• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.2. Karakteristik Masyarakat

4.2.1. Pencari Kayu Bakar

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dan wawancara dengan responden ternyata semua responden menggunakan kayu bakar sebagai sumber energi untuk kebutuhan rumah tangga. Hal ini dikarenakan semua desa-desa sampel berbatasan dengan sumberdaya hutan, dan tersedia bahan baku kayu yang dapat dengan mudah dimanfaatkan sebagai kayu bakar oleh masyarakat. Disamping itu Gayo Lues merupakan salah satu Kabupaten yang relatif jauh dari sumber energi, seperti minyak tanah, yang dikarenakan aksesbilitas yang kurang mendukung, apalagi pada desa-desa pinggir hutan yang relatif masih sulit terjangkau. Kalaupun ada tersedia seperti BBM, tetapi harganya yang tidak terjangkau oleh masyarakat. Selain itu persoalan budaya dan kebiasaan bagi masyarakat melakukan kegiatan memasak dengan menggunakan kayu bakar.

Secara umum kayu bakar bersumber dari hutan dengan cara memungut sendiri, namun sebagian masyarakat memperoleh kayu bakar dengan cara membeli, tetapi sumber kayunya juga dari hutan. Selanjutnya jenis kayu yang digunakan berupa ranting, cabang dan batang pohon dari hutan alam campuran dan hutan pinus. Khusus untuk Desa Gumpang Kecamatan Putri Betung, kebanyakan responden/masyarakat mengambil kayu bakar dari hutan alam campuran (kawasan TNGL), tetapi dalam dua-tiga tahun terakhir ini masyarakat lebih banyak memanfaatkan kayu bakar dari pohon kemiri, dimana kemiri yang sudah berumur tua kebanyakan ditebang, bahkan sebagian kemiri berumur muda juga ditebang, dan tidak diganti/ditanami kembali dengan jenis yang sama (kemiri), dan secara umum diganti dengan tanaman semusim, seperti jagung, dan tanaman lainnya. Pohon kemiri yang sudah ditebang inilah yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber energi untuk memasak. Selanjutnya rincinan mengenai karakteristik sosial ekonomi masyarakat pencari, dan pengguna kayu bakar disajikan pada Tabel 14.

Berdasarkan Tabel 14, terlihat bahwa karakteristik para pencari dan pengguna kayu bakar menunjukkan hasil yang berbeda, baik dari aspek konsumsi kayu bakar sampai kepada biaya pengadaan kayu bakar. Terjadinya perbedaan ini antara lain disebakan oleh perbedaan tujuan pengambilan kayu bakar, yaitu untuk

53

kebutuhan sendiri dan untuk dijual. Bagi masyarakat yang tujuan pengambilan kayu bakar untuk dijual, tentunya dalam curahan atau satuan waktu tertentu dapat mengumpulkan jumlah kayu bakar yang lebih banyak, sehingga dengan sendirinya biaya pengadaannya juga lebih rendah, bila dibandingkan dengan masyarakat yang tujuan pengambilan kayu bakar untuk dimanfaatkan sendiri. Tabel 14. Karakteristik Sosial Ekonomi Pencari dan Pengguna Kayu Bakar

No Parameter Satuan Minimum Maksimum Rata-Rata

1. Umur kepala keluarga Tahun 23 70 45,82

2. Pendidikan kepala

keluarga Tahun 0 17 6,88

3. Jumlah anggota keluarga Orang 2 10 4,43

4. Pendapatan perkapita Rp/bln 18.750 235000 85476

5. Frekwensi memasak Kali/hari 2 3 2,54

6. Konsumsi kayu bakar Kg/org/

tahun 298,6 2750 1235,7

7. Biaya pengadaan Rp/Kg 3.75 375 74,61

4.2.2. Pencari Pakan ternak

Secara umum masyarakat Gayo Lues, khususnya masyarakat tinggal sekitar hutan, sudah tentu pekerjaan utamanya sebagai petani, sedangkan kegiatan pemeliharaan ternak hanya sebagai pekerjaan sampingan. Untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak dilakukan dengan memanfaatkan pakan-pakan yang dapat dimakan oleh ternak terutama yang terdapat pada sumberdaya hutan. Untuk itu pekerjaan mencari hijauan pakan ternak merupakan pekerjaan sampingan, yang tujuannya adalah sebagai tambahan ekonomi dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah tangga. Selanjutnya karakteristik sosial ekonomi responden/masyarakat pencari pakan ternak disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Karakteristik Sosial Ekonomi Pencari Pakan Ternak.

No Parameter Satuan Minimum Maksimum Rata-

rata

1. Umur Kepala Keluarga Tahun 23 65 46,12

2. Pendidikan Tahun 0 15 5,45

3. Jumlah anggota Keluarga Orang 2 9 4.65

4. Pendapatan/kapita Rp/bulan 29368 250000 81065 5. Jarak rumah ke hutan Meter 2.000 50 408,47 6. Pemberian pakan Kg/ekor/hari 5,69 17,65 11,50 7. Biaya pengadaan pakan Rp/kg 35,18 185,62 86,82

54

Berdasarkan data pada Tabel 15, terlihat bahwa semua komponen karakteristik sosial ekonomi responden/masyarakat sangat bervariasi, dimana untuk pendapatan perkapita yang terendah adalah Rp 29.368, dan yang tertinggi yaitu Rp.250.000,-, dengan pendapatan/kapita rata-rata adalah Rp. 81.065,27.

Kebutuhan waktu untuk mencari pakan ternak biasanya 6 – 7 hari dalam seminggu, dengan curahan waktu antara 1 s/d 3 jam/hari. Bervariasinya curahan waktu pencari pakan ternak antara lain dipengaruhi oleh jarak tempuh dari rumah ke lokasi pengambilan pakan ternak. Sebenarnya mengambil pakan ternak ke hutan termasuk berat, karena lokasinya relatif jauh, namun mengingat di luar hutan ketersediaan pakan ternak sudah sulit untuk didapatkan, maka bagi masyarakat tidak ada pilihan lain, mau-tidak mau harus mengambil dari hutan.

4.2.3. Pengguna Air

Sumber air yang digunakan oleh masyarakat, terutama masyarakat sekitar hutan, merupakan sumber air yang dihasilkan dari hutan. Pemanfaatan air ini antara lain untuk keperluan rumah tangga, air pertanian, dan sebagai sumber pembangkit listrik. Uraian untuk setiap karakteristik manfaat air sebagai berikut:

4.2.3.1. Pengguna air rumah tangga

Secara umum penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga antara lain digunakan untuk kebutuhan memasak, mandi, mencuci, dan kakus (WC). Dilihat dari tempat pengambilan air, masyarakat menggunakan air dari sungai, mata air dan sumur. Untuk lebih jelasnya tentang rincian kebutuhan penggunaan air rumah tangga berdasarkan sumber airnya disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Rincian Sumber Air Untuk Kebutuhan Rumah Tangga

No Desa Sampel Sumber Air

1. Palok Mata Air

2. Kuta Ujung Sungai dan mata air

3. Tungel Sungai dan Sumur

4. Tongra Sungai

5. Pertik Sungai dan Mata Air

6. Akang Siwah Mata Air

7. Sangir Sungai dan Mata Air

8. Gumpang Sungai dan Mata Air

9. Keudah Mata Air

10. Perlak Sungai dan mata air

55

Keberadaan tempat dan jenis sumber air yang dimanfaatkan, ternyata dapat mempengaruhi dan membentuk pola dan perilaku masyarakat, misalnya dalam hal mandi, mencuci dan buang air besar. Bagi masyarakat yang desa atau rumahnya berdekatan dengan sungai, tentu mereka lebih memanfaatkan sumber air sungai sebagai tempat mandi, mencuci dan buang air besar. Namun bagi masyarakat yang sumber air dari mata air, tentu kebutuhan air rumah tangga dipenuhi dari mata air, bahkan sebagian ada yang mata air sampai/tersedia sampai dalam rumah, sehingga masyarakat terbiasa melakukan mandi, mencuci dan buang air besar di rumah,baik yang berada di dalam rumah, maupun kamar mandi di luar rumah. Namun bagi masyarakat dari ekonomi lemah ternyata kegiatan mandi, mencuci dan buang air besar dilakukan di tempat sumber mata air. Pada Gambar 4 dapat dilihat satu sumber air yang dimanfaatkan masyarakat melalui pembangunan instalasi penampungan air primer (utama) dan sekunder yang dibangun secara kelompok.

Gambar 4. Sistem pengaliran air dari bak sekunder ke bak rumah tangga di Desa Kenyaran Kecamatan Pantan Cuaca.

Persoalan perilaku masyarakat dalam kaitannya dengan pemanfaatan air untuk kebutuhan rumah tangga antara lain dipengaruhi kondisi alam, faktor budaya/kebiasaan dan juga dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi. Secara umum karakteristik sosial ekonomi masyarakat/responden pengguna air untuk kebutuhan rumah tangga disajikan pada Tabel 17.

56

Tabel 17. Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Pengguna Air Untuk Kebutuhan Rumah Tangga

No Karakteristik Satuan Minimum Maksimum Rata-Rata

1. Umur kepala keluarga Tahun 25 75 45,58

2. Pendidikan kepala keluarga Tahun 0 17 7,04

3. Jumlah anggota keluarga Orang 2 8 4,28

4. Pendapatan per kapita Rp/bulan 28.571 400.000 92.550,26

5. Jarak kesumber air Meter 15 300 50,42

6. Pemakaian/konsumsi air M3/org/thn 20,25 50,10 35,20

7. Biaya Pengadaan Rp. 9,55 215,52 68,67

4.2.3.2.Pengguna Air Pertanian/Sawah

Kondisi sawah yang dikaji dalam penelitian ini ádalah sawah-sawah berpengairan, baik irigási maupun non irigasi Gambar 5. Sedangkan untuk sawah-sawah yang sumber airnya dari air hujan tidak termasuk dalam penelitian.

Gambar 5. Saluran irigasi di desa Akang Siwah Kecamatan Blang Pegayon Selanjutnya rata-rata luas pemilikan lahan sawah petani adalah 0,42 hektar. Secara umum 78 % dari sawah tersebut dapat dilakukan pemanenan 2 kali dalam setahun. Rincian karakteristik petani sawah berpengairan disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18. Karakteristik Pengguna Air Sawah

No Karakteristik Satuan Minimum Maksimum Rata-Rata

1. Umur kepala keluarga Tahun 23 65 41,62

2. Pendidikan kepala keluarga Tahun 0 17 6,88

3. Jumlah anggota keluarga Orang 2 10 4,50

4. Pendapatan per kapita Rp/bulan 20.000 400.000 122.677,49

5. Jarak kesumber air Meter 25 1.500 184,06

6. Biaya pengadaan air M3/org/thn 20.000 375.000 162.361,87

57

4.2.4. Peladang

Kegiatan perladangan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan Gayo Lues merupakan kegiatan yang sudah berlangsung lama, dan sudah dilakukan secara turun-temurun dan kegiatan yang terbiasa mereka lakukan, bahkan sudah membudaya. Karakteristik para peladang disajikan pada Tabel 19.

Tabel 19. Karakteristik Peladang

No Parameter Satuan Minimum Maksimum Rata-rata 1. Umur kepala keluarga Tahun 29 75 47,64 2. Pendidikan kep keluarga Tahun 0 12 6,42 3. Jumlah anggota keluarga Orang 2 8 4,54 4. Lama tinggal di desa tahun 29 75 47,64 5. Pendapatan per kapita Rp/bln 25.000 400.000 93.212,52 7. Jarak rumah ke hutan Meter 50 8.000 861,08 8. Jarak rumah keladang Meter 400 8.000 2907,14 9. Luas areal perladangan Hektar 0,25 2,50 0,80

10. Lama berladang Tahun 10 41 21,26

11. Biaya pengadaan/

pengolahan lahan Rp/ha 100.000 868.000 328.922,42

Secara umum jenis-jenis tanaman yang lazim ditanami adalah serewangi, nilam, tembakau, jagung, dan beberapa jenis tanaman muda lainnya. Sedangkan tanaman keras secara umum masyarakat menanam tanaman kemiri, kopi, dan lain-lain. Selanjutnya dilihat dari cara masyarakat memperoleh lahan sebagai tempat berladang, dilakukan dengan cara membuka hutan primer, dan sampai saat ini secara umum masih dilakukan secara berpindah-pindah, dimana setelah lahan digunakan untuk beberapa tahun, dan lahannya sudah tidak subur lagi, maka para peladang akan mencari dan membuka lahan baru yang lebih subur.

4.2.5. Pengunjung Tempat Rekreasi

Gayo Lues merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Aceh yang termasuk daerah dataran tinggi, yang kondisinya berbukit dan bergunung-gunung. dengan ketinggian berkisar antara 400 sampai lebih besar dari 3000 meter dpl, dan juga merupakan wilayah/puncak tertinggi di Provinsi Aceh, dan sering disebut dengan kabupaten seribu bukit. Oleh karena itu di Gayo Lues, khususnya pada sumberdaya hutan terdapat beberapa tempat/objek wisata yang indah dan menakjubkan untuk dinikmati, seperti keberadaan Gunung Leuser, Gunung

58

Kemiri, pemandian air panas, air terjun, sungai alas, sungai tripe, dan sungai tamiang, serta objek-objek wisata lainnya.

Secara umum para pengunjung melakukan kegiatan rekreasi kebeberapa lokasi wisata, dimana di wilayah Gayo Lues terdapat beberapa lokasi yang mempunyai panorama yang indah. Namun pengunjung dari luar Gayo Lues, baik dari dalam Provinsi Aceh maupun luar Provinsi Aceh, dan wisatawan manca negara lebih memilih untuk berkunjung ke wilayah Gunung Leuser yang lokasinya berada di Desa Keudah Panosan Sepakat Kecamatan Blang Jeurango, dan Gunung Kemiri di Kecamatan Putri Betung. Selanjutnya rincian pengunjung manca negara yang berkunjung ke objek wisata Gunung Leuser mulai tahun 1996 – 2009 disajikan pada Lampiran 3, dan rekapitulasinya disajikan pada tabel 20.

Berdasarkan data pada Tabel 20, menunjukkan bahwa mulai tahun 2003 – 2005 tidak ada wisatawan manca negara yang berkunjung ke objek wisata Gunung Leuser, dikarenakan pada saat itu sedang puncaknya terjadi konflik antara GAM dengan Pemerintah RI.

Tabel 20. Distribusi Wisatawan manca Negara yang Berkunjung ke Objek Wisata Gunung Leuser

No Tahun Kunjungan Jumlah Wisatawan (Orang) Jumlah Negara Berkunjung 1. 1996 302 28 2. 1997 227 28 3. 1998 128 27 4. 1999 54 18 5. 2000 35 10 6. 2001 18 7 7. 2002 15 7 8. 2003 -2005 0 - 9. 2006 2 2 10. 2007 26 14 11. 2008 42 17 12. 2009 68 17 13 2010 123 19

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang pemandu wisata di Desa Keudah Panosan Sepakat, bahwa para wisatawan berkunjung Gunung Leuser adalah melalui informasi dari kawan-kawannya yang sebelumnya pernah datang berkunjung ke objek wisata Gunung Leuser. Secara umum wisatawan ini datang secara berkelompok, berdua dan ada juga secara sendiri-sendiri, dan

59

mereka menginap beberapa malam di tempat yang telah disediakan oleh masyarakat setempat. Selama di wilayah Gunung Leuser mereka melakukan kegiatan treaking sambil menikmati keindahan hutan alam tropis, dan juga berbagai keunikan dari flora fauna.

Dari sekian banyak pengunjung yang datang berkunjung ke objek wisata Gunung Leuser ternyata baru hanya beberapa kelompok saja yang mampu mendaki sampai ke puncak Gunung Leuser dengan ketinggian lebih kurang 3.400 meter dpl. Untuk sampai ke puncak Leuser para pendaki membutuhkan waktu selama 7 hari, berarti untuk pulang-pergi dibutuhkan waktu selama 13 - 15 hari perjalanan.

Sebagai informasi bahwa aksessibilitas untuk menuju sampai ketempat wisata di Gayo Lues, terutama ke wilayah objek wisata Gunung Leuser hanya dapat ditempuh melalui jalan darat. Rincian rute jalan darat menuju Gunung Leuser seperti tertera pada Tabel 21.

Tabel 21. Aksessibilitas Menuju Objek Wisata Gunung Leuser

No Rute Jarak

(Km)

Waktu

(Jam) Keterangan 1. Banda Aceh – Aceh

Tengah – Blang Keujeren

450 14

Dari Takengon ke Blang Keujeuren, jalan rawan longsor

2. Banda Aceh – Aceh Barat Daya – Blang Keujeren

500 16

Dari Abdya ke Blang Kejenen Secara umum jalan belum diaspal 3. Medan – Aceh

Tenggara – Blang Keujeren

450 12 Jalan Rawan Longsor

4. Medan – Aceh Tangah

– Blang Kejeren 500 14

Dari Takengon ke Blang Keujeuren, jalan rawan longsor

5. Medan – Aceh Barat

Daya – Blang Kejeren 550 18

Dari Abdya ke Blang Kejeuren Secara umum jalan belum diaspal

Karakteristik sosial ekonomi masyarakat lokal yang berkunjung ke objek wisata Gayo Lues (Gunung leuser), dari karakteristik umur ternyata berkisar antara 18 s/d 46 tahun, sedangkan dari aspek pendidikan ternyata rata-rata 11,67 tahun. Untuk lebih jelasnya tentang karakteristik sosial ekonomi pengunjung lokal yang berkunjung ke obek wisata Gayo Lues disajikan pada Tabel 22.

60

Tabel 22. Karakteristik Sosial Ekonomi Pengunjung Lokal

No Karakteristik Satuan Minimum Maksimum Rata-Rata

1. Umur Tahun 18 46 27,40

2. Pendidikan Tahun 9 17 11,67

3. Penghasilan Rp/bln 360.000 2.500.000 1.169.333,33

4. Waktu kerja/hari Jam 0 10 6,80

5. Waktu luang/hari Jam 0 4 2,70

6. Waktu luang/

minggu Hari 0 2 1,54

Dokumen terkait