• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Masyarakat Desa Hutan

Gambaran mengenai karakteristik masyarakat sekitar hutan di Desa Buniwangi dilakukan dengan metode wawancara terhadap responden. Jumlah responden yang di ambil adalah 60 responden dari beberapa dusun yang letaknya berada disekitar hutan Cirenghas Desa Buniwangi. Data dari responden yang dikumpulkan adalah : identitas, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, luas kepemilikan lahan, pendapatan rumah tangga, pengeluaran rumah tangga dan sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan.

5.1.1 Umur Responden

Berdasarkan data yang dikumpulkan, umur responden termuda adalah 25 tahun, tertua adalah 80 tahun dan rata-ratanya adalah 48 tahun, sehingga menunjukan bahwa responden di Desa Buniwangi termasuk dalam kategori umur produktif dalam melakukan berbagai pekerjaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bakir dan Maning (1982) dalam Widiarso (2005) yang menyatakan bahwa umur produktif seseorang di negara berkembang adalah berkisar antara 15–55 tahun. Data mengenai umur responden disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Persentase responden berdasarkan kelompok umur

Kelas umur (tahun) Jumlah responden (orang) Persentase (%)

20 – 29 4 6,66 30 – 39 19 31,67 40 – 49 9 15,00 50 – 59 16 26,67 60 – 69 9 15,00 ≥ 70 3 5,00 Total 60 100,00 5.1.2 Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan terakhir yang pernah ditempuh oleh responden di Desa Buniwangi. Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Buniwangi masih tergolong rendah, hal ini diketahui dari 43,33% responden

tidak tamat sekolah SD, 33,33% responden hanya bersekolah pada tingkat SD dan tidak melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi, dan hanya 5% responden yang pernah bersekolah di tingkat perguruan tinggi dan responden tersebut merupakan pendatang kemudian menetap di Desa Buniwangi (Tabel 3).

Tabel 3 Persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat dalam menganilis dan memanfaatkan peluang-peluang untuk meningkatkan penghasilan keluarga. Tingkat pendidikan juga dapat menjadi indikator seseorang dalam status sosial di masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikannya maka keberadaannya semakin dihargai. Tidak sedikit dari responden yang merasa kurang percaya diri ketika ditanya tentang pendidikan responden itu sendiri.

Birgantoro dan Nurrochmat (2007) menyatakan bahwa tingkat pendidikan masyarakat juga dapat berpengaruh terhadap tingkat pemanfaatan sumberdaya hutan. Hal ini terkait dengan ilmu pengetahun yang dimiliki, penguasaan teknologi, keterampilan, dan informasi pasar yang diperoleh. Tingkat pendidikan yang rendah, penguasaan teknologi dan keterampilan yang terbatas, serta kurangnya informasi pasar menyebabkan pemanfaatan sumberdaya hutan terutama untuk jenis-jenis komersil menjadi tidak terkendali. Hal ini akan berdampak negatif terhadap kelestarian sumberdaya hutan tersebut. Terbatasnya teknologi dan keterampilan yang dimiliki menyebabkan rendahnya kemampuan untuk menghasilkan produk baru/produk olahan yang mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi. Kurangnya informasi pasar yang dimiliki menyebabkan terjadinya eksploitasi terhadap jenis-jenis sumberdaya hutan tertentu. Akan tetapi pada kasus di Desa Buniwangi tingkat pendidikan tidak mempengaruhi tingkat pemanfaatan sumberdaya hutan seperti pada pengambilan kayu bakar, pengambilan kayu bakar

Pendidikan Jumlah responden (orang) Persentase (%)

Tidak tamat SD 26 43,33 SD 20 33,33 SMP 7 11.67 SMA 54 6,67 PT 3 5,00 Total 60 100,00

dari hutan hanya untuk memenuhi kebutuhan dapur saja tdak untuk diperjual-belikan, jika kayu bakar dirasa sudah cukup untuk persediaan dapur maka tidak dilakukan lagi pengambilan kayu bakar tersebut.

5.1.3 Pekerjaan

Masyarakat Desa Buniwangi sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani dan buruh. Dari data yang dikumpulkan sebanyak 30% responden bekerja sebagai petani dan sebanyak 16,67% yang bekerja sebagai buruh tani. 56,33% responden lainnya bekerja sebagai pedagang, ojeg, wirausaha,buruh bangunan dan lain-lain (Tabel 4).

Tabel 4 Persentase responden berdasarkan pekerja utama

Pekerjaan Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Tani 18 30,00 Guru 3 5,00 Wira Usaha 7 11,67 Aparat Desa 3 5,00 Pedagang 4 6,67 Pertukangan 2 3,32 Ojeg 3 5,00 Buruh Tani 10 16,67 Buruh Sadap 3 5,00 Buruh 6 10,00 Supir 1 1,67 Total 60 100,00

Selain mempunyai mata pencaharian utama sebagai sumber pendapatan utama keluarga, masyarakat Desa Buniwangi mempunyai pekerjaan sampingan untuk memperoleh penghasilan tambahan. Dari data yang dikumpulkan sebanyak 55% dari total responden mempunyai pekerjaan sampingan (tabel 5). Sebagian besar pekerjaan sampingan yang dilakukan adalah sebagai petani dan buruh tani, pekerjaan sampingan dilakukan sebagai penambahan pendapatan keluarga. Semakin banyak pekerjaan yang dapat dilakukan maka semakin besar pendapatan keluarga yang diterima. Nelson (1955:15) dalam Zulaifah (2006) dalam teorinya menyebutkan bahwa walaupun dalam lingkungan masyarakat pedesaan telah

muncul berbagai macam jenis mata pencaharian sebagaimana data yang sering disajikan dalam ilmu demografi, akan tetapi sektor pertanian tetap menjadi karakteristik khas kehidupan di pedesaan.

Tabel 5 Persentase responden berdasarkan pekerjaan sampingan Pekerjaan Sampingan Jumlah responden

(orang) Persentase (%)

Memiliki pekerjaan sampingan 33 55,00

Tidak memiliki pekerjaan sampingan 27 45,00

Total 60 100,00

5.1.4 Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga yang dimaksud adalah anggota keluarga yang berada dan tinggal dirumah Responden, sehingga anggota keluarga yang berada atau bekerja di luar kota tidak dimasukkan kedalam angota keluarga responden. Hal ini didasarkan atas perbandingan antara jumlah pemanfaatan hail hutan dan kawasan sekitar hutan dengan jumlah anggota keluarga yang memanfaatkan pada saat sekarang.

Dari data yang dikumpulkan, sebanyak 70% responden mempunyai jumlah anggota keluarga 3-4 orang (Tabel 6). Banyak sedikitnya jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap pemanfaatan terhadap sumberdaya hutan yang ada. Semakin banyak anggota keluarga maka semakin besar keluarga tersebut memanfaatkan sumberdaya hutan dan kawasan sekitar hutan. Banyaknya anggota keluarga juga berpengaruh terhadap jumlah pendapatan dan pengeluaran rumah tangga masyarakat. hal ini terkait dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk konsumsi rumah tangga.

Tabel 6 Persentase responden berdasarkan jumlah anggota keluarga

Jumlah anggota keluarga (orang) Jumlah responden (orang) Persentase (%)

1 – 2 8 13,33

3 – 4 42 70,00

> 4 10 16,67

5.1.5 Luas Kepemilikan Lahan Milik

Sebagian besar masyarakat desa sekitar hutan bermatapencaharian sebagai petani dengan lahan yang sempit atau bahkan tidak memiliki lahan. Sudjatmoko (1980) dalam Kartasubrata (2003) mengemukakan bahwa struktur masyarakat pedasaan di Jawa menunjukan pembagian dalam 3 golongan, yaitu :

4. Golongan pertama adalah mereka yang memiliki tanah cukup besar untuk menjamin kehidupan yang cukup bagi keluarganya.

5. Golongan kedua terdiri dari petani yang memiliki tanah yang luasnya atau kualitasnya margin, sehingga kehidupan keluarganya sangat tergantung dari pekerjaan sampingan, selain iklim dan faktor pasar. 6. Golongan ketiga yang semakin lama semakin besar jumlahya baik di

Indonesia maupun di Asia pada umumnya ialah mereka yang sama sekali tidak memiliki tanah.

Masyarakat Desa Buniwangi mempunyai lahan milik yang sebagian besar didapatkan dari warisan turun temurun. Lahan milik yang dimaksudkan meliputi : rumah, sawah, kebun dan kolam. Tabel 7 menyajikan data kepemilikan lahan masyarakat Desa Buniwangi.

Tabel 7 Persentase responden berdasarkan kepemilikan lahan.

Luas kepemilikan lahan (Ha) Jumlah responden (orang) Persentase (%)

0 – 0,25 41 68,33

0,25 – 0,5 12 20,00

> 0,5 7 11,67

Total 60 100,00

Kepemilikan lahan ini sangat berpengaruh terhadap jumlah pendapatan rumah tangga di sektor pertanian. Semakin besar lahan yang dimiliki maka semakin besar pula pendapatan yang diterima oleh pemiliknya. Sebagian besar masyarakan desa mamanfaatkan lahan milik sebagai areal persawahan dan perladangan. Kebutuhan pangan bagi keluarga merupakan motivasi utama masyarakat dalam pengelolaannya lahan miliknya.

Dokumen terkait