BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini mengumpulkan data melalui studi literatur dan lapangan.
Pada studi literatur, diperoleh hasil studi perbandingan model pembelajaran dari berbagai sumber. Sumber-sumber yang digunakan sebagai literatur antara lain jurnal internasional yang terindeks dan buku. Pada studi lapangan yang telah dilakukan, diperoleh hasil analisis model pembelajaran, profil mahasiswa PGSD, observasi sarana prasarana, dan analisis kurikulum.
1. Hasil Analisis Penerapan Model Pembelajaran pada Mahasiswa PGSD Tabel 4.1 Analisis Penerapan Model Pembelajaran
Kegiatan Hasil
Analisis Model Pembelajaran
UNS (%) UMS (%) UNIPMA (%)
Pengenalan Model Pembelajaran
Sudah Sudah Sudah
Persentase pengenalan inkuiri
24,24 22,72 21,88
Persentase penerapan Inkuiri dan GI
56,06 59,59 59,38
Persentase penerapan model pembelajaran diperoleh berdasarkan analisis angket yang diisi oleh mahasiswa PGSD dari sampel tiga perguruan tinggi (UNS, UNS, UNIPMA), yang disajikan pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1. Penerapan model pembelajaran Inkuiri dan GI memiliki kendala oleh beberapa faktor, antara lain keterbatasan waktu tatap muka selama kegiatan pembelajaran di kelas, materi penyampaian yang banyak dan sarana prasarana. Tidak semua sampel universitas memiliki sarana dan prasarana yang mewadahi untuk melakukan praktikum. Materi kuliah yang banyak dan luas ternyata menyulitkan dosen dalam menentukan model
64
commit to user
pembelajaran yang tepat khususnya materi energi. Gambaran rasio penerapan model pembelajaran model pembelajaran Inkuiri, GI dan lainnya ditunjukkan oleh Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Persentase Penerapan Model Pembelajaran di UNS, UMS, dan UNIPMA
Gambar 4.1 menunjukkan persentase penerapan model pembelajaran GI lebih kecil dibandingkan dengan model pembelajaran yang lainnya. Hasil wawancara mahasiswa dan dosen menunjukkan dosen sering menggunakan model pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Pada Model pembelajaran inkuiri, mahasiswa diajak untuk mengidentifikasikan masalah dengan cara memberikan stimulus tentang energi. Rasa ingin tahu mahasiswa dipacu dengan memberikan pertanyaan umum tentang energi. Kenyataan dilapangan menunjukkan stimulus pertanyaan yang diberikan oleh dosen ternyata memerlukan waktu yang lama. Dosen yang belum terbiasa menerapkan model pembelajaran inkuiri membuat mahasiswa kesulitan dalam manajemen waktu. Banyak waktu yang terbuang akibat mengumpulkan informasi-informasi yang melenceng dari tujuan pembelajaran. Informasi dan referensi yang salah akan berpengaruh pada hasil dan data yang tidak benar. Kelemahan inkuiri
24.24 22.72 21.88
19.7 18.18 18.75
56.06
59.59 59.38
0 10 20 30 40 50 60 70
UNS UMS UNIPMA
Model Pembelajaran (%)
Perguruan Tinggi
Inkuiri
Group Investigation
Model Pembelajaran Lainnya
commit to user
lainnya adalah sukar diterapkan pada kelas yang terdiri dari banyak mahasiswa. Kesulitan ini dialami oleh mahasiswa PGSD karena memiliki sampel antara 30-45 mahasiswa tiap kelas. Materi energi yang banyak juga membuat penerapan inkuiri tidak dapat maksimal disampaikan. Materi yang disampaikan dengan tergesa-gesa berpengaruh pada keterampilan berpikir kritis mahasiswa.
Model pembelajaran GI yang diterapkan pada mahasiswa PGSD juga memiliki kelemahan. Berdasarkan kenyataan di lapangan, kesulitan penerapan GI terjadi apabila mahasiswa belum terbiasa dengan belajar kelompok. Kondisi ini menyebabkan mahasiswa cenderung pasif dalam kelompoknya. Mahasiswa yang mampu menjawab terkadang malu dan tidak mempresentasikan diri di depan kelas. Model pembelajaran GI lebih tepat diterapkan pada materi-materi yang mengajak mahasiswa menyelesaikan persoalan berdasarkan pengalaman belajar langsung. Hasil pengumpulan data dari mahasiswa PGSD dan peneliti, tentang kesulitan dan kelemahan penerapan model pembelajaran Inkuiri dan GI ditunjukkan pada Tabel 4.2, sedangkan kelebihannya ditunjukkan pada Tabel 4.3
Tabel 4.2 Kesulitan dan kelemahan penerapan model pembelajaran Inkuiri dan GI
Model Pembelajaran
Kelemahan menurut mahasiswa
Kelemahan menurut peneliti
Solusi untuk mengatasi Inkuiri 1. Memerlukan waktu
yang lama
Tahap awal
membutuhkan waktu yang lama dalam memberikan stimulus pertanyaan awal yang disebabkan
kurangnya manajemen waktu yang tidak diperhatikan dan dipersiapkan dengan baik.
Dosen perlu mempersiapkan diri mempersiapkan pembelajaran dengan batasan waktu yang sudah direncanakan.
Pemberian stimulus yang berupa pertanyaan dibatasi waktu.
1. Penjelasan tentang materi kurang
Mahasiswa belum terbiasa menemukan jawaban dari pengalaman belajar secara langsung.
Mereka terbiasa mendapatkan teori
Mahasiswa diberi kesempatan untuk bertanya dan dosen memberikan jawaban sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.
commit to user
Model Pembelajaran
Kelemahan menurut mahasiswa
Kelemahan menurut peneliti
Solusi untuk mengatasi yang banyak ketika
menerima pelajaran.
Group Investigation (GI)
1. Materi yang disampaikan sangat sedikit
Dosen kurang cakap dalam
mempersiapkan materi menggunakan model pembelajaran GI .
Perlu dilakukan persiapan mengajar dengan model GI mulai dari tahapan pembelajaran awal sampai terakhir.
2. Diskusi kelompok kurang maksimal
Mahasiswa yang pandai sering mendominasi , sehingga yang kurang pandai cenderung pasif.
Memberikan kesempatan yang sama kepada semua anggota kelompok untuk bekerja sama, berperan aktif dalam menjawab pertanyaan secara bergantian.
Tabel 4.3 Hasil Observasi Kelebihan Model pembelajaran Inkuiri dan GI
Model Pembelajaran
Kelebihan Model Pembelajaran Berdasarkan Hasil Observasi
Inkuiri 1. Meningkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa
2.Mahasiswa lebih memahami informasi yang disampaikan melalui pembuktian langsung
3.Student center
4.Meningkatkan kemampuan menemukan solusi, kemandirian.
5. Dapat melakukan eksperimen sendiri Group
Investigation (GI)
1. Mengajak mahasiswa aktif dalam berkomunikasi
2. mengajak mahasiswa bekerja sama dan saling melengkapi
Penemuan kelemahan-kelemahan inkuiri dan GI berdasarkan Tabel 4.2, menjadi dasar pengembangan model yang dapat mengatasi permasalahan model pembelajaran tersebut. Meskipun memiliki kelemahan, namun hasil observasi model pembelajaran GI dan Inkuiri juga memiliki kelebihan, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.3.
Berdasarkan kelebihan kedua model pembelajaran Inkuiri dan GI dalam Tabel 4.3 dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan ke dua model pembelajaran, untuk mengembangkan model pembelajaran baru yang menggabungkan ke dua model pembelajaran tersebut. Selanjutnya dapat dikembangkan model pembelajaran baru yang disebut Scientific Group
pembelajaran Inkuiri dan GI (lanjutan)
commit to user
Inqury Learning (SGIL). Dengan model pembelajaran SGIL dapat mengefisienkan waktu, mengajak mahasiswa aktif belajar dalam kegiatan kelompok, dan bekerja sama melengkapi kekurangan masing-masing anggota kelompok.
2. Hasil Profil Mahasiswa PGSD pada Konsep dasar IPA materi Energi
Tabel 4.4 Hasil Profil Mahasiswa PGSD
Hasil Studi Lapangan
1) Pembelajaran student centered masih jarang dilakukan, karena kenyataan dilapangan dosen lebih banyak mendominasi kegiatan permbelajaran di kelas.
2) Mahasiswa masih malu menjawab pertanyaan dari dosen. Sebagian besar merasa tidak percaya diri dan takut salah ketika menjawab.
3) Mahasiswa masih belum aktif bertanya pada saat presentasi, khususnya di UMS dan UNIPMA.
4) Waktu dalam kegiatan pembelajaran menjadi kendala terbesar dalam kegiatan tatap muka, dengan presentase UNS UMS UNIPMA
Kendala Universitas
UNS (%) UMS (%) UNIPMA (%) Waktu
pembelajaran
35,05 29,27 27,27
6) Sumber belajar menjadi kendala terbesar selanjutnya di UNS dengan presentase 28,87%
7) Faktor lain yang menjadi kendala utama di UNS adalah daya serap materi mahasiswa dengan presentase 28,32%.
8) Perkuliahan Konsep Dasar IPA masih kurang terampil dalam berpikir kritis.
9) Keterampilan berpikir kritis mahasiswa masih rendah dengan konsistensi keterampilan berpikir kritis yang masih rendah.
Profil mahasiswa PGSD (Tabel 4.4) menunjukkan hasil bahwa masih banyak mahasiswa yang kurang waktu dalam menerima mata kuliah Konsep Dasar IPA untuk materi energi. Profil mahasiswa diperoleh dari hasil angket dan observasi lingkungan belajar mahasiswa. Mahasiswa sulit menganalisis soal khususnya pada materi energi. Beberapa kendala yang menyebabkan mahasiswa kesulitan berpikir kritis antara lain waktu, sarana dan prasarana, sumber belajar dan lainnya. Diagram profil mahasiswa PGSD ditunjukkan pada Gambar 4.2. commit to user
Gambar 4.2 Profil mahasiswa PGSD ditinjau dari Waktu tatap muka, Sarana dan Prasarana, Sumber belajar dan lainnya
Ketiga sampel menunjukkan kesulitan belajar yang sama yaitu berkaitan dengan waktu. Kekurangan waktu menyebabkan mahasiswa kurang dapat menganalisis dengan baik setiap materi khususnya energi yang disampaikan dosen. Waktu yang terbatas membuat banyak materi yang seharusnya dapat tersampaikan dengan baik, menjadi tidak dapat dicerna dengan baik oleh mahasiswa PGSD. Selain waktu, setiap sampel memiliki kesulitan masing-masing yang menonjol. Kesulitan terbesar ke dua di PGSD UNS menunjukkan masih kurangnya sumber belajar yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Kondisi ini disebabkan UNS memiliki standar tentang sumber jurnal internasional yang membuat sebagian mahasiswa merasa kesulitan. Berkenaan dengan sarana dan prasarana khususnya laboratorium tersedia lengkap. Alat-alat KIT praktikum khususnya IPA dan alat peraga sudah ada, hanya saja perlu diadakan perawatan agar semua alat dan bahan dapat digunakan dengan baik.
Kesulitan yang lainnya berkaitan dengan keterampilan menganalisis soal- soal IPA yang masih banyak memerlukan latihan.
35.05
29.2
27.27
19.59
27.43
25.62 28.87
15.04
21.62 16.49
28.32
21.49
0 5 10 15 20 25 30 35 40
UNS UMS UNIPMA
Profil Mahasiswa (%)
Perguruan Tinggi
Waktu tatap muka pembelajaran Energi Sarana dan prasarana Sumber belajar lainnya
commit to user
Kesulitan di UMS selain waktu adalah faktor lainnya seperti daya menyerap materi energi. Kondisi ini disebabkan karena memang tidak semua mahasiswa berasal dari SMA program IPA, namun ada yang berasal dari program IPS dan SMK. Situasi ini membuat tidak semua mahasiswa memiliki pengalaman berajar bagaimana menganalisis data praktikum dan membuat laporan. Sarana dan prasarana laboratorium di UMS lengkap dan sudah memiliki laboratorium IPA PGSD. Alat dan bahan masih terawat baik dan baru, karena laboratorium IPA PGSD belum lama berdiri.
Beberapa alat dan model merupakan hasil skripsi dan prakarya mahasiswa.
Sumber belajar mahasiswa di UMS merupakan kesulitan terkecil karena tuntutan dosen terhadap sumber belajar tidak mewajibkan jurnal internasional sebagai acuan belajar yang wajib.
Kesulitan ke dua UNIPMA setelah waktu adalah sarana dan prasarana.
Laboratorium memang sudah ada meskipun belum lengkap sehingga masih jarang digunakan. Laboratorium khusus untuk IPA PGSD UNIPMA masih dalam tahap pengembangan, sehingga untuk beberapa materi IPA belum dapat dilakukan dilaboratorium. Sumber belajar lebih sedikit menjadi faktor kesulitan mahasiswa, karena mahasiswa tidak harus mencari sumber pembelajaran udari jurnal internasional. Mahasiswa diperbolehkan mengambil sumber belajar dari buku dan jurnal nasional ketika menyusun laporan ilmiah.
3. Hasil Observasi Sarana Prasarana
Hasil observasi sarana dan prasarana di UNS, UMS dan UNIPMA dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Observasi Sarana dan Prasarana pada Tempat Sampel.
Sarana dan Prasarana UNS UMS UNIPMA
Alat laboratorium yang lengkap, seperti torso, model praktikum, alat-alat kimia dan perlengkapan percobaan biologi (preparat, mikrosko,dll) dan fisika (alat-alat kelistrikan).
Lengkap Lengkap Kurang
lengkap
Alat-alat KIT (listrik, magnet, optik, dll) dan bahan praktikum yang lengkap, dengan pengadaan dilakukan secara berkala
Lengkap Lengkap Kurang
lengkap
commit to user
Lanjutan Tabel 4.5 Hasil Observasi Sarana dan Prasarana.
Sarana dan Prasarana UNS UMS UNIPMA
Media pembelajaran yang lengkap, seperti LCD, dan model.ruang laboratorium IPA sendiri
Lengkap Lengkap Lengkap
Ruang laboratorium Pendidikan IPA sendiri dengan alat dan bahan yang lengkap.
Lengkap Lengkap Belum
Lengkap
Model praktikum untuk demonstrasi di UMS merupakan hasil prakarya mahasiswa
Lengkap Lengkap (hasil prakarya mahasiswa PGSD)
Belum Lengkap
Ruang kelas untuk kegiatan tatap mata yang memadahi
Lengkap Lengkap Lengkap
Hasil observasi sarana prasarana dari ke tiga universitas sampel menunjukkan sama-sama memiliki laboratorium IPA dan media pembelajaran seperti LCD yang masih layak digunakan. Ketiga institusi sama-sama memiliki alat dan bahan yang bisa digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
UNS memiliki sarana prasarana ruang laboratorium yang sangat lengkap, karena selain dilengkapi peralatan IPA seperti model, alat dan bahan, laboratorium UNS juga memiliki Kotak Instrumen Terpadu (KIT) yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan praktikum maupun demonstrasi. UMS juga memiliki sarana dan prasarana yang lengkap. Selain alat dan bahan kimia, UMS juga memiliki KIT yang sebagian merupakan hasil kreasi mahasiswa PGSD yang di simpan dengan rapi. KIT yang ada dapat digunakan kembali oleh adik tingkat. UNIPMA juga memiliki laboratorium IPA yang lengkap dengan alat dan bahan IPA, namun karena masih dalam tahap pengembangan untuk PGSD, maka kegiatan penelitian belum dapat dilaksanakan di laboratorium IPA. Penelitian dilaksanakan di kelas dan di halaman khusus untuk fotosintesis.
4. Hasil Analisis Kurikulum
Kurikulum pada universitas UNS, UMS, dan UNIPMA dianalisis dan diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.6.
commit to user
Lanjutan Tabel 4.6 Hasil Analisis Kurikulum Tabel 4.6 Hasil Analisis Kurikulum
Keterangan Hasil Analisis Kurikulum
Kurikulum UNS UMS UNIPMA
Kompetensi Dasar dan Indikator
mengacu pada luaran Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
3 SKS
Pengembangan kurikulum mengikuti perkembangan kurikulum.
Mulai 2013 mengarah pada penerapan Kurikulum 13
mengacu pada luaran Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
2 SKS
Pengembangan kurikulum mengikuti perkembangan kurikulum.
Mulai 2013 mengarah pada penerapan Kurikulum 13
mengacu pada luaran Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
3 SKS
Pengembangan kurikulum mengikuti perkembangan kurikulum.
Mulai 2013 mengarah pada penerapan Kurikulum 13
b. Kompetensi
Dasar dan
Indikator
UNS UMS UNIPMA
Kompetensi
Dasar dan
Indikator mengarah pada capaian lulusan yang sesuai dengan
kurikulum yang sedang berlaku, seperti sikap, pengetahuan, keterampilan
umum dan
keterampilan khusus.
Kompetensi
dasar 1
mengkaji makhluk hidup (tumbuhan) dan proses
kehidupannya, menguji makhluk hidup (hewan) dan proses
kehidupannya melalui pendekatan proses.
Berdasarkan analisis silabus Dasar Konsep
Dasar IPA
khususnya materi energi dapat
Kompetensi Dasar dibagi menjadi 3 sub materi, yaitu aktivitas manusia, hewan dan tumbuhan.
Mengkaji hubungan
makhluk hidup dengan
lingkungannya, termasuk peran manusia terhadap lingkungan dan energi alternatif.
Indikator Konsep
Dasar IPA
memuat konsep energi, berbagai sumber energi, energi dari makanan,
transformasi energi, respirasi, sistem pencernaan makanan, dan fotosintesis.
commit to user
Keterangan Hasil Analisis Kurikulum c. Silabus
d.Rencana Pembelajaran Semester
e. RPP
UNS UMS UNIPMA
Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar saling berhubungan dalam pembelajaran Konsep dasar IPA.
Indikator ditandai dengan adanya
perubahan tingkah laku yang diseauikan dengan satuan pendidikan, dan karakteristik mahasiswa.
Alokasi waktu disesuaikan dengan materi pokok.
Materi pokok sesuai dengan kebutuhan mahasiswa PGSD
Indikator memiliki kata kerja
operasional yang dapat
meningkatkan keterampilan berpikir mahasiswa dari konkrit ke abstrak.
Penilaian meliputi Proses yang berupa pengamatan, penugasan, presentasi/
diskusi dan hasil penugasan laporan praktikum
Tes akhir.
Sumber belajar yang digunakan, kebanyakan berasal dari buku- buku.
UNS UMS UNIPMA
Dosen membuat
RPS sesuai dengan pengembangan yang berbeda untuk materi energi pada mata kuliah Konsep dasar IPA 1
Peneliti mengembangka n RPS sendiri berdasarkan observasi
Dosen membuat RPS sesuai dengan pengembangan yang berbeda untuk materi energi pada mata kuliah Konsep dasar IPA 1
Peneliti
mengembangkan RPS sendiri berdasarkan observasi
Dosen membuat RPS sesuai dengan pengembangan yang berbeda untuk materi energi pada mata kuliah Konsep dasar IPA 1
Peneliti
mengembangkan RPS sendiri berdasarkan observasi
UNS UMS UNIPMA
Dosen membuat RPP sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran.
Peneliti mengembangka n RPP tentang materi energi.
Dosen membuat RPP sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran.
Peneliti
mengembangkan RPP tentang materi energi.
Dosen
membuat RPP sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.
Peneliti mengembangk
an RPP
tentang materi energi.
Lanjutan Tabel 4.6 Hasil Analisis Kurikulum
commit to user
Hasil analisis kurikulum dan perangkat pembelajaran di UNS, UMS, dan UNIPMA, dapat dilihat pada Tabel 4.6. Total SKS pada UNS dan UNIPMA adalah 3 SKS sedangkan pada UMS hanya 2 SKS. Kurikulum KKNI Konsep Dasar IPA menunjukkan sama-sama memiliki tujuan tentang mata kuliah Konsep Dasar IPA. Tujuan capaian pembelajaran Konsep Dasar IPA yang dimaksud berupa profil kelulusan mahasiswa PGSD. Lingkup IPA yang terdiri dari Kimia, Fisika dan Biologi yang memperhatikan penguasaan konsep diharapkan dapat mempersiapkan calon guru SD yang berdaya saing dalam menghadapi era globalisasi. Penguasaan konsep tersebut memperhatikan aspek sikap, pengetahuan, keterampilan umum dan khusus. Dengan demikian berdasarkan hasil analisis kurikulum, diharapkan tidak akan terganggu dengan penerapan model pembelajaran SGIL yang akan dikembangkan, karena memiliki tujuan yang selaras dengan KKNI.
B. Pengembangan Produk
Pengembangan model SGIL ini merupakan salah satu jalan keluar dari permasalahan yang sering muncul dalam kegiatan pembelajaran mata kuliah Konsep dasar IPA dengan Inkuiri dan GI. Pengembangan model SGIL ini diawali dengan penyususunan draft model pembelajaran dan diuji cobakan dalam skala kecil. Setelah dianalisis draft dan dievaluasi maka draft diterapkan dalam kegiatan pembelajaran Konsep Dasar IPA pada UNS, UMS dan UNIPMA.
Perangkat pembelajaran SGIL dikembangkan melalui hasil uji coba draft perangkat SGIL yang diterapkan pada ke tiga institusi, yaitu UNS, UMS dan UNIPMA. Berdasarkan hasil uji coba diperoleh hasil yang berupa karakteristik SGIL. Model SGIL memiliki karakteristik yang membedakan dengan model pembelajaran yang lainnya. Bruce and Weils (1992:135-136) menunjukkan tentang karakteristik suatu model pembelajaran yang dibedakan menjadi 5 aspek. Ke lima aspek tersebut meliputi sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dampak pembelajaran dan pengiring. Aspek-aspek tersebut termuat dalam pengembangan model SGIL dalam kegiatan pembelajaran. commit to user
1. Penyusunan Rancangan Model SGIL
Analisis kebutuhan yang dilakukan melalui observasi dan kegiatan lainnya menunjukkan diperlukannya suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Selain observasi, peneliti juga menggunakan kajian literatur dari jurnal untuk mendapatkan informasi mengenai model pembelajaran yang berkaitan dengan keterampilan berpikir kritis. Selain tentang cara meningkatkan keterampilan berpikir kritis, literatur juga berguna untuk mendukung sistematika sintak model yang kana disusun oleh peneliti. Keterampilan berpikir kritis dapat dirangsang melalui fenomena yang membuat mahasiswa penasaran untuk menemukan jawabannya. Fenomena dapat dimunculkan melalui kegiatan praktikum maupun penayangan video tentang suatu peristiwa unik di sekitar kita. Rasa ingin tahu dan penasaran yang mulai muncul inilah yang diharapkan dapat dirangsang untuk tertarik mengembangkan diri.
2. Penyusunan Prototipe Model SGIL
Berdasarkan hasil observasi dari ke tiga tempat institusi menunjukkan masih rendahnya keterampilan berpikir mahasiswa PGSD. Mahasiswa cenderung menjawab pertanyaan seperti dalam buku/ teori yang sering di dengar ketika dibangku sekolah. Pengembangan model pembelajaran menjadi salah satu solusi kebutuhan yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Model pembelajaran yang dapat merangsang keterampilan berpikir mahasiswa adalah Inkuiri dan Group Investigation (GI) sebagai induk dari pengembangan model pembelajaran SGIL.
a. Kajian Literatur Model Inkuiri
Model pembelajaran inkuiri (penemuan), menitik beratkan individu sebagai ilmuwan alam. Inkuiri menitikberatkan kegiatan pembelajaran mahasiswa untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan. Inkuiri mengajak mahasiswa untuk memecahkan persoalan dan melakukan investigasi. Inkuiri mengajak mahasiswa menganalisis masalah dan commit to user
mengajak mahasiswa untuk menemukan solusi masalah tersebut melalui aktivitas. Banyak aktivitas yang melibatkan mahasiswa melakukan kegiatan ilmiah. Pembelajaran berbasis penyelidikan ilmiah harus menekankan pentingnya proses belajar, seperti merumuskan pertanyaan secara empiris dan mendukung suatu pengetahuan dengan bukti. Selain menekankan proses belajar, Inkuiri memiliki kelebihan yakni menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang. Hasil kajian tahapan pembelajaran model Inkuiri ditunjukkan oleh Tabel 4.7. Tabel 4.7 menunjukkan tahapan belajar yang sering muncul adalah (1) identifikasi, (2) perencanaan, (3) analisis, (4) komunikasi.
commit to user
77
Tabel 4.7 Hasil Kajian Tahapan Pembelajaran Model Inkuiri
Penulis Sintak
Hussain et al.
(2011)
observasi Menyusun pertanyaan
konfirmasi Merencanakan investigasi
Melakukan percobaan,
Mengumpul kan data
Analisis dan interpresta
si data
Merumuskan hipotesis, elaborasi, prediksi, dan mengomunikasikan
hasil Llewellyn
(2013)
Inkuisisi, mengidentifi
kasi pertanyaan
untuk pertanyaan
yang diselidiki
Akuisisi, brainstorming
untuk pertanyaan yang mungkin
ditanyakan
Supposisi (anggapan) memilih jawaban untuk pertanyaan yang
akan diuji
Implementasi merencanakan
kerja eksperimen
merangkum, mengumpulk an data dan membuat kesimpulan
Mengomuni kan hasil eksperimen
Berry & Berry (2014)
Mengajukan dan mendefinisik
an pertanyaan
Mengembang- kan dan menerapkan
model pembelajaran
Merancang dan investigasi
Menganalisis dan Mengintrepe-
tasikan (sintesis)data
Berpikir matematis
dan komputasi
Mengonstru k dan merancang pemecahan masalah
Memberik an argumen
Mengumpulkan, mengevaluasi dan mengomunikasikan
hasil Pedaste, et al
(2015)
Orientasi Bertanya Merumuskan Hipotesis
Eksplorasi Eksperimen Komunikasi Refleksi -
Gelişli &
Beisenbayeva (2017)
Menetapkan tujuan dan
subjek
Menentukan ruang lingkup
dan konten (topik)
Mengembangkan bentuk skala
Metode penilaian dan
analisis data
Administrasi Penilaian dan analisis
item
Pembentuka n skala
aktual
-
Pedaste (2015) Mengidentifi kasikan masalah
Merumuskan masalah
Merencanakan investigasi
Menyusun kesimpulan,
Mengomuni kasikan hasil Townsend
(2019)
Analisis Eksplorasi Eksperimen Observasi Wawancara semi terstruktur
commit to user
b. Kajian Literatur Model GI
Model GI merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada kegiatan belajar secara kelompok. Tugas yang harus dikerjakan dalam kelompok akan membuat mahasiswa tertantang untuk memecahkan masalah. Mahasiswa akan memiliki peran masing- masing dalam kelompoknya saat berinteraksi saat menyelesaikan masalah. Interaksi yang baik akan membawa dampak positif, seperti bertanggung jawab terhadap tugas yang diterimanya. Tanggung jawab yang muncul berupa tanggung jawab mandiri dan kelompok. Pada fase ini peran dosen hanya sebagai fasilitator yang dapat mengembangkan keterampilan interpersonal kelompok. Pengembangan keterampilan interpesonal kelompok inilah yang menjadikan model GI menjadi induk dalam mendesain model yang beguna untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Kajian literatur GI ditunjukkanpada pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Kajian literatur Group Investigation (GI)
Penulis Keterangan sintak
(Jongsermtrakoon &
Nasongkhla, 2015)
Setelah memilih topik, siswa belajar menyelesaikan masalah
(Chinyere, Egodi, N, &
Meremikwu, 2013)
Siswa belajar menganalisis dan mensintesis persoalan dan membangun keterampilan diri dari berbagai
sumber belajar (Jongsermtrakoon &
Nasongkhla, 2015)
Melakukan interaksi sosial dalam bentuk kelompok, belajar bekerja sama dalam menemukan pemecahan
masalah bersama
(Dumitru, 2012) Mengembangkan kemampuan siswa dalam berinisiati, aktif, kritis dan kreatif
(Jongsermtrakoon &
Nasongkhla, 2015)
Guru memiliki peranan sedikit, guru berperan sebagai pemberi masalah awal dan menstimulasi siswanya dalam
menyelesaikan permasalahan secara berkelompok
(Chinyere et al., 2013) Pengetahuan di bangun dengan lebih
mengutamakan siswa aktif dalam kelompoknya (Liu & Lim, 2014) Proses menjawab dan mengomunikasikan hasil
diskusi
commit to user
79 c. Kajian Model Scientific Group Inquiry Learning (SGIL)
Model pembelajaran inkuiri dan GI menjadi landasan pengembangan model SGIL karena memiliki potensi dapat meningkatkan critical thinking skill mahasiswa. Komponen model pembelajaran SGIL terdiri dari 6 macam, yaitu sintak, sistem sosial, peran dan tugas pendidik, prinsip reaksi, dampak pengiring, sistem pendukung, dampak pembelajaran.
1) Sintak
Langkah-langkah pembelajaran (sintak) yang dapat mendeskripsikan bagaimana suatu model pembelajaran, diterapkan pada kegiatan pembelajaran. Sintak memiliki peran penting dalam kegiatan pembelajaran baik untuk dosen maupun mahasiswa, karena merupakan urutan skenario yang akan dilaksanakan sesuai dengan model yang diharapkan. Melalui studi pendahuluan telah diketahui bahwa pelaksanaan sintak SGIL dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Pada awal sintak inkuiri kegiatan diawali dengan indentifikasi masalah, sedangkan pada GI diawali dengan pemilihan topik. Pada tahap identifikasi masalah, model Inkuiri diawali dengan mengingat fenomena sehari-hari, sedangkan GI yang diawali dengan pemilihan topik. Kegiatan pembelajaran model pembelajaran GI dilakukan dengan cara berkelompok, sehingga lebih efisien waktu ketika harus menyampaikan materi dengan jumlah submateri yang banyak. Sintak awal SGIL ini mengacu pada analisis kebutuhan di lapangan yang diantaranya menunjukkan materi Konsep Dasar IPA yang cukup banyak sehingga sehingga waktu pembelajaran yang lama. Hasil sintak SGIL merupakan hasil dari kajian literatur dan perbandingan dengan sintak induk Inkuiri dan GI dapat ditunjukkan pada Tabel 4.9.
commit to user
Tabel 4.9 Sintak SGIL Hasil Kajian Literatur dan Perbandingan Model Model Pembelajaran
Inkuiri SGIL GI
Identifikasi masalah Identifikasi masalah dan pemilihan topik
Pemilihan Topik Perumusan masalah Perencanaan eksperimen
kooperatif
Perencanaan Kooperatif Hipotesa
Perencanaan eksperimen
Pelaksanaan eksperimen Implementasi Implementasi Pengumpulan Data Pengumpulan Data
Analisa Analisa dan sintesis Analisa dan sintesis Kesimpulan dan Review Kesimpulan dan
Komunikasi
Presentasi Evaluasi
Tabel 4.9 menunjukkan SGIL memiliki kesamaan langkah pembelajaran dengan sintak inkuiri dan GI, yaitu pada tahap Perencanaan dan analisis data.
Pada perencanaan eksperimen penerapan SGIL dilakukan secara kooperatif/
berkelompok. Mahasiswa dibagi menjadi beberapa group/kelompok eksperimen untuk memecahkan masalah yang telah diidentifikasi. Berdasarkan topik yang telah dipilih, maka desain model SGIL ditunjukkan pada Gambar 4.3.
SGIL
Kesimpulan dan komunikasi
Perencanaan
Analisis sintesis
Implementasi
Pengumpulan data
diskusi
evaluasi kritis
analisis
sintesis diskusi
investigasi kelompok
review
tanya jawab materi lalu
presentasi
laporan
rumusan masalah
identidfikasi masalah dan pemilihan
topik
Gambar 4.3 Desain Model SGIL commit to user
81 Tahapan pembelajaran dalam model SGIL dibagi menjadi 6 tahapan.
Setiap tahap pembelajaran memiliki aktivitas belajar yang berbeda. Aktivitas belajar pada model SGIL ditunjukkan pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Sintak Model SGIL
Sintak Aktivitas Belajar
Identifi kasi
Identifikasi masalah
Mahasiswa mencerna dan memfokuskan pertanyaan dengan mempertimbangkan kemungkinan jawaban yang sesuai melalui penjelasan sederhana.
Memilih topik
Mahasiswa mempertimbangkan hasil observasi baik melalui fenomena untuk memilih topik dengan konflik yang menarik, serta mempertimbangkan kesesuaian sumber daya yang dimiliki
Merencanakan
eksperimen kooperatif
Mahasiswa membuat perencanaan secara kelompok dengan mempertimbangkan sumber yang dapat dipercaya.
Merencakan eksperimen secara kelompok dengan mempertimbangkan prosedur yang tepat.
Mempertimbangkan risiko untuk reputasi dengan berinteraksi dengan orang lain
Implementasi Mempertimbangkan hasil observasi dalam melakukan eksperimen
Mengumpulkan data Menggunakan akses yang baik seperti teknologi dalam membangun keterampilan dasar.
Mengemukakan hipotesis.
Analisis dan Sintesis Data
Analisis data
Mahasiswa melaporkan kasil observasi dengan bukti- bukti yang benar untuk memperkuat data yang berhasil dikumpulkan
Sintesis data
Mahasiswa belajar merumuskan solusi melalui penjelasan dengan membangun argument
Meru- muskan Kesimpul an
Menyimpul kan
Mahasiswa membuat dan mengevaluasi kesimpulan umum berdasarkan atas penyelidikan atau penelitian Mengomun
ikasikan
Mahasiswa mengemukakan kesimpulan dan hipotesis Membuat dan menentukan hasil pertimbangan
Memberikan penjelasan lebih lanjut dalam presentasi dan diskusi.
commit to user
Sintak SGIL yang terdapat pada Tabel 4.10 dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Identifikasi masalah dan pemilihan topik
Kegiatan diawali dengan cara dosen memberikan stimuli yang berupa pertanyaan berdasarkan fenomena yang terjadi disekitar kehidupan. Pemberian review ini juga berguna untuk memunculkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa pada tingkat kognitif C1- C3. Oleh sebab itu dosen dapat menggunakan bantuan yang berupa media seperti video alat demonstrasi. Mahasiswa memilih subtopik kemudian mahasiswa diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota tiap kelompok.
b) Perencanaan kooperatif
Mahasiswa dan dosen merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama.
c) Implementasi
Mahasiswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan mahasiswa kepada jenis- jenis sumber belajar yang berbeda baik di dalam atau di luar sekolah.
Implementasi penelitian ini yaitu kegiatan eksperimen inkuiri termodifikasi.
d) Pengumpulan data
Mahasiswa bersama kelompoknya mengumpulkan data yang diperoleh berdasarkan observasi yang dilakukan bersama-sama.
e) Analisis dan sintesis
Mahasiswa menganalisis dan mensintesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas. Mahasiswa di ijinkan untuk commit to user
83 memiliki perbedaan pendapat selama melakukan analisis, meskipun demikian masing-masing kelompok harus memiliki kesepakatan hasil analisis yang sama untuk melengkapi kekurangan masing- masing jawaban yang dimiliki setiap individu.
vii Presentasi hasil final
Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas.
2) Sistem Sosial
Sistem sosial model pembelajaran SGIL ditunjukkan pada saat mahasiswa bekerja sama dalam kelompok eksperimen. Ada banyak kesempatan yang dapat dimanfaatkan mahasiswa untuk menjalin komunikasi dan interaksi menemukan pemecahan masalah. Mahasiswa akan mendapat suatu tantangan belajar yang diperoleh melalui eksperimen maupun video pembelajaran. Mahasiswa dapat lebih leluasa melakukan eksperimen, dan berdiskusi dengan kawan sekelompoknya.
Saling memberikan masukan untuk memperoleh hasil yang maksimal.
3) Peran dan Tugas Pendidik
Peran dan tugas pendidik (dosen) tidak boleh dominan dalam model pembelajaran SGIL. Dosen hanya sebagai fasilitator saja. Pada awal pembelajaran dosen mengajak mahasiswa mengidentifikasi masalah melalui peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahap ini dosen dapat menggunakan bantuan power point untuk menampilkan foto, animasi atau video. Dari permasalahan yang muncul, guru memberikan kesempatan mahasiswa untuk menemukan jawabannya melalui tugas eksperimen. Mahasiswa dalam kelompok-kelompok eksperimen akan memilih topik dengan cara diundi. Masing-masing kelompok merencanakan eksperimen dan melaksanakannya. Data-data hasil eksperimen yang terkumpul akan dianalisis dan disintesis kemudian. Hasilnya akan disimpulkan dan di presentasikan secara bergantian oleh masing-masing kelompok. Peran
commit to user
dosen secara implisit mengajak mahasiswa untuk belajar bekerjasama dan meningkatkan keterampilan berpikir kritisnya masing-masing.
4) Prinsip Reaksi
Mahasiswa memberikan reaksi setelah dosen memberikan dorongan untuk belajar secara kerjasama kelompok. Secara mandiri mahasiswa merencanakan dan melaksanakan penyelidikan. Rancangan penyelidikan yang dibuat, mengacu pada upaya peningkatan keterampilan berpikir kritis untuk materi energi. Rancangan dibuat berdasarkan sumber belajar mahasiswa PGSD yang telah dieksplorasi.
Kegiatan mahasiswa dengan difasilitasi dosen, difokuskan untuk memecahkan masalah. Mahasiswa selama menjadi sasaran penerapan model, menanyakan segala sesuatu agar pembelajaran yang dilakukan berkualitas. Dosen merespon permasalahan belajar yang dihadapi mahasiswa dengan mendorong dan memfasilitasi untuk menyelesaikan kesulitan belajar yang dialami.
5) Sistem Pendukung
Penunjang keberhasilan Pengembangan Model Pembelajaran Scientific Group Inquiry Learning yang dibutuhkan, meliputi; media pembelajaran yang berupa video pembelajaran, Buku ajar dan perangkat pembelajaran. Pemanfaatan sarana dan prasarana yang digunakan dalam setiap tahapan, yaitu;
i. Tahap identifikasi dan pemilihan topik dibutuhkan media pembelajaran dalam mengidentifikasi dan merumuskan masalah;
ii. Tahap perencanaan eksperimen dibutuhkan instrumen penilaian rancangan eksperimen;
iii. Tahap eksperimen dibutuhkan instrumen kualitas data yang ditemukan;
iv. Tahap analisis dan sintesis dibutuhkan instrumen kemampuan menganalisis data yang mengintegrasikan teori dan konsep IPA khususnya materi energi
commit to user
85 v. Tahap pengumpulan data dibutuhkan instrumen pengumpulan data
yang dapat dimasukkan dalam media pembelakaran.
vi. Tahap kesimpulan dan komunikasi dibutuhkan instrumen mengkomunikasikan hasil análisis dan telaah tindakan yang diambil mahasiswa.
6) Dampak Pembelajaran i. Dampak Instruksional
Hasil penerapan Model SGIL diukur berdasarkan kemampuan mahasiswa dalam menyusun silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, media/alat peraga, Buku ajar dan alat evaluasi untuk pembelajaran IPA. Dampak instruksional pada saat menerapkan Model SGIL, mahasiswa mampu mengintegrasikan antar konsep IPA dengan penerapannya dalam kehidupan.
ii. Dampak Pengiring
Hasil penerapan Model SGIL pada jangka panjang dapat membiasakan mahasiswa menyelesaikan masalah dengan menerapkan IPA secara berkelompok Tujuannya untuk memampukan kerjasama, bersikp aktif, bertanggung jawab, disiplin dan toleransi
3. Hasil Uji Coba Produk a. Validasi Desain Model
Hasil Rekapitulasi analisis pengguna disajikan dalam Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Hasil Validasi Para Ahli
No. Validator
Rata- rata
Katego- Tampilan Bahasa Kontruksi Materi For ri
mat Kon-
ten Man-
faat
1 Ahli materi Biologi
3,75 3,75 3,75 Sangat
Sesuai 2 Ahli materi
Fisika
3,83 3,80 3,67 3,77 Sangat
Sesuai 3 Ahli materi
Kimia
3,75 3,64 3,75 3,71 Sangat
Sesuai
4 Ahli bahasa 3,88 3,50 3,69 Sangat
Sesuai
commit to user
No. Validator
Rata- rata
Katego- Tampilan Bahasa Kontruksi Materi For ri
mat Kon-
ten Man-
faat
5 Ahli materi 4 (penilaian)
3,60 3,67 3,67 3,80 3,68 Sangat
Sesuai Ahli materi
5 (soal)
3,50 4,00 3,75 Sangat
Sesuai
Rata2 3,79 3,68 3,68 3,78 3,67 3,77 3,67 3,72 Sangat
Sesuai
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa hasil validasi menunjukkan rata- rata tampilan; bahasan dan konstruksi, materi format, konten dan manfaat angka > 3,68 yang berarti model sangat sesuai diterapkan dalam pembelajaran.
Hasil uji kelayakan seperti ditunjukkan pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Hasil Uji Kelayakan
No. Validator Skor Kategori
1 Ahli materi 1 3 Layak digunakan
2 Ahli materi 2 3 Layak digunakan
4 Ahli materi 3 3 Layak digunakan
3 Ahli bahasa 2 Layak digunakan
5 Ahli Instrumen 3 Layak digunakan
Jumlah 14
Rata-rata 2,3 Layak digunakan
Tabel 4.12 menunjukkan adanya penerapan model SGIL sangat layak untuk digunakan untuk uji operasional lapangan.
b. Revisi Produk 1
Revisi produk 1 dilakukan berdasarkan analisis validasi dan saran para ahli. Hasil dari Revisi Produk 1 ditunjukkan pada Tabel 4. 13.
Tabel 4.13 Hasil Revisi Produk 1
No. Validator Ahli Saran Hasil Revisi
1. Ahli materi
a. Ahli materi 1 Tidak ada usulan atau saran sedah susuai dengan SK, KD dan tujuan pembelajaran.
-
b. Ahli materi 2 1) Pada materi fotosintesis sebaiknya
membandingkan
1) Mengubah sampel ke 2 dari tanaman yang digunduli daunnya menjadi tanaman
commit to user
Lanjutan Tabel 4.13 Hasil Revisi Produk 1 87
No. Validator Ahli Saran Hasil Revisi
tumbuhan hijau dengan tumbuhan yang tidak berwarna hijau.
2) Pada materi respirasi memerlukan tambahan satu sampel dengan perlakuan berbeda untuk membantu mahasiswa membandingkan dua perlakuan dua kecambah
yang berdaun ungu.
2) Pada perencanaan eksperimen respirasi, perlakuan di tambahi satu
kecambah yang
diasumsikan mati (sangrai sampai hangus). Ketiga kecambah masing-masing dibungkus dengan plastik bening. Tujuannya agar respirasi dapat terlihat melalui titik-titik air pada dinding plastik.
c. Ahli materi 3 1) Penulisan rumus kimia harap diperhatikan 2) Pertanyaan sebaiknya
langsung mengarah pada critical thinking skill.
1) Merevisi penulisan rumus senyawa dan reaksi yang masih salah.
2) Pertanyaan dibuat berdasarkan kelompok C1- C6 sesuai dengan aspek dan indikator keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan.
2 Ahli Bahasa 1) Penyusunan bahasa harus sesuai dengan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) 2) Kalimat sebaiknya tidak
terlalu panjang, SPOK terpenuhi.
3) Koherensi kalimat satu
dengan kalimat
selanjutnya harus diperbaiki.
Merevisi kalimat supaya koheren antar kalimat satu
dengan yang lain,
menyesuaikan EYD dan aturan berdasarkan SPOK.
3. Ahli Perangkat pembelajaran
Tidak ada revisi, perangkat pembelajaran lengkap dan dapat diimplementasikan pada uji .
-
Tabel 4.13 memperlihatkan adanya perbaikan hal-hal yang dianggap kurang oleh para ahli. Setelah perbaikan selesai, pengimplementasian model SGIL siap diujikan pada tahap uji coba lapangan awal.
C. Pengujian Produk
1. Uji Coba Lapangan Awal
Program analisis Quest juga mampu menyajikan banyak sampel dan commit to user
peta item disamping menyajikan data statistik. Sebelah kanan menunjukkan nomor item, sedangkan bagian sebelah kiri adalah pesebaran subjek sampel.
Setiap tanda silang mewakili 1 subjek mahasiswa. Distribusi butir soal tes keterampilan berpikir kritis dapat diamati pada Tabel 4.14.
Tabel 4. 14. Distribusi butir soal tes keterampilan berpikir kritis
Tabel 4.14 menunjukkan distribusi item berdasarkan kecocokannya dengan model. Penelitian ini menggunakan parameter INFIT MNSQ. Garis putus-putus vertikal pada tabel 2 menunjukkan rentang nilai INFIT MNSQ yang dapat diterima. Berdasarkan gambar tersebut dapat kita ketahui bahwa tidak semua item berada range nilai yang diterima, dari 32 item terdapat 4 item yang fit dengan model. Item tersebut adalah nomor 1, 11, 12, dan 25.
Item lain yang berjumlah 28 soal dapat diterima atau fit dengan model. Item yang tidak fit akan di drop dan tidak digunakan pada tes keterampilan berpikir kritis selanjutnya. Pada tahapan uji coba lapangan awal, pengembangan SGIL commit to user
89 bertujuan untuk menemukan kelemahan dan mendapat masukan. Masukan yang berupa saran menjadi dasar revisi demi peningkatan kualitas model pembelajaran. Pada uji skala terbatas ini diujikan tes keterampilan berpikir kritis yang berjumlah 32 item soal pada 30 mahasiswa. Pengolahan data dilakukan dengan analisis program Quest. Hasil olahan data menunjukkan 28 butir instrumen fit dengan model karena memenuhi kriteria infit MNSQ sebesar 0.77 sampai dengan 1.30 seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Hal ini dapat disimpulkan bahwa setiap item instrumen telah fit digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis secara empirik. Data pada Quest menyajikan SD 0,57, mean INFIT 1.06 dan OUTFIT 1,04 dan juga reliabilitas baik itu pada item maupun subjek. Dari data tersebut diketahui item reliability adalah 0,81. rentang nilai INFIT MNSQ yang dapat diterima, yakni antara 0,77 – 1,30 (Adam & Khoo, 1996). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa konsistensi jawaban dari subjek kita masih lemah, namun kualitas butir soal dalam instrumen aspek reliabilitasnya tergolong baik.
Penyebaran item dan subjek disusun dengan skala yang sama sehingga secara umum dapat kita ketahui bahwa soal yang ada memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi daripada kemampuan mahasiswa. Item nomer 15 merupakan item yang paling sulit dan ternyata tidak ada subjek yang mampu mengerjakan. Kesulitan tertinggi ditunjukkan no 5 dan 8 dengan banyak siswa yang mampu mengerjakan hanya 2 subjek. Tes keterampilan berpikir kritis dalam penelitian ini dikembangkan dengan tipe pilihan ganda beralasan.
Berdasarkan hasil analisis tingkat kesulitan butir soal diketahui bahwa item tes keterampilan berpikir kritis memiliki perbedaan pada masing-masing aspek dan indikator. tingkat kesulitan butir untuk setiap aspek dan sub aspek dapat dilihat pada Tabel 4.15.
commit to user
Tabel 4.15. Tingkat Kesulitan Butir untuk Setiap Aspek dan Sub Aspek tes keterampilan berpikir kritis.
Berdasarkan Tabel 4.15 menunjukkan adanya tingkat kesulitan tinggi karena dari 32 butir soal hanya 8 dari 30 mahasiswa yang dapat menjawab dengan benar. Berdasarkan perngukuran yang telah dilakukan, diperoleh 20 Soal memenuhi syarat untuk uji skala kecil. Diagram adanya kelayakan penerapan model pembelajaran SGIL ini ditunjukkan pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4. Diagram Sebelum dan Sesudah penerapan model pembelajaran SGIL
Gambar 4.5 menunjukkan uji skala kecil pengembangan model SGIL yang diterapkan pada 30 sampel menunjukkan hasil hasil t-test 8,105 dengan Hasil: p < α, yaitu 0,05. Berdasarkan data tersebut, maka model pembelajaran SGIL layak untuk diterapkan pada uji coba lapangan terbatas.
c. Revisi Produk II
Tahapan setelah Uji skala kecil adalah melakukan revisi ke 2. Hasil revisi produk 2 ditunjukkan pada Tabel 4.11. Pada Tabel 4.11 memperlihatkan
0.0
16.7
66.7
16.7 26.7
50.0
23.3
0.0 0.0
10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0
Amat baik Baik Cukup baik Cukup
Penerapan SGIL (%)
Kategori Kelayakan SGIL
Sebelum Sesudah
commit to user
91 adanya perbaikan pada saran yang sudah diberikan responden. Setelah perbaikan selesai, maka pengimplementasian model SGIL siap dilakukan pada Uji Lapangan Operasional.
Tabel 4.16 Hasil Revisi Produk II
Responden Saran/ Usulan Ulasan Perbaikan
a. Praktisi 1 Jika bisa dosen minta buku guru yang dilengkapi dengan kunci jawaban.
Buku guru dibuatkan, namun untuk kunci jawaban tidak diberikan, karena penilaian selanjutnya dilakukan oleh peneliti.
b. Praktisi 2 Jika bisa semua materi pada Konsep Dasar IPA diberikan video pelengkap pembelajaran
Penelitian ini hanya dibatasi pada materi energi. Masukan diterima namun aplikasinya dapat dilakukan tahap pengembangan selanjutnya.
c. Praktisi 3 Buku ajar guru terlalu kecil, jadi bisa di jilid dengan ukuran yang lebih besar.
Buku ajar diperbaiki dan dijiid ulang dengan ukuran yang lebih besar
d. Mahasiswa 1 Buku ajar disajikan dengan full colour agar lebih menarik pembacanya.
Buku ajar diperbaiki dengan mencetak warna meskipun tidak semua.
e. Mahasiswa 2 Semua masalah yang menyajikan fenomena disajikan dalam video yang menarik.
Tidak semua masalah dalam mengidentifikasian masalah disajikan dalam bentuk video.
Hal ini disebabkan model SGIL menyajikan fenomena dalam berbagai bentu, seperti video, animasi, gambar, dan KIT.
f.Mahasiswa 3 Petunjuk kegiatan pada Buku ajar dilengkapi dengan jelas
Semua petunjuk pada Buku ajar sudah diperbaiki dan dilengkapi dengan jelas dan sistematis.
d. Uji Lapangan Terbatas 1) Hasil Kuesioner
Hasil persentase kuesioner dapat diamati dalam Gambar 4.5.
commit to user
Gambar 4.5 Hasil persentase kuesioner respon mahasiswa terhadap model pembelajaran SGIL
Gambar 4.5 memperlihatkan 5,7% mahasiswa memberikan respon cukup baik; 71,4% memberikan respon baik, dan 22,9% memberikan respon sangat baik.
2) Hasil Wawancara Tertulis
Hasil wawancara menunjukkan mahasiswa secara keseluruhan tertarik menggunakan model SGIL dengan penilaian baik, meskipun dalam pembelajaran Konsep Dasar IPA ada sedikit saran. Hasil wawancara tertulis ditunjukkan secara lengkap pada Lampiran.
3) Hasil Penerapan Model SGIL pada Uji Lapangan Terbatas
Hasil penerapan model SGIL sebelum dan sesudah tes ditunjukkan pada Gambar 4.6.
0 5.7
71.4
22.9
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Kurang baik Cukup baik Baik Sangat baik
Hasil Kuesioner (%)
Kriteria
commit to user