SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT
USAHA RAKYAT PADA BANK SYARIAH MANDIRI
CABANG MEDAN MENGGUNAKAN METODE
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
SKRIPSI
FARABY AZWANY
0 6 1 4 0 1 0 2 1
PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER
DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT
USAHA RAKYAT PADA BANK SYARIAH MANDIRI
CABANG MEDAN MENGGUNAKAN METODE
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar
Sarjana Komputer
FARABY AZWANY
0 6 1 4 0 1 0 2 1
PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER
DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN
PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MEDAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL
HIERARCHY PROCESS (AHP)
Kategori : SKRIPSI
Nama : FARABY AZWANY
Nomor Induk Mahasiswa : 061401021
Program Studi : SARJANA (S1) ILMU KOMPUTER
Departemen : ILMU KOMPUTER
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA
Diluluskan di Medan, 14 Desember 2010
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2 Pembimbing 1
Maya Silvi Lydia, B.Sc., M.Sc Prof. Dr. Muhammad Zarlis
197401272002122001 NIP. 195707011986011003
Diketahui/Disetujui oleh
Departemen Ilmu Komputer FMIPA USU Ketua,
PERNYATAAN
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MEDAN MENGGUNAKAN
METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, 14 Desember 2010
PENGHARGAAN
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dalam waktu yang telah ditetapkan. Tak lupa pula penulis junjungkan kehadirat Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlis dan Ibu Maya Silvi Lydia,B.Sc,MSc selaku pembimbing I dan II yang telah membimbing dan memberikan masukan-masukan kepada penulis dengan tulus dan ikhlas dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Syahril Efendi S.Si, M.Si dan Bapak M. Andri Budiman, ST, M.CompSc, MEM selaku pembanding I dan II yang telah banyak memberikan masukan dan kritikan dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Ilmu Komputer FMIPA USU Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlis dan Bapak Syahriol Sitorus, S.Si, MIT., Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, semua dosen dan pegawai pada Program Studi S1 Ilmu Komputer FMIPA USU, rekan-rekan mahasiswa S1 Ilmu Komputer khususnya stambuk 2006 serta semua pihak yang telah membantu dan memberi masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
ABSTRAK
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah sistem yang dapat membantu seseorang dalam mengambil keputusan yang akurat dan tepat sasaran. Banyak permasalahan yang dapat diselesaikan dengan menggunakan SPK, salah satunya adalah penentuan kelayakan nasabah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR). Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam membangun suatu SPK diantaranya analytical hierarchy
process (AHP). AHP merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam
DECISION SUPPORT SYSTEM OF BANK SYARIAH MANDIRI MEDAN BRANCH IN CREDIT DELIVERING FOR PEOPLE BUSINESS
IS BASED ON THE METHOD OF ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
ABSTRACT
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ii
Pernyataan iii Penghargaan iv Abstrak v Abstract vi Daftar Isi vii Daftar Tabel x Daftar Gambar xii Bab 1 Pendahuluan 1.1Latar Belakang 1
1.2Rumusan Masalah 3
1.3Batasan Masalah 3
1.4Tujuan Penelitian 3
1.5Manfaat Penelitian 4
1.6Metodologi Penelitian 4
1.7Sistematika Penulisan 5
Bab 2 Tinjauan Teoretis 2.1 Sistem Pendukung Keputusan 7
2.1.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan 7
2.1.2 Konsep Dasar Sistem Pendukung Keputusan 8
2.1.3 Konsep Pengambilan Keputusan 8
2.1.3.1 Pengertian Keputusan 8
2.1.3.2 Pengertian Pengambilan Keputusan 9
2.1.4 Fase-fase Proses Pengambilan Keputusan 10
2.1.4.1 Fase Inteligensi 12
2.1.4.1.1 Identifikasi Masalah (Peluang) 12
2.1.4.1.2 Klasifikasi Masalah 13
2.1.4.1.3 Kepemilikan Masalah 13
2.1.4.2 Fase Desain 14
2.1.4.2.1 Memilih Sebuah Prinsip Pilihan 14
2.1.4.2.2 Mengembangkan (Menghasilkan) Alternatif-alternatif 14
2.1.4.2.3 Mengukur Hasil Akhir 14
2.1.4.3 Fase Pilihan 15
2.1.4.4 Fase Implementasi 16
2.1.5 Karakteristik dan Kemampuan Sistem Pendukung Keputusan 16 2.1.6 Keuntungan Sistem Pendukung Keputusan 17
2.2 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) 19
2.2.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode AHP 21
2.2.2 Prinsip Dasar AHP 23
2.3 Kredit Usaha Rakyat (KUR) 25
Bab 3 Analisis dan Perancangan Sistem 3.1 Analisis Sistem 28
3.1.1 Analisis Permasalahan 28
3.1.2 Analisis Kebutuhan Sistem Pendukung Keputusan 29
3.1.3 Analisis Pemecahan Masalah dengan Metode AHP 30
3.1.4 Analisis Hasil dan Pembahasan 40
3.1.4.1 Nilai Matriks Kriteria 40
3.1.4.2 Nilai Matriks Nasabah per Kriteria 45
3.1.4.2.1 Status Kredit 45
3.1.4.2.2 Produktivitas Usaha 50
3.1.4.2.3 Kondisi Usaha 53
3.1.4.2.4 Jaminan 56
3.1.4.2.5 Kolektibilitas 59
3.2 Perancangan Flowchart Sistem 64
3.3 Perancangan Basis Data 67
3.3.1 Data Flow Diagram (DFD) 68
3.3.2 Perancangan Struktur Tabel 80
3.3.3 Kamus Data 84
3.4 Perancangan Antar Muka 89
3.4.1 Rancangan Halaman Utama 90
3.4.2 Rancangan Menu Sistem 90
3.4.3 Rancangan Menu Log in 91
3.4.4 Rancangan Menu Log out 92
3.4.5 Rancangan Menu Daftar Pengguna 92
3.4.6 Rancangan Menu Ganti Password 93
3.4.7 Rancangan Menu Register Data 94
3.4.8 Rancangan Menu Data Nasabah 94
3.4.9 Rancangan Menu Data Nasabah Terproses 95
3.4.10 Rancangan Menu Input Matriks 96
3.4.11 Rancangan Menu Matriks Kriteria 97
3.4.12 Rancangan Menu Tampil Prioritas Kriteria 98
3.4.13 Rancangan Menu Matriks Nasabah per Kriteria 98
3.4.14 Rancangan Menu Tampil Prioritas Nasabah per Kriteria 99
3.4.15 Rancangan Menu Penentuan Nilai Keputusan 100
3.4.16 Rancangan Menu Tentang Sistem 101
3.4.17 Rancangan Menu Versi Program 102
3.4.18 Rancangan Menu Profil Programmer 103
3.4.19 Rancangan Menu Keluar 103
Bab 4 Implementasi 4.1Implementasi 104
4.1.1 Halaman Utama 104
4.1.1.2 Menu Daftar Pengguna 106
4.1.1.3 Menu Ganti Password 107
4.1.1.4 Menu Data Nasabah 107
4.1.1.5 Menu Matriks Kriteria 108
4.1.1.6 Menu Tampil Prioritas Kriteria 108
4.1.1.7 Menu Matriks Nasabah per Kriteria 109
4.1.1.8 Menu Tampil Prioritas Nasabah per Kriteria 109
4.1.1.9 Menu Penentuan Nilai Keputusan 110
4.1.1.10Menu Nasabah Terproses 111
4.1.1.11Menu Versi Sistem 112
4.1.1.12Menu Profil Programmer 113
4.1.1.13Menu Keluar 113
Bab 5 Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan 114 5.2. Saran 115
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Indeks Random 22
Tabel 2.2 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan 24
Tabel 2.3 Contoh matriks perbandingan berpasangan 24
Tabel 3.1 Matriks Berpasangan untuk Kriteria Calon Penerima KUR 30
Tabel 3.2 Matriks berpasangan Calon Penerima KUR 33
Tabel 3.3 Masukan Nilai Perbandingan Kriteria Nasabah KUR 41
Tabel 3.4 Nilai Pembagian Jumlah Kolom Kriteria Nasabah KUR 41
Tabel 3.5 Nilai Prioritas Kriteria 42
Tabel 3.6 Nilai Masukan Matriks Kriteria Dikali Nilai Prioritas Kriteria 43
Tabel 3.7 Hasil Bagi Nilai Jumlah Baris Tabel 3.6 dengan Nilai Prioritas Kriteria 44
Tabel 3.8 Masukan Nilai Perbandingan Nasabah tiap Kriteria 46
Tabel 3.9 Nilai Pembagian Jumlah Kolom Nasabah tiap Kriteria 47
Tabel 3.10 Nilai Prioritas Nasabah tiap Kriteria 47
Tabel 3.11 Nilai Masukan Matriks Dikali Nilai Prioritas Nasabah tiap Kriteria 48
Tabel 3.12Hasil Bagi Jumlah Baris Tabel 3.11 dengan Nilai Prioritas Nasabah 49
Tabel 3.13 Masukan Nilai Perbandingan Nasabah tiap Kriteria 50
Tabel 3.14 Nilai Pembagian Jumlah Kolom Nasabah tiap Kriteria 51
Tabel 3.15 Nilai Prioritas Nasabah tiap Kriteria 51
Tabel 3.16 Nilai Masukan Matriks Dikali Nilai Prioritas Nasabah tiap Kriteria 52
Tabel 3.17 Hasil Bagi Jumlah Baris Tabel 3.16 dengan Nilai Prioritas Nasabah 52
Tabel 3.18 Masukan Nilai Perbandingan Nasabah tiap Kriteria 53
Tabel 3.19 Nilai Pembagian Jumlah Kolom Nasabah tiap Kriteria 54
Tabel 3.20 Nilai Prioritas Nasabah tiap Kriteria 54
Tabel 3.21 Nilai Masukan Matriks Dikali Nilai Prioritas Nasabah tiap Kriteria 55
Tabel 3.22 Hasil Bagi Jumlah Baris Tabel 3.21 dengan Nilai Prioritas Nasabah 55
Tabel 3.23 Masukan Nilai Perbandingan Nasabah tiap Kriteria 56
Tabel 3.24Nilai Pembagian Jumlah Kolom Nasabah tiap Kriteria 57
Tabel 3.25 Nilai Prioritas Nasabah tiap Kriteria 57
Tabel 3.26 Nilai Masukan Matriks Dikali Nilai Prioritas Nasabah tiap Kriteria 58
Tabel 3.27 Hasil Bagi Jumlah Baris Tabel 3.26 dengan Nilai Prioritas Nasabah 58
Tabel 3.28Masukan Nilai Perbandingan Nasabah tiap Kriteria 59
Tabel 3.29 Nilai Pembagian Jumlah Kolom Nasabah tiap Kriteria 60
Tabel 3.30 Nilai Prioritas Nasabah tiap Kriteria 60
Tabel 3.31Nilai Masukan Matriks Dikali Nilai Prioritas Nasabah tiap Kriteria 61
Tabel 3.32Hasil Bagi Jumlah Baris Tabel 3.31 dengan Nilai Prioritas Nasabah 61
Tabel 3.33Nilai Prioritas masing-masing nasabah tiap criteria 62
Tabel 3.35 Prioritas Global Masing-masing Calon Nasabah KUR 64
Tabel 3.36 Struktur Tabel BPKB 81
Tabel 3.37 Struktur Tabel Kriteria 81
Tabel 3.38 Struktur Tabel Nasabah 82
Tabel 3.39 Struktur Tabel Pengguna 82
Tabel 3.40 Struktur Tabel Rumah 83
Tabel 3.41 Struktur Tabel Tanah 83
Tabel 3.42 Struktur Tabel Nasabah Terproses 84
Tabel 3.43 Kamus Data Log-in 84
Tabel 3.44 Kamus Data Ganti Password 85
Tabel 3.45 Kamus Data Daftar Pengguna 85
Tabel 3.46 Kamus Data Data Nasabah 86
Tabel 3.47 Kamus Data Cari Data Nasabah 87
Tabel 3.48 Kamus Data Prioritas Kriteria 87
Tabel 3.49 Kamus Data Prioritas Nasabah Tiap Kriteria 88
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Pengambilan Keputusan / Proses Pemodelan SPK 11
Gambar 2.2 Model Konseptual SPK 19
Gambar 2.3 Struktur Hirarki AHP pada Sistem Pendukung Keputusan Pemberian KUR 23
Gambar 3.1 Flowchart Penentuan Prioritas Kriteria 65
Gambar 3.2 Flowchart Penentuan Prioritas Nasabah 66
Gambar 3.3 Flowchart Penentuan Nilai Prioritas Global 67
Gambar 3.4 DFD Level 0 - Manajer 68
Gambar 3.5 DFD Level 1 - Manajer 70
Gambar 3.6 DFD Level 2 - Register Data oleh Manajer 72
Gambar 3.7 DFD Level 2 - Penentuan Prioritas Kriteria oleh Manajer 73
Gambar 3.8 DFD Level 2 - Penentuan Prioritas Nasabah Tiap Kriteria oleh Manajer 75
Gambar 3.9 DFD Level 2 - Penentuan Nilai Keputusan oleh Manajer 77
Gambar 3.10 DFD Level 0 - Operator 78
Gambar 3.11 DFD Level 1 – Operator 79
Gambar 3.12 Rancangan Halaman Utama 90
Gambar 3.13 Rancangan Menu Sistem 91
Gambar 3.14 Rancangan Menu Log-in 91
Gambar 3.15 Rancangan Menu Log-out 92
Gambar 3.16 Rancangan Menu Daftar Pengguna 93
Gambar 3.17 Rancangan Menu Ganti Password 93
Gambar 3.18 Rancangan Menu Register Data 94
Gambar 3.19 Rancangan Menu Data Nasabah 95
Gambar 3.20 Rancangan Menu Data Nasabah Terproses 96
Gambar 3.21 Rancangan Menu Input Matriks 97
Gambar 3.22 Rancangan Menu Matriks Kriteria 97
Gambar 3.23 Rancangan Menu Tampil Prioritas Kriteria 98
Gambar 3.24 Rancangan Menu Matriks Nasabah Per Kriteria 99
Gambar 3.25 Rancangan Menu Tampil Prioritas Nasabah Per Kriteria 100
Gambar 3.26 Rancangan Menu Hasil Akhir Nilai Keputusan 101
Gambar 3.27 Rancangan Menu Tentang Sistem 102
Gambar 3.28 Rancangan Menu Versi Program 102
Gambar 3.29 Rancangan Menu Tentang Programmer 103
Gambar 3.30 Rancangan Menu Keluar Sistem 103
Gambar 4.1 Form Halaman Utama 104
Gambar 4.2 Form Menu Log-in 105
Gambar 4.3 Form Halaman Utama Administrator 105
Gambar 4.4 Form Halaman Utama Operator 106
Gambar 4.5 Form Menu Daftar Pengguna 106
Gambar 4.7 Form Menu Data Nasabah 107
Gambar 4.8 Form Menu Matriks Kriteria 108
Gambar 4.9 Form Menu Tampil Prioritas Kriteria 108
Gambar 4.10 Form Menu Matriks Nasabah Per Kriteria 109
Gambar 4.11 Form Menu Tampil Prioritas Nasabah Per Kriteria 110
Gambar 4.12 Form Menu Hasil Akhir Nilai Keputusan 111
Gambar 4.13 Form Menu Nasabah Terproses 112
Gambar 4.14 Form Menu Versi Sistem 112
Gambar 4.15 Form Menu Tentang Programmer 113
ABSTRAK
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah sistem yang dapat membantu seseorang dalam mengambil keputusan yang akurat dan tepat sasaran. Banyak permasalahan yang dapat diselesaikan dengan menggunakan SPK, salah satunya adalah penentuan kelayakan nasabah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR). Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam membangun suatu SPK diantaranya analytical hierarchy
process (AHP). AHP merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam
DECISION SUPPORT SYSTEM OF BANK SYARIAH MANDIRI MEDAN BRANCH IN CREDIT DELIVERING FOR PEOPLE BUSINESS
IS BASED ON THE METHOD OF ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
ABSTRACT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini permintaan kredit melalui Bank sudah berkembang dengan sangat pesat.
Kredit bukan hanya digunakan bagi masyarakat golongan menengah ke bawah saja
melainkan oleh semua lapisan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Salah satu jenis kredit yang cukup banyak peminatnya saat ini adalah Kredit
Usaha Rakyat (KUR). KUR adalah jenis kredit yang diberikan oleh pemerintah bagi
pelaku Usaha, Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKM-K).
Bank Syariah Mandiri (BSM) adalah salah satu Bank yang dipercaya oleh
pemerintah untuk memberikan fasilitas KUR kepada masyarakat. Semakin tingginya
minat masyarakat untuk mendapatkan KUR, membuat pihak Bank kesulitan dalam
menentukan siapa yang layak menerima KUR atau tidak. Selain itu, proses penentuan
siapa yang layak menerima KUR masih dilakukan secara manual, sehingga kurang
efisien dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, penulis berinisiatif untuk merancang
suatu sistem yang dapat membantu pihak Bank dalam menentukan siapa yang layak
menerima KUR, sehingga dapat lebih efisien dalam pelaksanaannya.
Ada beberapa model yang dapat digunakan untuk membangun sebuah SPK
salah satunya adalah Analytical Hierarchy Process (AHP). Dalam penelitian Dewi
(2009) disebutkan bahwa AHP dapat digunakan dalam pengambilan keputusan yang
multikriteria dan cukup baik dalam menyelesaikan permasalahan identifikasi customer
funding yang membutuhkan banyak kriteria. Amborowati (2008) juga melakukan
Perumahan Menggunakan Expert Choice untuk memilih perumahan berdasarkan
kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Selain itu, di dalam metode AHP perbandingan
masing-masing kriteria dapat diperoleh dari perhitungan aktual maupun perhitungan
relatif dari derajat kesukaan, kepentingan maupun perasaan. Dengan demikian metode
AHP ini dapat diterapkan untuk mengukur hal-hal yang dianggap sulit dalam
penilaiannya seperti pendapat, perasaan, perilaku dan kepercayaan (Teknomo et al,
1999).
Di dalam penelitian Saaty (2008) disebutkan bahwa metode AHP telah banyak
diterapkan oleh banyak pihak seperti perusahaan-perusahaan besar dunia, pemerintah,
lembaga pendidikan, dan lainnya dalam mencari keputusan yang tepat dalam setiap
permasalahan. Sebagai contoh salah satu perusahaan komputer terbesar di dunia IBM
menggunakan AHP dalam merancang kesuksesan bisnis komputer kelas menengah
pada tahun 1991. British Airway:1998 juga menggunakan AHP untuk memilih
perusahaan sistem hiburan untuk seluruh pesawat miliknya. Bourgeois (2005) juga
menggunakan AHP untuk menyusun prioritas topik-topik penelitian yang akan
diusulkan oleh UNCAPSA, sebuah lembaga riset yang dikelola oleh UN-ESCAP.
Berdasarkan hal-hal ini, maka metode AHP digunakan dalam penelitian ini
yaitu untuk menentukan calon debitur mana yang layak menerima KUR dari BSM
dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh pihak Bank
tersebut. Adapun kriteria-kriteria yang menjadi dasar pengambilan keputusan oleh
pihak Bank dalam menentukan calon debiturnya adalah status kredit, produktivitas
usaha, kondisi usaha, jaminan, dan kolektibilitas. Walaupun pemilihan calon nasabah
yang akan menerima KUR tetap ditentukan sepenuhnya oleh pihak Bank, namun
Sistem Pendukung Keputusan ini akan menampilkan nilai prioritas global dari yang
tertinggi hingga terendah dari calon nasabah tersebut, sehingga akan memudahkan dan
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah yang akan diselesaikan dalam penelitian ini adalah merancang suatu sistem
yang dapat membantu pihak Bank dalam mengambil keputusan untuk menentukan
siapa yang layak menerima KUR berdasarkan urutan nilai prioritas global yang
tertinggi.
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan-batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Kriteria yang digunakan sebagai dasar penilaian diperoleh dari PT. Bank
Syariah Mandiri Cabang Medan.
2. Sistem Pendukung Keputusan ini hanya sebagai alat bantu bagi pihak Bank
dalam menentukan siapa yang layak menerima KUR atau tidak, berdasarkan
kriteria yang ditentukan oleh pihak Bank. Namun keputusan akhir tetap berada
di pihak Bank.
3. Metode yang digunakan dalam perancangan sistem ini adalah Analytical
Hierarchy Process (AHP).
4. Output dari SPK ini adalah urutan prioritas global calon nasabah yang layak
menerima KUR mulai dari yang tertinggi sampai terendah.
5. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah Borland Delphi 7.0.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah merancang suatu perangkat lunak yang dapat
membantu pihak Bank dalam menentukan siapa calon nasabah yang layak menerima
KUR atau tidak dengan sistem yang terkomputerisasi sehingga proses pengambilan
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah untuk membantu pihak Bank dalam
mengambil keputusan untuk menentukan siapa yang layak menerima Kredit Usaha
Rakyat (KUR) dengan melihat nilai prioritas dari masing-masing calon nasabah yang
dibandingkan.
1.6 Metode Penelitian
Tahapan yang diambil dalam penelitian ini yaitu:
1. Studi Literatur
Penulisan ini dimulai dengan studi kepustakaan yaitu proses pengumpulan
bahan-bahan referensi baik dari buku, artikel, paper, jurnal, makalah, maupun
situs internet mengenai Sistem Pendukung Keputusan, metode Analytical
Hierarchy Process serta beberapa referensi lainnya untuk menunjang
pencapaian tujuan penelitian.
2. Analisis Data dengan Penelitian ke Lapangan (Field Research)
Pada tahap ini dilakukan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data
secara langsung dari perusahaan khususnya bank melalui riset lapangan
a. Pengumpulan sampel dokumentasi yang berhubungan dengan masalah
KUR pada Bank.
b. Mewawancara pihak yang berkompeten dalam masalah KUR pada Bank.
3. Merancang Desain Sistem
Desain yang dirancang adalah desain user interface dan struktur program
Sistem Pendukung Keputusan penentuan pemberian Kredit Usaha Rakyat.
4. Implementasi Sistem
Sistem diimplementasikan dalam bentuk perangkat lunak menggunakan bahasa
pemrograman Borland Delphi 7.0.
5. Pengujian dan Analisis Sistem
Pada tahap ini akan dilakukan pengujian sistem, untuk mencari
terhadap fokus permasalahan penelitian, apakah sudah sesuai seperti yang
diinginkan.
6. Dokumentasi Sistem
Pembuatan laporan Skripsi lengkap dengan analisis yang didapatkan.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari skripsi ini terdiri dari beberapa bagian utama sebagai
berikut:
BAB 1 : Pendahuluan
Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang pemilihan judul
penelitian “Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Usaha Rakyat
pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Menggunakan Metode
Analytical Hierarchy Process”, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB 2 : Tinjauan Teoretis
Bab ini akan membahas teori-teori yang berkaitan dengan sistem pendukung
keputusan, metode Analytical Hierarchy Process (AHP), Kredit Usaha
Rakyat (KUR)
BAB 3 : Analisis dan Perancangan Sistem
Bab ini akan menjelaskan tentang analisis data yang akan diolah dalam
sistem serta membuat perancangan sistem yang akan dibangun.
BAB 4 : Implementasi
Bab ini akan menjelaskan tentang bentuk antarmuka Sistem Pendukung
Keputusan Pemberian Kredit Usaha Rakyat pada Bank Syariah Mandiri
BAB 5 : Kesimpulan dan Saran
Bab terakhir akan memuat kesimpulan isi dari keseluruhan uraian bab-bab
sebelumnya dan saran-saran dari hasil yang diperoleh yang diharapkan dapat
BAB 2
TINJAUAN TEORETIS
2.1 Sistem Pendukung Keputusan
2.1.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan
Decision Support System atau Sistem Pendukung Keputusan yang selanjutnya kita
singkat dalam skripsi ini menjadi SPK, secara umum didefinisikan sebagai sebuah
sistem yang mampu memberikan kemampuan baik kemampuan pemecahan masalah
maupun kemampuan pemgkomunikasian untuk masalah semi-terstruktur. Secara
khusus, SPK didefinisikan sebagai sebuah sistem yang mendukung kerja seorang
manajer maupun sekelompok manajer dalam memecahkan masalah semi-terstruktur
dengan cara memberikan informasi ataupun usulan menuju pada keputusan tertentu
(Hermawan, 2005).
Pembuatan keputusan merupakan fungsi utama seorang manajer atau
administrator. Kegiatan pembuatan keputusan meliputi pengidentifikasian masalah,
pencarian alternatif penyelesaian masalah, evaluasi dari alternatif-alternatif tersebut
dan pemilihan alternatif keputusan yang terbaik. Kemampuan seorang manajer dalam
membuat keputusan dapat ditingkatkan apabila ia mengetahui dan menguasai teori dan
teknik pembuatan keputusan. Dengan peningkatan kemampuan manajer dalam
pembuatan keputusan diharapkan dapat ditingkatkan kualitas keputusan yang
dibuatnya, dan hal ini tentu akan meningkatkan efisiensi kerja manajer yang
2.1.2 Konsep Dasar Sistem Pendukung Keputusan
Pada awalnya Turban & Aronson (1998), mendefinisikan sistem penunjang keputusan
(Decision Suppo rt Systems – DSS) sebagai sistem yang digunakan untuk mendukung
dan membantu pihak manajemen melakukan pengambilan keputusan pada kondisi
semi terstruktur dan tidak terstruktur. Pada dasarnya konsep DSS hanyalah sebatas
pada kegiatan membantu para manajer melakukan penilaian serta menggantikan posisi
dan peran manajer.
Konsep DSS pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an oleh
Michael Scott Morton, yang selanjutnya dikenal dengan istilah “Management
Decision System”. Konsep DSS merupakan sebuah sistem interaktif berbasis
komputer yang membantu pembuatan keputusan memanfaatkan data dan model untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat tidak terstruktur dan semi terstruktur.
DSS dirancang untuk menunjang seluruh tahapan pembuatan keputusan, yang dimulai
dari tahapan mengidentifikasi masalah, memilih data yang relevan, menentukan
pendekatan yang digunakan dalam proses pembuatan keputusan sampai pada kegiatan
mengevaluasi pemilihan alternatif.
2.1.3 Konsep Pengambilan Keputusan
2.1.3.1 Pengertian Keputusan
Beberapa definisi keputusan yang dikemukakan para ahli dijelaskan sebagai berikut
(Hasan, 2004):
1. Menurut Ralph C. Davis
Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas.
Suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan.
Keputusan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang dibicarakan
dalam hubungannya dengan perencanaan. Keputusan dapat pula berupa
2. Menurut Mary Follet
Keputusan adalah suatu atau sebagai hukum situasi. Apabila semua fakta dari
situasi itu dapat diperolehnya dan semua yang terlibat, baik pengawas maupun
pelaksana mau mentaati hukumnya atau ketentuannya, maka tidak sama
dengan mentaati perintah. Wewenang tinggal dijalankan, tetapi itu merupakan
wewenang dari hukum situasi.
3. Menurut James A.F.Stoner
Keputusan adalah pemilihan diantara alternatif-alternatif. Definisi ini
mengandung tiga pengertian, yaitu:
a. Ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan.
b. Ada beberapa alternatif yang harus dan dipilih salah satu yang terbaik.
c. Ada tujuan yang ingin dicapai, dan keputusan itu makin mendekatkan
pada tujuan tertentu.
4. Menurut Prof. Dr. Prajudi Atmosudirjo, SH
Keputusan adalah suatu pengakhiran daripada proses pemikiran tentang suatu
masalah atau problema untuk menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat
guna mengatasi masalah tersebut, dengan menjatuhkan pilihan pada suatu
alternatif.
Dari pengertian-pengertian keputusan diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwa keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi
yag dilakukan melalui pemilihan satu alternatif dari beberapa alternatif.
2.1.3.2 Pengertian Pengambilan Keputusan
Beberapa definisi pengambilan keputusan yang dikemukakan para ahli dijelaskan
1. Menurut George R. Terry
Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan)
tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada.
2. Menurut S.P. Siagian
Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap
hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut
perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
3. Menurut James A.F. Stoner
Pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu
tindakan sebagai cara pemecahan masalah.
Dari pengertian-pengertian pengambilan keputusan diatas, dapat disimpulkan
bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik
dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai
suatu cara pemecahan masalah
2.1.4 Fase-fase Proses Pengambilan Keputusan
Menurut Simon, proses pengambilan keputusan meliputi tiga fase utama yaitu
inteligensi, desain, dan kriteria. Ia Kemudian menambahkan fase keempat yakini
implementasi (Turban, 2005). Gambaran konseptual pengambilan keputusan menurut
Gambar 2.1. Pengambilan Keputusan / Proses Pemodelan SPK
Sumber: (Turban, 2005).
Proses pengambilan keputusan dimulai dari fase inteligensi. Realitas diuji, dan
masalah diidentifikasi dan ditentukan. Kepemilikan masalah juga ditetapkan.
Selanjutnya pada fase desain akan dikonstruksi sebuah model yang merepresentasikan
sistem. Hal ini dilakukan dengan membuat asumsi-asumsi yang menyederhanakan
realitas dan menuliskan hubungan di antara semua variabel. Model ini kemudian di
validasi dan ditentukanlah kriteria dengan menggunakan prinsip memilih untuk Realisasi
Implementasi Solusi
Fase Inteligensi
Sasaran Organisasional Prosedur Pemindaian dan Penelitian
Pengumpulan Data Identifikasi Masalah Kepemilikan Masalah Klasifikasi Masalah Pernyataan Masalah
Fase Desain
Formulasi Sebuah Model
Menentukan Kriteria untuk Dipilih Mencari Alternatif
Memprediksi dan Mengukur Hasil Akhir
Fase Pilihan
mengevaluasi alternatif tindakan yang telah diidentifikasi. Proses pengembangan
model sering mengidentifikasi solusi-solusi alternatif dan demikian sebaliknya.
Selanjutnya adalah fase pilihan yang meliputi pilihan terhadap solusi yang
diusulkan untuk model (tidak memerlukan masalah yang disajikan). Solusi ni diuji
untuk menentukan viabilitasnya. Begitu solusi yang diusulkan tampak masuk akal,
maka kita siap untuk masuk kepada fase terakhir yakni fase implementasi keputusan.
Hasil implementasi yang berhasil adalah dapat dipecahkannya masalah riil.
Sedangkan kegagalan implementasi mengharuskan kita kembali ke fase sabelumnya.
2.1.4.1 Fase Intelegensi
Inteligensi dalam pengambilan keputusan meliputi scanning (Pemindaian) lingkungan,
entah secara intermiten ataupun terus-menerus. Inteligensi mencakup berbagai
aktivitas yang menekankan identifikasi situasi atau peluang-peluang masalah.
2.1.4.1.1Identifikasi Masalah (Peluang)
Fase inteligensi dimulai dengan identifikasi terhadap tujuan dan sasaran
organisasional yang berkaitan dengan isu yang diperhatikan (misal manajemen
inventori, seleksi kerja, kurangnya atau tidak tepatnya kehadiran Web), dan
determinasi apakah tujuan tersebut telah terpenuhi. Masalah terjadi karena
ketidakpuasan terhadap status quo. Ketidakpuasan merupakan hasil dari perbedaaan
antara apa yang kita inginkan (harapkan) dan apa yang terjadi. Pada fase pertama ini,
seseorang berusaha menentukan apakah ada suatu masalah, mengidentifikasi
gejala-gejalanya, menentukan keluasannya, dan mendefinisikannya secara eksplisit.
Eksistensi masalah dapat ditentukan dengan memonitor dan menganalisis
tingkat produktivitas organisasi. Ukuran produktivitas dan konstruksi sebuah model
Menentukan apakah masalah benar-benar ada, dimana masalah tersebut, dan
seberapa signifikan, dapat dilakukan setelah investigasi awal selesai dilakukan. Poin
kunci adalah apakah sistem informasi melaporkan masalah atau hanya melaporkan
gejala-gejala dari sebuah masalah.
2.1.4.1.2Klasifikasi Masalah
Klasifikasi masalah adalah konseptualisasi terhadap suatu masalah dalam rangka
menempatkannya dalam suatu kategori yang dapat didefinisikan, barangkali mengarah
kepada suatu pendekatan solusi standar. Pendekatan yang penting mengklasifikasikan
masalah-masalah sesuai tingkat strukturisasi pada masalah tersebut.
2.1.4.1.3 Kepemilikan Masalah
Menentukan kepemilikan masalah merupakan hal penting pada fase inteligensi.
Sebuah masalah ada di dalam sebuah organisasi hanya jika seseorang atau beberapa
kelompok mengambil tanggung jawab untuk mengatasinya dan jika organisasi punya
kemampuan untuk memecahkannya.
Ketika kepemilikan masalah tidak ditentukan, maka seseorang tidak
melakukan tugasnya atau masalah akan diidentifikasi sebagai masalah orang lain.
Oleh karena itu, penting bagi seseorang untuk secara sukarela “memilikinya” atau
menugaskannya kepada orang lain. Fase inteligensi berakir dengan pernyataan
2.1.4.2 Fase Desain
Fase desain meliputi penemuan atau mengembangkan dan menganalisis tindakan yang
mungkin untuk dilakukan. Hal ini meliputi pemahaman terhadap masalah dan menguji
solusi yang layak.
2.1.4.2.1Memilih Sebuah Prinsip Pilihan
Prinsip pilihan adalah sebuah kriteria yang menggambarkan akseptabilitas dari sebuah
solusi (kemampuan untuk data diterima). Pada sebuah model, prinsip tersebut adalah
sebuah variabel hasil. Memilih sebuah prinsip pilihan bukanlah bagian dari fase
pilihan, namun melibatkan bagaimana kita membangun sasaran pengambilan
keputusan kita dan bagaimana sasaran tersebut disatukan ke dalam suatu model.
2.1.4.2.2Mengembangkan (Menghasilkan) Alternatif-alternatif
Bagan signifikan dari proses pembangunan model adalah menghasilkan berbagai
alternatif. Pencarian terhadap berbagai alternative biasanya terjadi setelah kriteria
untuk mengevaluasi alternatif dilakukan. Sekuensi ini dapat mengurangi pencarian
alternative dan usaha yang dikeluarkan untuk mengevaluasinya, namun
mengidentifikasi alternatif-alternatif potensial kadang-kadang dapat membantu
mengidentifikasi kriteria.
2.1.4.2.3Mengukur Hasil Akhir
Nilai dari sebuah alternatif dievaluasi dalam hal pencapaian tujuan. Kadang-kadang
suatu hasil dinyatakan secara langsung dalam istilah tujuan. Sebagai contoh, laba
adalah hasil akhir, maksimalisasi laba adalah suatu tujuan, dan keduanya dinyatakan
dengan jumlah keluhan, dengan tingkat loyalitas terhadap sebuah produk, atau dengan
rating hasil survei.
2.1.4.3 Fase Pilihan
Pilihan merupakan tindakan pengambilan keputusan yang kritis. Fase pilihan adalah
fase di mana dibuat suatu keputusan yang nyata dan diambil suatu komitmen untuk
mengikuti suatu tindakan tertentu. Batas antara fase pilihan dan desain sering tidak
jelas karena aktivitas tertentu dapat dilakukan selama kedua fase tersebut dank arena
orang dapat sering kembali dari aktivitas pilihan ke aktivitas desain. Sebagai contoh,
seseorang dapat menghasilkan alternatif baru selagi mengevaluasi alternatif yang ada.
Fase pilihan meliputi pencarian, evaluasi, dan rekomendasi terhadap suatu solusi yang
tepat untuk model. Sebuha solusi untuk sebuah model adalah sekumpulan nilai
spesifik untuk variabel-variabel keputusan dalam suatu alternatif yang telah dipilih.
Memecahkan sebuah model tidak sama halnya dengan memecahkan masalah
yang direpresentasikan oleh model. Solusi untuk model menghasilkan sebuah solusi
yang direkomendasikan untuk masalah. Masalah dianggap dipecahkan hanya jika
solusi yang direkomendasikan sukses diterapkan.
Pemecahan sebuah model pengambilan keputusan melibatkan pencarian
terhadap suatu tindakan yang tepat. Pendekatan pencarian melibatkan teknik analitik
(memecahkan suatu formula), algoritma (prosedur langkah-demi-langkah), heuristik
(aturan utama), dan blind search (menembak didalam gelap, idealnya dalam suatu
cara yang logis).
Masing-masing alternatif harus dievaluasi. Jika suatu alternatif mempunyai
berbagai tujuan, maka semua tujuan harus diuji dan seimbang jika dihadapkan dengan
yang lainnya. Analisis sensitivitas digunakan untuk menentukan ketangguhan
sembarang alternatif yang diberikan (sedikit perubahan dalam perameter idelanya
2.1.4.4 Fase Implementasi
Pada hakikatnya implementasi suatu solusi yang diusulkan untuk suatu masalah
adalah inisiasi terhadap hal baru, atau pengenalan terhadap perubahan.
Definisi implementasi sedikit rumit karena implementasi merupakan sebuah
proses yang panjang dan melibatkan batasa-batasan yang tidak jelas. Pendek kata,
implementasi berarti membuat suatu solusi yang direkomendasikan bisa bekerja, tidak
memerlukan implementasi suatu sistem komputer.
2.1.5 Karakteristik dan Kemampuan Sistem Pendukung Keputusan
Menurut Turban (1996), ada beberapa karakteristik dari SPK, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Mendukung seluruh kegiatan organisasi
2. Mendukung beberapa keputusan yang saling berinteraksi
3. Dapat digunakan berulang kali dan bersifat konstan
4. Terdapat dua komponen utama, yaitu data dan model
5. Menggunakan baik data ekternal maupun internal
6. Memiliki kemampuan what-if analysis dan goal seeking analysis
7. Menggunakan beberapa model kuantitatif
Selain itu, Turban juga memiliki kemampuan yang harus dimiliki oleh sebuah
sistem pendukung keputusan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menunjang pembuatan keputusan manajemen dalam menangani masalah semi
terstruktur dan tidak terstruktur.
2. Membantu manajer pada berbagai tingkatan manajemen, mulai dari
manajemen tingkat atas sampai manajemen tingkat bawah.
3. Menunjang pembuatan keputusan secara kelompok dan perorangan.
4. Menunjang pembuatan keputusan yang saling bergantungan dan berurutan.
5. Menunjang tahap-tahap pembuatan keputusan antara lain intelligence, design,
6. Menunjang berbagai bentuk proses pembuatan keputusan dan jenis keputusan.
7. Kemampuan untuk melakukan adaptasi setiap saat dan bersifat fleksibel.
8. Kemudahan melakukan interaksi sistem.
9. Meningkatkan efektivitas dalam pembuatan keputusan daripada efisiensi.
10.Mudah dikembangkan oleh pemakai akhir.
11.Kemampuan pemodelan dan analisis dalam pembuatan keputusan.
12.Kemudahan melakukan pengaksesan berbagai sumber dan format data.
Disamping berbagai kemampuan dan karakteristik seperti dikemukakan di
atas, sistem pendukung keputusan memiliki juga keterbatasan, antara lain:
1. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat
dimodelkan, sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya
mencerminkan persoalan yang sebenarnya.
2. Kemampuan suatu sistem pendukung keputusan terbatas pada pengetahuan
dasar serta model dasar yang dimilikinya.
3. Proses-proses yang dapat dilakukan oleh sistem pendukung keputusan
biasanya tergantung juga pada kemampuan perangkat lunak yang
digunakannya.
4. Sistem pendukung keputusan tidak memiliki intuisi seperti yang dimiliki oleh
manusia. Karena sistem pendukung keputusan hanya suatu kumpulan
perangkat keras, perangkat lunak dan sistem operasi yang tidak dilengkapi
oleh kemampuan berpikir.
Secara implisit, sistem pendukung keputusan berlandaskan pada kemampuan
dari sebuah sistem berbasis komputer dan dapat melayani penyelesaian masalah.
2.1.6 Keuntungan Sistem Pendukung Keputusan
Beberapa keuntungan penggunaan SPK antara lain adalah sebagai berikut (Surbakti,
1. Mampu mendukung pencarian solusi dari berbagai permasalahan yang
kompleks
2. Dapat merespon dengan cepat pada situasi yang tidak diharapkan dalam
konsisi yang berubah-ubah
3. Mampu untuk menerapkan berbagai strategi yang berbeda pada konfigurasi
berbeda secara cepat dan tepat
4. Pandangan dan pembelajaran baru
5. Sebagai fasilitator dalam komunikasi
6. Meningkatkan kontrol manajemen dan kinerja
7. Menghemat biaya dan sumber daya manusia (SDM)
8. Menghemat waktu karena keputusan dapat diambil dengan cepat
9. Meningkatkan efektivitas manajerial, menjadikan manajer dapat bekerja lebih
singkat dan dengan sedikit usaha
10.Meningkatkan produktivitas analisis
2.1.7 Komponen Sistem Pendukung Keputusan
Adapun komponen-komponen dari SPK adalah sebagai berikut.:
1. Data Management
Termasuk database, yang mengandung data yang relevan untuk berbagai
situasi dan diatur oleh software yang disebut Database Management System
(DBMS).
2. Model Management
Melibatkan model finansial, statistikal, management science, atau berbagai
model kualitatif lainnya, sehingga dapat memberikan ke sistem suatu
kemampuan analitis, dan manajemen software yang dibutuhkan.
3. Communication
User dapat berkomunikasi dan memberikan perintah pada DSS melalui
4. Knowledge Management
Subsistem optional ini dapat mendukung subsistem lain atau bertindak atau
bertindak sebagai komponen yang berdiri sendiri.
[image:35.595.146.522.194.435.2]Untuk dapat lebih jelas memahami model konseptual SPK, perhatikan gambar 2.2.
Gambar 2.2. Model Konseptual SPK
Sumber: (Irfan Surbakti, 2002).
2.2 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
Pada dasarnya, proses pengambilan keputusan adalah memilih suatu alternatif. AHP
umumnya digunakan dengan tujuan untuk menyusun prioritas dari berbagai alternatif
pilihan yang ada dan pilihan-pilihan tersebut bersifat kompleks atau multikriteria
(Bourgeois, 2005).
Penentuan prioritas inilah yang merupakan bagian penting dari penggunaan
metode AHP (Mulyono, 1996). Selanjutnya Mulyono (1996), menjelaskan bahwa
pada dasarnya metode AHP merupakan suatu teori umum tentang suatu konsep
perbandingan pasangan yang bersifat diskrit maupun kontinu.
Perbandingan-perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau dari suatu skala dasar yang
mencerminkan kekuatan perasaan dan prefensi relatif.
Peralatan utama AHP adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya
persepsi manusia akan prioritas antara satu elemen dengan elemen yang lainnya.
Keberadaan hirarki memungkinkan dipecahnya masalah kompleks atau tidak
terstruktur dalam sub-sub masalah, lalu menyusunnya menjadi suatu bentuk hirarki.
Metode AHP yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty dapat memecahkan
masalah kompleks, dimana kriteria yang diambil cukup banyak, struktur masalah yang
belum jelas, ketidakpastian persepsi pembuat keputusan serta ketidakpastian
tersedianya data statistik yang akurat. Adakalanya timbul masalah keputusan yang
sulit untuk diukur secara kuantitatif dan perlu diputuskan secepatnya dan sering
disertai dengan variasi yang beragam dan rumit sehingga data tersebut tidak mungkin
dapat dicatat secara numerik karena data kualitatif saja yang dapat diukur yaitu
berdasarkan pada persepsi, preferensi, pengalaman, dan intuisi.
Beberapa kelebihan penggunaan metode AHP adalah sebagai berikut: (Suryadi
dan Ramdhani, 1998).
1. Struktur yang berbentuk hirarki sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipillih
sampai pada subkriteria yang paling dalam.
2. Memperhatikan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai
kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan keluaran analisis sensitivitas
pembuat keputusan.
Selain itu metode AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah
yang multi-objektif dan multikriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dari
setiap elemen dalam hirarki. Jadi metode AHP merupakan suatu bentuk pemodelan
2.2.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode AHP
Pada dasarnya terdapat beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan metode AHP, antara lain (Suryadi & Ramdhani 1998):
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan
2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum dilanjutkan
dengan subtujuan-subtujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif
pada tingkatan kriteria yang paling bawah
3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi
relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau
kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan
judgment dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu
elemen dibandingkan elemen lainnya
4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh nilai judgment
seluruhnya yaitu sebanyak n x [ (n-1)/2 ] buah dengan n adalah banyaknya
elemen yang dibandingkan
5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya jika tidak konsisten maka
pengambilan data diulangi
6. Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki
7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai
vektor eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis
judgment dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki
terendah sampai pencapaian tujuan.
8. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilai lebih dari 10% (persen) atau 0,1
maka penilaian data harus diperbaiki.
Langkah-langkah dalam menggunakan metode AHP yang saya lakukan dalam
skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan jenis-jenis kriteria calon penerima KUR .
2. Menyusun kriteria-kriteria tersebut dalam bentuk matriks berpasangan.
3. Menjumlah matriks kolom.
4. Menghitung nilai elemen kolom kriteria dengan rumus masing-masing elemen
5. Menghitung nilai prioritas kriteria dengan rumus menjumlah matriks baris
hasil langkah 4 dan hasilnya langkah 5 dibagi dengan jumlah kriteria.
6. Menentukan alternatif-alternatif yang akan menjadi pilihan.
7. Menyusun alternatif-alternatif yang telah ditentukan dalam bentuk matriks
berpasangan untuk masing-masing kriteria. Sehingga akan ada sebanyak n
buah matriks berpasangan antar alternatif.
8. Masing-masing matriks berpasangan antar alternatif sebanyak n buah matriks,
masing-masing matriksnya dijumlah perkolomnya.
9. Menghitung nilai prioritas alternatif masing-masing matriks berpasangan antar
alternatif dengan rumus seperti langkah 4 dan langkah 5.
10.Menguji konsistensi setiap matriks berpasangan antar alternatif dengan rumus
masing-masing elemen matriks berpasangan pada langkah 2 dikalikan dengan
nilai prioritas kriteria. Hasilnya masing-masing baris dijumlah, kemudian
hasilnya dibagi dengan masing-masing nilai prioritas kriteria sebanyak λ1, λ2,
λ3, ..., λn.
11.Menghitung nilai lamda maksimum dengan rumus:
n
∑
= λ
λmax
12.Menghitung nilai Indeks Konsisten, dengan rumus
1 max
−− =
n n CI λ
13.Menghitung Rasio Konsistensi, dengan rumus
RI CI CR =
Dimana: RI adalah nilai indek s random yang berasal dari tabel random seperti
Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Indeks Random
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51
Jika CR<0,1, maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang
diberikan konsisten. Jika CR≥ 0,1, maka nilai perbandingan berpasangan pada
matriks kriteria yang diberikan tidak konsisten. Sehingga jika tidak konsisten,
maka pengisian nilai-nilai pada matriks berpasangan pada unsur kriteria
14.Menyusun matriks baris antar alternatif versus kriteria yang isinya hasil
perhitungan proses langkah 7 , langkah 8, dan langkah 9.
15.Hasil akhir berupa prioritas global sebagai nilai yang digunakan oleh
pengambil keputusan berdasarkan nilai yang tertinggi.
2.2.2. Prinsip Dasar AHP
Dalam menyelesaikan permasalahan dengan AHP ada beberapa prinsip yang harus
dipahami, diantaranya adalah:
1. Membuat Hirarki
Sistem yang kompleks bisa dipahami dengan memecahnya menjadi
elemen-elemen pendukung, menyusun elemen-elemen secara hirarki, dan menggabungkannya
[image:39.595.156.530.391.593.2]atau mensistesisnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.3. Struktur Hirarki AHP pada Sistem Pendukung Keputusan
Pemberian KUR
2. Penilaian kriteria dan alternatif
Kriteria dan alternatif dilakukan dengan perbandingan berpasangan. Menurut
Saaty (1988), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik
untuk mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari
skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 2.2. Kriteria ke-1
Debitur ke-1
Pemberian Kredit Usaha Rakyat
Kriteria ke-2 Kriteria ke-n
...
Debitur ke-2 Debitur ke-3
Tidak Ya
Tabel 2.2. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan
Intensitas
Kepentingan
Keterangan
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada
elemen yang lainnya
5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang
lainnya
7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada
elemen lainnya
9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen
lainnya
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai
pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan
Pengisian nilai tabel perbandingan berpasangan dilakukan berdasarkan
kebijakan pembuat keputusan dengan melihat tingkat kepentingan antar satu
elemen dengan elemen yang lainnya. Proses perbandingan berpasangan,
dimulai dari perbandingan kriteria misalnya A1, A2 dan A3. Maka susunan
elemen-elemen yang dibandingkan tersebut akan tampak seperti pada tabel
[image:40.595.188.466.548.653.2]2.3.
Tabel 2.3. Contoh matriks perbandingan berpasangan
A1 A2 A3
A1 1
A2 1
A3 1
Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen digunakan
skala bilangan dari 1 sampai 9 yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Apabila suatu elemen dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi
tertentu, maka elemen j dibandingkan dengan elemen i merupakan
kebalikannya.
3. Synthesis of Priority (Penentuan Prioritas)
Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan
(Pairwise Comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif dari seluruh alternatif
kriteria bisa disesuaikan dengan judgement yang telah ditentukan untuk
menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan
manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematika.
4. Logical Consistency (Konsistensi Logis)
Konsistensi memiliki dua makna, pertama, objek-objek yang serupa bisa
dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua, menyangkut
tingkat hubungan antar objek yang didasarkan pada kriteria tertentu.
2.3 Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Sejak diluncurkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 5
November 2007, jumlah KUR (Kredit Usaha Rakyat) telah mencapai Rp6,8 triliun
dengan 672 ribu debitor. Jika dibandingkan dengan jenis kredit lain, maka
pertumbuhan KUR yang hampir Rp.1 triliun per bulan merupakan prestasi yang luar
biasa. (Retnadi, 2008).
KUR adalah Kredit Modal Kerja (KMK) dan atau Kredit Investasi (KI) dengan
plafon kredit sampai dengan Rp500 juta yang diberikan kepada usaha mikro, kecil,
menengah dan koperasi (UMKM-K) yang memiliki usaha produktif yang akan
mendapat penjaminan dari Perusahaan Penjamin. UMK & K harus merupakan usaha
produktif yang layak (feasible), namun belum bankable. KUR mensyaratkan bahwa
agunan pokok kredit adalah proyek yang dibiayai. Namun karena agunan tambahan
yang dimiliki oleh UMKM-K pada umumnya kurang, maka sebagian di tanggulangi
dengan program penjaminan. Besarnya cakupan penjaminan maksimal 70 % dari
Pada saat awal diluncurkan pada tanggal 5 November 2007, skim KUR hanya
satu jenis yaitu kredit untuk UMKM dengan plafon kredit sampai dengan Rp.500 juta.
Namun setelah berjalan beberapa waktu, Presiden R.I mengarahkan agar penyaluran
KUR lebih banyak untuk nasabah mikro dengan plafon kredit maksimal Rp. 5 juta.
Akhirnya pada tanggal 7 Mei 2008, dalam acara Rapat Koordinasi Terbatas yang
dipimpin oleh Menko Perekonomian berhasil dikeluarkan Addendum I Nota
Kesepahaman Bersama tentang pelaksanaan KUR Mikro dan KUR Linkage Program.
Dalam penelitian ini, kriteria-kriteria yang menjadi dasar pihak BSM dalam
mengambil keputusan penerima KUR ada 5 macam, yakni sebagai berikut:
1. Status Kredit
Maksud dari kriteria tersebut adalah calon penerima KUR tidak sedang
menerima kredit dalam bentuk apapun baik pada Bank BSM maupun Bank
lainnya. Hal ini sangat penting untuk melihat beban atau tanggungan yang
harus dibayar oleh calon penerima KUR. Semakin banyak ia menerima kredit
dari bank semakin banyak tanggungannya. Dan bila hal ini tidak sejalan
dengan kemampuan nasabah dalam membayar, maka kemungkinan nasabah
tersebut menerima KUR sangat kecil, karena bagaimanapun pihak bank tidak
mau menanggung resiko.
2. Produktivitas usaha
Produktivitas suatu usaha dilihat dari beberapa faktor diantara lokasi usaha,
jenis usaha dan pendapatan calon penerima KUR per bulan. Semakin baik nilai
faktor-faktor ini, maka semakin produktif pula usaha calon penerima KUR
3. Kondisi usaha
Baik atau tidaknya kondisi usaha calon penerima KUR dapat dilihat pula dari
beberapa faktor seperti sumber daya manusia (SDM) baik dari sisi kuantitas
maupun kualitas, peralatan dan perlengkapan usaha maupun dari faktor
manajemen usaha.
4. Jaminan
Jaminan merupakan salah satu faktor penting dalam mempertimbangkan
seseorang layak atau tidak menerima KUR di BSM. Beberapa hal yang dapat
dijadikan jaminan adalah rumah/ruko, tanah maupun bpkb kendaraan.
5. Kolektibilitas
Kolektibilitas merupakan kelancaran nasabah dalam membayar cicilan kredit
tiap bulannya. Bank BSM mengklasifikasikan kolektibilitas ini ke dalam 5
kategori, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Lancar
2. Dalam Perhatian Khusus
3. Kurang Lancar
4. Diragukan
BAB 3
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1 Analisis Sistem
Analisis sistem dalam penelitian ini akan dilakukan dalam beberapa tahap yakni
analisis sistem manual, analisis permasalahan dan analisis kebutuhan sistem
pendukung keputusan. Berikut akan dijelaskan masing-masing analisis tersebut.
3.1.1 Analisis Permasalahan
KUR adalah Kredit Modal Kerja (KMK) dan atau Kredit Investasi (KI) dengan plafon
kredit sampai dengan Rp500 juta yang diberikan kepada usaha mikro,
kecil,menengahdan koperasi (UMKM-K) yang memiliki usaha produktif yang akan
mendapat penjaminan dari Perusahaan Penjamin. UMK & K harus merupakan usaha
produktif yang layak (feasible), namun belum bankable.
KUR mensyaratkan bahwa agunan pokok kredit adalah proyek yang dibiayai.
Namun karena agunan tambahan yang dimiliki oleh UMKM-K pada umumnya
kurang, maka sebagian di-cover dengan program penjaminan. Sumber dana KUR
sepenuhnya berasal dari dana komersial Bank.
Banyak kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan pada
permasalahan KUR tersebut. Salah satunya adalah model penilaian yang bersifat
kuantitatif. Salah satu metode perhitungan kuantitatif tersebut adalah metode
Metode AHP merupakan metode yang tepat digunakan untuk permasalah KUR
tersebut karena bersifat kompleks dan multikriteria. AHP umumnya digunakan dengan
tujuan untuk menyusun prioritas dari berbagai alternatif pilihan yang ada dan
pilihan-pilihan tersebut bersifat kompleks atau multikriteria (Bourgeois, 2005).
Dalam menentukan seseorang layak atau tidak menerima KUR semata mata
tidak hanya terletak pada dasar-dasar yang objektif, manun subjektifitas pada tiap
nasabah juga diperlukan. Hal-hal yang menyangkut sosial masyarakat, sikap dan
tingkah laku yang baik juga turut menjadi andil dalam mengambil keputusan siapa
yang layak atau tidak menerima KUR tersebut. Untuk itulah digunakan metode AHP
yang dapat merepresentasikan persepsi masusia sebagai masukan dalam pengambilan
keputusan.
Dari berbagai analisis tersebut, maka penulis akan merancang sebuah sistem
yang dapat memberikan suatu urutan prioritas nasabah yang layak menerima KUR
berdasarkan masukan dari manajer dengan menggunakan metode AHP. Diharapkan,
dengan adanya urutan prioritas nasabah tersebut, seorang manajer dapat lebih mudah
dalam mengambil keputusan siapa yang dapat menerima KUR dan siapa yang tidak.
3.1.2 Analisis Kebutuhan Sistem Pendukung Keputusan
Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan
dalam sebuah sistem pendukung keputusan. Kebutuhan- kebutuhan yang dimaksud
antara lain:
1. Kebutuhan Data Masukan
Yaitu data-data yang dimasukkan ke dalam sistem untuk diolah/diproses.
Data-data tersebut antara lain berupa nilai matriks perbandingan baik antar kriteria
maupun antar nasabah untuk tiap kriteria.
2. Kebutuhan Data Keluaran
Yaitu data-data yang dikeluarkan sistem setelah diolah/diproses untuk
adalah urutan prioritas nasabah yang layak menerima KUR dari yang tertinggi
hingga terendah beserta tingkat persentasinya.
3.1.3 Analisis Pemecahan Masalah dengan Metode AHP
Urutan langkah-langkah pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Menentukan jenis-jenis kriteria calon penerima KUR. Kriteria-kriteria yang
dibutuhkan calon penerima KUR adalah status kredit, produktivitas usaha,
kondisi usaha, jaminan dan kolektibilitas.
2. Menyusun kriteria-kriteria calon penerima KUR dalam matriks berpasangan
[image:46.595.118.511.418.650.2]seperti tabel 3.1.
Tabel 3.1 Matriks Berpasangan untuk Kriteria calon penerima KUR
Cara pengisian elemen-elemen matriks pada Tabel 3.2, adalah sebagai berikut:
a. Elemen a[i,j] = 1, dimana i = 1,2,3,...n. Untuk penelitian ini, n = 5.
b. Elemen matriks segitiga atas sebagai input.
c. Elemen matriks segitiga bawah mempunyai rumus
Kriteria Status
kredit
Produktivitas Usaha
Kondisi
Usaha Jaminan Kolektibilitas
Status kredit Produktivitas
Usaha Kondisi
Usaha
Jaminan
Kolektibilitas
[ ] [ ]
j i a i j a, [
1
, = Untuk i ≠ j.
3. Menjumlah setiap kolom pada Tabel 3.1.
Ks =
∑
= n i i a 1 ] 1 , [
Kp =
∑
= n i i a 1 ] 2 , [
Kk =
∑
= n i i a 1 ] 3 , [
Kj =
∑
= n i i a 1 ] 4 , [
Kko =
∑
= n i i a 1 ] 5 , [ Keterangan:
i = Baris
j = Kolom
n = banyak kriteria (5)
Ks = Jumlah kolom status kredit
Kp = Jumlah kolom produktivitas usaha
Kk = Jumlah kolom kondisi usaha
Kj = Jumlah kolom jaminan
Kko = Jumlah kolom kolektibilitas
4. Menentukan nilai elemen kolom kriteria dengan rumus tiap-tiap sel pada Tabel
3.1 dibagi dengan masing-masing jumlah kolom pada langkah 3.
Hks = (Xs1…Xs5) / Ks
Hkp = (Xp1…Xp5) / Kp
Hkk = (Xk1…Xk5) / Kk
Hkj = (Xj1…Xj5) / Kj
Keterangan :
n = banyak kriteria (5)
Xsn = Setiap sel kolom status kredit
Xpn = Setiap Sel kolom produktivitas usaha
Xkn = Setiap Sel kolom kondisi usaha
Xjn = Setiap Sel kolom jaminan
Xkon = Setiap Sel kolom kolektibilitas
Hks = Hasil bagi setiap sel kolom status kredit dengan jumlah kolom status
kredit
Hkp = Hasil bagi setiap sel kolom produktivitas usaha dengan jumlah
kolom produktivitas usaha
Hkk = Hasil bagi setiap sel kolom kondisi usaha dengan jumlah kolom
kondisi usaha
Hkj = Hasil bagi setiap sel kolom jaminan dengan jumlah kolom jaminan
Hkko = Hasil bagi setiap sel kolom kolektibilitas dengan jumlah kolom
kolektibilitas
5. Menentukan prioritas kriteria pada masing-masing baris pada Tabel 3.1 dengan
rumus jumlah baris dibagi dengan banyak kriteria.
Bs=
∑
= n j j a 1 ] , 1 [
Bp=
∑
= n j j a 1 ] , 2 [
Bk=
∑
= n j j a 1 ] , 3 [
Bj=
∑
= n j j a 1 ] , 4 [
Bko=
∑
= n j j a 1 ] , 5 [
Ps =
5
s
Pp =
5
p B
Pk =
5
k
B
Pj =
5
j B
Pko =
5
ko
B
Keterangan :
n = banyak kriteria (5)
Bs = Jumlah baris status kredit
Bp = Jumlah baris Produktivitas Usaha
Bk = Jumlah baris Kondisi Usaha
Bj = Jumlah baris Jaminan
Bko = Jumlah baris Kolektibilitas
Ps = Prioritas Status Kredit
Pp = Prioritas Produktivitas Usaha
Pk = Prioritas Kondisi Usaha
Pj = Prioritas jaminan
Pko = Prioritas Kolektibilitas
6. Memasukkan data-data nama calon penerima KUR dalam bentuk matriks
berpasangan seperti tabel 3.2.
Tabel 3.2 Matriks berpasangan calon penerima KUR
Status kredit Marina Gilang Ari Hendra Andi
Marina Gilang
Ari Hendra
Andi Jumlah
7. Menjumlah setiap kolom pada Tabel 3.3.
Kds =
∑
= n i i a 1 ] 1 , [
Kdp =
∑
= n i i a 1 ] 2 , [
Kdk =
∑
= n i i a 1 ] 3 , [
Kdj =
∑
= n i i a 1 ] 4 , [
Kdko =
∑
= n i i a 1 ] 5 , [ Keterangan:
i = Baris
j = Kolom
Kds = Jumlah kolom nasabah per status kredit
Kdp = Jumlah kolom nasabah per produktivitas usaha
Kdk = Jumlah kolom nasabah kondisi usaha
Kdj = Jumlah kolom nasabah per jaminan
Kdko = Jumlah kolom nasabah per kolektibilitas
[image:50.595.138.419.124.506.2]8. Menentukan nilai elemen kolom nasabah dengan rumus tiap-tiap sel pada
Tabel 3.3 dibagi dengan jumlah kolom pada langkah 7.
Hdks = (Xds1…Xnsn) / Kds
Hdkp = (Xdp1…Xnpn) / Kdp
Hdkk = (Xdk1…Xdkn) / Kdk
Hdkj = (Xdj1…Xdjn) / Kdj
Keterangan :
n = banyak nasabah
Xdsn = Setiap sel kolom nasabah per status kredit
Xdpn = Setiap Sel kolom nasabah per produktivitas usaha
Xdkn = Setiap Sel kolom nasabah per kondisi usaha
Xdjn = Setiap Sel kolom nasabah per jaminan
Xdkon = Setiap Sel kolom nasabah per kolektibilitas
Hdks = Hasil bagi setiap sel kolom nasabah per status kredit dengan jumlah
kolom status kredit
Hdkp = Hasil bagi setiap sel kolom nasabah per produktivitas usaha dengan
jumlah kolom produktivitas usaha
Hdkk = Hasil bagi setiap sel kolom nasabah per kondisi usaha dengan jumlah
kolom kondisi usaha
Hdkj = Hasil bagi setiap sel kolom nasabah per jaminan dengan jumlah
kolom jaminan
Hdkko = Hasil bagi setiap sel kolom nasabah per kolektibilitas dengan jumlah
kolom kolektibilitas
9. Menentukan prioritas nasabah pada masing-masing baris pada Tabel 3.3
dengan rumus jumlah baris dibagi dengan banyak calon nasabah (dalam
penelitian ini ada 5).
Bds=
∑
= n j j a 1 ] , 1 [
Bdp=
∑
= n j j a 1 ] , 2 [
Bdk=
∑
= n j j a 1 ] , 3 [
Bdj=
∑
= n j j a 1 ] , 4 [
Bdko=
∑
Pds = n Bns
Pdp =
n Bnp
Pdk = n Bnk
Pdj =
n Bnj
Pdko = n Bnko
Keterangan :
Bds = Jumlah baris nasabah per status kredit
Bdp = Jumlah baris nasabah per produktivitas usaha
Bdk = Jumlah baris nasabah per kondisi usaha
Bdj = Jumlah baris nasabah per jaminan
Bdko = Jumlah baris nasabah per kolektibilitas
Pds = Prioritas nasabah per status kredit
Pdp = Prioritas nasabah per produktivitas usaha
Pdk = Prioritas nasabah per kondisi usaha
Pdj = Prioritas nasabah per jaminan
Pdko = Prioritas nasabah per kolektibilitas
10.Menguji konsistensi matriks berpasangan.
Rs = (Xs1…Xsn) * Ps
Rp = (Xp1…Xpn) * Pp
Rk = (Xk1…Xkn) * Pk
Rj = (Xj1…Xjn) * Pj
Keterangan :
Rs = Perkalian sel kolom status kredit dengan prioritas kriteria baris
status kredit
Rp = Perkalian sel kolom produktivitas usaha dengan prioritas kriteria
baris produktivitas usaha
Rk = Perkalian sel kolom kondisi usaha dengan prioritas kriteria baris
kondisi usaha
Rj = Perkalian sel kolom jaminan dengan prioritas kriteria baris jaminan
Rko = Perkalian sel kolom kolektibilitas dengan prioritas kriteria baris
kolektibilitas
Jumlah baris hasil perkalian inputan kriteria dengan prioritas kriteria
Bps=
∑
= n j j a 1 ] , 1 [
Bpp=
∑
= n j j a 1 ] , 2 [
Bpk=
∑
= n j j a 1 ] , 3 [
Bpj=
∑
= n j j a 1 ] , 4 [
Bpko=
∑
= n j j a 1 ] , 5 [ Keterangan :
i = Baris
j = Kolom
Bps = Jumlah baris hasil perkalian inputan kolom status kredit dengan
prioritas status kredit
Bpp = Jumlah baris hasil perkalian inputan kolom produktivitas usaha
Bpk = Jumlah baris hasil perkalian inputan kolom kondisi usaha dengan
prioritas kondisi usaha
Bpj = Jumlah baris hasil perkalian inputan kolom jaminan dengan prioritas
jaminan
Bpko = Jumlah baris hasil perkalian inputan kolom kolektibilitas dengan
prioritas kolektibilitas
11.Menghitung λ maksimum, CI dan CR.
s λ = s ps P B p λ = p pp P B k λ = k pk P B j λ = j pj P B ko λ = ko pko P B max λ = 5 ko j k p
s λ λ λ λ
λ + + + +
Keterangan:
n = Banyak kriteria (5)
s
λ = λstatus kredit
p
λ = λproduktivitas usaha
k
λ = λkondisi usaha
j
λ = λjaminan
ko
Keterangan:
CI : Consistency Index (Indeks Konsistensi)
CR : Consistency Ratio (Rasio Konsistensi)
λmax : eigenvalue maksimum (bobot maksimum setiap elemen)
n : banyaknya kriteria
12.Menghitung nilai prioritas global.
Pts = (Pds1… Pdsn) * Ps
Ptp = (Pdp1… Pdpn) * Pp
Ptk = (Pdk1… Pdkn) * Pk
Ptj = (Pdj1… Pdjn) * Pj
Ptko = (Pdko1… Pdkon) * Pko
Prioritas tujuan: Perkalian nilai prioritas nasabah per kriteria dengan prioritas
kriteria
Keterangan:
Pts = prioritas tujuan nasabah per status kredit
Ptp = prioritas tujuan nasabah per produktivitas usaha
Ptk = prioritas tujuan nasabah per kondisi usaha
Ptj = prioritas tujuan nasabah per jaminan
Ptko = prioritas tujuan nasabah per kolektibilitas
Pgm =
∑
= n