• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.2 Pengelompokan UMK Sektor Makanan dan Minuman di Kota

6.2.2 Karakteristik Klaster

Analisis dengan menggunakan metode k-means cluster bertujuan untuk mengelompokkan UMK sektor makanan dan minuman di Kota Bogor. Berdasarkan hasil pengklasteran, UMK sektor makanan dan minuman dikelompokan menjadi 2 kelompok. Kelompok klaster 1 terdiri atas 24 UMK dan klaster 2 terdiri atas 6 UMK. Anggota dari klaster 1 ditampilkan dalam Tabel 16 berikut ini:

Tabel 16 Anggota UMK di klaster 1

Nama Jumlah Tenaga Kerja (Orang)

Omset Perbulan (Rupiah)

Biaya Produksi Perbulan (Rupiah) Sulaiman 1 3 750 000 2 060 000 Cuci 3 27 000 000 22 320 000 Nanang 8 59 895 000 55 550 000 A'an 5 34 541 000 31 655 000 Dadi 7 42 482 000 39 237 000 Juju 3 23 400 000 18 174 700 Otih 3 6 000 000 4 285 000 Suratman 4 60 000 000 53 235 000 Khaspi 1 18 000 000 15 990 000 Uci 5 62 050 000 50 940 000 Sawah 5 66 300 000 53 700 000 Jubaedah 1 3 400 000 1 700 000 Nining 1 4 800 000 3 000 000 Maman 1 13 800 000 10 700 000 Abunawar 5 47 000 000 38 130 000 Jali 1 3 600 000 2 010 000 Haji nana 2 22 200 000 19 440 000 Amin Supriyatmin 1 18 450 000 15 140 000 I'in Yulianti 6 50 000 000 30 000 000 Zuki 3 60 000 000 54 095 000 Bambang Prayitno 4 75 000 000 65 375 000 Junaya 7 63 000 000 46 800 000 Lilis Yuliana 2 21 000 000 13 500 000 Bu Elah 1 11 550 000 7 050 000

Sumber: Data Primer, diolah (2013)

Tabel 16 menunjukkan bahwa klaster 1 memiliki jumlah anggota sebanyak 24 UMK. Usaha mikro dan kecil yang masuk dalam klaster 1 terdiri atas usaha pembuatan oncom, tempe, tahu, aci, kue, es krim dan lain-lain. Berdasarkan hasil pengelompokkan, usaha tersebut dikelompokkan dalam klaster 1 karena memiliki kemiripan variabel. Rata-rata nilai tenaga kerja, hasil penjualan dan biaya pada klaster 1 lebih rendah dibandingkan dengan klaster 2.

Berdasarkan hasil pengelompokkan, klaster 2 terdiri dari 6 UMK. Klaster 2 memiliki lebih sedikit anggota dibandingkan dengan klaster 1. Adapun untuk pengelompokkan klaster 2 dapat ditampilkan dalam Tabel 17.

Tabel 17 Anggota UMK di klaster 2

Nama Jumlah Tenaga Kerja

(Orang)

Omset Perbulan (Rupiah)

Biaya Produksi Perbulan (Rupiah) Mumu Mulyana 10 172 750 000 120 780 000 Nim 10 79 860 000 74 085 000 Aris 7 105 250 000 89 700 000 Ratna 8 90 000 000 68 540 000 Agus 11 151 500 000 133 950 000 Sutisna 8 150 000 000 120 000 000

Sumber: Data Primer, diolah (2013)

Berdasarkan Tabel 17 UMK pada klaster 2 terdiri dari 6 unit. Klaster 2 merupakan kelompok UMK yang memiliki nilai omset, jumlah tenaga kerja dan biaya yang lebih besar dari klaster 1 sehingga klaster 2 dapat disebut sebagai kelompok UMK yang berhasil. Usaha mikro dan kecil pada kaster 2 memiliki beberapa kelebihan, baik dalam kualitas produk, proses pemasaran, maupun kemudahan dalam mengajukan pinjaman modal kepada lembaga keuangan.

Setelah melihat hasil dari pengelompokkan, tahap selanjutnya adalah dengan melihat karakteristik dari pemilik dan usaha UMK sektor makanan dan minuman. Karakteristik usaha dan cara pengelolaan usaha dapat menunjukkan kinerja dari UMK tersebut. Karakteristik usaha pada klaster 1 ditampilkan pada Tabel 18. Tabel 18 Karakteristik pemilik UMK klaster 1

Kategori Keterangan Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

Jenis kelamin Laki-laki 16 67

Perempuan 8 33 Usia 20-30 2 8 31-40 2 8 41-50 10 42 51-60 6 25 >60 4 17

Pendidikan Tidak Sekolah 1 4

SD 16 67

SMP 4 17

SMA 3 12

Sumber: Data Primer, diolah (2013)

Tabel 18 menunjukkan bahwa sebagian besar pemilik usaha pada klaster 1 berjenis kelamin laki-laki dengan persentase 67% dan sisanya berjenis kelamin perempuan dengan persentase 33%. Usia pemilik usaha klaster 1 bervariasi, yaitu usia 20-30 tahun sebanyak 8%, 31-40 tahun sebanyak 8%, 41-50 tahun sebanyak 42 %, 51-60 tahun sebanyak 25% dan >60 tahun sebanyak 17%. Tingkat pendidikan pemilik usaha dinilai masih rendah. Tingkat pendidikan pemilik usaha paling tinggi pada klaster 1 adalah tingkat SMA sebanyak 12%. Responden dengan tingkat pendidikan SD mendominasi klaster 1 dengan persentase sebesar 67%. Responden

dengan tingkat pendidikan SMP adalah sebesar 17% dan sebesar 4% pemilik usaha tidak menempuh pendidikan. Karakteristik pemilik usaha pada klaster 2 ditampilkan pada Tabel 19.

Tabel 19 Karakteristik pemilik UMK pada klaster 2

Kategori Keterangan Jumlah Responden (Orang) Persentase(%)

Jenis kelamin Laki-laki 5 83

Perempuan 1 17 Usia 20-30 0 0 31-40 1 17 41-50 3 50 51-60 1 17 >60 1 17

Pendidikan Tidak Sekolah 1 17

SD 4 66

SMP 0 0

SMA 1 17

Sumber: Data Primer, diolah (2013)

Tabel 19 menunjukkan karakteristik pemilik usaha pada klaster 2 berdasarkan jenis kelaminnya didominasi oleh laki-laki dengan persentase sebesar 83% dan sisanya perempuan sebesar 17%. Usia pemilik usaha pada klaster 2 sebagian besar berusia antara 41-50 tahun. Tingkat pendidikan pemilik usaha pada klaster 2 yaitu sebesar 17% pemilik usaha tidak bersekolah, 66% pemilik usaha memiliki latar belakang pendidikan pada tingkat SD dan sisanya merupakan pemilik usaha dengan tingkat pendidikan SMA. Informasi usaha UMK pada klaster 1 ditampilkan pada Tabel 20 Karakteristik usaha UMK pada klaster 1

Kategori Keterangan Jumlah Responden

(Orang) Presentase(%) Lama Usaha 1-10 7 29 11-20 10 42 21-30 3 12.50 31-40 3 12.50 >40 1 4 Awal Kepemilikan Usaha Merintis Sendiri 14 58 Turun Temurun 10 42

Kepemilikan Izin Memiliki Izin 14 58

Tidak Memiliki Izin 10 42

Sumber Modal Modal Sendiri 21 87

Lembaga Keuangan/Bank

3 13

Sistem Pemasaran Konsinyiasi

Jual Langsung ke Pasar Lainnya 5 12 7 21 50 29

Sumber: Data Primer, diolah (2013)

Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa umur usaha pada klaster 2 bervariasi. Lama usaha klaster 1 adalah usaha dengan usia 1-10 tahun sebesar 29%,

lama usaha 11-20 tahun sebesar 42%, lama usaha 21-30 tahun dan 31-40 tahun masing-masing sebesar 12.50% dan lama usaha lebih dari 40 tahun sebesar 4%. Sebanyak 58% pemilik usaha memulai usahanya dari bawah dengan cara merintis sendiri, dan sebesar 42% pemilik usaha mewarisi usahanya secara turun temurun. Sebanyak 42% UMK sektor makanan dan minuman masih belum memiliki izin usaha, baik izin usaha dari kantor desa maupun dari dinas koperasi dan UMK serta dari disperindag. Berdasarkan hasil pengamatan, beberapa faktor yang menyebabkan UMK tidak memiliki surat izin usaha adalah, yaitu (1) pemilik usaha menilai bahwa usahanya kecil dan tidak memerlukan surat izin usaha, (2) pemilik usaha tidak mengetahui bagaimana cara membuat surat izin usaha dan menganggap sulit birokrasi.

Tabel 20 menunjukkan bahwa sebanyak 87% UMK menggunakan sumber modal yang berasal dari modal pribadi. Hanya 13% UMK yang menggunakan modal dari lembaga keuangan seperti bank. Sebagian besar usaha mikro pada penelitian ini tidak melakukan pinjaman ke lembaga keuangan karena tidak memiliki jaminan. Sistem pemasaran yang dijalankan oleh UMK pada klaster 1 sebagian besar adalah langsung dijual ke pasar. Sebanyak 50% UMK pada klaster 1 menjual produk yang dihasilkannya langsung ke pasar. Sebanyak 21% UMK menjual produknya secara konsinyiasi dan sebanyak 29% UMK menjual produknya kepada pedagang, pabrik pengolah tepung, dan menjual langsung di tempat produksi. Klaster 2 sebagai kelompok UMK yang berkembang memiliki karakteristik usaha yang berbeda dengan klaster 1. Karakteristik usaha pada klaster 2 ditampilkan pada Tabel 21.

Tabel 21 Karakteristik usaha UMK pada klaster 2

Kategori Keterangan Jumlah Responden

(orang) Presentase(%) Lama Usaha 1-10 3 50 11-20 3 50 Awal Kepemilikan Usaha Merintis Sendiri 4 67 Turun Temurun 2 33

Kepemilikan Izin Memiliki izin 6 100

Tidak memiliki izin 0 0

Sumber Modal Modal Sendiri 0 0

Lembaga Keuangan/Bank

6 100

Sistem Pemasaran Konsinyiasi

Jual langsung ke pasar Lainnya 0 2 4 0 33 67

Berdasarkan Tabel 21 dapat dilihat bahwa lama usaha yang dijalankan oleh pemilik UMK pada klaster 2 berkisar antara 1 hingga 20 tahun dengan persentase 1-10 tahun sebesar 50% dan 11-20 tahun sebesar 50%. Sebanyak 67% pemilik usaha merintis sendiri usahanya sedangkan pemilik UMK yang menjalankan usaha turun temurun yaitu sebesar 33%. Seluruh UMK sektor makanan dan minuman pada klaster 2 memiliki izin usaha. Sumber modal UMK untuk mengembangkan usahanya berasal dari lembaga keuangan/bank. Sistem pemasaran pada klaster 2 dilakukan dengan menjual produk langsung ke pasar dan menggunakan sistem pemasaran lain. Sebanyak 67% UMK melakukan pemasaran dengan cara dijual di tempat produksi, dijual langsung ke konsumen dan dijual kepada pedagang. Selain karakteristik responden dan usaha, karakteristik tenaga kerja juga perlu untuk di analisis. Karakteristik tenaga kerja pada klaster 1 ditampilkan pada Tabel 22. Tabel 22 Karakteristik tenaga kerja UMK pada klaster 1

Kategori Keterangan Jumlah Responden

(Orang)

Persentase (%)

Jenis Tenaga Kerja Tenaga Kerja Bulanan 5 21

Tenaga Kerja Borongan 11 46

Dikerjakan oleh Pemilik 8 33

Hubungan Tenaga Kerja

Keluarga 11 46

Bukan Keluarga 13 54

Sumber: Data Primer, diolah (2013)

Tabel 22 menunjukkan bahwa jenis tenaga kerja pada klaster 1 terdiri atas tenaga kerja bulanan yaitu sebesar 21%, tenaga kerja borongan sebesar 46% dan sebanyak 33% responden melakukan proses produksi sendiri tanpa menggunakan tenaga kerja baik dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga. Usaha mikro dan kecil yang memperkerjakan tenaga kerja dengan hubungan keluarga sebesar 46%, sisanya merupakan tenaga kerja yang tidak memiliki hubungan keluarga. Selanjutnya, karakteristik tenaga kerja pada klaster 2 ditampilkan pada Tabel 23. Tabel 23 Karakteristik tenaga kerja UMK pada klaster 2

Kategori Keterangan Jumlah Responden

(Orang)

Persentase (%)

Jenis Tenaga Kerja Tenaga Kerja Bulanan 1 17

Tenaga Kerja Borongan 5 83

Hubungan Tenaga Kerja

Keluarga 0 0

Bukan Keluarga 6 100

Tabel 23 menunjukkan bahwa jenis tenaga kerja pada klaster 2 terdiri atas tenaga kerja bulanan sebesar 17% dan tenaga kerja borongan sebesar 83%. Seluruh UMK yang ada dalam klaster 2 menggunakan tenaga kerja di luar keluarga. Jumlah rata-rata tenaga kerja UMK di klaster 2 adalah 9 orang. Hal ini menunjukkan bahwa UMK pada klaster 2 harus dikembangkan dalam upaya meningkatkan jumlah lapangan kerja.

6.2.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan UMK

Dokumen terkait