C. Keefektifan Model SGIL dalam meningkatkan Keterampilan Berpikir kritis
1. Karakteristik Model SGIL
Karakteristik model SGIL dibedakan menjadi sintak, sistem sosial, commit to user
103 prinsip reaksi, sistem pendukung, dampak pembelajaran instruksional dan dampak pengiring. Model pembelajaran SGIL dikembangkan dari dua model induk, yaitu Inkuiri dan Group Investigation (GI). Kedua model pembelajaran induk memiliki karakteristik khusus. Model Inkuiri merupakan model penelitian yang berbasis penemuan, melalui pendekatan kontekstual (Thaiposri
& Wannapiroon, 2015). Mahasiswa berusaha membuat penemuannya sendiri berdasarkan data dan fakta. Model GI merupakan model pembelajaran lebih mengarah pada sistem sosial. Mahasiswa secara berkelompok (kooperatif) akan bekerjasama dalam menemukan konsep (Jongsermtrakoon & Nasongkhla, 2015). Tahapan dalam penemuan konsep dapat ditunjukkan dalam sintak SGIL.
a. Sintak Model SGIL
Pengembangan sintak model Scientific Group Inquiry Learning (SGIL) ada 5 tahap, yaitu: 1) identifikasi masalah dan pemilihan topik, 2) perencanaan eksperimen, 3) implementasi, 4) pengumpulan data, 5) analisis dan sintesis, dan 6) kesimpulan dan komunikasi. Pada tahap ke 1 (identifikasi masalah dan pemilihan topik) identifikasi masalah dapat dikembangkan dengan pemilihan topik. Materi energi pada mata kuliah Energi dibedakan menjadi 8 topik. Keterbatasan waktu yang merupakan kelemahan inkuiri dapat diminimalisir dengan pembentukan kelompok dengan pembagian topik energi. Masing-masing kelompok memiliki tanggung jawab dalam mengidentifikasi masalah dalam setiap topik yang akan mereka pecahkan bersama.
Pada tahap ke 2 (perencanaan eksperimen), mahasiswa yang sudah terbagi dalam kelompok kerja merencanakan pemecahan masalah melalui rencana eksperimen. Pada tahap ini mahasiswa diberikan kesempatan untuk menjalin komunikasi sosial, berbagi ide dan gagasan dalam membuat eksperimen.
Tahap ke 3 (implementasi) mahasiswa melaksanakan perencanaan eksperimen yang sudah direncanakan dalam sebuah eksperimen dalam kelompok yang telah dibentuk. Melalui eksperimen ini interaksi sosial commit to user
dapat terjadi. Setiap mahasiswa memiliki peran yang sama. Mereka dapat bertukar pendapat dan memberikan masukan selama mengerjakan tugas.
Setiap data yang dihasilkan dikumpulkan dan dicatat sebagai salah satu bagian tahapan pembelajaran.
Tahap ke 4 (pengumpulan data) Data yang dihasilkan pada kegiatanm implementasi dikelompokkan sesuai topiknya masing-masing.
Setelah pengumpulan data dilakukan, dilanjutkan tahap ke 5 (analisis dan sintesis). Data yang ada dianalisis dan disintesis bersama kawan sekelompoknya. Pada tahap analisis setiap mahasiswa bebas berpendapat.
Data dianalisis apakah sesuai dengan teori atau tidak. Mereka mencari jawaban melalui diskusi kelompoknya. Hasil
diskusi disintesis dan ditulis dalam bentuk laporan. Pada tahap ini dapat dilihat mahasiswa semakin tertantang untuk berpendapat. Mahasiswa terpacu untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritisnya. Berdasarkan wawancara lisan, mahasiswa berbuat demikian karena merasa percobaan yang dilakukan merupakan perencanaan sendiri.
Tahap ke 6 (kesimpulan dan mengomunikasikan) setiap kelompok membuat kesimpulan hasil kerjanya kemudian mengomunikasikan dalam presentasi. Mahasiswa UNS rata-rata membuat presentasi dengan media alat peraga dan demonstrasi. Mahasiswa UMS melakukan presentasi dengan menggunakan power point dan LCD. Mahasiswa UNIPMA melakukan presentasi secara langsung, dua kelompok diantaranya melakukan demonstrasi guna mendukung kesimpulan mereka. Sebagai tugas individual, masing-masing mahasiswa membuat laporan berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan. Rangkaian tahapan pembelajaran pada ke tiga sampel universitas, mendukung adanya penemuan dan interaksi sosial yang luas.
Pembelajaran dari hasil penelitian menunjukkan apa yang dilakukan sudah sesuai dengan teori konstruktivisme yang merupakan dasar SGIL.
Pengetahuan dapat dikembangkan mahasiswa sehingga mampu mencipkatan strategi pembelajaran sains secara efektif. Mahasiswa akan commit to user
105 lebih aktif dalam mengembangkan konsep yang diterima, sehingga mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis terhadap materi yang dipelajari.
b. Sistem Sosial
Sistem sosial berkaitan dengan situasi baik dalam kelompok maupun interaksi antar kelompok. Mahasiswa UNS memiliki respon yang sangat baik terhadap setiap tugas yang diberikan. Terlihat dari cara berinteraksi saat dalam kelompok. Meskipun ada yang paling menonjol, namun semua individu dalam satu kelompok dapat mengeluarkan idenya. Mereka berinteraksi satu sama lain dan saling melengkapi. Interaksi antar kelompok juga terlihat saat presentasi. kelompok lain merespon dengan antusias, baik berupa pertanyaan maupun tanggapan. Mahasiswa UMS memiliki kecenderungan aktif dalam kelompoknya. Kenyataan dilapangan mahasiswa dalam setiap kelompok juga ada yang menonjol. Beberapa mahasiswa memang terlihat lebih pasif. Mereka cenderung banyak bertanya. Hal ini dikarenakan karena sebagian mahasiswa PGSD UMS bukan dari SMA jurusan IPA, namun ada yang dari IPS maupun bahasa.
Meskipun demikian sistem reaksi dapat terlaksana karena mahasiswa dapat saling memberikan masukan saat dalam kelompok. Mahasiswa UNIPMA memiliki kecenderungan yang sama dengan mahasiswa UMS.
Mahasiswa UNIPMA melakukan interaksi dalam kelompok kerja masing-masing. Setiap kelompok memiliki kesempatan dalam mengungkapkan ekspresi baik ide maupun gagasan dalam memecahkan masalah.
Penerapan SGIL mendorong kegiatan kerjasama melalui diskusi kelompok. Melalui kegiatan diskusi tersebut, mahasiswa akan saling betukar informasi. mereka mendapatkan pengetahuan yang lebih dibandingkan jika mereka bekerja sendiri. Mahasiswa juga akan lebih bebas dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya. Mahasiswa akan memperoleh kenyamanan belajar karena berada pada kawan sejawatnya dalam memecahkan masalah. Menurut Joyce (2000) sistem sosial berkaitan dengan suasana yang ada pada penerapan model commit to user
pembelajaran.
c. Prinsip Reaksi
Prinsip reaksi penerapan SGIL tampak ketika dosen hanya bertindak sebagai fasilitator saja. Mahasiswa diberikan kesempatan untuk merencanakan eksperimen bersama, mengaplikasikan perencanaan, menganalisis sampai kegiatan presentasi. Tujuannya mahasiswa lebih bebas dalam kegiatan berpikir dan bekerja (Sharan, 2015). Model SGIL sesuai dengan prinsip Konstruktivisme. Mahasiswa belajar membangun pengetahuannya secara aktivitas (Yİgİt & Alpaslan, 2017). Reaksi yang terjadi dalam kelompok lebih hidup, karena lebih leluasa dalam beraktivitas secara aktif. Mahasiswa dapat ikut serta masuk dalam kolaborasi satu dengan yang lain dalam meningkatkan keteampilan berpikir kritisnya.
d. Sistem Pendukung
Sistem pendukung model SGIL adalah sarana dan prasarana yang digunakan sebagai media pembelajaran. Sarana dan prasarana yang digunakan mayoritas merupakan kekayaan masing-masing sampel universitas. Meskipun dengan peralatan yang beraneka macam, penggunaannya terintegrasi, disesuaikan dengan tujuan dari penerapan SGIL. Penelitian ini memanfaatkan alat yang berkaitan dengan teknologi informasi seperti KIT, LCD, dan video yang dapat membantu kegiatan pembelajaran. Media pembelajaran menggunakan yang berupa alat alat eksperimen baik dari laboratorium maupun tidak. Pada materi tertentu mahasiswa mencari sendiri alat maupun bahan, untuk mendukung eksperimen yang telah dirancang pada setiap kelompok. Selain alat dan bahan, penerapan SGIL ini juga memberikan buku ajar yang diberikan kepada mahasiswa. Sistem pendukung lain adalah soal keterampilan berpikir kritis yang terdiri atas 20 soal. Soal soal tes keterampilan berpikir kritis berguna sebaga alat evaluasi Keterampilan berpikir kritis pada materi Energi. Penerapan SGIL juga dilengkapi dengan buku petunjuk penggunaan SGIL, dilengkapi dengan dengan silabus, RPP, dan skenario commit to user
107 pembelajaran.
e. Dampak Instruksional dan Pengiring
Model SGIL dapat mengasilkan dampak instruksional yang berupa tercapainya tujuan dan indikator pembelajaran keterampilan berpikir kritis.
Hasil yang langsung dapat ditemukan adalah meningkatnya keterampilan berpikir kritis. Peningkatan dari sebelum penerapan SGIL dengan sesudah penerapan model SGIL. Selain dampak intruksional, penerapan model SGIL berdampak pada hal-hal yang tidak terduga. Hal-hal yang dimaksudkan berupa dampak pengiring. Dampak pengiring yang menyertai penerapan SGIL berupa sikap kerjasama yang terjalin pada kelompok, kemampuan mengabolarisasikan keterampilan berpikir, bersikap aktif, sikap demokratis dan rasa ingin tahu untuk memecahkan masalah.