• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Kawasan Wisata Situs Megalitik Gunung Padang

IV. METODE PENELITIAN

6. Uji Autokorelas

5.1 Karakteristik Kawasan Wisata Situs Megalitik Gunung Padang

Karakteristik kawasan wisata Situs Megalitik Gunung Padang yang akan dipaparkan terdiri dari profil tempat wisata, sejarah dan perkembangan tempat wisata, visi dan misi tempat wisata, sumberdaya manusia tempat wisata, serta rencana pengelola terkait pengembangan kawasan wisata SMGP.

5.1.1 Profil Kawasan Wisata Situs Megalitik Gunung Padang

Situs Megalitik Gunung Padang merupakan bangunan berundak yang disusun dengan batuan vulkanik yang berbentuk persegi panjang. Batu-batu tersebut diperkirakan berasal dari Gunung Padang itu juga. Bangunannya terdiri dari lima teras dengan ukuran yang berbeda-beda. Situs Megalitik Gunung Padang terletak 50 km di sebelah barat daya Cianjur. Kawasan ini berada di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Bangunan berundak ini terletak di atas bukit dengan ketinggian 885 m di atas permukaan laut. Secara astronomis, SMGP terletak pada 6o57‟LS 107o1‟BT. Secara geografis, area Gunung Padang dibatasi oleh Sungai Cikuta di sebelah timur, Sungai Cipanggulan di sebelah barat, Sungai Cimanggu di sebelah barat laut, dan kaki bukit Gunung Emped di sebelah selatan (Sukendar, 1985).

Luas kawasan Situs Megalitik Gunung Padang adalah 25 ha yang terbagi dalam tiga zonasi Gunung Padang sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan Surat

38 Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 139/M Tahun 1998. Pembagian zona ini bertujuan mengatur fungsi ruang, keletakan bangunan, dan fasilitas umum, sesuai dengan sifat perlindungan arkeologi untuk mempertahankan eksistensi informasi serta bukti yang tersisa. Ketiga zona tersebut adalah zona inti, zona penyangga, dan zona pengembang. Zona inti berfungsi sebagai ruang perlindungan terhadap objek yang paling penting, pemanfaatannya disesuaikan dengan kebutuhan pelestarian dengan tetap memperhatikan lanskap budaya asli, kepentingan budaya, dan kepentingan sosial. Sedangkan zona penyangga merupakan kawasan yang berdekatan dengan kawasan yang dilindungi, dimana penggunaan lahannya terbatas untuk memberikan lapisan perlindungan tambahan. Zona pengembang merupakan bagian dari situs dengan sifat perlindungan yang lebih rendah dan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ekonomi masyarakat.

5.1.2 Sejarah dan Perkembangan Kawasan Wisata Situs Megalitik Gunung Padang

Menurut Sukendar (1985), bangunan berundak Gunung Padang merupakan temuan peninggalan tradisi megalitik yang baru. Sebelumnya penemuan bangunan berundak ini telah dicatat oleh NJ. Krom pada tahun 1914 dalam laporan tahunan Dinas Purbakala Hindia Belanda (Rapporten van den Oudheidkundigen Dienst in Nederlandsch Indie). Akan tetapi temuan tersebut tidak ditindaklanjuti dengan penelitian secara intensif, sehingga bangunan berundak Gunung Padang kembali tertutup oleh hutan dan semak belukar. Bangunan berundak ini ditemukan kembali pada tahun 1979 oleh para petani, yaitu Endi, Soma, dan Abidin. Peristiwa tersebut kemudian dilaporkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur. Selanjutnya

39 dilakukan penelitian-penelitian secara intensif oleh berbagai pihak terhadap bangunan berundak Situs Megalitik Gunung Padang hingga saat ini.

Pada mulanya Situs Megalitik Gunung Padang digunakan oleh masyarakat setempat untuk kegiatan ritual. Kawasan ini sangat kental dengan unsur mistis, keagamaan, dan kebudayaan. Masyarakat sudah memliki kearifan lokal dalam menjaga dan memelihara kawasan Situs Megalitik Gunung Padang. Sebelum kawasan ini dikembangkan dan dipromosikan sebagai kawasan wisata, hanya sedikit wisatawan yang mengunjungi kawasan ini. Wisatawan yang berkunjung pun terbatas pada pihak yang memiliki tujuan ritual dan kebudayaan1.

Pengembangan kawasan wisata Situs Megalitik Gunung Padang mulai dilakukan pada tahun 2010. Pengembangan kawasan wisata ini dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur. Upaya pengembangan yang dilakukan adalah penataan manajeman, perbaikan infrastruktur jalan, dan pengadaan fasilitas wisata berupa toilet dan tempat parkir kecil. Pada tahun 2011, dilakukan promosi wisata melalui media cetak maupun elektronik. Selain itu dilakukan pembangunan fasilitas wisata berupa toilet, mushola, kantor informasi, tempat parkir, dan shelter, serta perbaikan kembali infrastruktur jalan. Hal tersebut mendorong semakin banyak wisatawan yang mengunjungi Situs Megalitik Gunung Padang. Meskipun telah dilakukan pengembangan kawasan wisata, namun fasilitas wisata dinilai masih kurang memadai. Salah satu penyebabnya adalah tarif masuk kawasan wisata yang dinilai terlalu murah. Wisatawan hanya membayar retribusi sebesar Rp. 2.000,00, dimana retribusi tersebut belum ditetapkan secara resmi

1

Hasil wawancara dengan juru pelihara Situs Megalitik Gunung Padang, Bapak Nanang, tanggal 12 Maret 2012, mengenai sejarah awal aktivitas yang dilakukan masyarakat di Situs Megalitik Gunung Padang.

40 oleh pengelola. Retribusi tersebut digunakan untuk membiayai pemeliharaan kawasan. Sedangkan pengadaan fasilitas wisata didanai oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur dengan dana yang terbatas.

5.1.3 Pengelola Kawasan Wisata Situs Megalitik Gunung Padang

Situs Megalitik Gunung Padang dikelola oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Subang dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur. Pengelolaan secara teknis di lapangan dilakukan oleh juru pelihara yang berjumlah 10 orang. Juru pelihara bertugas menjaga dan memelihara Situs Megalitik Gunung Padang, serta memandu wisatawan. Juru pelihara berasal dari masyarakat lokal yang diberi tugas oleh BP3 Subang dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Juru pelihara Situs Megalitik Gunung Padang digaji oleh kedua instansi tersebut. Selain itu, masyarakat Desa Karyamukti juga membentuk sebuah forum masyarakat peduli Gunung Padang yang berjumlah 20 orang. Forum bertugas menjaga keamanan dan kebersihan tempat wisata, menjadi petugas parkir, dan ojeg di kawasan wisata. Sumber gaji forum peduli Gunung Padang berasal dari retribusi yang dibayarkan oleh wisatawan.

5.1.4 Rencana Pengelola terhadap Pengembangan Kawasan Wisata Situs Megalitik Gunung Padang

Rencana pengembangan wisata di Situs Megalitik Gunung Padang dirumuskan agar pelaksanaannya lebih terarah, sehingga tujuan pengelolaan dapat tercapai dan kualitas pelayanan wisata dapat ditingkatkan. Berdasarkan wawancara dengan Pelaksana Seksi Bina Budaya, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur, rencana pengembangan kawasan wisata Situs Megalitik Gunung Padang dalam jangka pendek adalah meningkatkan sarana dan

41 prasarana wisata seperti penambahan toilet dan perluasan tempat parkir, memperbaiki infrastruktur jalan, memperbaiki tata ruang kawasan wisata Situs Megalitik Gunung Padang, serta menata taman di kawasan wisata.

Sedangkan rencana pengembangan kawasan wisata dalam jangka panjang adalah pengadaan kereta wisata Bandung-Lampegan yang akan memudahkan wisatawan dalam mengakses kawasan wisata ini. Selain itu, pengelola juga berencana membangun kereta gantung yang mengintari zona inti kawasan, sehingga pengunjung dapat menikmati keindahan situs tanpa harus berinteraksi secara langsung dengan situs peninggalan purbakala tersebut. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan dampak negatif dari kegiatan wisata terhadap kawasan2.

Dokumen terkait