• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Lingkungan di Lokasi Penelitian

Parameter fisika yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pengukuran suhu, sedangkan parameter kimia yang digunakan yaitu pH, salinitas dan oksigen terlarut. Data yang didapatkan selanjutnya dianalisa dengan standart baku mutu tantang baku mutu air laut. Hasil pengukuran parameter kualitas air dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 1. Pengukuran Parameter Kualitas Lingkungan (Rata-rata ± Standart Deviasi)

Stasiun

Parameter Fisika dan Kimia

Suhu (˚C) pH Salinitas (‰) DO (mg/L) 1 28,33 ± 0,06 6,87 ± 0,02 8,33 ± 0,58 5,93 ± 0,12 2 27,27 ± 0,06 5,68 ± 0,36 2 ± 0 7,93 ± 0,06 3 27,33 ± 0,12 6,85 ± 0,04 1 ± 0 6,90 ± 0,10 4 27,10 ± 0,36 6,01 ± 0,25 1,33 ± 0,58 8,83 ± 0,15 5 27,80 ± 0,36 6,89 ± 0,02 2,33 ± 1 5,77 ± 0,06 Rata – rata ± stdev 27,57 ± 0,16 6,46 ± 0,16 3 ± 0,32 7,07 ± 0,04

Aksornkoae (1993) >20 - - -

Saru et. al. (2017) - 6 - 8,5 - -

Kolinug (2014) - - 0,5 – 30 -

Patty (2013) - - - 5,7 – 8,5

4.1.1 Suhu

Secara umum nilai rata-rata suhu yang didapatkan yaitu sebesar 27,57 ± 0,16 0C. Cuaca merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi bervariasinya suhu (Patty, 2013). Terdapat perbedaan suhu yang disebabkan karena faktor cuaca. Pengambilan sampel hari pertama pada stasiun 1 cuaca cerah dan berawan pada stasiun 2 dan 3, sedangkan cuaca pada saat pengambilan sampel

20

di hari kedua pada stasiun 4 sedikit berawan dan cerah pada stasiun 5. Selain itu kerapatan mangrove juga mempengaruhi suhu di wilayah ekosistem mangrove. Menurut Sugiyanto et al. (2016) dalam penelitiannya pada lokasi yang sama menyebutkan bahwa tingginya suhu disebabkan karena titik lokasi pada saat pengukuran suhu memiliki kerapatan mangrove yang rendah, sehingga intensitas cahaya matahari tidak terhalang oleh kanopi mangrove. Menurut Aksornkoae (1993) dengan suhu di atas 20 oC mangrove dapat tumbuh dengan baik. Berdasarkan nilai rata-rata yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa suhu di wilayah penelitian masih tergolong baik untuk pertumbuhan mangrove.

4.1.2 Derajat Keasaman (pH)

Secara umum nilai rata-rata pH pada lokasi penelitian sebesar 6,46 ± 0,14. Nilai pH antara tiap stasiun tidak menunjukkan perbedaan yang besar yaitu nilai pH bersifat asam. Nilai pH ini sesuai dengan penelitian Sugiyanto et al. (2016) yang menyatakan bahwa pH di lokasi ekosistem mangrove memiliki pH asam. Hal ini diduga karena adanya aktivitas mikroorganisme yang mendekomposisi vegetasi mangrove yang jatuh sehingga dapat menurunkan nilai pH (Setiawan, 2013). Selain itu, nilai pH yang bersifat asam pada air di ekosistem mangrove disebabkan oleh masukan karbon dioksida. Ion hidrogen (H+) yang masuk ke dalam air disebabkan karena CO2 larut dalam air, sehingga nilai pH menurun dan mengakibatkan air bersifat asam (Safitri dan Putri, 2013). Menurut Saru et al. ((2017), kisaran pH air yang cocok untuk pertumbuhan mangrove adalah 6 sampai 8,5. Berdasarkan hasil pH yang didapatkan maka pH pada lokasi penelitian tergolong baik untuk ekosistem mangrove.

4.1.3 Salinitas

Pengukuran salinitas di ekosistem mangrove Probolinggo didapatkan hasil rata-rata nilai salinitas yang diperoleh dari pengukuran sebesar 3 ± 0,32 ‰.

20

Menurut Poedjirahajoe et al., (2017) salinitas dengan nilai 3 ‰ termasuk pada salinitas air payau yaitu nilai berkisar antara 2 – 22 ‰. Rendahnya salinitas di ekosistem mangrove ini diduga karena pengukuran salinitas pada saat surut. Selain itu rendahnya salinitas diduga juga dari masukan air tawar yang berasal dari darat seperti tambak, sawah dan aliran sungai. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugiyanto et al. (2016) menyatakan bahwa salinitas pada lokasi penelitian di Kelurahan Mangunharjo tergolong rendah dengan kisaran hasil pengukuran 1,5 – 2 ‰. Rendahnya salinitas ini disebabkan karena pada saat pengukuran dilakukan pada saat surut dimana pada saat surut massa air laut bergerak menuju ke laut sehingga pengaruh air laut berkurang dan menyebabkan salinitas rendah. Pada penelitian ini salinitas di stasiun 1 adalah salinitas tertinggi dari stasiun lain dengan nilai salinitas 8 ‰. Hal ini diduga karena letak stasiun 1 yang paling jauh dari masukan air tawar. Berdasarkan pendapat Kolinug et al. (2014) salinitas untuk pertumbuhan mangrove yang baik yaitu 0,5 – 30 ‰. Nilai salinitas yang didapat dari pengukuran masih tergolong baik untuk ekosistem mangrove.

4.1.4 Oksigen Terlarut (DO)

Hasil pengukuran oksigen terlarut secara umum didapatkan nilai rata-rata pada lokasi penelitian sebesar 7,07 ± 0,10 mg/L. Menurut Effendi (2003) kadar oksigen terlarut pada suhu 25 ˚C berkisar 8 mg/L di perairan tawar dan di perairan laut 7 mg/L. Nilai oksigen terlarut pada stasiun 1 dan 5 rendah dari stasiun yang lain diduga karena suhu pada stasiun tersebut lebih tinggi dari stasiun yang lain sehingga nilai oksigen terlarut akan lebih tinggi dari stasiun 1 dan 5. Hal ini sesuai dengan penelitian Haerunnisa (2014) yang menyatakan bahwa turunnya oksigen terlarut dalam air akibat peningkatan suhu. Menurut peneltian Patty (2013), kadar oksigen terlarut pada suatu perairan berkisar antara 5,7 – 8,5 mg/L. Nilai oksigen

20

terlarut yang didapat dari pengukuran masih dalam kisaran normal dan baik untuk mendukung kehidupan organisme perairan.

4.1.5 Fraksinasi Sedimen

Fraksinasi sedimen dilakukan untuk mengetahui komposisi sedimen di lokasi penelitian. Langkah-langkah fraksinasi sedimen dapat dilihat pada Lampiran 1. Fraksi sedimen di lokasi penelitian terdiri dari pasir halus, lanau dan lempung. Hasil analisis fraksi sedimen dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 1. Fraksi Sedimen

Klasifikasi ukuran butir sedimen di lokasi penelitian terdiri dari pasir halus, lanau dan lempung. Presentase fraksi sedimen pada lokasi penelitian didominasi oleh pasir halus. Berdasarkan fraksinasi tekstur sedimen yang telah didapatkan maka dilakukan penentuan jenis sedimen dengan menggunakan diagram segitiga shepard sehingga dapat diketahui jenis sedimen pada semua stasiun adalah

lumpur berpasir. Bengen (2002) menyatakan bahwa, mangrove dapat tumbuh dengan baik pada substrat yang berlumpur dan dapat mentoleransi tanah lumpur berpasir. Berdasarkan hasil fraksinasi sedimen, tipe sedimen tergolong baik untuk pertumbuhan mangrove. 61,968 57,986 62,996 64,000 60,000 19,436 25,687 21,445 18,785 17,840 18,596 16,327 15,559 17,215 22,160 0 20 40 60 80 100 1 2 3 4 5 Ko m p o s is i Se d im e n (% ) STASIUN pasir halus lanau lempung

20

4.1.6 Derajat Keasaman Sedimen (pH Sedimen)

Hasil analisis pH sedimen pada ekosistem mangrove Probolinggo di laboratorium didapatkan hasil konsentrasi pH sedimen yang dapat dilihat pada Tabel 9. Nilai pH sedimen di lokasi penelitian cenderung asam yaitu dengan nilai rata-rata 6,78. Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa pH sedimen masih dalam kategori normal untuk pertumbuhan mangrove. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Onrizal and Kusmana (2008) menyatakan bahwa pH yang sesuai untuk pertumbuhan mangrove yaitu berkisar antara nilai 6 – 7. Vegetasi mangrove juga mempengaruhi nilai pH, hal ini dikarenakan serasah daun, akar dan batang mangrove yang jatuh mengalami dekomposisi sehingga menyebabkan pH tanah di sekitar vegetasi mangrove menjadi asam (Setiawan, 2013).

Gambar 2. pH Sedimen

4.2 Parameter Logam Berat Cd

Dokumen terkait