• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan Ibu dalam Penatalaksanaan Demam Pada Anak di Kelurahan Pasar Merah Timur Medan Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Pengetahuan Ibu dalam Penatalaksanaan Demam Pada Anak di Kelurahan Pasar Merah Timur Medan Tahun 2010"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU DALAM

PENATALAKSANAAN DEMAM PADA ANAK

BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN

DI KELURAHAN PASAR MERAH TIMUR MEDAN

TAHUN 2010

Oleh :

CERAH WATI P. P

070100202

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU DALAM

PENATALAKSANAAN DEMAM PADA ANAK

BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN

DI KELURAHAN PASAR MERAH TIMUR MEDAN

TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

OLEH:

CERAH WATI P. P

070100202

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Gambaran Pengetahuan Ibu dalam Penatalaksanaan Demam Pada Anak di Kelurahan Pasar Merah Timur Medan Tahun 2010

Nama : Cerah Wati P. P NIM : 070100202

Pembimbing Penguji I

( dr. Tri Widyawati, M.Si ) (dr. Simon Marpaung, M.Kes) NIP 19760709 200312 2 001 NIP 19451217 196902 1 001

Penguji II

(dr. Rusdiana, M.Kes) NIP 19710915 200112 2 002

Medan, 29 November 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Demam pada anak merupakan keadaan yang sering menimbulkan kecemasan pada ibu. Penatalaksanaan yang tepat dapat menurunkan suhu tubuh anak yang tinggi. Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu dalam menangani demam pada anak sebelum membawa ke dokter.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu berdasarkan tingkat pendidikan di Kelurahan Pasar Merah Timur Medan mengenai demam dan cara mengatasinya.

Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi

cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 80 orang dengan tingkat ketepatan

relatif (d) sebesar 0,1. Pengambilan sampel menggunakan teknik stratified

random sampling. Sampel kemudian didistribusikan secara merata. Pengumpulan

data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan kemudian dianalisis dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 17.0.

Dari 80 responden, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai demam dan penatalaksanaannya berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas responden yang berpendidikan sedang dengan kategori pengetahuan sedang, yaitu sebesar 23 orang (50%). Sementara responden yang berpendidikan tinggi dengan kategori pengetahuan baik, yaitu sebesar 12 orang (70,6%) dan responden yang berpendidikan rendah dengan pengetahuan kurang, yaitu sebesar 7 orang (41,2%).

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu di Kelurahan Pasar Merah Timur Medan mengenai demam dan penatalaksaanaannya berdasarkan tingkat pendidikan berada dalam kategori sedang.

(5)

ABSTRACT

Fever in children is a situation which often causes anxiety in the mother. A correct management can decline the high point of children’s body temperature. Level of education acts as an influential factor for the maternal knowledge in dealing with fever in children prior to a visit to the doctor.

The purpose of this study was to determine maternal knowledge description based on the level of education in the Kelurahan Pasar Merah Timur Medan about fever and its management.

This study used a descriptive design with a cross-sectional approach. About eighty samples had relative accuracy (d) equals to 0.1. Stratified random sampling was used in order to collect the samples. The samples were evenly distributed. The datas were collected using the questionnaires and later would be analyzed using SPSS (Statistical Product and Service Solutions) program 17.0.

The study results in 80 subjects for education and knowledge level performed the majority of 23 (50%) subjects were categorized as moderate. The good and low level of education and knowledge apperared in 12 (70,6%) and 7 (41,2%) subjects respectively.

From the entirety study results, we can conclude that the maternal knowledge description based on the level of education in the Kelurahan Pasar Merah Timur Medan about fever and its management were in moderate category.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, laporan hasil penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan dan penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih sangat sederhana dan masih banyak kekurangannya, oleh sebab itu penulis akan menerima segala kritik maupun tanggapan dari berbagai pihak guna memperbaiki kesalahan dan kekurangan tersebut pada masa yang akan datang.

Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan rasa hormat yang setinggi-tingginya kepada:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran USU Medan.

2. Ibu dr. Tri Widyawati, M.Si selaku dosen pembimbing penulis yang telah banyak membantu dan memberikan saran-saran selama penulisan Karya Tulis Ilmiah, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Bapak dr. Simon S. Marpaung dan Ibu dr. Rusdiana, M.Kes selaku penguji dalam seminar proposal dan penguji di seminar hasil.

4. Bapak Ahmad Fikri Lubis selaku Kepala Lurah Pasar Merah Timur dan seluruh pegawai Kelurahan Pasar Merah Timur yang memberi izin dan membantu selama proses pengambilan data di tempat penelitian.

(7)

6. Seluruh responden yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

7. Terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya, Zulkarnaen Purba dan Hafisah Ade Ferdina, yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan studi saya termasuk dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

8. Terima kasih juga saya sampaikan kepada kedua kakak saya, Budi Maria Anastasia Purba dan Kartika Mulia Ratih Purba serta adik saya, Puji Astuti Purba.

9. Teman-teman angkatan 2007 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah mendukung dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, saya ucapkan terima kasih atas kerja samanya.

Sebagai akhir kata dari penulis, semoga Karya Tulis Ilmiah ini memiliki manfaat dan nilai bagi kita semua dimasa yang akan datang dan kiranya dapat menjadikan rujukan untuk penulisan yang lebih baik lagi.

Medan, November 2010

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1. Tujuan Umum ... 2

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Demam ... 4

2.1.1. Definisi Demam ... 4

2.1.2. Mekanisme Demam ... 4

2.1.3. Penyebab Demam ... 5

2.1.4. Penerapan Klinis ... 6

2.2. Antipiretik ... 9

2.2.1. Parasetamol ... 10

2.2.2. Ibuprofen ... 11

2.2.3. Aspirin ... 12

2.3. Kompres Demam ... 13

2.4. Pengobatan Tradisional Herbalis ... 14

2.5. Pengetahuan ... 19

2.5.1. Pengertian Pengetahuan ... 19

2.5.2. Tingkat Pengetahuan ... 19

2.5.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 20

2.6. Tingkat Pendidikan Sebagai Salah Satu Faktor yang Mempengaruhi Penatalaksanaan Demam ... 21

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. 22 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 22

(9)

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 25

4.1. Jenis Penelitian ... 25

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 25

4.2.1. Waktu Penelitian ... 25

4.2.2. Lokasi Penelitian ... 25

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

4.3.1. Populasi Penelitian ... 25

4.3.2. Sampel Penelitian ... 26

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 27

4.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 28

4.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 28

BAB 5 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN ... 30

5.1. Hasil Penelitian ... 30

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 30

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden... 30

5.2. Hasil Analisa Data ... 33

5.2.1. Gambaran Pengetahuan ... 33

5.3. Pembahasan ... 38

5.3.1. Analisa Karakteristik Responden... 38

5.3.2. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Demam dan Penatalaksanaan Demam Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 39

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN ... 43

6.1. Kesimpulan ... 43

6.2. Saran ... 43

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Dosis yang Direkomendasikan pada Anak ... 18 4.1 Distribusi Jumlah Populasi dan Sampel Menurut

Lingkungan ... 27 4.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 28 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Umur ... 30 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Tingkat Pendidikan ... 31 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Pekerjaan ... 31 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Status Sosial Ekonomi ... 32 5.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden

tentang Penatalaksanaan Demam ... 34 5.6 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Penatalaksanaan Demam ... 37 5.7 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden tentang

Penatalaksanaan Demam Berdasarkan Tingkat

(11)

DAFTAR SINGKATAN

AAP = American Academy of Pediatrics Binkesmas = Bina Kesehatan Masyarakat

COX = cyclooxygenase

COX-2 = cyclooxygenase 2

CYP2C8 = cytochrome P450, family 2, subfamily C, polypeptide 8 CYP2C9 = cytochrome P450, family 2, subfamily C, polypeptide 9 Depkes = Departemen Kesehatan

Dinkes = Dinas Kesehatan Dirjen = Direktur Jenderal

INF = interferon

IL-1 = interleukin 1

IL-6 = interleukin 6

KK = Kepala Keluarga

Menkes = Menteri Kesehatan

MIP-1 = machrophage inflammatory protein 1 NAPN = National Association of Pediatrics Nurse OVLT = Organum Vasculosum Laminae Terminalis Permenkes = Peraturan Menteri Kesehatan

PNS = Pegawai Negeri Sipil

R.I = Republik Indonesia

TNFα = Tumor Necrosis Factor α

UNCTAD = United Nations Conference on Trade and Development

UU = Undang Undang

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup Penulis

2. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian

3. Informed Consent (Lembar Persetujuan setelah Penjelasan) 4. Kuesioner Penelitian

5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 6. Data Induk (Master Data)

(13)

ABSTRAK

Demam pada anak merupakan keadaan yang sering menimbulkan kecemasan pada ibu. Penatalaksanaan yang tepat dapat menurunkan suhu tubuh anak yang tinggi. Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu dalam menangani demam pada anak sebelum membawa ke dokter.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu berdasarkan tingkat pendidikan di Kelurahan Pasar Merah Timur Medan mengenai demam dan cara mengatasinya.

Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi

cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 80 orang dengan tingkat ketepatan

relatif (d) sebesar 0,1. Pengambilan sampel menggunakan teknik stratified

random sampling. Sampel kemudian didistribusikan secara merata. Pengumpulan

data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan kemudian dianalisis dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 17.0.

Dari 80 responden, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai demam dan penatalaksanaannya berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas responden yang berpendidikan sedang dengan kategori pengetahuan sedang, yaitu sebesar 23 orang (50%). Sementara responden yang berpendidikan tinggi dengan kategori pengetahuan baik, yaitu sebesar 12 orang (70,6%) dan responden yang berpendidikan rendah dengan pengetahuan kurang, yaitu sebesar 7 orang (41,2%).

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu di Kelurahan Pasar Merah Timur Medan mengenai demam dan penatalaksaanaannya berdasarkan tingkat pendidikan berada dalam kategori sedang.

(14)

ABSTRACT

Fever in children is a situation which often causes anxiety in the mother. A correct management can decline the high point of children’s body temperature. Level of education acts as an influential factor for the maternal knowledge in dealing with fever in children prior to a visit to the doctor.

The purpose of this study was to determine maternal knowledge description based on the level of education in the Kelurahan Pasar Merah Timur Medan about fever and its management.

This study used a descriptive design with a cross-sectional approach. About eighty samples had relative accuracy (d) equals to 0.1. Stratified random sampling was used in order to collect the samples. The samples were evenly distributed. The datas were collected using the questionnaires and later would be analyzed using SPSS (Statistical Product and Service Solutions) program 17.0.

The study results in 80 subjects for education and knowledge level performed the majority of 23 (50%) subjects were categorized as moderate. The good and low level of education and knowledge apperared in 12 (70,6%) and 7 (41,2%) subjects respectively.

From the entirety study results, we can conclude that the maternal knowledge description based on the level of education in the Kelurahan Pasar Merah Timur Medan about fever and its management were in moderate category.

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Undang Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, ditetapkan sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan kesehatan mempunyai misi menuju Indonesia Sehat 2010, artinya gambaran masyarakat Indonesia pada masa yang akan datang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan setinggi-tingginya. Dengan penetapan visi tersebut, maka pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif (Depkes R.I, 2000).

Anak yang menderita demam merupakan sebagian besar dari pasien yang berobat ke dokter anak sekitar 19-30% (Kliegman, 1992). Demam merupakan salah satu keluhan utama tersering yang disampaikan orang tua pada waktu membawa anaknya ke dokter atau ke tempat pelayanan kesehatan. Berbagai penyakit memang dimulai dengan manifestasi demam, terutama penyakit infeksi pada umumnya, juga dehidrasi, gangguan pusat pengatur panas, keracunan termasuk oleh obat, proses imun, dan sebagainya. Demam pada umumnya tidak berbahaya tetapi demam tinggi dapat membahayakan anak. Penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa 95% ibu merasa khawatir bila anaknya demam (Purwoko, 2003).

(16)

tersendiri yang sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan orang dewasa. Perlakuan dan penanganan yang salah, lambat, dan tidak tepat akan mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan tubuh balita, bahkan dapat membahayakan keselamatan jiwanya (Widjaja, 2001).

Demam pada anak sering menimbulkan fobia tersendiri bagi banyak ibu. Keyakinan untuk segera menurunkan panas ketika anak demam sudah melekat erat dalam benak ibu. Demam diidentikkan dengan penyakit, sehingga saat demam berhasil diturunkan, ibu merasa lega karena menganggap penyakit akan segera pergi bersama turunnya panas tubuh. Keinginan untuk menenangkan kegelisahan orang tua inilah yang terkadang memaksa dokter memberikan obat penurun panas walaupun sebenarnya mungkin tidak perlu (Schimtt, 1980).

Para peneliti melaporkan 80 % orangtua menjadi cemas ketika anak mereka mengalami demam, hal ini dikarenakan pengetahuan mereka tentang demam dan cara mengatasi demam tidak memadai, sehingga sikap dan perilaku mereka cenderung berlebihan (Soedjatmiko, 2005).

Pengetahuan orangtua tersebut salah satunya dapat dilatarbelakangi oleh pendidikan orangtua. Hal tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai gambaran pengetahuan orangtua dalam penatalaksanaan demam kepada anak sebelum pergi mencari pertolongan di pelayanan kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut:

Bagaimana gambaran pengetahuan ibu dalam penatalaksanaan demam pada anak di Kelurahan Pasar Merah Timur Medan?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

(17)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mendapatkan gambaran pengetahuan ibu terhadap demam di Kelurahan Pasar Merah Timur Medan

2. Mendapatkan gambaran pengetahuan ibu tentang cara mengukur suhu demam di Kelurahan Pasar Merah Timur Medan

3. Mendapatkan gambaran pengetahuan ibu tentang suhu tubuh normal di Kelurahan Pasar Merah Timur Medan

4. Mendapatkan gambaran pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan demam berdasarkan tingkat pendidikan di Kelurahan Pasar Merah Timur Medan

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bidang akademik:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh informasi dan menambah wawasan mengenai pengetahuan ibu tentang demam dan penatalaksanaan demam sebelum berobat ke pelayanan kesehatan.

2. Bidang pelayanan masyarakat:

Data mengenai pengetahuan ibu tentang demam dan penatalaksanaan demam dapat dijadikan pegangan untuk tata laksana demam pada anak serta edukasi demam pada orangtua.

3. Bidang pengembangan penelitian:

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEMAM

2.1.1 Definisi Demam

Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas normal. Bila diukur pada rektal >38°C (100,4°F), diukur pada oral >37,8°C, dan bila diukur melalui aksila >37,2°C (99°F). (Schmitt, 1984). Sedangkan menurut NAPN (National

Association of Pediatrics Nurse) disebut demam bila bayi berumur kurang dari 3

bulan suhu rektal melebihi 38° C. Pada anak umur lebih dari 3 bulan suhu aksila dan oral lebih dari 38,3° C.

Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang, misalnya terhadap toksin bakteri, peradangan, dan ransangan pirogenik lain. Bila produksi sitokin pirogen secara sistemik masih dalam batas yang dapat ditoleransi maka efeknya akan menguntungkan tubuh secara keseluruhan, tetapi bila telah melampaui batas kritis tertentu maka sitokin ini membahayakan tubuh. Batas kritis sitokin pirogen sistemik tersebut sejauh ini belum diketahui. (Sherwood, 2001).

2.1.2 Mekanisme Demam

(19)

Berbagai laporan penelitian memperlihatkan bahwa peningkatan suhu tubuh berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduks i untuk mengatasi berbagai rangsang. Ransangan endogen seperti eksotoksin dan endotoksin menginduksi leukosit untuk mengeluarkan pirogen endogen, dan yang poten diantaranya adalah IL-1 dan TNFα, selain IL-6 dan IFN. Pirogen endogen ini akan bekerja pada sistem saraf pusat tingkat OVLT (Organum Vasculosum

Laminae Terminalis) yang dikelilingi oleh bagian medial dan lateral nukleus

preoptik, hipotalamus anterior, dan septum palusolum. Sebagai respon terhadap sitokin tersebut maka pada OVLT terjadi sintesis prostaglandin, terutama prostaglandin E2 melalui metabolisme asam arakidonat jalur COX-2 (cyclooxygenase 2), dan menimbulkan peningkatan suhu tubuh terutama demam (Nelwan dalam Sudoyo, 2006).

Mekanisme demam dapat juga terjadi melalui jalur non prostaglandin melalui sinyal aferen nervus vagus yang dimediasi oleh produk lokal MIP-1 (machrophage inflammatory protein-1) ini tidak dapat dihambat oleh antipiretik (Nelwan dalam Sudoyo, 2006).

Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat meningkatkan produksi panas, sementara vasokonstriksi kulit juga berlangsung untuk dengan cepat mengurangi pengeluaran panas. Kedua mekanisme tersebut mendorong suhu naik. Dengan demikian, pembentukan demam sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik adalah sesuatu yang disengaja dan bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme termoregulasi (Sherwood, 2001).

2.1.3 Penyebab Demam

(20)

2.1.4 Penerapan Klinis

Demam pada anak dapat diukur dengan menempatkan termometer ke dalam rektal, mulut, telinga, serta dapat juga di ketiak segera setelah air raksa diturunkan, selama satu menit dan dikeluarkan untuk segera dibaca (Soedjatmiko, 2005).

Menurut AAP (American Academy of Pediatrics) tidak menganjurkan lagi penggunaan termometer kaca berisi merkuri karena kebocoran merkuri dapat berbahaya bagi anak dan juga meracuni lingkungan.

Pengukuran suhu mulut aman dan dapat dilakukan pada anak usia di atas 4 tahun, karena sudah dapat bekerjasama untuk menahan termometer di mulut. Pengukuran ini juga lebih akurat dibandingkan dengan suhu ketiak (aksila). Pengukuran suhu aksila mudah dilakukan, namun hanya menggambarkan suhu perifer tubuh yang sangat dipengaruhi oleh vasokonstriksi pembuluh darah dan keringat sehingga kurang akurat. Pengukuran suhu melalui anus atau rektal cukup akurat karena lebih mendekati suhu tubuh yang sebenarnya dan paling sedikit terpengaruh suhu lingkungan, namun pemeriksaannya tidak nyaman bagi anak (Faris, 2009). Pengukuran suhu melalui telinga (infrared tympanic) tidak dianjurkan karena dapat memberikan hasil yang tidak akurat sebab liang telinga masih sempit dan basah (Lubis, 2009).

Pemeriksaan suhu tubuh dengan perabaan tangan tidak dianjurkan karena tidak akurat sehingga tidak dapat mengetahui dengan cepat jika suhu mencapai tingkat yang membahayakan. Pengukuran suhu inti tubuh yang merupakan suhu tubuh yang sebenarnya dapat dilakukan dengan mengukur suhu dalam tenggorokan atau pembuluh arteri paru. Namun hal ini sangat jarang dilakukan karena terlalu invasif (Soedjatmiko, 2005).

Menurut Breman (2009), adapun kisaran nilai normal suhu tubuh adalah suhu oral antara 35,5°-37,5° C, suhu aksila antara 34,7°-37,3° C, suhu rektal antara 36,6°-37,9° C dan suhu telinga antara 35,5°-37,5° C.

(21)

(1,5-2,0°F) dari suhu oral. Suhu tubuh yang diukur di timpani akan 0,5-0,6° C (1°F) lebih rendah dari suhu aksila (Soedjatmiko, 2005).

Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, demam mempunyai manfaat melawan infeksi. Namun demam juga akan memberikan dampak negatif diantaranya terjadi peningkatan metabolisme tubuh, dehidrasi ringan, dan dapat membuat anak sangat tidak nyaman. Penanganan demam sebaiknya tidak hanya berpatokan dengan tingginya suhu, tetapi apabila anak tidak nyaman atau gelisah sehingga dapat mengganggu penilaian, demam perlu diobati (Faris, 2009).

Menurut Ismoedijanto (2000), tindakan umum penurunan demam adalah diusahakan agar anak tidur atau istirahat agar metabolismenya menurun. Cukupi cairan agar kadar elektrolit tidak meningkat saat evaporasi terjadi. Aliran udara yang baik misalnya dengan kipas, memaksa tubuh berkeringat, mengalirkan hawa panas ke tempat lain sehingga demam turun. Jangan menggunakan aliran yang terlalu kuat, karena suhu kulit dapat turun mendadak. Ventilasi/regulasi aliran udara penting di daerah tropik. Buka pakaian/selimut yang tebal agar terjadi radiasi dan evaporasi. Lebarkan pembuluh darah perifer dengan cara menyeka kulit dengan air hangat (tepid-sponging). Mendinginkan dengan air es atau alkohol kurang bermanfaat (justru terjadi vasokonstriksi pembuluh darah), sehingga panas sulit disalurkan baik lewat mekanisme evaporasi maupun radiasi. Lagipula, pengompresan dengan alkohol akan diserap oleh kulit dan dihirup pernafasan, dapat menyebabkan koma (Soedjatmiko, 2005).

Tindakan simptomatik yang lain ialah dengan pemberian obat demam. Cara kerja obat demam adalah dengan menurunkan set-point di otak dan membuat pembuluh darah kulit melebar sehingga pengeluaran panas ditingkatkan. Beberapa golongan antipiretik murni, dapat menurunkan suhu bila anak demam namun tidak menyebabkan hipotermia bila tidak ada demam, seperti: asetaminofen, asetosal, ibuprofen (Ismoedijanto, 2000).

(22)

jika suhu dibawah 38,3° C kecuali ada riwayat kejang demam. Pada dasarnya menurunkan demam pada anak dapat dilakukan secara fisik, obat-obatan maupun kombinasi keduanya. Pemberian obat-obat tradisional juga dipercaya dapat meredakan demam. Obat-obatan tradisional yang berasal dari tanaman obat (herbalis) ini tak kalah ampuhnya sebagai pengusir demam. Malah, obat-obatan tradisional memiliki kelebihan, yaitu toksisitasnya relatif lebih rendah dibanding obat-obatan kimia (Rahayu, 2008).

Menurut Faris (2009), sebaiknya orangtua mempertimbangkan untuk menghubungi/mengunjungi dokter bila:

1. demam pada anak usia di bawah 3 bulan

2. demam pada anak yang mempunyai penyakit kronis dan defisiensi sistem imun 3. anak gelisah, lemah, atau sangat tidak nyaman

4. demam berlangsung lebih dari 3 hari (> 72 jam)

Petunjuk lainnya untuk membawa anak ke dokter tergambar dalam pedoman yang diajukan oleh Rumah Sakit Anak di Cincinnati, tampilan anak demam dibagi atas:

1. Tampilan baik :

a. anak bisa senyum, tidak gelisah, sadar, makan baik, menangis kuat namun dapat dibujuk

b. tidak ada tanda-tanda dehidrasi

c. perfusi perifer baik, ekstremitas kemerahan dan hangat d. tidak ada kesulitan bernafas

2. Tampilan sakit, mulai dipertimbangkan untuk ke dokter :

a. masih bisa tersenyum, gelisah dan menangis, kurang aktif bermain, nafsu makan berkurang

b. dehidrasi ringan atau sedang c. perfusi perifer masih baik

(23)

hipo/hiperventilasi, atau sianosis, harus segera dibawa ke dokter (Soedjatmiko, 2005).

Menurut NAPN bahwa demam pada bayi di bawah 8 minggu harus mendapat perhatian khusus dan mungkin membutuhkan perawatan rumah sakit. Bila anak tampak baik, kemungkinan infeksi bakteri < 3%. Bila tampak sakit, kemungkinan infeksi bakteri 26%, dan bila tampak toksik, kemungkinan infeksi bakteri 92%.

Dianjurkan oleh AAP, bila anak berumur <2 bulan dengan suhu rektal >37,9° C, bayi berumur 3-6 bulan dengan suhu >38,3° C atau berumur lebih >6 bulan dengan suhu >39,4° C, segera menghubungi dokter. Bila anak berumur >1 tahun, demam tetapi masih bisa makan, minum, tidur, dan bermain seperti biasa, tidak perlu segera ke dokter, cukup dengan pengobatan di rumah oleh keluarga.

2.2 ANTIPIRETIK

Demam pada anak merupakan suatu keadaan yang sering menimbulkan kecemasan, stres, dan fobia tersendiri bagi orangtua. Oleh karena itu, ketika anak demam orangtua seringkali melakukan upaya-upaya untuk menurunkan demam anak. Salah satu upaya yang sering dilakukan orangtua untuk menurunkan demam anak adalah pemberian obat penurun panas/antipiretik seperti parasetamol, ibuprofen, dan aspirin (Soedibyo, 2006).

(24)

Antipiretik yang banyak digunakan dan dianjurkan adalah parasetamol, ibuprofen, dan aspirin (asetosal) (Wilmana dan Gan, 2007). Oleh karena itu antipiretik yang akan dibahas lebih lanjut ketiga jenis obat tersebut.

2.2.1 Parasetamol (Asetaminofen)

Parasetamol (asetaminofen) merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak tahun 1893. Efek anti inflamasi parasetamol hampir tidak ada. Asetaminofen di Indonesia lebih dikenal dengan nama parasetamol, dan tersedia sebagai obat bebas, misalnya Panadol®, Bodrex®, INZA®, dan Termorex® (Wilmana dan Gan, 2007).

Efek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral. Parasetamol merupakan penghambat prostaglandin yang lemah. Efek iritasi, erosi, dan perdarahan lambung tidak terlihat pada obat ini, demikian juga gangguan pernafasan dan keseimbangan asam basa (Wilwana dan Gan, 2007).

Parasetamol diberikan secara oral. Penyerapan dihubungkan dengan tingkat pengosongan perut, konsentrasi darah puncak biasanya tercapai dalam 30-60 menit. Parasetamol sedikit terikat pada protein plasma dan sebagian dimetabolisme oleh enzim mikrosomal hati dan diubah menjadi sulfat dan glikoronida asetaminofen, yang secara farmakologis tidak aktif. Kurang dari 5% diekskresikan dalam keadaan tidak berubah. Metabolit minor tetapi sangat aktif (N-acetyl-p-benzoquinone) adalah penting dalam dosis besar karena efek toksiknya terhadap hati dan ginjal. Waktu paruh asetaminofen adalah 2-3 jam dan relatif tidak terpengaruh oleh fungsi ginjal. Dengan kuantitas toksik atau penyakit hati, waktu paruhnya dapat meningkat dua kali lipat atau lebih (Katzung, 2002).

(25)

terutama dalam kombinasi berpotensi menyebabkan nefropati diabetik (Wilwana dan Gan, 2007).

Akibat dosis toksik yang serius adalah nekrosis hati. Nekrosis tubuli renalis serta koma hipoglikemik dapat juga terjadi. Hepatotoksisitas dapat terjadi pada pemberian dosis tunggal 10-15 gram (200-250mg/kgBB) parasetamol. Anoreksia, mual, dan muntah serta sakit perut terjadi dalam 24 jam pertama dan dapat berlangsung selama seminggu atau lebih. Gangguan hepar dapat terjadi pada hari kedua, dengan gejala peningkatan aktivitas serum transaminase, laktat dehidrogenase, kadar bilirubin serum serta pemanjangan masa protrombin. Kerusakan hati dapat mengakibatkan ensefalopati, koma, dan kematian. Kerusakan hati yang tidak berat dapat pulih dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan (Katzung, 2002).

2.2.2 Ibuprofen

Ibuprofen adalah turunan sederhana dari asam fenilpropionat. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama seperti aspirin. Efek antiinflamasinya terlihat dengan dosis 1200-2400 mg sehari (Katzung, 2002).

Absorpsi ibuprofen dengan cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-2 jam. Waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam. 99% ibuprofen terikat dalam protein plasma. Ibuprofen dimetabolisme secara ekstensif via CYP2C8 (cytochrome P450, family 2, subfamily C, polypeptide 8) dan CYP2C9 (cytochrome P450, family 2, subfamily C, polypeptide 9) di dalam hati dan sedikit diekskresikan dalam keadaan tak berubah (Katzung, 2002). Kira-kira 90% dari dosis yang diabsorpsi akan diekskresi melalui urin sebagai metabolit/konjugatnya. Metabolit utama merupakan hasil hidroksilasi dan karboksilasi (Wilmana dan Gan, 2007).

(26)

Efek lainnya yang jarang seperti eritema kulit, sakit kepala, trombositopenia, dan ambliopia toksik yang reversibel. Penggunaan ibuprofen bersama-sama dengan salah satu obat seperti hidralazin, kaptopril, atau beta-bloker dapat mengurangi khasiat dari obat-obat tersebut. Sedangkan penggunaan bersama dengan obat furosemid atau tiazid dapat meningkatkan efek diuresis dari kedua obat tersebut (Wilmana dan Gan, 2007).

Dosis sebagai analgesik 4 kali 400 mg sehari tetapi sebaiknya dosis optimal pada tiap orang ditentukan secara individual. Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan menyusui. Dengan alasan bahwa ibuprofen relatif lebih lama dikenal dan tidak menimbulkan efek samping yang serius pada dosis analgesik, maka ibuprofen dijual sebagai obat generik bebas dibeberapa negara antara lain Amerika Serikat dan Inggris. Ibuprofen tersedia di toko obat dalam dosis lebih rendah dengan berbagai merek, salah satunya ialah Proris® (Wilmana dan Gan, 2007).

2.2.3 Aspirin

Aspirin atau asam asetilsalisilat adalah suatu jenis obat dari keluarga salisilat yang sering digunakan sebagai analgesik (terhadap rasa sakit atau nyeri), antipiretik (terhadap demam), dan antiinflamasi. Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Beberapa contoh aspirin yang beredar di Indonesia ialah Bodrexin® dan Inzana® (Wilmana dan Gan, 2007).

Efek-efek antipiretik dari aspirin adalah menurunkan suhu yang meningkat, hal ini diperantarai oleh hambatan kedua COX (cyclooxygenase) dalam sistem saraf pusat dan hambatan IL-1 (yang dirilis dari makrofag selama proses inflamasi). Turunnya suhu, dikaitkan dengan meningkatnya panas yang hilang karena vasodilatasi dari pembuluh darah permukaan atau superfisial dan disertai keluarnya keringat yang banyak (Katzung, 2002).

(27)

demam ringan (Soedjatmiko, 2005). Efek samping seperti rasa tidak enak di perut, mual, dan perdarahan saluran cerna biasanya dapat dihindarkan bila dosis per hari lebih dari 325 mg. Penggunaan bersama antasid atau antagonis H2 dapat mengurangi efek tersebut (Wilmana dan Gan, 2007).

Aspirin juga dapat menghambat aktivitas trombosit (berfungsi dalam pembekuan darah) dan dapat memicu risiko perdarahan sehingga tidak dianjurkan untuk menurunkan suhu tubuh pada demam berdarah dengue (Wilmana, 2007). Pemberian aspirin pada anak dengan infeksi virus terbukti meningkatkan risiko Sindroma Reye (Katzung, 2002)

2.3 KOMPRES DEMAM

Selain pemberian antipiretik, demam juga dapat diturunkan dengan melakukan pengompresan. Hal ini dikarenakan manusia mempunyai komponen-komponen dalam menjaga keseimbangan energi dan keseimbangan suhu tubuh. Diantaranya adalah hipotalamus, asupan makanan, kelenjar keringat, pembuluh darah kulit dan otot rangka. Dan juga manusia memiliki mekanisme untuk menurunkan suhu tubuh apabila tubuh memperoleh terlalu banyak panas dari aktifitas otot rangka atau dari lingkungan eksternal yang panas. Suhu tubuh harus diatur karena kecepatan reaksi kimia sel-sel bergantung pada suhu tubuh dan panas yang berlebihan dapat merusak protein sel (Sherwood, 2001).

(28)

termoreseptor sentral yang terletak di hipotalamus itu sendiri serta di susunan saraf pusat dan organ abdomen (Sherwood, 2001).

Hipotalamus sangat peka. Hipotalamus mampu berespon terhadap perubahan suhu darah sekecil 0.01ºC. Tingkat respon hipotalamus terhadap penyimpangan suhu tubuh disesuaikan secara cermat, sehingga panas yang dihasilkan atau dikeluarkan sangan sesuai dengan kebutuhan untuk memulihkan suhu ke normal (Sherwood, 2001).

Di hipotalamus diketahui terdapat 2 pusat pengaturan suhu. Regio posterior diaktifkan oleh suhu dingin dan kemudian memicu refleks-refleks yang memperantarai produksi panas dan konservasi panas. Regio anterior yang diaktifkan oleh rasa hangat memicu refleks-refleks yang memperantarai pengurangan panas (Ganong, 2002). Sehingga pemberian kompres hangat memberikan sinyal ke hipotalamus menyebabkan terjadinya vasodilatasi. Hal ini menyebabkan pembuangan/kehilangan energi/panas melalui kulit meningkat (berkeringat), diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga mencapai keadaan normal kembali. Pemberian kompres hangat ini dilakukan secara berulang-ulang dan lakukan evaluasi suhu tubuh anak setelah 20 menit (Budiartha, 2009).

2.4 PENGOBATAN TRADISIONAL HERBALIS

Menurut WHO (2002), pengobatan tradisional ialah suatu sistem pengobatan komprehensif seperti pengobatan Cina dan ayurveda India, termasuk pengobatan dari bahan tumbuh-tumbuhan (herbal), hewan, atau mineral nonterapi medik.

Pengobatan tradisional herbalis ialah suatu ilmu dan seni mengatasi berbagai penyakit dengan menggunakan tumbuh-tumbuhan berkhasiat yang tidak menimbulkan efek negatif bagi pengkonsumsinya (Supriadi, 2001).

(29)

temurun baik yang asli maupun yang berasal dari luar Indonesia dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Indonesia diakui negara yang kaya tanaman herbal, berdasarkan data International Trade Centre UNCTAD/WTO, negara yang mengekspor tumbuhan obat terbesar (Supriadi, 2001).

Dalam pengobatan tradisional semua bahan-bahan yang dipergunakan berasal dari bahan yang biasa digunakan di dapur keluarga dan tumbuh-tumbuhan yang mudah didapatkan yang tumbuh di sekitar tempat tinggal, seperti di halaman, di pinggir-pinggir jalan dan di kebun. Bahan atau ramuan yang berupa tanaman dari bahan tersebut secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Dwiyatmoko, 2001).

Menurut Wijayakusuma (2008), ramuan pengobatan herbal yang dapat menurunkan demam:

1. Resep 1:

30 g pegangan segar (15 g kering) 30 g daun kaca piring

a. Cuci bersih semua bahan, rebus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, lalu saring.

b. Minum 150 cc 2 kali sehari.

2. Resep 2:

30 g sambiloto kering 1 sdm madu

a. Cuci bersih bahan, rebus dengan 400 cc air hingga tersisa 200 cc, lalu saring. b. Tambahkan madu, lalu minum 2 kali sehari.

3. Resep 3:

60-100 g krokot segar

a. Cuci bersih bahan, rebus setengah matang, lalu blender hingga halus. b. Minum 2 kali sehari.

(30)

30 g akar alang alang

20 g asam kawak, buang bijinya 200 g tomat matang

Madu secukupnya

a. Cuci semua bahan, rebus dengan 300 cc air hingga tersisa 150 cc, lalu saring. b. Gubakan airnya untuk memblender tomat.

c. Tambahkan madu, lalu minum.

5. Resep 5:

1 jari batang brotowali 30 g meniran

a. Cuci bersih semua bahan, rebus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, lalu saring.

b. Minum 150 cc 2 kali sehari.

6. Resep 6 (pemakaian luar untuk panas pada anak): 4 siung bawang merah, haluskan

1 buah jeruk nipis, peras 1 sdm minyak kelapa

a. Campur semua bahan, aduk rata.

b. Kompreskan pada ubun-ubun (kepala atas) anak.

Adapun beberapa resep obat herbalis lain yang dapat menurunkan demam pada anak menurut Dalimartha (2008), contohnya:

1. Lempuyang Emprit (Zingiber amaricans) a. Cuci bersih 10 gram umbi lempuyang emprit b. Parut dan tambahkan 1/2 gelas air panas, aduk rata. c. Setelah dingin, peras, ambil sarinya.

(31)

2. Kunyit (Curcuma longa)

a. Cuci bersih 10 gram umbi kunyit.

b. Parut dan tambahkan 1/2 gelas air panas, aduk rata. c. Setelah dingin, peras, ambil sarinya.

d. Tambahkan dengan perasan 1/2 buah jeruk nipis.

e. Campur dengan 2 sendok makan madu bunga kapuk, aduk rata.

f. Bagi menjadi 3 bagian campuran madu dan kunyit ini, kemudian berikan 3 kali sehari.

3. Pegagan (Centella asiatica L.)

a. Rebus 1 genggam pegagan segar dengan 2 gelas air hingga mendidih dan airnya tinggal 1 gelas.

b. Bagi menjadi 3 bagian dan diminum 3 kali sehari.

4. Temulawak (Curcuma xanthorhiza Roxb.) a. Cuci bersih 10 gram rimpang temulawak.

b. Parut dan tambahkan 1/2 gelas air panas, aduk rata. c. Setelah dingin, peras, ambil sarinya.

d. Campur dengan 2 sendok makan madu bunga kapuk, aduk rata.

e. Bagi menjadi 3 campuran madu dan temulawak, kemudian berikan 3 kali sehari.

5. Daun kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis)

a. Cuci bersih daunnya, keringkan dengan lap bersih, panaskan sebentar di atas api agar lemas.

b. Remas-remas sehingga lemas, olesi dengan minyak kelapa, kompreskan pada perut dan kepala.

6. Meniran (Phyllanthus niruri)

(32)

b. Bagi menjadi 3 bagian dan diminum 3 kali sehari.

7. Kelapa ( Cocos nucifera L.)

Air kelapa muda banyak mengandung mineral, antara lain kalium. Untuk menurunkan demam, minum air kelapa pada pagi dan sore hari, masing-masing 1 buah.

8. Daun Sirih (Piper bettle L.)

a. Daun sirih 1 genggam dilumatkan tanpa air.

b. Kemudian dilumurkan pada kepala dan pinggang kiri-kanan.

9. Alamanda (Allamanda cathartica L.)

a. Rebus daun dan masukkan ke dalam ember atau baskom. b. Gunakan untuk menguapi badan yang panas.

[image:32.595.201.433.555.647.2]

Menurut Afifah (2005), umumnya pemakaian obat tradisional di masyarakat tidak mempunyai standar yang tepat karena berdasarkan pengalaman turun temurun, pemakaian dosis yang tepat memberikan efek yang maksimal. Resep-resep pemakaian obat tradisional yang dipublikasikan sudah mempunyai standar dosis sehingga dapat dipakai sebagai acuan. Dosis dapat dilihat di tabel 2.1

Tabel 2.1. Dosis yang Direkomendasikan pada Anak

Usia Dosis

< 1 tahun 1/4 dosis anjuran 1-6 tahun 1/2 dosis anjuran 6-12 tahun 3/4 dosis anjuran 12 tahun-dewasa 1 dosis anjuran

(33)

2.5 PENGETAHUAN (KNOWLEDGE) 2.5.1 Pengetian Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour).

2.5.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2003), yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4. Analisa (analysa)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau subjek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (syntesis)

(34)

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

3. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bias mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.

4. Fasilitas

Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku.

5. Penghasilan

(35)

akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.

6. Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

2.6 TINGKAT PENDIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR

YANG MEMPENGARUHI PENATALAKSANAAN DEMAM

Demam pada anak merupakan keadaan yang sering menimbulkan kecemasan sehingga ibu seringkali memberikan obat penurun panas apabila anak mereka demam. Hal tersebut dilakukan oleh orangtua karena obat penurun panas, baik yang diperoleh dengan resep dokter, maupun yang dijual bebas di warung, dianggap dapat membuat keadaan kesehatan anak lebih baik dalam waktu yang relatif cepat (Widjaja, 2001).

Namun tidak semua ibu langsung memberikan obat penurun panas saat anak mereka demam. Beberapa ibu lebih memilih untuk mengatasi demam anak dengan tindakan seperti melonggarkan pakaian anak, mengurangi suhu sekitar, mengompres, mendorong anak untuk banyak minum (Soedjatmiko, 2005), serta memberikan pengobatan dengan tumbuhan-tumbuhan tradisional (Rahayu, 2008).

(36)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional dari penelitian perlu dijabarkan untuk menghindari perbedaan persepsi dalam menginterpretasi masing-masing variabel penelitian. Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

A. Ibu adalah wanita yang telah menikah dan mempunyai anak yang tinggal bersama-sama dalam satu keluarga, yang berumur 20-50 tahun.

B. Tingkat Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang diperoleh ibu baik tamat maupun tidak tamat saat dilakukan wawancara. Tingkat pendidikan yang dikategorikan dengan skala ordinal menjadi:

1. Pendidikan rendah, yaitu ibu dengan tingkat pendidikan hingga SMP/sederajat. 2. Pendidikan menengah, yaitu ibu dengan tingkat pendidikan hingga

SMA/sederajat.

3. Pendidikan tinggi, yaitu ibu dengan tingkat pendidikan di atas SMA/sederajat (Diploma/Perguruan Tinggi).

Gambaran Pengetahuan dalam Penatalaksaan Demam

pada Anak Karakteristik Ibu :

• Tingkat Pendidikan • Usia • Pekerjaan • Status Sosial

(37)

C. Usia adalah lamanya hidup ibu yang dihitung sejak dilahirkan sampai ulang tahun terakhir saat diadakannya wawancara. Umur yang dikategorikan dengan skala ordinal menjadi:

1. 20-30 tahun 2. 30-40 tahun 3. 40-50 tahun

D. Pekerjaan adalah aktivitas sehari-hari yang ditekuni dan dilakukan oleh ibu. Pekerjaan yang dikategorikan dengan skala nominal menjadi:

1. Ibu rumah tangga 2. Pegawai Negeri 3. Pegawai Swasta 4. Wiraswasta 5. Buruh

E. Status sosial ekonomi, dilihat dari jumlah penghasilan tertinggi keluarga dalam satu bulan. Status sosial ekonomi yang dikategorikan dengan skala ordinal menjadi:

1. Status ekonomi menengah ke bawah, yaitu dengan penghasilan dibawah Rp. 1.000.000,00 per bulan.

2. Status ekonomi menengah, yaitu dengan penghasilan Rp. 1.000.000,00 sampai dengan Rp. 2.500.000,00 per bulan.

3. Status ekonomi menengah ke atas, yaitu dengan penghasilan Rp. 2.500.000,00 per bulan.

F. Anak adalah seoran

mengalami masa

(38)

1. Pemberian antipiretik, yaitu pemberian agen-agen yang dapat menurunkan suhu tubuh untuk mencegah atau menurunkan demam.

2. Pengompresan, adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh bila anak demam.

3. Pengobatan tradisional dengan herbalis, yaitu pengobatan tradisional dengan menggunakan tumbuh-tumbuhan (herbal) untuk menurunkan demam.

4. Langsung membawa ke dokter.

H. Pengetahuan adalah segala informasi atau hasil tahu yang diketahui atau disadari oleh ibu tentang demam dan cara-cara dalam mengatasi demam. Pengukuran dilakukan melalui angket dengan alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dengan jumlah pertanyaan 23 buah, dengan ketentuan:

• Untuk skor jawaban yang salah diberi nilai 0 • Untuk skor jawaban yang benar diberi nilai 2

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal. Hasil pengukuran adalah jumlah skoring yang diperoleh responden. Jumlah skor maksimal adalah 40. Menurut Pratomo (1990), maka data dikategorikan menjadi tiga kategori berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh, yaitu sebagai berikut :

1. Pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh responden antara 76% -100 %, (total skor 31 – 40).

2. Pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh responden antara 41% - 75% (total skor 17 - 30).

(39)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah bersifat survei deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan melakukan deskripsi mengenai fenomena yang ditemukan, baik yang berupa faktor risiko maupun efek atau hasil. Rancangan penelitian adalah metode seksional silang (cross sectional), yaitu melakukan pengukuran hanya dilakukan pada satu waktu yang bersamaaan.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 10 hari dimulai dari tanggal 2 Oktober 2010 sampai dengan 11 Oktober 2010. Penelitian ini dimulai dari penelusuran daftar pustaka, survei pendahuluan, penyusunan proposal penelitian, konsultasi dengan dosen pembimbing, seminar proposal dilanjutkan dengan penelitian lapangan untuk mengumpulkan data, pengelolahan dan analisa data, penyusunan laporan hasil penelitian, dan seminar hasil.

4.2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini diadakan di Kelurahan Pasar Merah Timur Medan. Adapun alasan pemilihan tempat ini adalah karena masih banyaknya ibu-ibu yang belum mengerti bagaimana sebenarnya demam dan cara menangani demam dengan tepat.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian

(40)

4.3.2 Sampel Penelitian

Besar sampel yang diperoleh dengan menggunakan rumus berikut:

Keterangan:

n = besar sampel minimum

Z1 – α/2 = nilai distribusi normal baku pada α tertentu p = harga proporsi di populasi

d = kesalahan absolut yang dapat ditolerir N = jumlah di populasi

Diketahui:

Z1 – α/2 = 1,96

p = 0,50

d = 0,10

N = 459

Berdasarkan rumus di atas maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 80 orang. Cara pengambilan sampel dilakukan dengan Stratified Random

Sampling.

Kriteria inklusi sampel :

1. Terdaftar sebagai warga di Kelurahan Pasar Merah Timur Medan

2. Ibu-ibu berumuur 20-50 tahun

3. Mempunyai anak yang berumur 2-12 tahun 4. Bersedia untuk menjadi responden penelitian Kriteria eksklusi sampel :

1. Tidak bersedia menjadi responden penelitian

(41)
[image:41.595.192.441.151.474.2]

Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Populasi dan Sampel Menurut Lingkungan

No Lingkungan Populasi Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII 48 23 49 57 23 29 28 26 30 56 22 43 25 8 4 9 10 4 5 5 5 5 10 4 7 4

Jumlah 459 80

4.4 Teknik Pengumpulan Data 1. Data primer

Data dikumpulkan dengan teknik wawancara terpimpin langsung pada responden dengan instrumen penelitian berupa kuesioner, agar didapat respons rate yang tinggi.

2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari Kantor Kelurahan Pasar Merah Timur Medan yaitu data ibu-ibu yang berumur 20-50 tahun dan mempunyai anak berumur 2-12 tahun.

(42)

4.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

[image:42.595.112.513.236.561.2]

Untuk mengetahui keterandalan instrumen kuesioner yang digunakan maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan hasil yang terlihat dalam tabel 4.2

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Variabel Nomor Total Status Alpha Status Pertanyaan Pearson

Correlation

Pengetahuan 3 0,666 Valid 0,905 Reliabel 4 0,649 Valid Reliabel 5 0,641 Valid Reliabel 6 0,615 Valid Reliabel 7 0,561 Valid Reliabel 8 0,537 Valid Reliabel 9 0,532 Valid Reliabel 10 0,685 Valid Reliabel 12 0,615 Valid Reliabel 13 0,514 Valid Reliabel 14 0,570 Valid Reliabel 15 0,582 Valid Reliabel 16 0,606 Valid Reliabel 17 0,490 Valid Reliabel 18 0,554 Valid Reliabel 19 0,651 Valid Reliabel 20 0,580 Valid Reliabel 21 0,600 Valid Reliabel 22 0,649 Valid Reliabel 23 0,498 Valid Reliabel

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan terlebih dahulu dicek kelengkapannya dengan memeriksa instrumen pengumpulan data, kemudian data ditabulasi. Analisa data dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS 17.0 (Statistical

Product Service Solution). Setelah data diolah kemudian data tersebut dianalisa

(43)
(44)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah Kelurahan Pasar Merah Timur. Kelurahan Pasar Merah Timur merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Area. Berdasarkan luas geografisnya, Kelurahan Pasar Merah Timur memiliki luas wilayah sebesar 75 Ha yang terbagi menjadi 13 lingkungan dengan letak sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Kota Maksum II/Tegal Sari II b. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Binje Kecamatan Medan

Denai

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Teladan Timur Kecamatan Medan Kota

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Pasar Merah Barat Kecamatan Medan Kota

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kelurahan Pasar Merah Timur, jumlah penduduk Kelurahan Pasar Merah Timur adalah 15.120 jiwa dan terdiri dari 3900 kepala keluarga (KK). Sebagian besar penduduk di Kelurahan Pasar Merah Timur adalah perempuan yaitu 7.680 jiwa, sementara penduduk berjenis kelamin laki-laki berjumlah 7.440 jiwa.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan pada 80 orang responden yang merupakan ibu-ibu dari Kelurahan Pasar Merah Timur. Karakteristik yang diamati terhadap responden adalah umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan status sosial ekonomi.

a. Umur Responden

(45)
[image:45.595.113.512.237.347.2]

diketahui bahwa responden terbanyak terdapat pada kelompok umur 30-40 tahun yaitu sebanyak 46 orang (57,5%).

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Kelurahan Pasar Merah Timur Medan Tahun 2010

No Umur (Tahun) Frekuensi (n) Persentase(%)

1 20-30 12 15

2 30-40 46 57,5

3 40-50 22 27,5

Total 80 100,0

b. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden ditentukan berdasarkan pendidikan terakhir yang pernah ditamatkan responden. Kategori tingkat pendidikan dibagi atas tiga, yaitu:

1. Pendidikan rendah : tidak sekolah, SD, SMP atau sederajat 2. Pendidikan sedang : SMA atau sederajat

3. Pendidikan tinggi : Akademi, Sarjana

(46)
[image:46.595.112.513.174.308.2]

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Pasar Merah Timur Tahun 2010

No Tingkat Pendidikan Frekuensi (n) Persentase(%) 1 Rendah 21 26,3 2 Menengah 37 46,3 3 Tinggi 22 27,5

Total 80 100,0

c. Pekerjaan

[image:46.595.111.517.513.676.2] [image:46.595.107.512.515.668.2]

Menurut pekerjaan responden dikategorikan menjadi ibu rumah tangga, pegawai negeri sipil, pegawai swasta, wiraswasta, dan buruh (Tabel 5.3), dari tabel dapat dilihat bahwa sebagian besar dari responden adalah ibu rumah tangga sebanyak 53 orang (66,3%), pegawai negeri sipil (11,3%) dan pegawai swasta, wiraswasta, serta buruh masing-masing 7,5%.

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan Pasar Merah Timur Medan Tahun 2010

No Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase(%) 1 Ibu Rumah Tangga 53 66,3 2 Pegawai Negeri Sipil 9 11,3 3 Pegawai Swasta 6 7,5 4 Wiraswasta 6 7,5 5 Buruh 6 7,5 Total 80 100,0

d. Status Sosial Ekonomi

(47)

1. Status ekonomi menengah ke bawah : < Rp 1.000.000 2. Status ekonomi menengah : Rp 1.000.000-2.500.000 3. Status ekonomi menengah ke atas : > Rp 2.500.000

Distribusi responden dapat dilihat di Tabel 5.4, frekuensi kelompok yang berpenghasilan di atas Rp 2.500.000 sebanyak 44 orang (55%) dan kelompok yang berpenghasilan di bawah Rp 1.000.000 dan diantara Rp 1.000.000-2.500.000 masing-masing sebanyak 18 orang (22,5%).

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Status Sosial Ekonomi di Kelurahan Pasar Merah Timur Medan Tahun 2010

No Jumlah Penghasilan (Rp/Bulan) Frekuensi (n) Persentase (%)

1 < 1.000.000 19 23,8

2 1.000.000-2.500.000 17 21,3

3 > 2.500.000 44 55,0

Total 80 100,0

5.2 Hasil Analisa Data 5.2.1 Gambaran Pengetahuan

(48)
[image:48.595.119.497.161.723.2]

Tabel 5.5 Distribusi Jawaban Responden tentang Penatalaksanaan Demam

No. Pertanyaan-Pertanyaan Frekuensi (n) Persentase (%) 1. Cara Mengukur Suhu

meraba dahi 28 35,0

meraba leher 16 20,0

termometer 36 45,0

2. Tempat Meletakkan Termometer

di anus 2 2,5

di ketiak 37 46,3

di telinga 3 3,8

di mulut 23 28,8

tidak tahu 15 18,8

3. Suhu Normal Pada Anak

34-35 7 8,8

36-37 40 50,0

38-39 23 28,8

tidak tahu 10 12,5

4. Suhu Tubuh Saat Demam

> 40 14 17,5

> 39 30 37,5

> 38 25 31,3

> 37 3 3,8

tidak tahu 8 10,0

5. Sumber Informasi Tentang Demam

orangtua 32 40,0

media 5 6,3

lingkungan 19 23,8

dokter 24 30,0

(49)

6. Tindakan Pertama Ibu

memberikan obat penurun panas 51 63,8

mengompres 12 15,0

memberikan pengobatan tradisional 9 11,3

membawa ke dokter 8 10,0

7. Suhu Tubuh saat Pemberian Antipiretik

37 1 1,3

38 23 28,8

39 28 35,0

40 19 23,8

tidak tahu 9 11,3

8. Jenis Antipiretik Yang Diberikan

inzana 4 5,0

proris 2 2,5

parasetamol 68 85,0

lainnya 6 7,5

9. Lama Turunnnya Demam

> 4 jam 23 28,8

2-4 jam 34 42,5

< 2 jam 15 18,8

lainnya 8 10,0

10. Dosis Pemberian Antipiretik

jika anak panas 18 22,5

2 kali sehari 6 7,5

3 kali sehari 22 27,5

tiap 4 jam jika demam masih tinggi 27 38,5

tidak tahu 7 8,8

11. Sumber Informasi Dosis Antipiretik

sesuai anjuran dokter 33 41,3

sesuai yang tertera pada kemasan 31 38,8

(50)

teman 7 8,8 12. Penggunaan Jenis Kompres

kompres alkohol 2 2,5

kompres air biasa 16 20,0

kompres air dingin 29 36,3

kompres air hangat 27 33,8

tidak tahu 6 7,5

13. Efek Penggunaan Kompres Alkohol

anak tidak sadarkan diri 15 18,8

anak mengalami kejang 11 13,8

panas tidak turun 4 5,0

anak akan mengigil 1 1,3

tidak tahu 49 61,3

14. Tempat Meletakkan Kompres

di dahi 68 85,5

di punggung 16 20,0

di dada 36 45,0

15. Tindakan Ibu

mencari pertolongan medis 38 47,5

memberikan pengobatan tradisional 21 26,3

memberi obat penurun panas 21 26,3

16. Pengobatan Tradisional

pengobatan alternatif 10 12,5

ramuan herbal 46 57,5

lainnya 24 30,0

17. Pemberian Obat Tradisional

dosis sesuai aturan 33 41,3

sesuai keparahan demam 23 28,8

menggunakan dua atau lebih jenis obat 3 3,8

lainnya 21 26,3

(51)

18. Gambaran Anak Gagal Pengobatan Herbalis

anak aktif bermain 1 1,3

anak menjadi rewel 34 42,5

tidak tahu 45 56,3

19. Pengobatan Herbalis Gagal

mencari obat penurun panas 15 18,8

mencari pertolongan medis 64 80,0

lainnya 1 1,3

20. Waktu Ibu Membawa Anak Ke Dokter

> 7 hari demam tidak turun 28 35,0

> 3 hari 39 48,8

segera setelah demam timbul 6 7,5

setelah diberi obat demam 5 6,3

tidak tahu 2 2,5

[image:51.595.110.513.654.763.2]

Berdasarkan hasil uji pengetahuan diatas, gambaran pengetahuan diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu baik, cukup, dan buruk. Dari hasil penelitian diperoleh kelompok responden tertinggi memiliki gambaran pengetahuan dengan kategori sedang yaitu sebanyak 46 orang (57,5%) dan kelompok responden dengan kategori pengetahuan baik dan kurang masing-masing sebanyak 17 orang (21,3%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Penatalaksanaan Demam

No Gambaran Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Baik 17 21,3

2 Sedang 46 57,5

3 Kurang 17 21,3

(52)
[image:52.595.112.510.281.427.2]

Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan ibu di Kelurahan Pasar Merah Timur mengenai penatalaksanaan demam berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Penatalaksanaan Demam Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan

Tingkat Pengetahuan

Total

Kurang Sedang Baik

F % F % F %

Rendah 7 41,2 13 28,3 1 5,9 21

Sedang 10 58,8 23 50,0 4 23,5 37

Tinggi 0 0 10 21,7 12 70,6 22

Total 17 100 46 100 17 100 80

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa pengetahuan responden berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas responden yang memiliki tingkat pendidikan sedang memiliki pengetahuan sedang, yakni sebanyak 23 orang (50,0%). Sedangkan yang pengetahuannya baik yakni responden dengan tingkat pendidikan baik sebanyak 12 orang (70,6%) dan yang berpengetahuan kurang dengan tingkat pendidikan rendah sebanyak 7 orang (41,2%).

5.3 Pembahasan

5.3.1 Analisa Karakteristik Responden

(53)

mengatasinya oleh seorang ibu akan dipengaruhi oleh faktor predisposisi dari ibunya.

Dalam penelitian ini, sebanyak 57,5% responden termasuk dalam kelompok umur 30-40 tahun (Tabel 5.1), yang memiliki penghasilan di bawah Rp. 1.000.000 sebanyak 19 orang (23,8%) (Tabel 5.4), sebanyak 53 orang (66,3%) responden tidak bekerja atau ibu rumah tangga (Tabel 5.3), dan menurut tingkat pendidikan (Tabel 5.2) terbanyak pada kelompok pendidikan sedang yaitu sebanyak 37 orang (46,3%).

5.3.2 Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Demam dan Penatalaksanaanya Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoadmotjo, 2007).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang demam; baik cara pengukuran demam, suhu normal tubuh, suhu tubuh dikatakan demam, sumber informasi, suhu optimal pemberian antipiretik, jenis antipiretik, lama kerja obat antipiretik, dosis antipiretik, sumber informasi mengenai obat antipiretik, tindakan pengompresan, pengobatan tradisional yang dapat menurunkan demam. Hasil penelitian diperoleh bahwa 12 orang (70,6%) ibu dari tingkat pendidikan tinggi berpengetahuan baik. Sementara 23 orang (50,0%) ibu dari tingkat pendidikan sedang berpengetahuan sedang dan 7 orang (41,2%) ibu dari tingkat pendidikan rendah berpengetahuan kurang.

(54)

Penelitian Craig menunjukkan bahwa pengukuran suhu di ketiak (aksila) paling banyak dilakukan oleh orangtua, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan, didapatkan pengukuran termometer diletakkan di ketiak (aksila) sebanyak 46,3%, di mulut sebanyak 28,5%, di anus 2,5%, di telinga 3,8%, dan sebanyak 18,8% tidak tahu meletakkan dimana termometer untuk mengukur suhu. Menurut AAP, suhu rektal merupakan nilai yang paling mendekati suhu dalam tubuh sebenarnya, suhu tubuh yang diukur dari mulut (oral) ataupun di ketiak (aksila) akan lebih rendah 0,5-0,8°C. Menurut Lubis, pengukuran suhu melalui telinga tidak dianjurkan karena dappat memberikan hasil yang tidak akurat disebabkan liang telinga masih sempit dan basah. Menurut Soedjatmiko, pengukuran suhu tubuh dengan perabaan tangan tidak dianjurkan karena tidak akurat sehingga tidak dapat mengetahui dengan cepat jika suhu mencapai tingkat yang membahayakan.

Sebanyak 8,8% ibu menjawab suhu normal pada anak adalah 34-35°C, 50% menjawab suhu normal pada anak adalah 36-37°C, 28,8% ibu menjawab suhu normal pada adalah 38-39°C dan sebanyak 3,8% menjawab tidak tahu suhu normal pada anak. Menurut Breman, kisaran nilai normal suhu tubuh adalah 36,5-37,5°C.

Penelitian di Kanada, sebagian besar orangtua menganggap suhu > 37°C adalah demam, pada penelitian ini didapatkan sebanyak 37,5% ibu menyatakan suhu dikatakan demam bila > 39°C, 31,3% ibu menyatakan > 38°C, 17,5% ibu menyatakan > 40°C, 3,8% ibu menyatakan > 37°C, dan sebanyak 10% ibu tidak tahu suhu dikatakan demam.

Hampir sebagian ibu mendapatkan informasi tentang demam dan cara mengatasinya dari orangtua sebanyak 40%, dari dokter sebanyak 23,8%, dari lingkungan sebanyak 19 orang 23,8% dan melalui media berupa televisi sebanyak 6,3%.

(55)

Pada penelitian ini didapat 35% ibu memberikan obat antipiretik ketika suhu 39°C, ibu memberikan obat antipiretik ketika suhu 38°C (28,8%), ibu memberikan obat antipiretik ketika suhu 40°C (23,8%), dan sebanyak 11,3% ibu tidak tahu kapan memberikan obat antipiretik.

Berdasarkan penelitian ini dapat didapatkan antipiretik yang banyak diberikan ibu ke anak adalah Parasetamol diikuti Termorex®, Bodrex®, Inzana®, dan Proris®. Parasetamol adalah antipiretik yang paling banyak diberikan pada anak dan aman bila diberikan sesuai dosis. Sebanyak 42,5% ibu meyakini obat antipiretik lama kerjanya menurunkan demam dalam 2-4 jam, serta sebanyak 27,5% ibu memberikan obat antipiretik tiap empat jam jika anak demam dan diberikan tiga kali sehari (27,5%). Penelitian Crocetti, Schmitt, Blumental di Inggris, Pursell dan Kramer menunjukkan bahwa orangtua tidak mengetahui batasan demam pada anak sehingga cenderung menggunakan antipiretik yang berlebihan. Informasi mengenai obat antipiretik ini didapatkan dari dokter (41,3%), kemasan obat (38,8%), orangtua (11,3%), dan teman (8,8%).

Dari penelitian ini didapat persentase penggunaan kompres air dingin untuk menurunkan demam sebanyak 36,3%, air hangat (37,8%), air biasa (20%), alkohol (2,5%) dan sebanyak 7,5% ibu tidak mengetahui penggunaan kompres dalam menurunkan demam. Daerah pengompresan dilakukan di dahi (85%), punggung (7,5%) dan dada (3,8%). Hampir seluruh ibu tidak mengetahui efek samping dari penggunaan alkohol dalam pengompresan (61,3%). Sebanyak 47,5% ibu membawa anaknya untuk mendapatkan pertolongan medis jika pengompresan gagal menurunkan demam pada anak.

Pada penelitian ini didapatkan ibu memberikan pengobatan tradisional berupa ramuan herbal (57,5%), tanaman herbal yang dipercaya menurunkan demam anak adalah bawang merah, daun sirih, daun sambiloto, daun kembang sepatu, daun meniran, air kelapa muda, kunyit, jahe, temulawak, daun alang-alang, batang brotowali, lempuyang, dan daun alamanda. Sebanyak 41,3% ibu menggunakan tanaman herbal yang diberikan sesuai aturan dosis.

(56)

didapatkan bila pengobatan herbalis gagal menurunkan panas maka ibu akan membawa anaknya ke dokter (80%). Ibu akan membawa anaknya ke dokter bila anak demam lebih dari tiga hari (48,8%) dan anak demam lebih dari tujuh hari (35%).

(57)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Gambaran pengetahuan ibu di Kelurahan Pasar Merah Timur mengenai penatalaksanaan demam sebanyak 17 orang (21,3%) dikategorikan baik, 46 orang (57,5%) dikategorikan sedang, dan 17 orang (21,3%) dikategorikan kurang.

2. Gambaran pengetahuan ibu di Kelurahan Pasar Merah Timur mengenai penatalaksanaan demam berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan, 12 orang (70,6%) ibu dari tingkat pendidikan tinggi berpengetahuan baik. Sementara 23 orang (50,0%) ibu dari tingkat pendidikan sedang berpengetahuan sedang dan 7 orang (41,2%) ibu dari tingkat pendidikan rendah berpengetahuan kurang.

6.2. Saran

Beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini adalah:

1. Diharapkan ini dapat menjadi masukkan bagi instansi pemerintah dalam membuat kebijakan mengenai pe

Gambar

Tabel 2.1. Dosis yang Direkomendasikan pada Anak
Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Populasi dan Sampel Menurut Lingkungan
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Kelurahan Pasar
+5

Referensi

Dokumen terkait

Figure 2: Footprint detection workflow; (a) rotated panchromatic aerial image, (b) normalized DSM (nDSM), (c) detected line seg- ments using the LSD algorithm, (d) line

4 Surat Permohonan Blanko Ijazah SMA tahun 2015 – 2016 ditujukan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya. 5 Rekapitulasi Jumlah Siswa yang Lulus dan Tidak Lulus (laki-laki

[r]

The investigation aimed to show two things, (a) that the size of objects, especially the height off ground is consistent within an environment, and (b) that based on this

With this information we can make façade image for 3D model, limit relaxation matching bounds, and estimate building planes from 3D point clouds after matching.. 2.4 Point

Sesuai dengan fungsinya, Sekretaris Perusahaan menjamin ketersediaan informasi terkini, tepat waktu dan akurat mengenai Perseroan kepada para pemegang saham, analis, media massa

In this research we investigate the potential application of using absorbance spectral information in UV-Vis-NIR region for prediction of shelf life in local orange fruits (Siam

 Faktor yang paling berpengaruh dalam penentuan lokasi retail waralaba berdasarkan hasil analisis dan preferensi responden adalah faktor relative lokasi.