• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI ADE KURNIA RAHMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI ADE KURNIA RAHMAN"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN OLEH

MASYARAKAT DESA BUNIWANGI

KECAMATAN PELABUHAN RATU

KABUPATEN SUKABUMI

ADE KURNIA RAHMAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

(2)

PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN OLEH

MASYARAKAT DESA BUNIWANGI

KECAMATAN PELABUHAN RATU

KABUPATEN SUKABUMI

ADE KURNIA RAHMAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

(3)

RINGKASAN

Ade Kurnia Rahman. Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarakat Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi dibawah bimbingan Leti Sundawati.

Hutan sebagai suatu kesatuan ekosistem memberikan banyak manfaat terhadap kelangsungan hidup manusia khususnya bagi masyarakat sekitar hutan, baik berupa hasil hutan kayu maupun hasil hutan non kayu. Pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat di sekitar hutan merupakan salah satu bentuk interaksi yang terjadi antara hutan dan manusia. Manfaat-manfaat hutan ini sangat dirasakan oleh masyarakat di sekitar hutan, seperti yang dirasakan oleh masayarakat Desa Buniwangi Kecamatan Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi. Untuk mengetahui nilai manfaat sumberdaya hutan bagi masyarakat diperlukan data primer dan sekunder. Metode pengolahan data didasarkan pada metode penilaian manfaat ekonomi dari pemanfaatan sumberdaya hutan yang dilakukan oleh masyarakat. Penilaian dilakukan berdasarkan 3 cara, Metode penilaian berdasarkan harga pasar, metode penilaian berdasarkan harga barang pengganti, metode penilaian berdasarkan biaya pengadaan dan perbaikan.

Sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Buniwangi berupa kayu bakar dan sumberdaya air. Nilai kayu bakar yang dikonsumsi masyarakat Desa Buniwangi adalah Rp 94.000/KK/bulan setara dengan nilai penghematan sebesar 5,28% terhadap pendapatan rata-rata keluarga. Sumberdaya air hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Buniwangi rata-rata 21 m3/KK/bulan, dengan nilai penghematan Rp 22.419/KK/bulan atau setara dengan penghematan sebesar 1,26% terhadap pendapatan rata-rata keluarga. Jumlah penghematan pengeluaran rumah tangga dari pemanfaatan sumberdaya hutan adalah Rp 238.192.415/bulan atau 6,54% dari pendapatan seluruh masyarakat di Desa Buniwangi.

(4)

ABSTRACT

Ade Kurnia Rahman. Utilization of Forest Resources by Buniwangi Village Community at Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Supervised by Leti Sundawati

Forest ecosystem as an unity, provides many benefits to human survival, especially for communities around the forest, either in the form of timber and non timber forest products. Utilization of forest resources by the communities surrounding the forest is one form of interaction that occurs between the forest areas and the people. Forest benefits can easily be felt by communities around the forest, as perceived by the community surround Buniwangi Village, Pelabuhan Ratu, Sukabumi. To know the value of forest resources benefits for the community needed a primary and secondary data. Data processing method based on the method of assessment of the economic benefits from the utilization of forest resources by the community. Assessment is based on 3 ways, methods of assessment based on market prices, valuation methods based on the price of substitute goods, valuation based on the cost of procurement and repairment method.

Forest resources which utilized by the villagers of Buniwangi are in the form of firewood and water resources. The value of firewood consumed by Buniwangi Village community is IDR 94.000/household/month equivalent of 5,28% value savings of average families income. Water resources which utilized by the community of Buniwangi village are 21 m3/household/month, with a value savings of IDR 22.419/ household / month, equivalent to savings of 1,26% of average families income. Number of household expenditure savings from the use of forest resources is IDR 238.192.415 / month or 6,54% of all people revenue in the Buniwangi Village.

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarakat Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2012

Ade Kurnia Rahman NRP. E14061918

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarakat Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi

Nama : Ade Kurnia Rahman

NRP : E14061918

Program Studi : Manajemen Hutan

Menyetujui : Dosen Pembimbing

( Dr. Ir. Leti Sundawati, MSc.) NIP. 199640830 199003 2 001

Mengetahui :

Ketua Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB

( Dr. Ir. Didik Suharjito, MS.) NIP. 19630401 199403 1 001

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dan menyusun karya tulis yang berjudul “Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarakat Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi”. Karya tulis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Pemanfaatan sumber daya hutan oleh masyarakat di sekitar hutan dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat, baik itu pemanfaatan berupa hasil hutan kayu maupun hasil hutan non kayu. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari hutan seperti pohon kayu untuk perkakas dan kayu bakar, dan juga sebagai penyedia air bersih bagi kebutuhan rumah tangga. Manfaat-manfaat hutan ini sangat dirasakan oleh masyarakat di sekitar hutan, seperti yang dirasakan oleh masayarakat Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan. Segala kritikan dan saran akan penulis terima dengan senang hati dan bijaksana. Semoga karya tulis ini berguna bagi kita semua dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Amin.

Bogor, Februari 2012

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 12 Agustus 1987 sebagai anak terakhir dari tiga bersaudara pasangan U.Sufandy dan Atikah. Penulis melaksanakan jenjang pendidikan sekolah di MI Al-Inayah Bogor (1994-2000), SLTP Negeri 1 Ciomas Bogor (2000-2003) dan SMU Negeri 4 Bogor (2003-2006). Pada tahun 2006 penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih program studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Selama masa perkuliahan di IPB, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan seperti menjadi pengurus PC Sylva IPB, mengikuti diskusi terbuka “I Love My World, Campaign” tahun 2008, menjadi panitia “Bina Corps Rimbawan’44” sebagai satuan pengawas tahun 2008, mengikuti Diskusi Kehutanan Nasional tahun 2009, mengikuti Seminar Nasional Kehutanan di Universitas Gadjah Mada tahun 2009, menjadi Koordinator lapangan logistik dan transportasi dalam Seminar Nasional “Hutan Tanaman Rakyat dan Lacak Balak”, mengikuti acara Latihan Kepemimpinan Sylva Indonesia di Universitas Gadjah Mada tahun 2009 dan melakukan Kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cilacap-Baturraden tahun 2008, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango tahun 2009, serta penulis mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HA PT. Bade Makmur Orissa dengan areal kerja di Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua pada tahun 2010.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarakat Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi” dibawah bimbingan Dr. Ir. Leti Sundawati, MSc.

(9)

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Leti Sundawati, MSc. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan karya ilmiah ini. 2. Seluruh dosen dan staf pegawai Fakultas Kehutanan, Departemen Manajemen

hutan yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga bagi penulis.

3. Seluruh staf pemerintah desa dan masyarakat Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi yang membantu dalam pengambilan data penelitian di lapangan.

4. Kedua orang tua tercinta, ayahanda U. Sufandy dan ibunda Atikah, kakak-kakak tercinta Susy Andriani S.Hut dan M. Sidik Budiman beserta istri dan anaknya Setia Pisa Kurniawati dan Deval Ramadhan serta keluarga besar lainnya yang telah memberikan dukungan moral maupun material dan kasih sayang yang senantiasa tercurah.

5. Surachman S.Hut, yang telah membantu penulis dalam pengambilan data penelitian di lapangan.

6. Teman satu bimbingan, Adrian Riyadi Putra S.Hut, yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

7. Teman-teman SEMERU CAMP FAHUTAN 43 yang selalu membantu dan memberikan semangat.

8. Teman-teman FAHUTAN IPB, semoga kita semua selalu ASIK.

9. Semua pihak yang telah membantu, memberikan semangat dan motivasi untuk penulis, dimana penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

RIWAYAT HIDUP... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Manfaat Penelitian ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilai dan Manfaat Hutan. ... 3

2.2 Sumberdaya Air ... 4

2.2.1 Pemanfaatan Sumberdaya Air ... 6

2.2.2 Kebijakan Pengelolaan dan Metode Menentukan Harga Air ... 7

2.3 Karakteristik Masyarakat Desa Sekitar Hutan... 10

2.4. Interaksi Masyarakat Desa Sekitar Hutan dengan Sumberdaya Hutan ... 11

2.5 Persepsi ... 12

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran ... 13

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14

3.3 Objek Penelitian ... 14

3.4 Pengumpulan Data ... 14

3.3.1 Jenis Data ... 14

(11)

3.5 Metode Penentuan Responden ... 15

3.6 Metode Penilaian Manfaat Ekonomi Hasil Pemanfaatan Sumber Daya Hutan ... 16

3.7 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 16

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Iklim ... 19

4.2 Luas Wilayah Menurut Penggunaan... 19

4.3 Potensi Sumberdaya Manusia ... 20

4.4 Kondisi Hutan Cirenghas ... 20

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Masyarakat Desa Hutan ... 22

5.1.1 Umur Responden ... 22

5.1.2 Pendidikan ... 23

5.1.3 Pekerjaan ... 24

5.1.4 Jumlah Anggota Keluarga ... 25

5.1.5 Luas Kepemilikan Lahan ... 26

5.2 Pendapatan Rumah Tangga Masyarakat... 27

5.3 Pengeluaran Rumah Tangga Masyarakat... 28

5.4 Pemanfaatan Sumberdaya Hutan... 29

5.4.1 Kayu Bakar... 29

5.4.2 Air Hutan... 31

5.5 Kontribusi Sumberdaya Hutan dan Kawasan Sekitar Hutan terhadap Pendapatn Keluarga ... 35

5.6 Persepsi Masyarakat tentang Keberadaan Hutan ... 38

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 39

6.2 Saran ... 39

(12)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Konsumsi rata-rata air bersih (clean water) harian masyarakat

Indonesia ... 5

2 Persentase responden berdasarkan kelompok umur ... 22

3 Persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 23

4 Persentase responden berdasarkan pekerjaan utama ... 24

5 Persentase responden berdasarkan pekerjaan sampingan ... 25

6. Persentase responden berdasarkan jumlah anggota keluarga... 25

7 Persentase responden berdasarkan kepemilikan lahan ... 26

8 Sumber dan jumlah pendapatan rumah tangga ... 27

9 Jenis dan jumlah pengeluaran rumah tangga ... 28

10 Pemanfaatan kayu bakar oleh masyarakat ... 29

11 Konsumsi kayu Bakar berdasarkan lokasi pengambilan ... 30

12 Nilai konsumsi kayu bakar rumah tangga ... 31

13 Biaya pengadaan dan perbaikan sumber air rumah tangga ... 32

14 Konsumsi air rumah tangga ... 33

15 Nilai ekonomi air rumah tangga ... 34

16 Nilai penghematan dari pemanfaatan SDH terhadap pendapatan keluarga berdasarkan sumber pendapatan... 35

17 Nilai penghematan dari pemanfaatan SDH terhadap pendapatan keluarga berdasarkan tingkat pendidikan... 36

18 Nilai penghematan dari pemanfaatan SDH terhadap pendapatan keluarga berdasarkan jumlah anggota keluarga ... 36

19 Nilai penghematan dari pemanfaatan SDH terhadap pendapatan keluarga berdasarkan luas kepemilikan lahan ... 37

20 Jumlah penghematan dari pemanfaatan SDH oleh masyarakat di Desa buniwangi ... 37

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Diagram pemikiran metode penelitian……… 13 2. Kayu bakar yang dimanfaatkan masyarakat ... 30 3. Sumber-sumber air yang dimanfaatkan oleh masyarakat ... 31

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Data kuisioner... 44

2. Identitas responden ... 51

3. Sumber dan jumlah pendapatan rumah tangga responden... 53

4. Kepemilikan lahan responden ... 55

5. Jenis dan jumlah pengeluaran rumah tangga responden... 57

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan merupakan anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk dikelola sebaik-baiknya untuk keperluan hidup manusia. Hutan sebagai suatu kesatuan ekosistem memberikan banyak manfaat terhadap kelangsungan hidup manusia khususnya bagi masyarakat sekitar hutan, baik berupa hasil hutan kayu maupun hasil hutan non kayu.

Pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat sekitar hutan merupakan salah satu bentuk interaksi yang terjadi antara hutan dan manusia. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari hutan seperti pohon kayu untuk perkakas dan kayu bakar, dan juga sebagai penyedia air bersih bagi kebutuhan rumah tangga. Air adalah barang bebas dimana dapat kita konsumsi secara cuma-cuma tanpa adanya bayaran sedikit pun dan merupakan sumber daya alam yang tidak terbatas. Akan tetapi pemikiran seperti ini yang sebenarnya akan mengurangi kualitas dan kuantitas air di bumi, yang menjadikan manusia bisa menghambur-hamburkan air tanpa menyadari bahwa kualitas dan kuantitas air akan menurun jika tidak ada pengelolaan yang baik dari manusia.

Hutan sebagai pemasok terbesar air semakin hari semakin berkurang jumlahnya akibat degradasi dan konversi lahan, hal ini lah yang mengakibatkan kualitas dan kuntitas air semakin menurun. Manfaat hutan sebagai penyedia air bersih kurang dirasakan oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia, sebagian besar masyarakat Indonesia hanya memanfaatkan hutan untuk kebutuhan sekarang saja dan kurang mengetahui bahwa hutan juga sebagai pemenuhan kebutuhan hidup di masa yang akan datang. Manfaat dari hutan inilah yang kurang diketahui oleh masayarakat umum dan mengakibatkan penurunan luas kawasan hutan akibat pembalakan liar dan konversi lahan hutan menjadi lahan non hutan.

Keberadaan hutan sangat dibutuhkan bagi masyarakat, khususnya bagi masyarakat Desa Buniwangi Kecamatan Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi. Hutan yang berada di Desa Buniwangi dirasakan sangat berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari. Sumberdaya hutan yang

(16)

dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Buniwangi salah satunya adalah kayu bakar, selain itu dihutan ini terdapat sumber mata air hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk air minum, mandi, mencuci dan kebutuhan rumah tangga masyarakat lainnya, akan tetapi sampai saat ini belum dapat diketahui secara pasti berapa besar nilai manfaat yang diperoleh masyarakat Desa Buniwangi dari pemanfaatan sumber daya hutan yang ada saat ini, oleh karena itu dibutuhkan penelitian yang mengkaji tentang nilai dari pemanfaatan sumberdaya hutan di Desa Buniwangi.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis pemanfaatan sumber daya hutan oleh masyarakat Desa Buniwangi serta menghitung nilai manfaat sumberdaya hutan untuk pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat di Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi.

1.3 Manfaat

1. Dapat dijadikan bahan untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya keberadaan hutan untuk pemenuhan kebutuhan hidup dimasa sekarang dan yang akan datang sehingga terdorong untuk ikut serta dalam menjaga dan melestarikan hutan.

2. Dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh pihak-pihak yang terkait dalam merumuskan kebijakan dalam pengelolaan hutan.

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nilai dan Manfaat Hutan

Menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 pengertian hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan menurut statusnya terdiri dari hutan negara dan hutan hak. Hutan negara yang dimanfaatkan oleh desa untuk kesejahteraan masyarakat desa disebut hutan desa.

Hutan memiliki nilai manfaat yang sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia, baik itu manfaat langsung seperti kayu maupun manfaat tidak langsung sebagai penyedia air dan jasa lingkungan. Suhendang (2002) dalam Rachmawati (2008) menyatakan bahwa keseluruhan manfaat yang dapat diperoleh dari hutan berdasarkan wujudnya dapat dikelompokkan kedalam barang dan jasa. Keluaran hutan yang berbentuk barang menyatakan keluaran yang dapat diperoleh dari hutan yang berbentuk benda nyata yang dapat dilihat, dirasakan, diraba, dan diukur secara langsung, antara lain ; kayu, rotan, getah, buah, kayu bakar, satwa liar dan air. Keluaran hutan berupa jasa menyatakan keluaran yang dapat diperoleh dari hutan melalui fungsi hutan yang bersifat maya (abstrak) antara lain ; kemampuan hutan untuk memberikan pemandangan alam, menyerap dan menyimpan karbon, dan lain-lain.

Worrel (1961) dalam Girsang (2006) membuat klasifikasi nilai manfaat hutan berdasarkan atas perilaku pasar pasar atas barang dan jasa yang dinilai tersebut, yaitu :

1. Nilai manfaat nyata (tangible benefits) adalah manfaat yang dapat diperoleh dari barang dan jasa yang dapat secara nyata dapat diukur karena berlaku mekanisme pasar secara baik.

2. Nilai manfaat tidak nyata (intangible benfits) adalah kebalikan dari manfaat nyata, yaitu nilai manfaat yang tidak dapat diukur secara langsung karena mekanisme pasar tidak berjalan, ada faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga terjadi kegagalan pasar (market failure).

(18)

James (1991) dalam Widiarso (2005) membuat klasifikasi nilai manfaat hutan didasarkan atas sumber atau proses manfaat tersebut diperoleh, yaitu :

1. Nilai guna (use value), yaitu seluruh nilai manfaat yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya hutan seperti kayu bulat untuk keperluan industri pengelolaan kayu, kayu bakar (energi), produksi tanaman pangan seperti perladangan, kebun, produksi ikan, produksi air untuk berbagai keperluan seperti kebutuhan air rumah tangga dan pertanian, pembangkit tenaga listrik, ekowisata.

2. Nilai fungsi (function value), yaitu seluruh nilai manfaat yang diperoleh dari fungsi ekologis sumberdaya hutan, seperti pengendalian banjir, pencegahan intrusi air laut, habitat satwa.

3. Nilai atribut (attributes value) , yaitu seluruh nilai yang diperoleh bukam dari penggunaan materi (hasil peroduksi barang dan jasa), tetapi aspek kebutuhan psikologis manusia yaitu yang menyangkut budaya masyarakat.

2.2 Sumberdaya Air

Arsyad (1989) dalam Nugroho (2002) menyatakan sumberdaya air (water

resources) memiliki pengertian yang utuh tentang air, mencakup wujud, tempat,

jumlah, kualitas dan karakteristik air dipermukaan bumi.

Air merupakan salah satu sumberdaya yang berharga di bumi, hal ini harus diperhatikan agar terhindar dari krisis yaitu pengelolaan komponen sumberdaya air, komponen tersebut terbagi menjadi dua kelompok, yaitu komponen alami dan komponen artifisial (buatan). Komponen alami sumberdaya air merupakan komponen yang terbentuk secara alami oleh air yang mengalir dari hulu ke hilir, contohnya seperti sungai muara rawa, danau, pantai, air tanah dan mata air. Keseimbangan alam dari komponen tersebut dipengaruhi oleh siklus hidrologi, kondisi geologi, kondisi wilayah dan kegiatan manusia. Selain komponen alami, sumberdaya air juga memiliki komponen artifisial berupa bangunan utama dengan beberapa bangunan pelengkap yang dibuat oleh manusia untuk tujuan tertentu, salah satu contoh dari komponen artifisial sumberdaya air yaitu waduk (Sjarief dan Robert 2005 dalam Solihin A 2010).

(19)

Kebutuhan sumberdaya air sederhana terdiri dari tiga sektor yaitu : kebutuhan untuk rumah tangga, kebutuhan untuk industri dan kebutuhan untuk pertanian (Hatmoko 1993 dalam Sugiarto 1995). Dari sektor pertanian, air digunakan untuk tanaman, perikanan, dan peternakan. Penggunaan untuk rumah tangga terdiri atas penggunaan air untuk air minum, memasak, mencuci, mandi dan lain sebagainya, sedangkan untuk industri diantaranya sebagai bahan mentah, pendingin, penggelontor kotoran serta penggunaan lainnya dalam proses industri.

Besarnya kebutuhan air bagi masing-masing orang tidak sama dan sangat tergantung pada beberapa faktor diantaranya tingkat sosial, tingkat pendidikan, kebiasaan penduduk, letak geografis, dan lain-lain. Kebutuhan dasar air bersih tiap individu digunakan untuk memenuhi keperluan minum, masak, dan mencuci peralatan masak, dan lain-lain. Untuk Indonesia besar kebutuhan dasar tersebut adalah sebagai berikut:

Table 1 Konsumsi rata-rata air bersih (clean water) harian masyarakat Indonesia Keperluan Konsumsi (liter/orang/hari) Persentase (%) Mandi, cuci, kakus

Minum Masak Cuci pakaian Kebersihan rumah Taman Cuci kendaraan Wudlu Lain-lain 12 2 10,7 31,4 11,8 21,1 16,2 21,7 11,6 8,7 1,4 7,7 22,7 8,5 15,2 11,7 15,7 8,4 Total 138,5 100

Sumber : (Gupta 1989, dalam Adriyanto 2007)

Berdasarkan sumber atau asalnya, air dibedakan menjadi : 1) air hujan, terdiri dari air hujan tampungan dan air limpasan, 2) air permukaan, terdiri dari mata air, air sungai, air danau/situ, air bendungan dan waduk, 3) air tanah, terdiri dari air tanah dangkal sedang, artesis dan air tanah dalam.

Ketersedian air sekarang ini semakin hari semakin menurun sementara kebutuhan akan air semakin meningkat seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun. Penurunan kualitas dan kuntitas air akan mengakibatkan permasalahan yang sangat serius karena menyangkut hajat hidup orang banyak dan makhluk hidup lainnya. Pengelolaan sumberdaya air seharusnya

(20)

mengacu pada aspek konservasi, pemanfaatan dan pengendaliannya.

Pemerintah juga telah menyusun sebuah pedoman dalam bentuk Undang-Undang No 7 Tahun 2004 yang berisi tentang sumberdaya air pengelolaan dan pemanfaatannya. UU tersebut secara jelas mengisaratkan pentingnya konservasi sumberdaya air sebagai antisipasi kerusakan lingkungan, degradasi hutan dan lahan, serta berbagai bencana alam lainnya.

Menurut ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumberdaya Air :

Pasal 28 ayat (1) :”Penetapan peruntukkan pada sumber air sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (1) pada setiap wilayah sungai dilakukan dengan memperhatikan : (a) daya dukung sumber air; (b) jumlah dan penyebaran penduduk serta proyeksi pertumbuhannya ; (c) perhitungan dan proyeksi kebutuhan sumberdaya air ; dan (d) pemanfaatan air yang sudah ada.”

Pasal 28 ayat (2) : “Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pengawasan pelaksanaan peruntukkan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)”

2.2.1 Pemanfaatan Sumberdaya Air

Kehidupan diawali dengan air, dan suatu prasyarat bagi kelangsungannya bahwa air tersedia dalam bentuk cair. Air merupakan pembawa kehidupan, ia merupakan unsur protoplasma yang utama, satu-satunya bahkan bentuk bahan dimana fenomena kehidupan diwujudkan. Air sebagai sutu pelarut yang mobile, adalah pembawa hara dan gas ke sel-sel organisme yang hidup. Pada tanaman ia sangat diperlukan sebagai pereaksi dalam proses-proses fotosintesis dan hidrolisis dan dalam mempertahankan turgor sel. Pada hewan ia juga bertindak sebagai agen pembersih, menghilangkan kotoran dan hasil-hasil sampingan metabolisme. Air juga penting sekali sebagai moderator iklim dunia (Lee 1988 dalam Solihin 2010). Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi penting bagi hidup dan kehidupan seluruh makhluk hidup, (Kementrian Lingkungan Hidup 2003) menyatakan kebutuhan air terbesar berdasarkan sektor kegiatan adalah kebutuhan air untuk pertanian (irigasi), domestik, dan industri. Kebutuhan air untuk irigasi pada tahun 1990 sebesar 74,9 x 109 m3/tahun dengan perkiraan

(21)

peningkatan sebesar 6,7% pertahun. Kebutuhan air untuk keperluan domestik pada tahun 1990 adalah sebesar 3,1 x 109m3/tahun dengan proyeksi peningkatan 6,7% pertahun, sedangkan kebutuhan air untuk industri pada tahun 1990 sebesar 0,7 x 109m3/tahun dengan proyeksi peningkatan 12,5% pertahun.

Kementerian Lingkungan Hidup 2003 menyatakan bahwa secara nasional sebagian rumah tangga (sekitar 74%) menggunakan air tanah sebagai sumber air minum, sisanya menggunakan air sungai (3,4%) dan sumber lain (1,4%). Penggunaan air sumur teringgi adalah di pulau Jawa dan Nusa Tenggara yaitu sebesar 79% rumah tangga, sedangkan terkecil di pulau Bali sekitar 46,5% rumah tangga. Di Kalimantan 45% rumah tanggamenggunakan air sungai dan air hujan sebagai sumber air minum rumah tangga.

2.2.2 Kebijakan Pengelolaan dan Metode Menentukan Harga Air

Menurut Soenarto (1959) dalam Rachmawati (2008) yang dimaksud dengan pengairan ialah usaha-usaha :

a. Mengalirkan air dari sungai-sungai atau sumber air lain unutk keperluan pertanian.

b. Membagikan air yang diambil dari sungai-sungai atau sumber air lain itu secara teratur kepada yang memerlukannya.

c. Membuang sisa air yang telah dipergunakan ke sungai, langsung atau lewat saluran pembuangan.

Menurut cara-cara pembuatan dan penyelenggaraannya ada 3 macam pengairan, yaitu : pengairan (desa) sederhana, pengairan teknis dan pengairan setengah teknis.

Sumber-sumber pengairan :

a. Air permukaan, seperti : sungai, waduk, mata air, danau. b. Air dalam tanah, seperti : sumur-sumur ladang.

c. Air hujan langsung, seperti : sawah-sawah tadah hujan.

Jenis-jenis mata air berdasarkan pemunculannya dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :

(22)

1. Mata air depresi : mata air yang muncul karena permukaan tanahnya terpotong oleh muka air tanah. Mata air ini banyak dijumpai terutama di kaki gunung api atau perbukitan. Sistem mata air ini mempunyai debit bervariasi, berkisar antara 1 liter/detik sampai 10 liter/detik. 2. Mata air kontak : mata air yang muncul pada bidang kontak antara

batuan yang berkelulusan lebih besar dibagian atas dengan batuan yang berkelulusan kecil dibawahnya. Sistem mata air kontak terjadi karena suatu lapisan yang permeabel bertemu dengan lapisan yang impermeabel dibawahnya.

3. Mata air artesis atau patahan : mata air yang muncul dari ruang antar butir atau celahan yang diapit oleh lapisan kedap air pada bagian atas dan bawah. Sistem mata airpatahan terjadi pelapisan batu pasir dan batuan lempung.

4. Mata air rongga/rekahan : mata air yang muncul melalui rongga atau lubang atau pipa saluran, biasanya pada lava vesikuler atau pada batu gamping. System mata air rekahan ini memiliki karakteristik yang khas untuk daerah karst yang terbentuk karena celah rekaha n akibat kekar dan pelarutan pada batuan gamping menjadi tempat unutk aliran air. Kebijakan baru pengelolaan sumberdaya air mengindikasikan perlunya perubahan orientasi pengembangan dan pengelolaan dari supply-side management

strategi kearah demand-side management strategi. Prinsip demand-side management strategi menekankan pada usaha mempengaruhi perilaku pengguna

(users) dalam memakai air. Adapun prinsip dasar dari demand-side management

strategi adalah (Helmi 2002 dalam Siwi 2006) :

1. Mempertimbanagan nilai air dalam hubungan dengan biaya penyediaannya.

2. Mengambil tindakan-tindakan yang menghendaki pengguna (users/costumer) menghubungkan tingkat pemakaian air mereka dengan biaya yang harus mereka bayar.

(23)

3. Memperlakukan air sebagai satu barang (komoditi) ekonomi bukan sebagai suatu bentuk palayanan public yang disediakan pemerintah dan tidak perlu dibayar.

Menurut Johanssen (2000) dalam Siwi (2006) membagi dalam beberapa metode dalam menentukan harga air irigasi antara lain :

1. Metode Volumetrik

Pada metode ini pemakai membayar sejumlah air yang dipakainya berdasarkan nilai harga air secara integral ataupun parsial, yang mana diketahui dari hasil pencatatan jumlah air yang dipakai oleh masing-masing petani setiap musim tanam.

2. Metode Per Unit Area

Pada metode ini, dasar perhitungannya adalah luas garapan usaha tani yang menggunakan air irigasi. Metode ini banyak digunakan dalam menentukan taraf air irigasi dihampir semua wilayah irigasi teknis (Negara berkembang).

3. Metode Output Pricing

Biaya air ditentukan oleh kuantitas output yang dihasilkan dari usaha tani yang diusahakan dengan menggunakan air tersebut.

4. Metode Tiered Pricing

Suatu multi-rate pricing dimana harga air per unit volume bervariasi jika volume air yang dikonsumsi melebihi suatu ambang batas tertentu. Metode harga ini dipakai apabila permintaan air bervariasi secara periodic (musiman atau harian) dan penwaran air tidak cukup untuk memenuhi permintaan pada semua waktu yaitu dimana pada saat permintaan air tinggi maka harga air sama dengan harga margina cost dan pada saat permintaan air tinggi maka harga air adalah pada tiered pricing dan harga mengindikasikan nilai kelangkaan air.

5. Metode Two-Part Tarif

Pada metode ini biaya air terdiri dari dua komponen yaitu biaya tetap pertahun yang dikenakan untuk hak penggunaan air dan pungutan air yang didasarkan pada harga marginal yang tetap unutk setiap unit

(24)

volume air yang dikonsumsi. 6. Metode Betterment Levy

Dalam metode ini biaya air dipungut per area dimana nilainya didasarkan atas peningkatan nilai lahan akibat adanya irigasi.

7. Metode Water Markets Pricing (harga dengan pasar air)

Metode ini berdasarkan asumsi dasar bahwa pasar dibawah kondisi tertentu mencapai firs best efisiensi apabila memenuhi : (a) persaingan, (b) agen memiliki informasi sepenuhnya dalam beroperasi dibawah kondisi tertentu, (c) tidak ada eksternalitas, (d) tidak ada increasing

return to scale pada produksi.

2.3 Karakteristik Masyarakat Desa Sekitar Hutan

Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No 691/Kpts.II/1992, yang dimaksud dengan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan adalah kelompok-kelompok masyarakat baik yang berada dalama hutan maupun di pedesaan sekitar hutan (Ardiansyah 2002).

Kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah dalam melestarikan hutan harus selalu memperhatikan keberadaan penduduk disekitar dan di dalam hutan. Mereka memanfaatkan segala sumber penghidupan yang ada di dalam hutan untuk mempertahankan eksistensi kelompoknya yang masih terbelakang yang tidak pernah mengenal keadaan diluar batas wilayahnya. Dalam kondisi sosial ekonomi yang sederhana, mereka secara alamiah adalah penjaga dan pelestari alam lingkungannya. Rakyat di sekitar hutan atau di dalam enclave hutan tidak dirugikan oleh larangan mengambil hasil hutan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Sebaliknya masyarakat dibina kesadarannya sebagai penjaga hutan konservasi dengan imbalan pada saat dan musim tertentu dapat menikmati hasil hutan seperti getah, rotan, buah-buahan, ranting-ranting kayu mati, dan berbagai jenis tumbuhan bawah. Diusahakan pemungutan hasil hutan sebatas enclave dan zona penyanggadan areal yang telah ditunjuk (Admawidjaja 1991 dalam Rachmawati 2008).

(25)

petani dengan lahan yang sempit atau bahkan tidak memiliki lahan. Sudjatmoko (1980) dalam Kartasubrata (2003) mengemukakan bahwa struktur masyarakat pedasaan di Jawa menunjukan pembagian dalam 3 golongan, yaitu :

1. Golongan pertama adalah mereka yang memiliki tanah cukup besar untuk menjamin kehidupan yang cukup bagi keluarganya.

2. Golongan kedua terdiri dari petani yang memiliki tanah yang luasnya atau kualitasnya margin, sehingga kehidupan keluarganya sangat tergantung dari pekerjaan sampingan, selain iklim dan factor pasar. 3. Golongan ketiga yang semakin lama semakin besar jumlahya baik di

Indonesia maupun di Asia pada umumnya ialah mereka yang sama sekali tidak memiliki tanah.

2.4 Interaksi Masyarakat Desa Sekitar Hutan dengan Sumberdaya Hutan Manan (1998) dalam Rachmawati (2008) menyatakan bahwa masyarakat manusia sebagai bagian dari makhluk hidup memegang peranan yang menentukan terhadap kelestarian dan keseimbangan ekosistem. Sebuah ekosistem mencakup komponen makhluk hidup (manuasia, hewan, jasad renik, tumbuh-tumbuhan) dan lingkungan yang tidak hidup (udara, energi matahari, cahaya, air, tanah, angina, mineral dan lain sebagainya) yang keduanya saling berinteraksi dan berhubungan timbal balik.

Keterkaitan (interaksi) antara masyarakat dengan hutan telah berlangsung cukup lama karena hutan memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Keberadaan hutan juga memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk bekerja terutama dalam hal pembukaan lahan, penebangan kayu, pembersihan lahan, sehingga memperolah upah (pendapatan) yang lumayan. Selain itu, bagi masyarakat yang hidupnya bergantung pada sumber-sumber dasar yang terdapat di hutan seperti kayu bakar dan hasil hutan lainnya akan memberikan nilai tambah terutama bagi masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan (Mangandar 2000).

Soekmadi (1987) dalam Mangandar (2000) menyatakan bahwa ada beberapa penyebab terjadinya keterkaitan (interaksi) yang cukup penting antara

(26)

manusia dengan sumberdaya hutan, yaitu :

1. Tingkat pendapatan masyarakat di sekitar hutan rendah. 2. Tingkat pendidikan yang rendah.

3. Rata-rata pemilikan lahan yang sempit dan kurang intensif pengelolaannya.

4. Laju pertumbuhan penduduk yang pesat dengan kepadatan yang cukup tinggi.

2.5 Persepsi

Persepsi dalam pengertian psikologi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya). Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi. Persepsi dan atribusi ini sifatnya memang sangat subjektif, yaitu tergantung sekali pada subjek yang melaksanakan persepsi dan atribusi itu. Menurut Nurdin (2003) dalam Rachmawati (2008), persepsi yang dimiliki seseorang berbeda karena pengaruh berbagai factor mulai dari pengalaman, latar belakang, lingkungan dimana dia tinggal, juga motifasi dan lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang akan menyebabkan dalam menginterpretasikan sesuatu mempunyai perbedaan pendapat.

Man (1969) diacu dalam Irma (2010) meyatakan sekalipun diasumsikan bahwa sikap merupakan predisposisi evaluatif yang banyak menentukan bagaimana individu bertindak, akan tetapi sikap yang menerima pengalaman, orang akan melakukan tanggapan atau penghayatan biasanya tidak melepaskan pengalaman yang sedang dialaminya dari pengalaman-pengalaman lain yang terdahulu, yang relevan. Bagaimana individu bereaksi terhadap pengalamannya yang sekarang jarang lepas dari penghayatannya terhadap pengalaman masa lalunya.

(27)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Keberadaan hutan dan masyarakat sekitar hutan secara langsung atau tidak langsung sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat yang ada di kawasan hutan dan sekitar hutan tersebut. Masayarakat Desa Buniwangi sangat menggantungkan hidupnya terhadap sumberdaya hutan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Hasil hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat dibedakan menjadi dua, yaitu kayu dan non kayu. Kayu-kayuan yang dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu berupa kayu bakar yang digunakan untuk keperluan memasak, sedangkan hasil hutan non kayu yang dimanfaatkan masyarakat berupa air yang digunakan untuk minum, mandi, mencuci dan keperluan rumah tangga lainnya. Manfaat-manfaat hutan tersebut secara langsung dan tidak langsung sangat berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dan berkontribusi terhadap pendapatan masyarakat di Desa Buniwangi, yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Pemanfataan sumberdaya hutan oleh masyarakat sekitar Desa Buniwangi secara skematis seperti pada gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pemikiran metodologi penelitian. Sumber Daya

Hutan

Kayu Non Kayu

Kayu Bakar Air

Kesejahteraan Masyarakat

Kontribusi SDH Terhadap Pendapatan Masyarakat Pemanfaatan SDH oleh Masyarakat

(28)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakasanakan di Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi. Waktu pelaksanaan penelitian yaitu dari bulan Mei sampai Juni 2011.

3.3 Objek Penelitian dan alat

Objek dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada disekitar hutan yang memanfaatkan sumber daya hutan di Desa Buniwangi untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kuesioner digunakan untuk media mengumpulkan data.

2. Kamera digital digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian.

3.4 Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung masyarakat desa yang tinggal di sekitar hutan sebagai responden. Data primer terdiri dari :

1. Data karakterisitik masyarakat sekitar hutan: nama, jenis kelamin, umur, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, dan pekerjaan.

2. Jenis-jenis sumber daya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat.

3. Jumlah sumber daya hutan yang diperoleh (diambil) masyarakat (m3, kg, ikat, karung, batang).

4. Data harga pasar sumber daya hutan yang diambil masyarakat saat itu. 5. Data harga air per m3berdasarkan tarif PDAM.

6. Pendapatan masyarakat.

7. Pengeluaran rumah tangga : sandang, pangan, papan, dan lain-lain.

Data sekunder adalah data yang menyangkut keadaan lingkungan baik fisik, sosial, ekonomi masyarakat dan data lain yang berhubungan dengan objek penelitian, baik yang tersedia ditingkat desa, kecamatan maupun instansi-instansi terkait lainya. Data sekunder meliputi :

(29)

1. Keadaan umum lokasi penelitian yang meliputi letak dan keadaan fisik lingkungan dan kegiatan sosial ekonomi masyarakat.

2. Keadaan penduduk: mata pencaharian, jumlah penduduk, kesehatan, komunikasi dan lainnya.

3.4.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data ini terdiri dari :

1. Studi literatur, dilakukan untuk mendapatkan data mengenai keadaan umum lokasi penelitian, iklim, keadaan tanah, curah hujan, jenis penutupan tanah, topografi, kelerengan lahan serta jumlah penduduk secara keseluruhan, tipe dan luasan hutan yang dikembangkan serta hasil produksinya dan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya. Dilakukan dengan mempelajari arsip-arsip yang ada di instansi terkait. 2. Teknik observasi, dengan melakukan pengamatan langsung terhadap

objek yang diteliti pada rumah tangga masyarakat sekitar hutan maupun lapangan.

3. Teknik wawancara, wawancara dilakukan secara terstruktur dan bebas. Secara terstruktur dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuisioner yang telah disiapkan, sedangkan wawancara bebas dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuisioner mengenai hal-hal yang masih berhubungan dengan penelitian.

3.5 Metode Penenetuan Responden (objek penelitian)

Pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 60 responden, tujuannya untuk memperoleh responden yang memenuhi kriteria-kriteria yang sesuai dengan tujuan penelitian. Objek yang diambil adalah masyarakat yang berada disekitar hutan yang memanfaatkan sumber daya hutan di Desa Buniwangi untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

(30)

3.6 Metode Penilaian Manfaat Ekonomi Hasil Pemanfaatan Sumberdaya Hutan

Metode ini dilakukan untuk melihat pemanfaatan hasil sumberdaya hutan oleh masyarakat. Penilaian dilakukan berdasarkan 3 cara, yaitu :

1. Metode penilaian berdasarkan harga pasar

Metode ini digunakan untuk melihat manfaat ekonomi langsung yang dihasilkan dari hutan yang dijual di pasar dengan pendekatan harga pasar yang berlaku.

2. Metode penilaian berdasarkan harga barang pengganti

Metode ini digunakan sebagai pendekatan apabila metode pertama tidak dapat digunakan dengan didasarkan atas harga barang pengganti (harga subtitusi) atau nilai banding antara barang yang bersangkutan dengan barang lain yang memiliki harga pasar.

3. Metode penilaian berdasarkan biaya pengadaan dan perbaikan

Metode ini digunakan untuk menghitung biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk memanfaatkan dan mempertahankan barang dan jasa yang dikontribusikan oleh kawasan hutan.

3.7 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data yang diperoleh dilakukan dengan melakukan metode volumetric yaitu melakukan perhitungan jumlah pemanfaatan kayu bakar dan air dalam rumah tangga kemudian diaplikasikan dalam bentuk tabulasi dan gambar untuk mendapatkan gambaran tentang banyaknya jumlah anggota keluarga dalam rumah tangga responden, golongan penguasaan lahan dan variabel-variabel lainnya yang kemudian dianalisis.

Analisis data dilakukan dengan mencari hubungan variabel-variabel yang terkait dengan banyaknya konsumsi dan pemanfaatan sumberdaya dalam suatu rumah tangga. Analisis yang digunakan yaitu berdasarkan perhitugan:

1. Nilai manfaat sumber daya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat dihitung mrnggunakan rumus :

(31)

HKbi = nilai SDH yang diambil masyarakat dari hutan dalam satu bulan. Vi = jumlah SDH yang diperoleh masyarakat dalam satu kali

pengambilan (ikat, kg, m3, batang)

Hki = harga manfaat sumber daya hutan (Rp/ikat, Rp/kg, Rp/batang) t = frekuesi pengambilan manfaat SDH dalam satu bulan.

2. Pendapatan rumah tangga

Rumus yang digunakan untuk perhitungan analisis pendapatan ini adalah sebagai berikut :

dt = dp + dn Dimana :

dt : pendapatan total

dp : pendapatan dari sektor pertanian dn : pendapatan dari sektor non pertanian

3. Jumlah konsumsi air dalam rumah tangga

Perhitungan jumlah konsumsi air dilakukan dengan menghitung banyaknya jumlah air dalam satuan ember yang digunakan oleh rumah tangga (KK) untuk kebutuhan rumah tangga (MCK) setelah diketahui jumlah air dalam satu ember yang digunakan, maka hasilnya dikonversikan dalam m3.

Perhitungan sebagai berikut : 1 ember = 10 liter air 1 liter air = 0,001 m3

Jumlah konsumsi air (m3) = Jumlah total air yang dipakai untuk kebutuhan rumah tangga

4. Nilai air

4.1.Nilai air menurut harga PDAM

Perhitungan ini dilakukan berdasarkan tarif yang sudah ditentukan oleh PDAM di daerah penelitian. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

(32)

4.2 Nilai air menurut retribusi air desa

Perhitungan ini dilakukan berdasrkan penarikan retribusi desa yang dilakukan oleh pemerintah daerah setempat. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Harga air (Rp) = Harga retribusi air desa (Rp)

4.3 Nilai penghematan air

Nilai penghematan air = Nilai air berdasarkan harga PDAM – biaya pengadaan dan perbaikan sumber air

5. Kontribusi sumberdaya hutan terhadap pendapatan

% Penghematan = Nilai penghematan SDH (Rp/bulan) x 100 % Jumlah pendapatan (Rp/bulan)

(33)

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan Iklim

Kondisi umum Desa Buniwangi diperoleh dari dokumen profil Desa Buniwangi tahun 2011. Desa Buniwangi merupakan bagian dari Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Desa ini terletak sekitar 6 km di timur laut kota Palabuhan Ratu. Desa ini dikelilingi oleh perbukitan dan hutan. Desa Buniwangi memiliki ketinggian tempat sekitar 400 m dpl, dengan curah hujan tahunan antara 2500 – 4000 mm dan suhu udara rata-rata 23oC.

Batas wilayah Desa Buniwangi secara administratif adalah sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Gandasoli. 2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Cikadu. 3. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Citepus. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cibodas.

Secara administrasi pemerintahan, Buniwangi terdiri dari 4 dusun yang terbagi lagi menjadi 8 RW (rukun warga) dan 54 RT (rukun tetangga). Permukimannya terdiri dari sekitar 12 kampung; di antaranya adalah kampung-kampung Babakan Astana, Babakan Pasantren, Babakan Sirna, Babakan Tipar, Cibanteng, Cimapag, Citapen, Datar Ulen, Nanggoh, Pasir Geulis, dan Pasir Kadu, selain dari pusat Desa Buniwangi itu sendiri.

4.2 Luas Wilayah Menurut Penggunaan

Desa Buniwangi memiliki luas wilayah sebesar 2.515,895 ha. Luas wilayah tersebut dikelola untuk perladangan (1.165,9 ha); lahan perkebunan negara (138,040 ha); perkebunan swasta (179,640 ha); hutan rakyat (88,785 ha); lahan persawahan (42 ha); serta lahan kawasan hutan negara seluas 739,135 ha berupa hutan produksi dan hutan lindung yang dikelola oleh Perum Perhutani KPH Sukabumi

(34)

4.3 Potensi Sumber Daya Manusia

Desa Buniwangi memiliki jumlah penduduk 9.454 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 4.798 orang dan perempuan 4.656 orang. Kepala keluarga di Desa ini berjumlah 2.046 KK.

Desa Buniwangi tergolong masih sederhana dalam hal mata pencaharian pokok. Mata pencaharian penduduk sebagai buruh tani sebanyak 1.300 orang, sebagai pedagang 1.091 orang, 252 orang sebagai petani, 131 orang dalam pertukangan, dan 42 orang pegawai negeri sipil.

Tingkat pendidikan di Desa Buniwangi dapat dikatakan masih rendah berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar penduduk Desa Buniwangi adalah tamatan sekolah dasar (SD), sebanyak 2.359 orang dari total seluruhnya 5.955 orang.

4.4 Kondisi Hutan Cirenghas

Hutan Cirenghas mempunyai luasan yang tidak terlalu besar, yaitu kurang dari 5 Ha. Pada tahun 1998 - 2000 terjadi penjarahan kayu secara besar-besaran oleh masyarakat desa di hutan milik negara disebabkan oleh pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan kondisi politik negara pada saat itu. masyarakat Desa Buniwangi merasakan dampak dari penggundulan hutan-hutan tersebut setelah beberapa tahun terjadi penjarahan, salah satu dampaknya adalah sulitnya air bersih dari hutan. Setelah dilakukan musyawarah oleh beberapa tokoh masyarakat, aparat desa serta lembaga swadaya masyarakat maka mulai dilakukan penanaman di Desa Buniwangi. Pohon yang ditanam berupa pohon-pohon yang mempunyai daur lama dan berfungsi sebagai penyerap dan penahan air. Diatara pohon-pohon tersebut terdapat juga pohon buah-buahan yang sengaja di tanam oleh beberapa tokoh masyarakat seperti duren dan duku. Selain itu juga banyak ditanam jenis bambu-bambuan yang menurut masyarakat desa pohon bambu ini sangat berguna dalam menahan dan menyimpan air hutan.

Masyarakat Desa Buniwangi memanfaatkan sumberdaya hutan berupa kayu bakar dan air hutan,sedangkan kayu bulat, getah, buah-buahan dan palawija diperoleh dari kawasan sekitar hutan yang merupakan kawasan lahan milik

(35)

pribadi warga Desa Buniwangi, hal ini dikarenakan masyarakat desa sudah sadar akan pentingnya hutan yang berada dikawasan Desa Buniwangi. Sebagian besar masyarakat hanya memanfaatkan air dan sebagian kayu bakar dari hutan desa yang ada.

(36)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Masyarakat Desa Hutan

Gambaran mengenai karakteristik masyarakat sekitar hutan di Desa Buniwangi dilakukan dengan metode wawancara terhadap responden. Jumlah responden yang di ambil adalah 60 responden dari beberapa dusun yang letaknya berada disekitar hutan Cirenghas Desa Buniwangi. Data dari responden yang dikumpulkan adalah : identitas, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, luas kepemilikan lahan, pendapatan rumah tangga, pengeluaran rumah tangga dan sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan.

5.1.1 Umur Responden

Berdasarkan data yang dikumpulkan, umur responden termuda adalah 25 tahun, tertua adalah 80 tahun dan rata-ratanya adalah 48 tahun, sehingga menunjukan bahwa responden di Desa Buniwangi termasuk dalam kategori umur produktif dalam melakukan berbagai pekerjaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bakir dan Maning (1982) dalam Widiarso (2005) yang menyatakan bahwa umur produktif seseorang di negara berkembang adalah berkisar antara 15–55 tahun. Data mengenai umur responden disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Persentase responden berdasarkan kelompok umur

Kelas umur (tahun) Jumlah responden (orang) Persentase (%)

20 – 29 4 6,66 30 – 39 19 31,67 40 – 49 9 15,00 50 – 59 16 26,67 60 – 69 9 15,00 ≥ 70 3 5,00 Total 60 100,00 5.1.2 Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan terakhir yang pernah ditempuh oleh responden di Desa Buniwangi. Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Buniwangi masih tergolong rendah, hal ini diketahui dari 43,33% responden

(37)

tidak tamat sekolah SD, 33,33% responden hanya bersekolah pada tingkat SD dan tidak melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi, dan hanya 5% responden yang pernah bersekolah di tingkat perguruan tinggi dan responden tersebut merupakan pendatang kemudian menetap di Desa Buniwangi (Tabel 3).

Tabel 3 Persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat dalam menganilis dan memanfaatkan peluang-peluang untuk meningkatkan penghasilan keluarga. Tingkat pendidikan juga dapat menjadi indikator seseorang dalam status sosial di masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikannya maka keberadaannya semakin dihargai. Tidak sedikit dari responden yang merasa kurang percaya diri ketika ditanya tentang pendidikan responden itu sendiri.

Birgantoro dan Nurrochmat (2007) menyatakan bahwa tingkat pendidikan masyarakat juga dapat berpengaruh terhadap tingkat pemanfaatan sumberdaya hutan. Hal ini terkait dengan ilmu pengetahun yang dimiliki, penguasaan teknologi, keterampilan, dan informasi pasar yang diperoleh. Tingkat pendidikan yang rendah, penguasaan teknologi dan keterampilan yang terbatas, serta kurangnya informasi pasar menyebabkan pemanfaatan sumberdaya hutan terutama untuk jenis-jenis komersil menjadi tidak terkendali. Hal ini akan berdampak negatif terhadap kelestarian sumberdaya hutan tersebut. Terbatasnya teknologi dan keterampilan yang dimiliki menyebabkan rendahnya kemampuan untuk menghasilkan produk baru/produk olahan yang mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi. Kurangnya informasi pasar yang dimiliki menyebabkan terjadinya eksploitasi terhadap jenis-jenis sumberdaya hutan tertentu. Akan tetapi pada kasus di Desa Buniwangi tingkat pendidikan tidak mempengaruhi tingkat pemanfaatan sumberdaya hutan seperti pada pengambilan kayu bakar, pengambilan kayu bakar

Pendidikan Jumlah responden (orang) Persentase (%)

Tidak tamat SD 26 43,33 SD 20 33,33 SMP 7 11.67 SMA 54 6,67 PT 3 5,00 Total 60 100,00

(38)

dari hutan hanya untuk memenuhi kebutuhan dapur saja tdak untuk diperjual-belikan, jika kayu bakar dirasa sudah cukup untuk persediaan dapur maka tidak dilakukan lagi pengambilan kayu bakar tersebut.

5.1.3 Pekerjaan

Masyarakat Desa Buniwangi sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani dan buruh. Dari data yang dikumpulkan sebanyak 30% responden bekerja sebagai petani dan sebanyak 16,67% yang bekerja sebagai buruh tani. 56,33% responden lainnya bekerja sebagai pedagang, ojeg, wirausaha,buruh bangunan dan lain-lain (Tabel 4).

Tabel 4 Persentase responden berdasarkan pekerja utama

Pekerjaan Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Tani 18 30,00 Guru 3 5,00 Wira Usaha 7 11,67 Aparat Desa 3 5,00 Pedagang 4 6,67 Pertukangan 2 3,32 Ojeg 3 5,00 Buruh Tani 10 16,67 Buruh Sadap 3 5,00 Buruh 6 10,00 Supir 1 1,67 Total 60 100,00

Selain mempunyai mata pencaharian utama sebagai sumber pendapatan utama keluarga, masyarakat Desa Buniwangi mempunyai pekerjaan sampingan untuk memperoleh penghasilan tambahan. Dari data yang dikumpulkan sebanyak 55% dari total responden mempunyai pekerjaan sampingan (tabel 5). Sebagian besar pekerjaan sampingan yang dilakukan adalah sebagai petani dan buruh tani, pekerjaan sampingan dilakukan sebagai penambahan pendapatan keluarga. Semakin banyak pekerjaan yang dapat dilakukan maka semakin besar pendapatan keluarga yang diterima. Nelson (1955:15) dalam Zulaifah (2006) dalam teorinya menyebutkan bahwa walaupun dalam lingkungan masyarakat pedesaan telah

(39)

muncul berbagai macam jenis mata pencaharian sebagaimana data yang sering disajikan dalam ilmu demografi, akan tetapi sektor pertanian tetap menjadi karakteristik khas kehidupan di pedesaan.

Tabel 5 Persentase responden berdasarkan pekerjaan sampingan Pekerjaan Sampingan Jumlah responden

(orang) Persentase (%)

Memiliki pekerjaan sampingan 33 55,00

Tidak memiliki pekerjaan sampingan 27 45,00

Total 60 100,00

5.1.4 Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga yang dimaksud adalah anggota keluarga yang berada dan tinggal dirumah Responden, sehingga anggota keluarga yang berada atau bekerja di luar kota tidak dimasukkan kedalam angota keluarga responden. Hal ini didasarkan atas perbandingan antara jumlah pemanfaatan hail hutan dan kawasan sekitar hutan dengan jumlah anggota keluarga yang memanfaatkan pada saat sekarang.

Dari data yang dikumpulkan, sebanyak 70% responden mempunyai jumlah anggota keluarga 3-4 orang (Tabel 6). Banyak sedikitnya jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap pemanfaatan terhadap sumberdaya hutan yang ada. Semakin banyak anggota keluarga maka semakin besar keluarga tersebut memanfaatkan sumberdaya hutan dan kawasan sekitar hutan. Banyaknya anggota keluarga juga berpengaruh terhadap jumlah pendapatan dan pengeluaran rumah tangga masyarakat. hal ini terkait dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk konsumsi rumah tangga.

Tabel 6 Persentase responden berdasarkan jumlah anggota keluarga

Jumlah anggota keluarga (orang) Jumlah responden (orang) Persentase (%)

1 – 2 8 13,33

3 – 4 42 70,00

> 4 10 16,67

(40)

5.1.5 Luas Kepemilikan Lahan Milik

Sebagian besar masyarakat desa sekitar hutan bermatapencaharian sebagai petani dengan lahan yang sempit atau bahkan tidak memiliki lahan. Sudjatmoko (1980) dalam Kartasubrata (2003) mengemukakan bahwa struktur masyarakat pedasaan di Jawa menunjukan pembagian dalam 3 golongan, yaitu :

4. Golongan pertama adalah mereka yang memiliki tanah cukup besar untuk menjamin kehidupan yang cukup bagi keluarganya.

5. Golongan kedua terdiri dari petani yang memiliki tanah yang luasnya atau kualitasnya margin, sehingga kehidupan keluarganya sangat tergantung dari pekerjaan sampingan, selain iklim dan faktor pasar. 6. Golongan ketiga yang semakin lama semakin besar jumlahya baik di

Indonesia maupun di Asia pada umumnya ialah mereka yang sama sekali tidak memiliki tanah.

Masyarakat Desa Buniwangi mempunyai lahan milik yang sebagian besar didapatkan dari warisan turun temurun. Lahan milik yang dimaksudkan meliputi : rumah, sawah, kebun dan kolam. Tabel 7 menyajikan data kepemilikan lahan masyarakat Desa Buniwangi.

Tabel 7 Persentase responden berdasarkan kepemilikan lahan.

Luas kepemilikan lahan (Ha) Jumlah responden (orang) Persentase (%)

0 – 0,25 41 68,33

0,25 – 0,5 12 20,00

> 0,5 7 11,67

Total 60 100,00

Kepemilikan lahan ini sangat berpengaruh terhadap jumlah pendapatan rumah tangga di sektor pertanian. Semakin besar lahan yang dimiliki maka semakin besar pula pendapatan yang diterima oleh pemiliknya. Sebagian besar masyarakan desa mamanfaatkan lahan milik sebagai areal persawahan dan perladangan. Kebutuhan pangan bagi keluarga merupakan motivasi utama masyarakat dalam pengelolaannya lahan miliknya.

(41)

5.2 Pendapatan Rumah Tangga Masyarakat

Pendapatan rumah tangga yang dimaksud yaitu besarnya pendapatan yang diterima oleh anggota keluarga dalam satu rumah tangga dari pekerjaan pokok ditambah pekerjaan sampingan setiap bulan dalam satuan rupiah. Data mengenai pendapatan rumah tangga bermanfaat untuk mengetahui kecukupan suatu rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Pendapatan rumah tangga masyarakat Desa Buniwangi berasal dari sektor pertanian dan non pertanian. Pertanian merupakan sektor yang paling dominan dalam pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga masyarakat. Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan yang paling utama dalam rumah tangga oleh karena itu masyarakat Desa Buniwangi sebagian besar mengusahakan lahan sawah (padi) untuk dikonsumsi oleh keluarga sendiri. Selain dari persawahan pendapatan dari sekor pertanian juga berasal dari kebun campuran, hasil dari kebun campuran berupa kayu bulat, buah, palawija dan getah karet (Tabel 8).

Tabel 8 Sumber dan jumlah pendapatan rata-rata rumah tangga Sumber pendapatan rumah

tangga Jumlah respon-den (orang) Jumlah pendapatan (Rp/bulan/KK) Rata-rata pendapatan (Rp/bulan/KK) Persentase (%) Pertanian 1. Sawah padi

40 241.750 933.106 52,46 2. Kebun a. Kayu 297.037 b.Buah dan palawija 138.986 c. Getah karet 255.333 Non-Pertanian PNS, warung, ojeg, buruh,dll. 20 845.694 845.694 47,54 Total 60 1.778.790 100,00

Tabel 8 memberikan informasi bahwa sumber pendapatan rata-rata rumah tangga di Desa Buniwangi sebagian besar berasal dari sektor pertanian dengan persentase penghasilan 52,46% dari total penghasilan seluruh responden, sedangkan untuk sektor non-pertanian 47,54% dari total penghasilan rumah tangga. Sektor pertanian terdiri dari sawah dan kebun campuran milik responden, sedangkan untuk sektor non-pertanian pendapatan responden berasal dari upah

(42)

buruh, perdagangan ikan, warung, PNS, aparat desa dan lain sebagainya yang tidak berhubungan dengan kegiatan pertanian.

5.3 Pengeluaran Rumah Tangga Masyarakat

Pengeluaran rumah tangga merupakan biaya yang dikeluarkan oleh suatu rumah tangga untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Jenis pengeluaran ini terdiri dari : sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, telekomunikasi, listrik, transportasi dan pajak (Tabel 9).

Tabel 9 Jenis dan jumlah pengeluaran rata-rata rumah tangga

Jenis pengeluaran Jumlah pengeluaran (Rp/bulan)

Sandang 60.583 Papan 15.764 Pangan 639.583 Pendidikan 208.750 Kesehatan 38.702 Telekomunikasi 34.550 Listrik 36.168 Transportasi 15.000 Pajak 4.863 Total 1.053.963

Tabel 9 memberikan informasi bahwa pengeluaran rumah tangga untuk jenis kebutuhan pangan merupakan pengeluaran tertinggi rumah tangga dengan rata-rata jumlah pengeluaran sebanyak Rp 639.583/bulan, dan pengeluaran terkecil untuk jenis pajak dengan rata-rata pengeluaran tiap rumah tangga adalah Rp 4.863/bulan. Jenis-jenis kebutuhan keluarga ini dapat disesuaikan dengan kondisi perekonomian masing-masing rumah tangga. Rumah tangga dengan kondisi perekonomian yang kecil akan menyesuaikan pengeluaran rumah tangga sedemikian rupa agar kebutuhan utama tetap terpenuhi dan mengesampingkan kebutuhan-kebutuhan lain yang dianggap kurang perlu.

Besar kecilnya pengeluaran suatu rumah tangga juga tergantung pada jumlah anggota keluarga, semakin banyak jumlah anggota keluarga maka jumlah pengeluarannya pun semakin besar. Jumlah anggota keluarga pada dasaranya mempengaruhi jumlah pengeluaran untuk jenis kebutuhan pangan, sandang, pendidikan dan kesehatan.

(43)

5.4 Pemanfaatan Sumberdaya Hutan 5.4.1 Kayu Bakar

Kayu bakar merupakan salah satu sumberdaya hutan yang banyak dimanfaakan oleh masyarakat Desa Buniwangi. Sebagian besar masyarakat memperolehnya dari hutan desa dan kebun milik masyarakat. Kayu bakar digunakan sebagai sumber energi untuk kebutuhan memasak di dapur. Tabel 10 menyajikan data jumlah pemanfaatan kayu bakar oleh masyarakat Desa Buniwangi.

Tabel 10 Pemanfaatan kayu bakar oleh masyarakat Jumlah anggota keluarga Jumlah KK (N) Jumlah konsumsi kayu bakar (ikat/bulan) Rata-rata konsumsi

kayu bakar (ikat/bulan) persentase (%)

1 – 2 8 74 9,25 13,12

3 – 4 42 391 9,30 69,33

> 4 10 99 9,90 17,55

Total 60 564 9,40 100,00

Tabel 10 memberikan informasi bahwa jumlah anggota keluarga mempengaruhi tingkat pemanfaatan kayu bakar. Keluarga yang mempunyai jumlah anggota 1–2 orang rata-rata mengkonsumsi kayu bakar sebanyak 9,25 ikat/bulan, keluarga yang mempunyai jumlah anggota 3–4 orang mengkonsumsi kayu bakar rata-rata sebanyak 9,30 ikat/bulan, sedangkan keluarga yang mempunyai jumlah anggota lebih dari 4 orang rata-rata mengkonsumsi kayu bakar sebanyak 9,90 ikat/bulan. Jumlah anggota keluarga mempengaruhi tingkat konsumsi kayu bakar, semakin banyak jumlah anggota keluarga maka konsumsi kayu kayu bakar juga semakin besar, hal ini dikarenakan bahwa semakin banyak anggota keluarga maka kebutuhan akan pangan semakin meningkat yang mengakibatkan intensitas kegiatan rumah tangga untuk memasak yang memerlukan kayu bakar semakin tinggi.

Pekerjaan pengambilan kayu bakar dilakukan oleh pria dengan frekuesi pengambilan rata-rata 3–4 kali pengambilan dalam satu bulan. Dalam pengambilan kayu bakar tidak memerlukan waktu khusus, responden melakukan pengambilan kayu bakar ini pada saat pulang dari ladang karena letak hutan desa dengan ladang masyarakat berdekatan. Kayu bakar diambil dengan cara

(44)

memungut ranting-ranting yang sudah jatuh atau memotong bagian batang pohon yang sudah rapuh atau mati. Jenis pohon yang dijadikan kayu bakar paling dominan adalah jenis sengon, hal ini dikarenakan pohon jenis sengon paling banyak ditanam di lahan-lahan milik masyarakat desa. Selain itu juga terdapat jenis karet, mahoni, jati dan pohon buah seperti durian, rambutan, dan lainnya yang digunakan sebagai kayu bakar tetapi jumlahnya hanya sedikit (Gambar 2).

Gambar 2. Kayu bakar yang dimanfaatkan masyarakat.

Konsumsi kayu bakar oleh masyarakat Desa Buniwangi berasal dari hutan dan kebun masyarakat di sekitar hutan. Jumlah konsumsi kayu bakar dari hutan hanya 38,65% dari total konsumsi bakar yang dikonsumsi rumah tangga, lebih dari 60% kayu bakar didapatkan dari kebun disekitar hutan, hal ini dikarenakan jumlah ketersediaan kayu bakar yang ada di kebun lebih banyak daripada di hutan serta lokasi kebun yang dekat dengan tempat tinggal masyarakat (Tabel 11).

Tabel 11 Konsumsi kayu bakar berdasarkan lokasi pengambilan

Lokasi pengambilan Jumlah konsumsi (ikat/bulan) Persentase (%)

Kayu bakar dari hutan 218 38,65

Kayu bakar dari luar hutan 346 61,35

Total konsumsi kayu bakar 564 100,00

Kayu bakar termasuk energi yang paling konvensional dan untuk memanfaatkannya tidak memerlukan teknologi pengolahan. Walaupun produksi dan konsumsi kayu bakar cukup tinggi, tetapi sebagian besar bukan berasal dari kawasan hutan (Rostiwati et al.2007).

Kayu bakar yang dikonsumsi oleh rumah tangga mempunyai nilai yang didasarkan pada harga kayu bakar di Desa Buniwangi. Harga kayu bakar di Desa

(45)

Buniwangi adalah Rp 10.000/ikat. Nilai kayu bakar yang dikonsumsi oleh rumah tangga di sajikan dalam Tabel 12.

Tabel 12 Nilai konsumsi kayu bakar rumah tangga Konsumsi kayu bakar

(ikat/KK/bulan)

Harga kayu bakar (Rp)

Nilai kayu bakar (Rp/bulan)

9,40 10.000 94.000

5.4.2 Air Hutan

Kontribusi hutan bagi masyarakat Desa Buniwangi yang paling penting adalah adanya mata air hutan yang mengalir sepanjang tahun. Keberadaan mata air di hutan ini sangat berperan penting dalam pemenuhan kehidupan sehari-hari, baik itu untuk MCK, air minum, dan keperluan rumah tangga lainnya. Suparmoko (1989) dalam Affandi dan Patan (2004) mengemukakan bahwa air merupakan produk penting dari hutan. Tanah dihutan merupakan busa raksasa yang mampu menahan air hujan sehingga meresap perlahan ke dalam tanah. Banyak daerah yang menggantungkan diri terhadap persediaan air dari hutan dengan sungai-sungai yang mengalir sepanjang tahun.

Pemanfaatan air hutan oleh masyarakat Desa Buniwangi diperoleh dengan cara melalui pipa atau selang penyalur air ke tiap-tiap rumah di desa Buniwangi. Penyaluran air hutan ini dilakukan oleh masing-masing rumah tangga dan melalui kelola desa (Gambar 3).

Gambar 3 (a) Sumber mata air hutan Cirenghas (b) sumber air hutan untuk umum

(c) penampungan air hutan oleh masyarakat (d) penampungan air hutan oleh desa.

a) b)

(46)

Selain dari mata air hutan, masyarakat Desa Buniwangi juga menggunakan sumur untuk memperoleh air. Masyarakat yang menggunakan sumur adalah masyarakat yang letak rumahnya terlalu jauh dengan mata air dan belum banyak disalurkannya melalui kolam-kolam penampungan air oleh pemerintah desa. Masyarakat yang mempunyai sumur merasa sulit dalam mendapatkan air hutan sehingga mereka mengadakan air sumur dengan cara menggunakan mesin pompa air atau dengan cara ditimba. Pengadaan sumber-sumber air yang beragam oleh masyarakat Desa Buniwangi memberikan adanya biaya pengadaan yang beragam untuk memperoleh air. Biaya pengadaan sumber air rumah tangga masyarakat Desa Buniwangi dapat dilihat dari Tabel 13.

Tabel 13 Biaya pengadaan dan perbaikan sumber air rumah tangga responden

Sumber air Komponen pengadaan Biaya pengadaan dan perbaikan (Rp) Umur pakai (bulan) Biaya pengadaan dan perbaikan (Rp/bulan) Total biaya pengadaan dan perbaikan (Rp/bulan) Mata air hutan mata air langsung selang/pipa 310.000 60 5.167 11.667 penampung 520.000 120 4.333 gayung 3.000 6 500 ember 10.000 6 1.667 mata air kelola desa selang/pipa 110.000 60 1.833 18.333 penampung 520.000 120 4.333 gayung 3.000 6 500 ember 10.000 6 1.667 biaya/bulan 10.000 0 10.000 pemandian umum gayung 3.000 6 500 2.167 ember 10.000 6 1.667 Sumur sumur timba pembuatan sumur 500.000 240 2.083 10.056 penampung 520.000 120 4.333 kerekan 20.000 36 556 tali kerekan 33.000 36 917 ember 10.000 6 1.667 gayung 3.000 6 500 sumur mesin pompa pembuatan sumur 500.000 240 2.083 24.897 penampung 520.000 120 4.333 mesin air 350.000 36 9.722 pipa ledeng 70.000 60 1167 gayung 3.000 6 500 ember 10.000 6 1.667 listrik 5.925 0 5.925

(47)

Dari Tabel 13 diketahui bahwa biaya pengadaan sumber air paling besar adalah sumur yang menggunakan mesin pompa dengan biaya pengadaan dan perbaikan perbulannya adalah Rp 24.897 sedangkan biaya pengadaan terkecil adalah sumber air umum dengan biaya pengadaan perbulannya adalah Rp 2.167. Untuk mata air hutan yang diambil langsung oleh responden biaya pengadaan dan perbaikannya adalah Rp 11.667/bulan sedangkan untuk mata air hutan yang dikelola desa biaya pengadaannya adalah Rp 18.333/bulan. Pemanfaatan mata air hutan yang dikelola desa mempunyai biaya pengadaan yang cukup tinggi perbulannya dikarenakan tiap bulan masyarakat dikenakan tarif Rp 10.000/bulan.

Penarikan biaya retribusi merupakan hasil dari musyawarah antara warga dengan pihak desa, sehingga tidak ada warga merasa dirugikan dengan tarif tersebut. Biaya restribusi dimaksudkan dengan tujuan untuk kas perbaikan alat-alat penyalur air dan penampung air 20%, pemasukan desa 20%, sewa tanah 10%, dan untuk pengelola sebanyak 50%. Pihak pengelola bertanggung jawab jika ada permasalahan tentang aliran air. Pengecekan saluran air oleh pihak pengelola dilakukan setiap hari, sehingga kebutuhan air warga tetap terpenuhi.

Tabel 14 Konsumsi air rumah tangga responden Jumlah anggota

keluarga (orang) N

jumlah konsumsi

air (m3/bulan) Rata-rata/rumah tangga(m3

/bulan)

1 – 2 8 94,95 11,86

3 – 4 42 908,70 21,63

> 4 10 256,35 25,63

Total 60 1.260,00 21,00

Tingkat konsumsi air rumah tangga masyarakat Desa Buniwangi mencapai 1.260 m3/bulan/60 responden dengan rata-rata konsumsi air keluarga sebesar 21 m3/bulan. Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi air rata-rata tertinggi oleh keluarga dengan Jumlah anggota >4 orang sebesar 25,63 m3/bulan. Konsumsi air rumah tangga terkecil pada rumah tangga dengan jumlah anggota keluarga 1–2 orang dan rata-rata konsumsi air rumah tangganya adalah 11,86 m3/bulan. Rata-rata konsumsi air di Desa Buniwangi adalah 190,90 liter/orang/hari untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Gambar

Gambar 1  Kerangka pemikiran metodologi penelitian.
Tabel 3 Persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 5 Persentase responden berdasarkan pekerjaan sampingan Pekerjaan Sampingan Jumlah responden
Gambar 3  (a) Sumber mata air hutan Cirenghas (b) sumber air hutan untuk umum
+3

Referensi

Dokumen terkait

testing , gambar (a) wajah mahasiswa tidak berhasil teridentifikasi dengan benar pada video meskipun komposisi warnanya (warna kerudung) sama dengan komposisi warna

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 50% remaja obes di Kabupaten Minahasa memiliki nilai kadar LDL yang lebih tinggi dari batas normal.. Kata kunci: remaja,

“Pertumbuhan ukuran bayi berlangsung sangat cepat, kemudian secara proporsional mengalami penurunan pada masa anak-anak dan kemudian mengalami ledakan pertumbuhan

Pengukuran efektivitas iklan yang dibuat oleh produsen merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan, agar iklan yang dibuat sesuai dengan tujuan dari strategi

Giriş bölümünde, “Tarih İçinde Yunanlılar” konusu işle­ necektir. Yunanca’nm gelişimi ve tarihi, çağdaş Yunanlılık’ın bir öğesini oluşturan Ortodoksluk ve

penguatan/pelemahan kinerja, sehingga dalam kajian ini diberi judul “Pengaruh Person Organization Fit dan Organizational Citizenship Behavior terhadap Kinerja Pegawai

Berbeda dengan Syaiful Bahri Djamarah yang menjelaskan 13 peranan guru, Sadirman menjelaskan bahwa guru memiliki 9 peranan, diantaranya adalah guru sebagai

Budi Rahardjon (2000:33) berpendapat bahwa : ”Adanya hubungan yang erat mengenai tingkat penjualan terhadap peningkatan laba bersih perusahaan dalam hal ini dapat dilihat