• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Masyarakat Dalam Menjaga Pelestarian Daerah Aliran Sungai Bahorok (Studi Pada Mayarakat Sekitar Sungai Bahorok di Desa Perkebunan Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Partisipasi Masyarakat Dalam Menjaga Pelestarian Daerah Aliran Sungai Bahorok (Studi Pada Mayarakat Sekitar Sungai Bahorok di Desa Perkebunan Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat)"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA PELESTARIAN DAERAH

ALIRAN SUNGAI

(Studi Pada Mayarakat Sekitar Sungai Bahorok di Desa Perkebunan Bukit

Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat)

Skripsi

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

SITI RUKMANA SIAGIAN

090901022

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Das merupakan suatu wilayah yang menjadi satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak

sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air dari curah hujan ke

danau atau laut secara alami. Bagi masyarakat Bukit Lawang sungai bukan hanya sarana

kebutuhan akan air, tetapi merupakan salah satu sumber pendapatan masyarakat, yaitu dijadikan

objek wisata yang menarik pengunjung yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Banjir

bandang yang terjadi pada tanggal 2 november 2003 yang melanda Bukit Lawang telah

menghancurkan rumah, penginapan, kios, jembatan, mesjid, dan menghilangkan nyawa.

Masyarakat harus bekerjasama dalam menjaga pelestarian daerah aliran sungai agar tergaganya

kesinambungan antara alam dengan manusia. Dengan demikian dibutuhkan partisipasi dari

masyarakat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat

dalam menjaga pelestarian DAS yang dilakukan oleh masyarakat lokal desa Perkebunan Bukit

Lawang. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara

observasi, wawancara mendalam dan studi kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukkan partisipasi yang dilakukan masyarakat dalam menjaga

pelestarian DAS agar sungai tetap terjaga dan tetap dikunjungi wisatawan sehingga

menghasilkan keuntungan ekonomi bagi masyarakat lokal. Masyarakat diharapkan tidak hanya

memanfaatkan sungai, tetapi harus tetap menjaga sungai, agar tidak terjadi lagi bencana yang

menghancurkan sarana prasarana yang mereka bangun di sekitar sungai yang dijadikan tempat

penginapan ataupun kehilangan nyawa yang mereka sayangi dengan tetap menjaga kelestarian

sungai, hutan dan membuang sampah rumah tangga ataupun yang dihasilkan pengunjung pada

(3)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : “Partisipasi Masyarakat Dalam Menjaga Pelestarian Daerah Aliran Sungai Bahorok”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Sosiologi Universitas Sumatera Utara. Secara ringkas skripsi ini mendeskripsikan dalam melihat bagaimana partisipasi masyarakat dalam menjaga pelestarian daerah aliran sungai Bahorok di Desa Perkebunan Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok , Kabupaten Langkat.

Penulis menyadari penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan kerjasama dari semua pihak baik dari dukungan moral maupun material. Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini terutama ucapan terima kasih yang terbesar kepada kedua orang tua tersayang yang telah melahirkan dan membesarkan serta mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran dalam mendidik penulis, tiada hentinya kasih sayang yang beliau curahkan hingga memberi dukungan dan semangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Inilah persembahan yang dapat penulis berikan sebagai tanda ucapan terima kasih dan sebagai tanda bakti penulis kepada kedua orang tua. Terima kasih juga penulis ucapkan buat kakak penulis dan abang-abang penulis yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis.

Dalam penelitian ini, penulis menyampaikan penghargaan yang tulus dan ucapan terima kasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yaitu kepada:

(4)

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi dan Drs. T. Ilham Saladin, M.Sp, selaku Sekretaris Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak Sismudjito, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah banyak mencurahkan waktu, tenaga, ide-ide dan pemikiran dalam membimbing penulis dari awal hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Henry Sitous, M.Si selaku ketua penguji dalam ujian skripsi saya, dan memberikan sumbangan pemikiran untuk perbaikan skripsi ini.

5. Terima kasih kepada para dosen Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, terutama untuk dosen di departemen Sosiologi yang perneh menjadi pengasuh pada saat proses perkuliahan di Departemen Sosiologi FISIP USU, yang telah membimbing, memberikan sumbangsih pemikiran dalam aspek Sosiologis, serta pengalaman penelitian dari proses pembuatan proposal penelitian lalu terjun langsung di lapangan dalam melihat realitas sosial, serta pengolahan data penelitian sejak awal perkuliahan hingga selesai kepada penulisan.

6. Terima kasih kepada seluruh pegawai Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Kak Fenny Khairifa, Sri, Bapak Abel Kaban dan Kak Betty yang telah banyak membantu penulis selama masa perkuliahan dalam hal administrasi.

(5)

8. Terima kasih juga kepada adik-adik penulis tersayang Hilda dan Zainal yang keduanya banyak menghibur penulis saat sedang stress dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

9. Buat teman dekat penulis yang telah memberikan semangat dan sumbangan ide dalam memilih judul penelitian skripsi penulis.

10.Terima kasih buat keluarga yang ada di lokasi penelitian ini dilakukan, khususnya buat Bapak Kepala Desa, Ibu Kades, Ibu Lisa, Reza, Irgi, Kakek, Silvi dan seluruh keluarga lain yang berada di lokasi penelitian. Terima kasih juga buat adik penulis Hilda Bangun Rusdia Siagian yang telah bersedia mendampingi penulis dalam melakukan wawancara dengan informan penelitian. 11.Terakhir terima kasih buat seseorang yang jauh di mata tetapi selalu dekat di hati

penulis yang telah memberikan dukungan yang sangat berarti buat penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat berbagai kekurangan dan keterbatasan , untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan dan saran-saran yang sifatnya membangun demi kebaikan tulisan ini. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, harapan saya agar tulisan ini dapat berguna bagi pembacanya. Dan akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Medan, Juni 2015 (Penulis)

(6)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Defenisi Konsep ………..… 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1. Konsep Partisipasi Masyarakat ... 9

2.2. Kondisi Aliran Daerah Sungai Di Indonesia ... 13

2.3. Modal Sosial ... 14

2.4. Teori Interaksionisme Simbolik (Herbert Blumer)... 17

BAB III Metode Penelitian ... 19

3.1. Jenis Penelitian ... 19

3.2. Lokasi Penelitian ... 19

3.3. Unit Analisis dan Informan ... 20

3.3.1. Unit Analisis ... 20

3.3.2. Informan ... 20

3.3.2.1. Informan Kunci ... 20

3.3.2.2. Informan Tambahan ... 20

3.4. Teknik Pengumpulan Data... 21

3.5. Interpretasi Data ... 23

3.6. Jadwal Kegiatan ... 24

(7)

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN ... 26

4.1. Sejarah dan Dinamika Perkembangan Desa ... 26

4.2. Letak Geogarafis Desa Perkebunan Bukit Lawang ... 27

4.3. Gambaran Iklim Dan Curah Hujan……… ….. 29

4.4. Topografi ... 30

4.5. Kependudukan dan Sumber Daya Manusia Di Desa Perkebunan Bukit Lawang Kecamatan Bahorok ... 31

4.6. Sarana Dan Prasarana DI Desa Perkebunan Bukit Lawang ... 35

BAB V TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA ... 39

5.1. Karakteristik Informan ... 39

5.1.1. Profil Informan Kunci... 39

5.1.2. Profil Informan Tambahan ... 46

5.2. Penyajian Dan Interpretasi Data ... 49

5.2.1. Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa Perkebunan Bukit Lawang Dalam Pelestarian DAS ... 49

5.2.2. Kondisi DAS Di Desa Perkebunan Bukit Lawang ... 52

5.2.3. Modal Sosial Masyarakat Desa Perkebunan Bukit Lawang Dalam Pelestarian DAS ... 54

5.2.4. Partisipasi Menjaga Pelestarian DAS Oleh Masyarakat Lokal Dalam Perspektif Teori Interaksionisme Simbolik ... 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

6.1. Kesimpulan ... 59

6.2. Saran ... 60

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jadwal Kegiatan ... 24 Tabel 2 Luas Wilayah Desa/Kelurahan Perkebunan Bukit Lawang

Tahun 2014………. 29

Tabel 3 Distribusi Jumlah penduduk di Desa Perkebunan Bukit

Lawang……… 31

Tabel 4 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ... Tahun 2014……… 32

(9)

ABSTRAK

Das merupakan suatu wilayah yang menjadi satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak

sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air dari curah hujan ke

danau atau laut secara alami. Bagi masyarakat Bukit Lawang sungai bukan hanya sarana

kebutuhan akan air, tetapi merupakan salah satu sumber pendapatan masyarakat, yaitu dijadikan

objek wisata yang menarik pengunjung yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Banjir

bandang yang terjadi pada tanggal 2 november 2003 yang melanda Bukit Lawang telah

menghancurkan rumah, penginapan, kios, jembatan, mesjid, dan menghilangkan nyawa.

Masyarakat harus bekerjasama dalam menjaga pelestarian daerah aliran sungai agar tergaganya

kesinambungan antara alam dengan manusia. Dengan demikian dibutuhkan partisipasi dari

masyarakat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat

dalam menjaga pelestarian DAS yang dilakukan oleh masyarakat lokal desa Perkebunan Bukit

Lawang. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara

observasi, wawancara mendalam dan studi kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukkan partisipasi yang dilakukan masyarakat dalam menjaga

pelestarian DAS agar sungai tetap terjaga dan tetap dikunjungi wisatawan sehingga

menghasilkan keuntungan ekonomi bagi masyarakat lokal. Masyarakat diharapkan tidak hanya

memanfaatkan sungai, tetapi harus tetap menjaga sungai, agar tidak terjadi lagi bencana yang

menghancurkan sarana prasarana yang mereka bangun di sekitar sungai yang dijadikan tempat

penginapan ataupun kehilangan nyawa yang mereka sayangi dengan tetap menjaga kelestarian

sungai, hutan dan membuang sampah rumah tangga ataupun yang dihasilkan pengunjung pada

(10)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah Negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Indonesia terdiri dari 17.508 pulau, daratan seluas 1,9 juta km2, panjang garis pantai 80.791 km, laut seluas 3,1 juta km2, gunung api sebanyak 200 buah. Kondisi geografis ini menunjukkan bahwa perencanaan pembangunan memang cukup kompleks sehingga diperlukan sumber daya manusia yang handal. Dengan demikian, pembangunan akan memberikan manfaat bagi masyarakat dan kualitas lingkungan yang baik tetap terjaga. (dalam K.E.S Manik, 2003)

Sumber daya alam Indonesia bersifat terbatas sedangkan jumlah penduduk akan meningkat dari waktu ke waktu akibatnya membutuhkan sumber alam yang lebih banyak. Sumber daya alam terbagi atas, yang bisa diperbarui (renewable resource) dan yang tak bisa diperbarui (non-renewable resource). Secara umum penggunaan sumber daya alam secara bijaksana mencakup tiga kelompok yaitu : sumber daya tanah, sumber daya air, dan sumber daya udara.

Partisipasi masyarakat merupakan salah satu aspek yang penting dalam pembangunan daerah. Partisipasi masyarakat dapat dijadikan indikator keberhasilan suatu pembangunan. Oleh sebab itu rasa kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sangat dibutuhkan sehingga masyarakat memiliki peran dalam kegiatan pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan dilakukan dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya.

(11)

pemenuhan kebutuhan masyarakat, baik kebutuhan akan air bersih maupun kebutuhan ekonomi yang menjadikan sungai sebagai objek wisata.

Barber (1997) menyatakan bahwa Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya serta berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami. DAS dapat dibagi kedalam tiga komponen yaitu: bagian hulu, tengah dan hilir. Kesatuan pengelolahan pengelolahan DAS menjadi hal penting untuk dilakukan sebagai upaya untuk mengendalikan hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia dan segala aktivitasnya dengan tujuan membina kelestarian serta meningkatkan kemanfaatan sumber daya alam bagi kesejahteraan manusia Barber (1997).

Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dijelaskan bahwa sumber daya alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan membentuk kesatuan ekosistem. Dari kedua definisi tersebut, dapat dijelaskan bahwa sumber daya alam pada daerah aliran sungai merupakan seluruh unsur lingkungan yang menyusun sistem daerah aliran sungai, baik hayati maupun nonhayati, termasuk produk yang dihasilkan oleh sistem DAS tersebut. Termasuk sumber daya alam DAS adalah tanah, air, hutan, kebun, hewan, dan komoditi lain dari suatu sistem DAS.

Usaha pelestarian Daerah Aliran Sungai (DAS) perlu dilakukan dengan komitmen bersama antara semua pejabat dari berbagai bidang kegiatan pertanian, baik bidang kehutanan, perternakan, tanaman pangan, perikanan, maupun pengairan dan lain-lain. Berbagai aktivitas yang bisa meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat perlu disesuaikan dalam membina aliran sungai untuk menyelamatkan hutan, tanah, dan air.

(12)

pengelolaan DAS. Meskipun demikian, peran masyarakat yang diamanatkan dalam peraturan tersebut masih pada tahap memberikan masukan dan aspirasi, saran dan pertimbangan, serta turut mengawasi pengelolaan DAS. Masyarakat belum dipandang sebagai subjek yang mampu mengelola sumber daya alam untuk mendukung pengelolaan DAS berkelanjutan dan tidak memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan.

Berdasarkan peraturan diatas masyarakat memang tidak dapat mengambil keputusan dalam pengelolahan DAS, tetapi partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam memberikan aspirasi, saran dan pertimbangan dikarenakan masyarakat yang tinggal di sekitar daerah aliran sungai lebih tahu mengenai perkembangan DAS dan masyarakat sekitar DAS juga harus mempertimbangkan kegiatan sehari-hari yang mereka lakukan tidak berdampak negatif pada sungai.

Bukit lawang memiliki sungai yang sering disebut dengan sungai bahorok, sungai bahorok berada di hilir pintu gerbang masuk ke sistem Daerah Aliran luas hulunya. Di peta, sub-DAS Wompu tampak bagai akar-akar pohon menjalar cabangnya amat banyak. Jumlah anak sungai pada DAS Bohorok tergolong tinggi, mencapai 156 buah. Anak-anak sungai ini lahir dari puluhan mata air di pegunungan yang tingginya sekitar 2.000 meter. Air Sungai Bohorok merupakan sumber air bersih untuk berbagai keperluan. (Yuni ikawati dalam Uni sosial demokrat tentang Lingkungan Hidup. Diakses tanggal 23-11- 2014 hari senin pukul 18:47

(13)

penulis “Partisipasi Masyarakat dalam menjaga pelestarian sungai Bahorok di Bukit

lawang adalah dasar agar terlakasananya pembangunan yang berkelanjutan dan masyarakat dapat menjaga sumber kehidupan mereka..

1.2.Rumusan Masalah

Sebuah penelitian harus memiliki batas-batas permasalahan yang harus diamati atau diteliti agar penelitian tersebut dapat terfokus dalam satu permasalahan dapat diselesaikan dan penelitian tidak lari dari jalur yang telah ditetapkan. Oleh karena itu berdasarkan uraian permasalahan yang telah dijelaskan dalam latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana

Partisipasi Masyarakat dalam menjaga pelestarian sungai Bahorok di Desa Bukit Lawang Kecamatan Bohorok Kabupaten Langkat.

1.3.Tujuan Penelitian

Setelah merumuskan masalah yang akan diteliti pada sebuah penelitian, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan penelitian yang sejalan dengan rumusan masalah penelitian. Adapun yang menjadi tujuan penelitian berdasarkan perumusan masalah diatas adalah untuk mengetahuai bagaimana partisipasi masyarakat dalam menjaga pelestarian sungai Bahorok di Desa Bukit Lawang Kecamatan Bohorok Kabupaten Langkat.

1.4.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan sesuatu yang diharapkan ketika sebuah penelitian telah selesai dilaksanakan. Adapun manfaat penelitian dalam penelitian ini adalah: a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi peneliti lain sebagai bahan rujukan untuk perbandingan atas masalah yang sama terutama dalam bidang sosiologi lingkungan.

b. Manfaat Praktis

(14)

pertimbangan bagi pemerintah setempat dalam membuat peraturan mengenai lingkungan dan agar mensosialisasikan tersebut pada masyarakat agar masyarakat ikut berpartisipasi.

1.5. Defenisi Konsep

Konsep adalah suatu hasil pemaknaan di dalam intelektual manusia yang merujuk pada kenyataan nyata ke dalam empiris, dan bukan merupakan refleksi sempurna. Dalam sosiologis, konsep menegaskan dan menetapkan apa yang akan di observasi (Suyanto, 2005:49). Definisi konsep adalah rangkuman peneliti dalam menjelaskan peristiwa yang akan diteliti nantinya. Konsep yang digunakan sebagai konteks penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Partisipasi menurut Hoofsteede (1971) yang dikutip oleh Khairuddin (2000) berarti ”The taking part in one or more phases of the process” atau mengambil bagian

dalam suatu tahap atau lebih dari suatu proses, dalam hal ini proses pembangunan. 2. Partisipasi masyarakat merupakan salah satu aspek yang penting dalam

pembangunan daerah. Partisipasi masyarakat dapat dijadikan indikator keberhasilan suatu pembangunan.

3. Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang hidup secara bersama-sama dalam waktu yang lama dan tinggal di wilayah tertentu, memiliki kebudayaan dan melakukan kegiatan dalam komunitas kelompok atau dalam kumpulan manusia tersebut.

4. Pelestarian adalah suatu proses pemeliharaan ekosistem, pengelolahan keanekaragaman biologis dan lingkungan.

(15)
(16)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Konsep partisipasi masyarakat

Partisipasi berasal dari bahasa inggris yaitu “participation” yang berarti

pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Keith davis (1995) menjelaskan bahwa partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Berdasarkan defenisi tersebut dijelaskan bahwa keterlibatan mental dan emosi merupakan hal yang paling penting dalam partisipasi dan kemudian akan timbul rasa ikut bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan tersebut.

Verhangen dalam Mardikanto (2003) menyatakan bahwa partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian : kewenangan, tanggung jawab, dan manfaat.

(17)

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan menjadi satu pengertian yang menjelaskan keiikutsertaan dan keterlibatan yang menjadi subjek pelaku yang beraktivitas adalah seseorang atau kelompok interaksi dan komunikasi yang timbul dari keterlibatan mental dan emosi terhadap suatu kondisi untuk mencapai suatu tujuan yang memerlukan kerjasama dan rasa tanggungjawab bersama.

Oleh sebab itu keikutsertaan maupun keterlibatan seseorang (individu) tersebut berhubungan dengan masyarakat, maka dapat dikatakan sebagai partisipasi masyarakat. Menurut Hetifah Sj.Soemanto (2005) partisipasi masyarakat merupakan proses ketika warga sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, dan pemantauan kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka.

Conyers (1991) menjelaskan pentingnya partisipasi masyarakat adalah merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program serta proyek -proyek akan gagal.

Partisipasi diharapkan dapat memberikan hasil yang berguna bagi masyarakat yang ikut berpartisipasi yang memiliki tujuan yang ingin dicapai. Oleh sebab itu perlu diperhatikan sifat dan cirri-ciri partisipasi yaitu:

1. Partisipasi harus bersifat sukarela.

2. Berbagai issue dan masalah haruslah disajikan dan dibiarakan secara jelas dan objektif.

3. Kesempatan berpartisipasi haruslah mendapat keterangan/informasi yang jelas dan memadai tentang setiap segi dari program yang dilaksanakan. 4. Partisipasi masyarakat dalam rangka menentukan kepercayaan diri sendiri

(18)

R.Asisasmita (2006) mempaparkan bahwa keterlibatan anggota masyarakat dalam segala jenis aktivitas pelaksanaan perencanaan pembangunan dikerjakan dalam masyarakat lokal. Dengan kata lain partisipasi atau peran masyarakat dalam pembangunan merupakan aktualisasi, kesediaan dan kemampuan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi dalam program yang dilaksanakan. Bentuk partisipasi yang nyata yaitu:

 Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan.

 Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas.

 Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program.

 Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkan.

 Partisipasi buah pikiran lebih merupakan partisipasi berupa sumbangan ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkan dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya.

Ada tiga alasan utama yang membuat partisipasi masyarakat menjadi sangat penting menurut Diana Conyers dalam Suparjan ( 2003: 53), yaitu:

1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi kondisi, kebutuhan, dan sikap kebutuhan masyarakat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.

(19)

3. Partisipasi menjadi urgen karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi jika masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat.

Menurut Sundariningrum dalam Sugiyah (2001: 38) , Partisipasi dapat dibagi menjadi dua berdasarkan cara keterlibatannya, yakni :

a. Partisipasi Langsung

Partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.

b. Partisipasi tidak langsung

Partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak partisipasinya. (dalam tulisan Rizuan ramadhan, 2013 http://rizuan-ramadhan.blogspot.com/2013/12/pengertian-partisipasi.html)

Partisipasi masyarakat dapat dilihat berdasarkan indikator, menurut Marschall (2006) indikator tersebut sebagai berikut:

1. Adanya forum untuk menampung partisipasi masyarakat, 2. Kemampuan masyarakat terlibat dalam proses,

3. Adanya akses bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan. (http://perencanaankota.com /2011/11/indikator-alat-ukur-prinsip-partisipasi.html)

Berbeda dengan Marschall (2006), menurut Oakley (1991:9) partisipasi masyarakat dapat dilihat berdasarkan indikator, yaitu: 1. Adanya kontribusi,

(20)

2.2.Kondisi Daerah aliran Sungai di Indonesia

Keberadaan DAS secara yuridis formal terdapat dalam peraturan No. 33 Tahun 1970 tentang Perencanaan Hutan. Peraturan pemerintah ini DAS dibatasi sebagai suatu daerah tertentu yang bentuk dan sifat alamnya sedemikian rupa sehingga merupakan suatu kesatuan dengan anak sungainya yang melalui daerah tersebut dalam fungsi untuk menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya, penyimpanannya dan pengalirannya disusun dan ditata berdasarkan hukum alam sekelilingnya demi keseimbangan daerah tersebut.

Daerah aliran sungai memiliki batasan-batasan berdasarkan fungsinya, yaitu pertama DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang dapat diindikasi dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air dan curah hujan. Kedua DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang dapat diindikasikan terkait dengan kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolahan sungai, waduk, dan danau. Ketiga DAS bagian hilir didasarkan fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi ini tidak jauh berbeda dengan fungsi yang kedua, tetapi bagian ini fungsinya terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolahan limbah.

(21)

Pertumbuhan pembangunan dibidang pemukiman, pertanian, perkebunan, serta eksploitasi sumber daya alam berupa hutan menyebabkan penurunan kondisi hidrologis daerah aliran sungai tersebut. Oleh sebab itu diperlukan pertimbangan dalam pelestarian DAS yang memiliki fungsi pembangunan yang berkelanjutan.

2.3. Modal sosial

Menurut Franke (2005) modal sosial digunakan pada beragam kajian seperti: keluarga dan pemuda, sekolah dan pendidikan, kehidupan dalam komunitas, pekerjaan dan organisasi, demokrasi dan tata pemerintahan, permasalahan-permasalahan yang terkait dengan tindakan kolektif, kesehatan fisik dan mental, serta proteksi publik. Hasbullah (2006) menjelaskan bahwa modal sosial merupakan segala sesuatu

yang berkaitan dengan kerja sama dalam masyarakat atau bangsa untuk mencapai kapasitas hidup yang lebih baik, ditopang oleh nilai-nilai dan norma yang menjadi unsure-unsur utamanya seperti trust (rasa saling percaya), aturan kolektif dalam suatu masyarakat atau bangsa dan sejenisnya.

Selanjutnya Putnam dan Fukuyama menjelaskan defenisi modal sosial yang sama pentingnya. Walaupun defenisinya berbeda tetapi memiliki keterkaitan yang erat yang menyangkut kepercayaan (trust). Putnam (2000) menjelaskan modal sosial sebagai penampilan organisasi sosial seperti jatingan-jaringan dan kepercayaan yang menfasilitasi adanya kordinasi dan kerjasama bagi keuntungan bersama. Menurut Fukuyama (1995), modal sosial adalah kemampuan yang timbul dari adanya kepercayaan dari sebuah komunitas.

(22)

Modal sosial tidak berbeda dengan modal finansial yaitu merupakan sumber yang digunakan dalam suatu kegiatan maupun suatu proses dalam mencapai suatu tujuan. Dalam pengukurannya modal sosial berbeda dengan modal finansial, karena modal sosial bersifat kumulatif dan bertambah dengan sendirinya. Pada dasarnya modal sosial tidak akan habis jika dimanfaatkan, sebaliknya apabila modal sosial tidak dimanfaat atau dipergunakan modal sosial akan habis.

Beberapa indikator kunci yang dapat dijadikan ukuran terhadap modal sosial antara lain (Suharto,2006):

a. Perasaan indentitas

b. Perasaan memiliki atau sebaliknya perasaan aliensi c. Sistem kepercayaan dan ideology

d. Nilai-nilai dan tujuan e. Ketakutan-ketakutan

f. Sikap terhadap anggota lain dalam masyarakat

g. Pesepsi mengenai akses terhadap pelayanan, sumber dan fasilitas (misalnya pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kesehatan, perumahan, transportasi dan jaminan sosial)

h. Opini terhadap kinerja pemerintah yang dilakukan terlebih dahulu

i. Keyakinan pada lembaga-lembaga masyarakat dan orang-orang pada umumnya

j. Tingkat kepercayaan

k. Harapan-harapan yang ingin dicapai dimasa depan

(23)

2.4. Teori Interaksionisme simbolik (Herbert Blumer)

Pokok-pokok pndekatan interasksi simbolik

“……. Masyarakat terdiri dari individu-individu yang memiliki kedirian mereka sendiri (yakni indikasi untuk diri mereka sendiri), tindakan individu itu merupakan suatu konstruksi dan bukan sesuatu yang lepas begitu saja, yakni kebenarannya dibangun oleh individu melalui catatan dan penafsiran situasi dimana dia bertindak, sehingga kelompok atau tindakan kolektif itu terdiri dari beberapa susunan tindakan individu yang disebabkan oleh penafsiran individu/ pertimbangan individu terhadap setiap tindakan yang lainnya”. (Irving Zetlinn, 1995:332)

Menurut Blumer (dalam Poloma, 2004:258) interaksionisme simbolis bertumpu pada tiga premis:

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka .

2. Makna tersebut berasal dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain. 3. Makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi sosial

berlangsung.

Makna-makna tersebut bearasal dari interaksi seseorang dengan orang lain terutama orang yang dianggap cukup berarti seperti yang dinyatakan Blumer (dalam Poloma,2004:259), bagi seseorang, makna dari sesuatu berasal dari cara-cara orang lain bertindak terhadapnya dalam kaitan dengan sesuatu itu. Tindakan-tindakan yang mereka lakukan akan melahirkan batasan sesuatu bagi orang lain.

(24)
(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan metode yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya secara holistik dan dengan menggunakan pendekatan deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Meleong, 2006:6). Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dapat dengan mudah untuk mendapat informasi dan data yang jelas serta terperinci mengenai partisipasi masyarakat dalam menjaga pelestarian sungai Bahorok di Desa Bukit Lawang Kecamatan Bohorok Kabupaten Langkat. 3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Prkebunan Bukit Lawang Kecamatan Bohorok Kabupaten Langkat. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian ini adalah, karena sungai Bahorok yang terdapat di Bukit lawang merupakan sumber kehidupan masyarakat yang harus dijaga dan dipertahankan.

3.3. Unit Analisis dan Informan

3.3.1. Unit Analisis

(26)

2007:76). Unit analisis pada penelitian ini adalah seluruh seluruh keluarga yang tinggal di bantaran sungai Bahorok.

3.3.2. Informan

Adapun yang menjadi informan yang merupakan sumber informasi bagi peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.3.2.1. Informan Kunci

Informan kunci dalam penelitian ini adalah keluarga yang tinggal di bantaran di daerah aliran sungai di Desa Bukit Lawang Kecamatan Bohorok Kabupaten Langkat yang berjumlah 5 orang.

1.3.2.2. Informan Tambahan

Informan biasa atau informan tambahan dalam penelitian ini adalah lembaga dan kepala desa

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi penelitian, keterangan-keterangan atau fakta-fakta yang diperlukan. Dalam proses pengumpulan data, peneliti akan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data agar mendapat kesesuaian dengan fokus dan kebutuhan peneliti dalam mengolah data dan informasi yang diperoleh nantinya. Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian melalui observasi dan wawancara baik secara partisipatif maupun dengan cara wawancara mendalam. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data-data primer tersebut dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu sebagai berikut:

(27)

indera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Oleh karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indera mata serta dibantu dengan panca indera lainnya. Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan (Bungin, 2007:115). Dengan observasi peneliti dapat melihat langsung bagaimana partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian sungai Bahorok di di Desa Bukit Lawang Kecamatan Bohorok Kabupaten Langkat.

2. Wawancara mendalam, secara umum wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai di lokasi penelitian dengan menggunakan pedoman wawancara serta menggunakan alat bantu perekam jika memang dibutuhkan. Dalam hal ini peneliti nantinya akan mewawancarai informan yang menjadi subjek penelitian guna untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian sungai Bahorok agar tetap stabil dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

3. Dokumentasi, yaitu dilakukan dengan menggunakan kamera foto untuk mengabadikan hal-hal yang tidak terobservasi seperti aktifitas masyarakat nelayan ketika berada dilingkungannya dan sebagai penegas data yang diperoleh di lapangan.

b. Data Sekunder

(28)

Dalam penelitian ini tentunya data sekunder tersebut yang berkaitan dengan bagaimana bentuk partisipasi masyarakat dalam menjaga pelestarian sungai Bahorok.

3.5Interpretasi Data

(29)

3.6 Jadwal Kegiatan

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan

Bulan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi √

2 Acc Judul Penelitian √

3 Penyusunan Proposal Penelitian √ √ √

4 Seminar Desain Penelitian √

5 Revisi Proposal Penelitian √

6 Penelitian Lapangan √ √ √

7 Pengumpulan Data dan Analisis Data √ √

8 Bimbingan √ √ √

9 Penulisan Laporan Akhir √ √ √

(30)

3.7 Keterbatasan Penelitian

Dalam setiap penelitian akan selalu memiliki kendala atau hambatan. Baik itu keterbatasan yang muncul dari dalam dan dari luar diri peneliti itu sendiri. Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti untuk melakukan penelitian ilmiah. Terutama didalam melakukan wawancara mendalam kepada informan yang kurang pengetahuannya mengenai pelestarian DAS ini. Selain itu kendala lain adalah keterbatasan waktu saat melakukan wawancara dengan informan.

(31)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

4.1 Sejarah Ringkas Desa Perkebunan Bukit Lawang Kecamatan Bahorok

Desa Perkebunan Bukit Lawang terbentuk pada awal abad ke-19, pada saat itu perang Diponogoro pecah. Pemerintahan Belanda masih sangat berkuasa di Indonesia. Belanda membuka lahan-lahan perkebunan di Tanah air Indonesia dan menguasai semua areal pekebunan tersebut. Belanda mempekerjakan buruh kontrak yang didatangkan dari pulau Jawa dengan sistem kerja dan tanam paksa.

Kabupaten langkat pada saat itu merupakan kerajaan kesultanan langkat. Belanda memperluas daerah kekuasaannya di langkat dan membuka lahan perkebunan di kawasan perbukitan. Buruh kontrak yang dipekerjakan Belanda disebut dengan Werek. Werek akhirnya dikumpulkan dan dibawa kedaerah kawasan perbukitan yang

ditutupi oleh hutan yang lebat untuk membuka lahan baru.

Perjalanan menuju perbukitan ditempuh melalui hutan lebat yang akhirnya sampai pada sebuah goa yang merupakan satu-satunya atau ‘Lawang’ yang diartikan dalam bahasa jawa merupakan pintu yang menembus kekawasan bawah bukit. Buruh kontrak dan orang belanda keluar dari goa tersebut dan melihat hamparan pohon-pohon yang membukit. Akhirnya para buruh dipekerjakan membuka lahan perkebunan, menetap di kawasan bukit tersebut dan membentuk desa yang disebut Bukit Lawang.

(32)

Desa perkebunan Bukit Lawang mulai dikunjungi wisatawan setelah organisasi dari Swiss mendirikan pusat rehabilitas orang utan pada tahun 1973, kemudian banyak wisatawan luar maupun lokal yang datang ke Bukit Lawang yang meupakan tujuan wisata yang paling populer di Sumatera Utara pada saat itu. Tanggal 02 November 2003 terjadi banjir bandang yang melanda Bukit Lawang. Banjir bandang telah menghancurkan rumah, penginapan, kios, jembatan, mesjid dan menghilangkan banyak nyawa. Banjir meninggalkan trauma yang mendalam bagi penduduk Bukit Lawang. (dalam tulisan Iyonk Ahmad, 2013 http://melayu-langkat.blogspot.com/p/sejarah-bukit-lawang-secara-harfiah.html diakses tanggal 8 Juni 2015 pukul 21. 22 WIB)

4.2. Letak Geografis Desa Perkebunan Bukit Lawang

Luas wilayah Kabupaten Langkat adalah 6,263.29 km2 atau 626.329 Ha dengan ibu kota Kabupatennya adalah Stabat. Yang terdiri dari 23 Kecamatan, 277 desa atau dengan batas-batas sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka dan Provinsi Nangro Aceh Darussalam (NAD).

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo.

3. Sebelah barat berbatasan dengan Provinsi NAD dan Tanah Alas.

4. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kota Binjai. Kecamatan Bahorok adalah salah satu dari 23 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Langkat. Kecamatan Bahorok memiliki luas 884,79 km2 yang terdiri dari 19 desa dan 125 dusun.

(33)

Batas administrasi desa Perkebunan Bukit Lawang adalah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Air tenang Keamatan Sawit Seberang. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Bungara Kecamatan Bahorok. 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Timbang Lawan Kecamatan Bahorok. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan T.N.G.L Kecamatan Leuser.

Secara keseluruhan luas wilayah desa Perkebunan Bukit Lawang adalah 1926,60 ha yang terdiri 7 dusun. Gambaran luas daerah bukit lawang dapat dilihat dari tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2. Luas wilayah menurut Desa/Kelurahan Perkebunan Bukit Lawang tahun 2014

No. Dusun Luas (ha) 1. Pondok Bawah Bukit Lawang 10 ha 2. Pondok Atas Bukit Lawang 10 ha

3. n Pondok 6 5 ha

4. n Pondok 10 5 ha

5. G Gotong Royong 10 ha

6. m Kampong Seberang 5 ha

[image:33.609.102.459.343.621.2]
(34)

4.3. Gambaran iklim dan curah hujan

Data yang telah diperoleh menunjukkan bahwa iklim yang terdapat di desa Perkebunan Bukit Lawang suhu udara rata-rata 23℃ dan jumlah musim hujan sepanjang tahun sebanyak lima bulan, dengan curah hujan rata-rata 4000-5400 mm/tahun.

4.4. Topografi

Topografi kawasan Kabupaten Langkat dapat digolongkan atas tiga bagian, yaitu:

a. Wilayah pesisir pantai dengan ketinggian 0-4 m di atas permukaan laut. b. Wilayah dataran rendah dengan ketinggian 4-30 m di atas permukaan laut. c. Wilayah dataran tinggi dengan ketinggian 30-1.200 m di atas permukaan laut.

Keadaan kelerengan didaerah ini didominasi kelerengan 0-2 % sebesar 59,40 % dari luas Kabupaten Langkat, kelerngan terkeil adalah 15-40 % sebesar 6,8 % dari luas lahan. Daerah ini dialiri 26 sungai besar dan kecil, melalui kecamatan dan desa-desa.

Topografi kawasan Bukit Lawang berbentuk landai dan perbukitan dengan kemiringan bervariasi 45-90 %. Bukit Lawang juga memiliki ekosistem dataran rendah dan bergelombang.

4.5. Kependudukan Dan Sumber Daya Manusia Di Desa Perkebunan Bukit

Lawang Kecamatan Bahorok

(35)
[image:35.609.94.513.124.485.2]

Tabel 3. Distribusi Jumlah penduduk di Desa Perkebunan Bukit Lawang.

No N Nama Dusun la Jumlah KK

l Jumlah i-l Laki -laki

ml Jumlah Perempuan

ml Jumlah w Jiwa 1 1 Dusun I Pondok Bawah

Bukit Lawang

77 1371 137 145 282

2 u Dusun II Pondok Atas it Bukit Lawang

96 189 189 183 372

3 un Pondok III Pondok Enak it Bukit Lawang

40 74 74 67 141

4 u Dusun IV Pondok 10 it Bukit Lawang

60 11 118 110 228

5 Dusun V Gotong Royong Bukit Lawang

97 148 154 302

6 s Dusun VI Kp.Seberang it Bukit Lawang

30 56 60 116

7 u Dusun VII Perumahan a Wisata Bukit Lawang

312 312 574 591 1165

Jumlah 7 (tujuh) Dusun 712 712 129 1296 1310 2603 Sumber Data: Kepala Desa Perkebunan Bukit Lawang

Pada Dusun II Pondok Atas memiliki jumlah penduduk yang tertinggi di desa Bukit Lawang yang berjumlah 372 jiwa, yang terdiri dari 96 KK dengan jumlah 189 laki-laki dan 183 perempuan.Berbeda dengan dusun VI Kampung Seberang Bukit Lawang memiliki jumlah penduduk yang terendah yang terdiri dari 30 KK dengan jumlah 56 laki-laki dan 60 orang perempuan.

Komposisi jumlah penduduk menurut kelompok umur Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini:

(36)

No. Kelompok Umur (Tahun)

Jumlah Jiwa 1. 00 - 03 281 2. 04 - 07 188 3. 08 - 14 287 4. 15 - 18 161 5. 19 - 50 1288 6. 51 - 75 498 7. 55 - 75 338 Jumlah 2603

Sumber Data: Kepala Desa Perkebunan Bukit Lawang 2014

Warga masyarakat Desa Perkebunan Bukit Lawang mayoritasnya berusia produktif yaitu antara umur 19 - 50 tahun yang berjumlah 1288 jiwa, sedangkan kelompok umur yang paling sedikit adalah 04 - 07 tahun dengan jumlah 188 jiwa dari seluruh jumlah penduduk 2603 jiwa.

[image:36.609.93.355.82.364.2]

Komposisi masyarakat Desa Perkebunan Bukit Lawang berdasarkan suku dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku di Desa Perkebunan Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat

o. No Suku Jumlah Jiwa

1.1 1 Jawa 2069

(37)

Sumber Data: Kepala Desa Perkebunan Bukit Lawang 2014

Pada tabel 5 menunjukkan bahwa suku yang terdapat di desa perkebunan bukit lawang terdapat enam jenis suku yang dimiliki masyarakat desa tersebut yaitu : jawa, melayu, karo, batak, padang dan sunda. Warga masyarakat desa ini didominasi oleh suku jawa yaitu sebanyak 2069 jiwa sedangkan suku yang paling terkecil adalah suku sunda dengan jumlah 12 jiwa.

[image:37.609.100.406.360.756.2]

Komposisi penduduk Desa Perkebunan Bukit Lawang berdasarkan pekerjaan atau profesi dapat dilihat dalam Tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan/Profesi di Desa Perkebunan Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat

No Pekerjaan / Profesi Jumlah (Jiwa) 1 Karyawan Perkebunan 265

2 Buruh Tani 155

3 Pedagang 86

4 Peternak 57

5 Guide 125

6 Wiraswasta 41

7 Pengrajin 2

8 TNI/POLRI 12

9 PNS 19

10 Dokter 2

11 Perawat 18

12 Lain-lain 1281

(38)

Pada Tabel 6 diatas komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat bahwa mayoritas pekerjaan dari masyarakat di Desa Perkebunan Bukit Lawang adalah pekerjaaan yang tidak menetap atau pedagang yang berjualan di sekitar sungai yang menjadi objek wisata dan penghasilannya berubah-ubah tergantung dengan banyaknya pengunjung yang datang.

4.6. Sarana dan Prasarana di Desa Perkebunan Bukit Lawang

Secara umum sarana dan prasarana merupakan sebagai alat penunjang keberhasilan suatu proses yang dilakukan di dalam pelayanan public, karena jika kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan yang telah direncanakan. Untuk menunjang aktifitas masyarakat Desa Perkebunan Bukit Lawang memiliki beberapa sarana dan prasarana yang diharapkan mendukung beberapa aspek kehidupan masyarakat.

Adapun sarana penunjang kegiatan pemerintah di Desa perkebunan Bukit Lawang adalah:

a. Sarana Pemerintahan

Sarana pemerintah desa Perkebunan Bukit Lawang belum memadai dan belum layak. Hal ini dapat dilihat dengan tidak adanya kantor kepala desa sebagai tempat untuk melayani masyarakat. Kepala desa melayani keperluan masyarakat di rumah kepala desa yang sekaligus menjadi kantor kepala desa,

b. Sarana Penddidikan

(39)

tinggi di Medan bahkan di Pulau Jawa. Jarak ternyata tidak membatasi anak mereka dalam menuntut ilmu. Rasa ingin memperbaiki kehidupan menjadi lebih baik menjadi semangat mereka walaupun harus jauh dari orang tua mereka.

c. Sarana Ekonomi

Sarana ekonomi adalah sarana yang dijadikan penopang dari setiap keberlangsungan proses kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup baik dilakukan secara individu maupun kelompok. Keberadaan sarana ekonomi tentunya menjadi alat utama dari proses maupun keberlanjutan dari setiap elemen yang ada pada sebuah sistem. Kegiatan jual beli yang banyak terlihat di Desa Bukit Lawang yang dijadikan aktifitas ekonomi, seperti: membuka grosir, membuka warung makanan, menjual pakaian dan aksesoris yang menjadi simbol telah berkunjung ke Bukit Lawang.

d. Sarana Tempat ibadah

Sarana ibadah sangat penting bagi umat beragama dalam melakukan kegiatan agamanya. Desa perkebunan Bukit Lawang didominasi oleh masyarakat muslim sehingga memiliki 5 unit mesjid yang jaraknya berjauhan dan 1 unit musholla. Masyarakat yang beragama Kristen yang ingin melakukan kegiatan agama dapat dilakukan di Gereja GKBP yang berada di Gotong Royong dan merupakan satu -satunya di desa Bukit Lawang.

e. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan desa Perkebunan Bukit Lawang bisa dikatakan belum cukup memadai. Hal ini terlihat dengan masih minimnya sarana kesehatan yang tersedia. Desa ini memiliki 1 unit puskesmas dan 1 unit poliklinik.

f. Sarana Komunikasi

(40)

Telkomsel. Selain sarana telepon, masyarakat bukit lawang juga tersedia sarana komunikasi elektronik lainnya seperti televisi dan radio.

g. Sarana Transportasi

Desa perkebunan Bukit Lwang dapat dijangkau oleh kenderaan umum. Pengunjung dari Medan harus berhenti di terminal Pinang Baris dan kemudian dilanjutkan dengan menaiki bus PAM SEMESTA menuju Bukit Lawang kecamatan Bahorok. Perjalanan yang ditempuh cukup jauh dan memakan waktu yang cukup lama yang disebabkan oleh jalan yang rusak.

h. Sarana air bersih dan Listrik

(41)

BAB V

TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA

5.1. Karakteristik Informan

Profil informan dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci dan informan biasa dimana setiap informan mengetahui banyak hal yang ingin diungkapkan yang menyangkut penelitian ini.paa informan memiliki pengetahuan dan keterlibatan langsung dalam menjelaskan tentang bagaimana partisipasi masyarakat dalam menjaga pelestarian sungai Bahorok di Desa Bukit Lawang Kecamatan Bohorok Kabupaten Langkat.

Dalam penelitian ini peneliti mengambil jumlah informan sebanyak 7 (tujuh) informan yang terdiri dari (lima) orang informan kunci dan 3 (tiga) orang informan tambahan. Informan kunci 5 (lima) orang tersebut terdiri dari keluarga yang tinggal di sekitar bantaran sungai Bahorok dan membuka usaha dalam mata pencahariannya. Sedangkan informan tambahan yang terdiri dari 2 (tiga) orang tersebut adalah terdiri dari seorang kepala desa dan satu orang anggota BLG.

5.1.1. Profil informan kunci ( beberapa keluarga yang berada di sekitar bantaran sungai Bahorok yang dijadikan objek wisata di desa Bukit Lawang)

5.1.1.1 Nama : Mama Tasya

Usia : 39 Tahun

Etnis : Karo

Agama : Muslim

Penghasilan / bulan : Rp.2.500.000;-

Jumlah tanggungan : 3 orang

Pendidikan Terakhir : SMA

Jabatan : Pemilik warung

(42)

setelah banjir bandang yang terjadi pada tanggal 2 november 2003. Mama tasya dan suaminya bekerja dengan membuka warung di rumah mereka yang berada di pinggir sungai Bahorok. Suami mama tasya bernama ardhi berumur 50 tahun dan memiliki sedikit kekurangan yaitu sedikit pincang sehingga hanya dapat membantu mama tasya berjualan di rumah mereka. Mama tasya memiliki 3 orang anak yang terdiri 2 orang anak perempuan dan 1 orang anak laki-laki. Pendidikan terakhir mama tasya adalah tamatan SMA sedangkan suaminya tamatan SMP. Mama tasya berasal dari luar desa Bukit Lawang dan menikah dengan suaminya yang merupakan penduduk setempat desa Bukit Lawang. Setelah banjir bandang masyarakat setempat yang dahulunya tinggal di pinggir sungai Bahorok yang rumah hancur dibawa banjir pindah ketempat yang sedikit jauh dari sungai. Setelah banjir bandang, sungai mulai diperbaiki dan masyarakat yang merantau ke Bukit Lawang membuat patok-patok untuk mendirikan rumah maupun tempat usaha mereka. Setelah banjir bandang banyak hal yang berubah, seperti sudah banyak pemukiman penduduk dan pelebaran sungai.

Mama tasya dan suami membuka usaha warung makanan yang menyedikan pop mie, mie goreng, mie rebus, nasi goreng, berbagai macam gorengan dan juga minuman. Keluarga ini menggantungkan hidupnya dari sungai yang dijadikan objek wisata dan wisata lainnya. Banyak atau sedikitnya pengunjung mempengaruhi penghasilan mereka. Para wisatawan yang datang banyak dari penduduk lokal, luar kota, dan warga negara asing. Harga yang ditawarkan berbeda antara pemebeli dari penduduk setempat dengan wisatawan. Mama tasya mengolah harga menjadi lebih tinggi ketika wisatwan yang membeli diwarung mereka, seperti mie kuah yang dijual kepada wisatawan dengan harga Rp. 12.000,- per porsi dan harga yang sebenarnya adalah Rp 10.000,- per porsi.

(43)

mahasiswa dan sebuah lembaga yang disebut BLG atau (Bukit Lawang Green) dan tidak menebang pohon. Karena kurangnya pengetahuan dan sosialisasi mengenai bagaimana melakukan pelestarian sungai hanya dengan membuang sampah rumah tangga mereka pada tempatnya bukan di sungai, itu yang hanya partisipasi yang dilakukan mama tasya dalam menjaga sungainya.

5.1.1.2 Nama : Herman

Usia : 32 Tahun

Etnis : Karo

Agama : Muslim

Penghasilan / bulan : tidak tetap

Jumlah tanggungan : 3 orang

Pendidikan Terakhir : SD

Jabatan : Guide

Bapak herman adalah serang bapak yang berusia 32 tahun,merupakan kepala keluarga yang bekerja di sekitar sungai Bahrorok. Bapak Herman memiliki istri yang bernama yuni, dan memiliki 2 orang anak, yang mana 1 laki-laki dan 1 perempuan. Bapak Herman bekerja sebagai guide yang mencari wisatawan yang ingin mengunjungi berbagai objek wisata yang ada di Bukit Lawang, seperti melihat orang utan ataupun air terjun kelelawar.

(44)

menyebabkan banyak sampah yang mengapung di pinggir sungai. Bapak herman diberi gaji Rp.300.00,- per bulan yang menjadi tambahan biaya yang tidak mencukupi.

Menurut bapak herman sampah-sampah yang ada disungai berasal dari sampah pengunjung bukan sampah rumah tangga penduduk lokal. Akhirnya penduduk yang memiliki usaha disekitar pinggiran pantai wajib memungut dan membersihkan sampah yang dibuang pengunjung ataupun dapat menyewa seseoang untuk membersihkannya seperti jasa yang ditawarkan oleh bapak herman.

5.1.1.3 Nama : Haryati

Usia : 39 Tahun

Etnis : Jawa

Agama : Muslim

Penghasilan / bulan :Rp2.000.000-Rp3.000.000,-

Jumlah tanggungan : 3 orang

Pendidikan Terakhir : SMA

Jabatan : Pemilik toko pakaian

Ibu Haryati bersama suami membangun lapak toko pakaian dan pondok -pondok di pinggiran sungai Bahorok. Ibu Haryati sehari-hari menjaga took pakaiannya sedangkan suaminya menjaga pondok-pondok untuk wisatawan. Suami ibu haryati bernama anwar. Dari hasil pernikahan mereka memiliki 3 orang anak yang terdiri 2 anak perempuan dan 1 anak laki-laki. Anak pertama ibu haryati sedang berkuliah di jurusan pariwisata, anak keduanya sudah tamat jenjang SMA dan tidak melanjutkan kuliah karena memilih bekerja, sedangkan anak ke 3 ibu haryati masih duduk di kelas 6 SD.

(45)

pencaharian mereka, keluarga beliau kembali mencari lahan setelah semua pembanguan tebing sungai selesai.

Menurut ibu haryati lahan usaha yang dimilikinya bukan tanah ibu haryati melainkan milik PEMDA. Ibu haryati mendirikan tempat usahanya dengan syarat memungut sampah yang berada disekitar sungai yang dihasilkan pengunjung mereka. PEMDA tidak memungut biaya pada warga yang mendirikan usahanya di pinggir sungai, tetapi ada sebagian warga menjual lahan jualan mereka dengan sangat mahal. Ibu haryati mengatakan harga tanah disini mahal. Sejak banjir bandang terjadi, sungai diperbaiki dan ditinggikan atau dibuat tebing-tebing tinggi untuk menghindari bahaya banjir yang terjadi lagi. Pada saat itulah warga mencari patok-patok lahan untuk membuka usaha untuk dijadikan sebagai mata pencaharian mereka.

5.1.1.4 Nama : Bapak gusremi

Usia : 52 Tahun

Etnis : Padang

Agama : Muslim

Penghasilan / bulan :Rp1.500.000-Rp2.000.000,-

Jumlah tanggungan : 3 orang

Pendidikan Terakhir : SMA

Jabatan : Pemilik warung makanan

(46)

melanjutkan ke sekolah penerbangan sedangkan anak kedua bapak Agus bernama Irgi yang masih duduk di kelas 4 SD.

Bapak Gusremi adalah seorang pegawai dari perkebunan di Desa Perkebunan Bukit Lawang. Pada pagi hari bapak Agus bekerja sebagai pegawai perkebunan sedangkan pada malam hari beliau berjualan warung makanan di depan rumah mereka.

5.1.1.5 Nama : Hj. Bariah

Usia : 68 Tahun

Etnis : Jawa

Agama : Muslim

Penghasilan / bulan :Rp1.500.000-Rp2.000.000,-

Pendidikan Terakhir : SD

Jabatan : Pemilik warung pakaian

Ibu Hj Bariah sudah tinggal 50 tahun di desa Bukit Lawang. Ibu bariah memiliki 4 orang anak, diantaranya 2 anak perempuan dan 2 anak laki-laki . semua anak beliau sudah membangun keluraga masing-masing. 2 anak beliau tinggal di Bukit Lawang dan dua lagi tinggal Medan. Anak beliau yang tinggal di Bukit Lawang meneruskan usaha yang telah dibangun ibu Bariah yaitu toko pakaian dan warung makanan. Bukit Lawang adalah tempat wisata, oleh karena itu sebagian penduduknya yang berlokasi dekat dengan sungai adalah pedagang. Ibu bariah menjelaskan perubahan mengenai Bukit Lawang. Ibu bariah merasa Bukit Lawang sudah tidak alami lagi, dikarenakan banyaknya pemukiman penduduk. Pentingnya sungai sangat dimengerti ibu bariah, karena sungai sumber kehidupan mereka. Pengetahuan yang kurang dan sosialisai yang kurang menjadi penghambat mereka dalam berpartisipasi menjaga pelestarian daerah aliran sungai.

(47)

5.1.2. Informan tambahan 5.1.2.1. Kepala Desa

Nama : Suratna

Usia : 54 Tahun

Etnis : Jawa

Jumlah tanggungan : 4 orang

Pendidikan Terakhir : SMP

Bapak Suratna merupakan kepala desa Bukit Lawang yang sudah menjabat selama 3 tahun. Bapak Suratna dikenal ramah dan mudah bergaul disemua kalangan. Bapak Suratna melayani kebututuhan masyarakat dalam tugasnya sebagai kepala desa dengan segenap hati. Rumah bapak Suratna dijadikan sebagai kantor yang mengurus segala keperluan yang dibutuhkan masyarakat. Menurut bapak suratna, masyarakat Bukit Lawang merupakan warga yang saling menghargai satu sama lain. Masyarakat jarang menimbulkan konflik dalam sehari-hari mereka. Masyarakat damai dalam menjalankan segala aktiitas termasuk dalam pekerjaan masing-masing.

Bapak Suratna menjelaskan bahwa sosialisasi mengenai bagaimana seharusnya menjaga pelestarian daerah aliran sungai kurang dimengerti oleh masyarakatnya dan begitu juga beliau. Bapak Suratna yang bisa lakukan demi menjaga pelestarian daerah aliran sungainya adalah memperingatkan warga masyarakat agar menjaga kebersihan lingkungannya dan membuang sampah rumah tangga mereka pada tempat yang telah disediakan. Beliau juga mengingatkan agar warganya tidak penebang pohon secara illegal.

(48)

lingkungan yang membantu masyarakat agar dapat terus menjaga kelestarian lingkungannya sehingga desa mereka tetap menjadi tempat wisata yang dikunjungi banyak wisatawan lokal maupun luar negeri yang memajukan pendapatan mereka. 5.1.2.2. Anggota lembaga BLG

Nama : Lisa

Usia : 44 Tahun

Etnis : Jawa

Pendidikan Terakhir : SMU

Ibu lisa sudah tinggal di Bukit Lawang sejak dari kecil, artinya ibu lisa sudah menetap selama 44 tahun di Bukit Lawang. Ibu lisa menikah dengan pegawai perkebunan. Suami ibu lisa bernama agus dan memiliki 3 orang anak, akan tetapi anak pertama mereka meninggal ketika bencana banjir bandang terjadi. Ibu lisa merasa trauma dengan bancana banjir yang beliau alami, tetapi dengan seiring waktu berlalu trauma pun hilang karena sungai sudah diperbarui paskah banjir. Pinggiran sungai sudah didirikan tebing-tebing tinggi dan diberi jarak sehingga tidak terlalu dekat dengan sungai.

Ibu lisa merupakan satu-satunya anggota wanita dalam lembaga BLG ini. Ketertarikan ibu lisa bermula dari bencana banjir yang beliau alami sehingga ibu lisa termotivasi melakukan kegiatan sosial dalam lembaga ini. Ibu lisa juga merasa bertanggung-jawab daerah aliran sungai bahorok karena sungai merupakan objek wisata yang dijadikan mata pencaharian mereka yang harus dijaga bukan hanya memanfaatkannya saja. Menurut ibu lisa banyak warga masyarakat yang belum sadar akan lingkungan mereka, yang mana mereka hanya memanfaatkan saja tetapi tidak menjaga dan mempertahankannya.

(49)

sungai dan mengangkut sampah rumah tangga yang berada ditempat sampah yang telah disediakan donator. Tujuan yang ingin dicapai BLG adalah menciptakan lingkungan yang bebas banjir dan bersih agar dapat mempertahankan pariwisata agar tetap berlangsung dengan baik sehingga masyarakat tetap bisa menjadikan sungai sebagai objek wisata yang menghasilkan bagi kehiddupan masyarakat Bukit Lawang.

5.2. Penyajian dan Interpretasi Data

5.2.1. Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa Perkebunan Bukit Lawang Dalam

Pelestarian DAS

Dalam pandangan sosiologi Ach.Wazir Ws. (1999) menyatakan bahwa partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar melalui interaksi sosial dalam situasi tertentu. Berdasarkan pandangan ini dijelaskan keterlibatan masyarakat secara individu atau kelompok yang dilakukan secara sadar yang dilakukan melalui interaksi sosial kepada pihak lain dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007: 27) adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.

(50)

Sebagian masyarakat mendirikan rumah sekaligus warung untuk berjualan di pinggiran sungai. Pengetahuan masyarakat mengenai pelestarian sungai hanya sebatas dengan cara membuang sampah pada tempatnya. Seperti yang diungkapkan dalam wawancara salah satu informan yaitu mama tasya (pr,39 tahun) menjelaskan:

“partisipasi yang saya lakukan ya membuang sampah pada tempat yang disediakan, saya kurang paham tentang pelestarian sungai, yang saya liat kadang ada mahasiswa yang memungut sampah di sungai dan ada acara tanam pohon juga, kadang turis asing juga ada yang kayak gitu, tapi saya kurang tahu kegiatan itu dalam rangka apa”.

Dalam tulisan Euissunarti menurut Dusseldrop (1981), partisipasi dikelompokkan menurut beberapa aspek, salah satu aspeknya yaitu berdasarkan tingkat keterlibatan yang dibedakan lagi menjadi tiga, yaitu:

1. Partisipasi bebas yaitu partisipasi yang digunakan oleh seorang individu yang melibatkan dirinya sendiri secara sukarela dalam aktivitas partisipasi.

Berdasarkan pejelasan diatas kesimpulan yang saya ambil adalah sesorang individu yang melibatkan dirinya dalam partisipasi secara sukarela dapat dilihat dari salah satu informan yang bernama ibu Lisa (pr, 44 tahun) yang mengatakan alasannya dalam wawancara,yaitu:

“Partisipasi yang saya lakukan adalah dengan saya ikut bergabung dalam sebuah organisasi yang bernama BLG, saya secara sukarela mengikuti kegiatan peduli lingkungan yang dilakukan BLG, saya tergerak ikut berpartisipasi dikarenakan saya tidak ingin bencana banjir yang menimpa kami terjadi lagi, menurut saya siapa lagi yang peduli menjaga pelestarian sungai ini kalau bukan kita yang tinggal disini. Tetapi karena dibatasi waktu sebagai ibu rumah tangga dan berjualan, sebisa mungkin saya menyempatkan waktu dalam melakukan kegiatan yang dilakukan BLG, seperti secara rutin memungut sampah yang menumpuk di sungai yang diakibatkan oleh pengunjung”.

2. Partisipasi dipaksa dibedakan menjadi dua menurut sumbernya yaitu: pemakasaan melalui hukum dan pemaksaan sebagai akibat kondisi sosial ekonomi

(51)

dengan fakta seseorang dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan dalam suatu keluarga dari kelas tertentu, kasta suku bangsa atau ras dalam satu area.

Berdasarkan partisipasi ini yang dapat dijadikan contoh yaitu informan mama tasya (pr,39 tahun) yang melakukan kegiatannya di dalam sebagian waktunya dalam melalukan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga dan pedagang yang berjualan yang membuang sampah maupun memungut sampah pengunjungnya yang datang. Alas an partisipasi mama tasya sehubung dengan mama tasya yang tinggal di lokasi tersebut.

5.2.2. Kondisi DAS di Desa Perkebunan Bukit Lawang

Secara garis besar, sistem DAS dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu bagian hulu, tengah, dan hilir. Ekosistem DAS hulu sangat penting dalam sistem DAS sebab berfungsi sebagai perlindungan sistem tata air DAS secara keseluruhan. Soemarwoto (1982) dalam Asdak (2010) menerangkan bahwa daerah hulu dicirikan sebagai ekosistem pedesaan dengan empat komponen utama, yaitu: desa, sawah/ladang, sungai, dan hutan. Dengan demikian, pengelolaan DAS hulu bukan hanya untuk menjaga fungsi tata air DAS, melainkan juga harus mampu memperbaiki mata pencaharian dan meningkatkan perekonomian masyarakat lokal secara berkelanjutan. (dalam tulisan Fransisca Emilia, 2013).

(52)

ada yang memasuki badan sungai, serta waktu kejadian pada malam hari. Melihat topografi yang kemiringannya lebih dari 60 % (persen) dan sifat tanah sub DAS Bohorok, yang peka longsor dan erosi, maka ancaman bahaya longsor dan banjir sepanjang tahun tetap tinggi, terutama pada bulan-bulan curah hujan diatas rata-rata normal. Struktur badan sungai yang menyempit pada beberapa bagian di wilayah hulu, akan sangat potensial terbentuknya bendungan-bendungan akibat deposit tanah atau pohon-pohon yang tumbang. (Tachrir Fathoni dalam tulisan http://www.dephut.go.id/index.php/news/details/1574)

Diatas telah dijelaskan berbagai penyebab terjadi banjir, ini melambangkan ketidakpedulian dari berbagai pihak, walaupun sekarang semua prasana telah kembali berdiri dan telah dibuat tebing-tebing tinggi dipinggir sungai, itu hanya pencegahan sementara jika masyarakat, pemerintah dan pengunjung tetap tidak menjaga pelestarian DAS. Pemerintah dan lembaga lingkungan harusnya memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar lebih peduli terhadap pelestarian lingkungan mereka.

5.2.3. Modal Sosial Masyarakat Desa Perkebunan Bukit Lawang Dalam

Pelestarian DAS

Seorang individu bergabung kedalam komunitas didasarkan adanya perasaan identitas yang sama sehingga timbul rasa kepercayaan untuk mewujudkan tujuan bersama agar tercapai. Komunitas menjadi wadah bagi masyarakat dalam menyalurkan kemampuannya maupun menjadi tempat berbagi nilai dan norma. Kemudian komunitas menajdi tempat berinteraksi satu sama lain didalam komunitas. Rasa solidaritas yang sama komunitas BLG didirikan agar dapat menampung individu yang ingin ikut serta dan peduli terhadap pelesarian Sungai.

(53)

sebuah kelompok sosial. Karena adanya rasa kebersamaan dan adanya aturan untuk berkelompok tanpa memperdulikan status sosial dari individu – individu yang ada dalam komunitas yang bersangkutan. Biasanya solidaritas mekanik berada di daerah pedesaan, Sedangkan solidaritas organik lebih mengacu pada perbedaan individu – individu dengan keahliannya yang terkait sebagai satu kelompok sosial. Karena masing – masing individu – individu memerlukan kemampuan individu lainnya, biasanya

terdapat pembagian kerja dan umumnya sebagai ciri masyarakat perkotaan.

Implementasi Unsur-unsur Modal Sosial dalam Partisipasi Masyarakat Menjaga Pelestarian DAS

1. Nilai dan Norma Sosial

Bagian yang paling penting yang ada didalam masyarakat adalah nilai sosial. Nilai-nilai yang telah disepakati dan dijunjung tinggi yang berwujud sebagai tindakan yang dapat dilakukan di dalam masyarakat. Nilai-nilai sosial ini berbeda-beda didalam masyarakat yang dapat disebut dengan nilai sosial dan berbeda pula nilai didalam anggota individunya disebut dengan nilai individual. Gambaran nilai ini merupakan pandangan mengenai nilai baik-buruknya sesuatu sedangkan norma adalah ukuran yang digunakan oleh masyarakat dalam menentukan tindakan yang dilakukan seseorang ataupun sekelompok orang merupakan tindakan yang dapat diterima atau tidak didalam masyarakat atau tindakan yang dianggap menyimpang dalam masyarakat. Terbangunnya norma diatas nilai sosial, dan norma sosial diciptakan didalam masyarakat untuk menjaga dan mempertahankan nilai sosial yang kemudian dikenakan sanksi apabila terjadi pelanggaran norma tersebut.

(54)

kayu secara illegal didalam hutan yang akhirnya menyebabkan longsor yang berakibat banjir karena penahan air adalah pohon yang telah ditebang.

2. Kepercayaan

Kepercayaan adalah aspek penting yang memiliki peran yang penting pula dalam membangun modal sosial. Kehidupan masyarakat tanpa konflik ada kehidupan yang dijalin dengan mementingkan kepentingan bersama melalaui sikap saling percaya dalam membangun kehidupan yang harmonis. Masyarakat harus peka terhadap masalah yang terjadi disekitarnya yang harus diselesaikan secara bersama-sama sehingga menghasilkan solusi yang terbaik bagi kepentingan bersama. Kepercayaan menimbulkan kewajiban sosial yang harus dilaksanakan masing-masing masyarakat yaitu bekerja sama dalam menghasilkan keuntungan dalam pekerjaan yang dijalani.

Masyarakat Bukit Lawang bersama-sama membangun rasa kepercayaan dengan seluruh anggota masyarakat yang kemudian membangun kepercayaan kepada wisatawan yang datang. Apabila kepercayaan sudah terjalin dengan pengunjung maka hal yang tidak mungkin pengunjung tidak datang kembali mengu

Gambar

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
Tabel 2. Luas wilayah menurut Desa/Kelurahan Perkebunan Bukit Lawang tahun
Tabel 3. Distribusi Jumlah penduduk di Desa Perkebunan Bukit Lawang.
Tabel 5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku di Desa Perkebunan Bukit
+2

Referensi

Dokumen terkait