang Green) dan tidak menebang pohon. Karena kurangnya pengetahuan dan sosialisasi mengenai bagaimana melakukan pelestarian sungai hanya dengan membuang sampah rumah tangga mereka pada tempatnya bukan di sungai, itu yang hanya partisipasi yang dilakukan mama tasya dalam menjaga sungainya.

5.1.1.2 Nama : Herman

Usia : 32 Tahun

Etnis : Karo

Agama : Muslim

Penghasilan / bulan : tidak tetap

Jumlah tanggungan : 3 orang

Pendidikan Terakhir : SD

Jabatan : Guide

Bapak herman adalah serang bapak yang berusia 32 tahun,merupakan kepala keluarga yang bekerja di sekitar sungai Bahrorok. Bapak Herman memiliki istri yang bernama yuni, dan memiliki 2 orang anak, yang mana 1 laki-laki dan 1 perempuan. Bapak Herman bekerja sebagai guide yang mencari wisatawan yang ingin mengunjungi berbagai objek wisata yang ada di Bukit Lawang, seperti melihat orang utan ataupun air terjun kelelawar.

Kebutuhan Bapak Herman tidak mencukupi hanya dengan mengandalkan wisatawan yang berkunjung karena tidak dapat diperkirakan banyak atau sedikit jumlah wisatawan yang memakai jasa bapak Herman sebagai guide. Oleh karena itu demi memenuhi kebutuhan keluarga, bapak Herman memiliki kerja sampingan yaitu memebersihkan sampah yang berada dipinggir sungai yang berasal dari sampah pengunjung. Pengguna jasa bapak herman adalah pemilik usaha warung yang berada dekat pinggir sungai. Mereka menyewa bapak herman karena banyak sampah yang mengapung tepat di depan warung mereka. Sampah dianggap merusak daya tarik

menyebabkan banyak sampah yang mengapung di pinggir sungai. Bapak herman diberi gaji Rp.300.00,- per bulan yang menjadi tambahan biaya yang tidak mencukupi.

Menurut bapak herman sampah-sampah yang ada disungai berasal dari sampah pengunjung bukan sampah rumah tangga penduduk lokal. Akhirnya penduduk yang memiliki usaha disekitar pinggiran pantai wajib memungut dan membersihkan sampah yang dibuang pengunjung ataupun dapat menyewa seseoang untuk membersihkannya seperti jasa yang ditawarkan oleh bapak herman.

5.1.1.3 Nama : Haryati

Usia : 39 Tahun

Etnis : Jawa

Agama : Muslim

Penghasilan / bulan :Rp2.000.000-Rp3.000.000,-

Jumlah tanggungan : 3 orang

Pendidikan Terakhir : SMA

Jabatan : Pemilik toko pakaian

Ibu Haryati bersama suami membangun lapak toko pakaian dan pondok -pondok di pinggiran sungai Bahorok. Ibu Haryati sehari-hari menjaga took pakaiannya sedangkan suaminya menjaga pondok-pondok untuk wisatawan. Suami ibu haryati bernama anwar. Dari hasil pernikahan mereka memiliki 3 orang anak yang terdiri 2 anak perempuan dan 1 anak laki-laki. Anak pertama ibu haryati sedang berkuliah di jurusan pariwisata, anak keduanya sudah tamat jenjang SMA dan tidak melanjutkan kuliah karena memilih bekerja, sedangkan anak ke 3 ibu haryati masih duduk di kelas 6 SD.

Penghasilan ibu Haryati bergantung pada hari weekend yang digunakan sebagian besar wisatawan unruk berkunjung. Pada hari sabtu dan minggu yang menjadi penentu besar atau kecil pemasukan beliau. Ibu Haryati sudah mendirikan toko pakaian dan pondok-pondok sebelum banjir bandang. Setelah banjir bandang menghancurkan mata

pencaharian mereka, keluarga beliau kembali mencari lahan setelah semua pembanguan tebing sungai selesai.

Menurut ibu haryati lahan usaha yang dimilikinya bukan tanah ibu haryati melainkan milik PEMDA. Ibu haryati mendirikan tempat usahanya dengan syarat memungut sampah yang berada disekitar sungai yang dihasilkan pengunjung mereka. PEMDA tidak memungut biaya pada warga yang mendirikan usahanya di pinggir sungai, tetapi ada sebagian warga menjual lahan jualan mereka dengan sangat mahal. Ibu haryati mengatakan harga tanah disini mahal. Sejak banjir bandang terjadi, sungai diperbaiki dan ditinggikan atau dibuat tebing-tebing tinggi untuk menghindari bahaya banjir yang terjadi lagi. Pada saat itulah warga mencari patok-patok lahan untuk membuka usaha untuk dijadikan sebagai mata pencaharian mereka.

5.1.1.4 Nama : Bapak gusremi

Usia : 52 Tahun

Etnis : Padang

Agama : Muslim

Penghasilan / bulan :Rp1.500.000-Rp2.000.000,-

Jumlah tanggungan : 3 orang

Pendidikan Terakhir : SMA

Jabatan : Pemilik warung makanan

Bapak gusremi adalah warga yang terkena bencana banjir bandang pada tanggal 2 november 2003. Banjir bandang yang dialami keluarga bapak gusremi membuat mereka pindah sedikit menjauh dari pinggir sungai. Banjir bandang membuat kenangan yang mendalam bagi keluarga bapak gusremi. Bapak gusremi memiliki istri bernama lis dan memiliki 3 orang anak. Anak pertama bapak agus meninggal akibat bencana banjir bandang tersebut. Anak pertama bapak agus tidak dapat selamat karena kuatnya arus dengan disertai kayu-kayu yang ikut hanyut yang melukai para korban bencana banjir tersebut. Anak kedua bernama Reza yang pada saat ini akan menamatkan SMA nya dan

melanjutkan ke sekolah penerbangan sedangkan anak kedua bapak Agus bernama Irgi yang masih duduk di kelas 4 SD.

Bapak Gusremi adalah seorang pegawai dari perkebunan di Desa Perkebunan Bukit Lawang. Pada pagi hari bapak Agus bekerja sebagai pegawai perkebunan sedangkan pada malam hari beliau berjualan warung makanan di depan rumah mereka.

5.1.1.5 Nama : Hj. Bariah Usia : 68 Tahun Etnis : Jawa Agama : Muslim Penghasilan / bulan :Rp1.500.000-Rp2.000.000,- Pendidikan Terakhir : SD

Jabatan : Pemilik warung pakaian

Ibu Hj Bariah sudah tinggal 50 tahun di desa Bukit Lawang. Ibu bariah memiliki 4 orang anak, diantaranya 2 anak perempuan dan 2 anak laki-laki . semua anak beliau sudah membangun keluraga masing-masing. 2 anak beliau tinggal di Bukit Lawang dan dua lagi tinggal Medan. Anak beliau yang tinggal di Bukit Lawang meneruskan usaha yang telah dibangun ibu Bariah yaitu toko pakaian dan warung makanan. Bukit Lawang adalah tempat wisata, oleh karena itu sebagian penduduknya yang berlokasi dekat dengan sungai adalah pedagang. Ibu bariah menjelaskan perubahan mengenai Bukit Lawang. Ibu bariah merasa Bukit Lawang sudah tidak alami lagi, dikarenakan banyaknya pemukiman penduduk. Pentingnya sungai sangat dimengerti ibu bariah, karena sungai sumber kehidupan mereka. Pengetahuan yang kurang dan sosialisai yang kurang menjadi penghambat mereka dalam berpartisipasi menjaga pelestarian daerah aliran sungai.

Partisipasi yang bisa dilakukan ibu bariah adalah menjaga kebersihan sungai agar tetap terjaga dan tidak membuang sampah apapun di sungai. Tempat sampah disediakan di setiap rumah, petugas kebersihan maupun anggota BLG akan mengambil sampah mereka dengan truk dan mengumpulkannya di suatu tempat.

5.1.2. Informan tambahan 5.1.2.1. Kepala Desa

Nama : Suratna

Usia : 54 Tahun

Etnis : Jawa

Jumlah tanggungan : 4 orang

Pendidikan Terakhir : SMP

Bapak Suratna merupakan kepala desa Bukit Lawang yang sudah menjabat selama 3 tahun. Bapak Suratna dikenal ramah dan mudah bergaul disemua kalangan. Bapak Suratna melayani kebututuhan masyarakat dalam tugasnya sebagai kepala desa dengan segenap hati. Rumah bapak Suratna dijadikan sebagai kantor yang mengurus segala keperluan yang dibutuhkan masyarakat. Menurut bapak suratna, masyarakat Bukit Lawang merupakan warga yang saling menghargai satu sama lain. Masyarakat jarang menimbulkan konflik dalam sehari-hari mereka. Masyarakat damai dalam menjalankan segala aktiitas termasuk dalam pekerjaan masing-masing.

Bapak Suratna menjelaskan bahwa sosialisasi mengenai bagaimana seharusnya menjaga pelestarian daerah aliran sungai kurang dimengerti oleh masyarakatnya dan begitu juga beliau. Bapak Suratna yang bisa lakukan demi menjaga pelestarian daerah aliran sungainya adalah memperingatkan warga masyarakat agar menjaga kebersihan lingkungannya dan membuang sampah rumah tangga mereka pada tempat yang telah disediakan. Beliau juga mengingatkan agar warganya tidak penebang pohon secara illegal.

Pengetahuan yang kurang membuat bapak Suratna tidak dapat memberikan informasi kepada warganya, yang akhirnya diharapkan menimbulkan rasa kepedulian masyarakatnya untuk menjaga sungai mereka. Program-program menjaga lingkungan juga belum ada dimasukkan dalam masa jabatan bapak Suratna. Bapak Suratna berharap

lingkungan yang membantu masyarakat agar dapat terus menjaga kelestarian lingkungannya sehingga desa mereka tetap menjadi tempat wisata yang dikunjungi banyak wisatawan lokal maupun luar negeri yang memajukan pendapatan mereka. 5.1.2.2. Anggota lembaga BLG

Nama : Lisa

Usia : 44 Tahun

Etnis : Jawa

Pendidikan Terakhir : SMU

Ibu lisa sudah tinggal di Bukit Lawang sejak dari kecil, artinya ibu lisa sudah menetap selama 44 tahun di Bukit Lawang. Ibu lisa menikah dengan pegawai perkebunan. Suami ibu lisa bernama agus dan memiliki 3 orang anak, akan tetapi anak pertama mereka meninggal ketika bencana banjir bandang terjadi. Ibu lisa merasa trauma dengan bancana banjir yang beliau alami, tetapi dengan seiring waktu berlalu trauma pun hilang karena sungai sudah diperbarui paskah banjir. Pinggiran sungai sudah didirikan tebing-tebing tinggi dan diberi jarak sehingga tidak terlalu dekat dengan sungai.

Ibu lisa merupakan satu-satunya anggota wanita dalam lembaga BLG ini. Ketertarikan ibu lisa bermula dari bencana banjir yang beliau alami sehingga ibu lisa termotivasi melakukan kegiatan sosial dalam lembaga ini. Ibu lisa juga merasa bertanggung-jawab daerah aliran sungai bahorok karena sungai merupakan objek wisata yang dijadikan mata pencaharian mereka yang harus dijaga bukan hanya memanfaatkannya saja. Menurut ibu lisa banyak warga masyarakat yang belum sadar akan lingkungan mereka, yang mana mereka hanya memanfaatkan saja tetapi tidak menjaga dan mempertahankannya.

BLG sudah berdiri sejak tahun 2012, terbentuknya BLG berdasarkan kesadaran masyarakat dan belum ada tindakan pemerintah dalam mensosialisasikan peduli lingkungan. Salah satu kegiatan BLG adalah memungut sampah-sampah yang ada di

sungai dan mengangkut sampah rumah tangga yang berada ditempat sampah yang telah disediakan donator. Tujuan yang ingin dicapai BLG adalah menciptakan lingkungan yang bebas banjir dan bersih agar dapat mempertahankan pariwisata agar tetap berlangsung dengan baik sehingga masyarakat tetap bisa menjadikan sungai sebagai objek wisata yang menghasilkan bagi kehiddupan masyarakat Bukit Lawang.

Dokumen terkait