• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Pelaku Pemasaran Kayu Rakyat

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.2 Karakteristik Pelaku Pemasaran Kayu Rakyat

Pelaku pemasaran kayu rakyat yang diwawancarai terdiri dari petani, pedagang pengumpul dan industri pengolahan (penggergajian dan / atau perakitan) kayu rakyat yang ada di Kabupaten Sukabumi, selain itu dilakukan juga wawancara dengan beberapa pedagang pengecer. Berikut uraian karakteristik dari masing-masing pelaku pemasaran.

5.2.1 Petani Hutan Rakyat a. Kelompok Umur

Pengelompokkan responden petani hutan rakyat pada masing-masing desa penelitian berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.

Tabel 9. Karakteristik Responden Petani Hutan Rakyat Berdasarkan Kelompok Umur

No. Desa Kelompok Umur (Tahun) Jumlah

20 - 30 31 - 40 41 - 50 > 50 (Orang) 1 Pasirbaru 2 2 5 1 10 2 Gunung Tanjung 1 2 3 4 10 3 Cijulang 0 0 3 7 10 4 Bojongjengkol 0 0 0 10 10 Jumlah (Orang) 3 4 11 22 40 Persentase (%) 7,50 10,00 27,50 55,00 100,00

Dari Tabel 9 dapat disimpulkan bahwa pengelolaan hutan rakyat lebih banyak dilakukan olah responden petani dengan usia di atas 40 tahun (dengan jumlah persentase sebesar 82,50%), adapun responden dengan usia pada kelompok umur 20 - 40 tahun hanya memiliki jumlah persentase 17,50%. Rendahnya jumlah persentase responden petani hutan rakyat pada kelompok umur produktif (20 - 40 tahun) dapat disebabkan karena para generasi muda tidak mempunyai lahan yang cukup atau tidak mempunyai lahan sama sekali. Selain itu generasi muda yang umumnya mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan generasi tua lebih suka bekerja di daerah perkotaan daripada memilih menjadi petani di desanya.

b. Tingkat Pendidikan

Pengelompokkan responden petani hutan rakyat pada masing-masing desa penelitian berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.

Tabel 10. Karakteristik Responden Petani Hutan Rakyat Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Desa Tingkat Pendidikan (Sederajat) Jumlah

Tidak SD SLTP SLTA PT (Orang)

Ada 1 Pasirbaru 0 9 0 1 0 10 2 Gunung Tanjung 0 8 1 1 0 10 3 Cijulang 1 6 3 0 0 10 4 Bojongjengkol 0 9 0 1 0 10 Jumlah (Orang) 1 32 4 3 0 40 Persentase (%) 2,50 80,00 10,00 7,50 0,00 100,00

Tabel 10 memperlihatkan bahwa responden petani yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat pada umumnya memiliki tingkat pendidikan SD atau sederajat dengan persentase sebesar 80%. Hal ini dapat disebabkan karena faktor usia responden yang didominasi oleh usia di atas 40 tahun, dimana pada saat mereka masih muda dulu (pada saat usia sekolah) dianggap bahwa sekolah sampai SD saja sudah cukup. Faktor pendidikan yang rendah dan keterampilan yang terbatas ikut pula menjadi penghambat bagi mereka untuk mencari pekerjaan selain dari menjadi petani hutan rakyat.

c. Jumlah Anggota Keluarga

Sebagian besar responden petani hutan rakyat memiliki jumlah anggota keluarga dengan kelompok jumlah anggota keluarga sebanyak 3 - 5 orang dengan persentase sebesar 65%. Tabel 11 dibawah ini menunjukkan karakteristik responden petani hutan rakyat berdasarkan kelompok jumlah anggota keluarga pada masing-masing desa.

Tabel 11. Karakteristik Responden Petani Hutan Rakyat Berdasarkan Kelompok Jumlah Anggota Keluarga

No. Desa Kelompok Jumlah

Jumlah Anggota Keluarga (Orang)

(Orang) 0 - 2 3 - 5 6 - 8 9 - 11 1 Pasirbaru 0 9 1 0 10 2 Gunung Tanjung 2 5 3 0 10 3 Cijulang 2 7 1 0 10 4 Bojongjengkol 1 5 3 1 10 Jumlah (Orang) 5 26 8 1 40 Persentase (%) 12,50 65,00 20,00 2,50 100,00

Banyaknya jumlah anggota keluarga di satu sisi dapat memberi tambahan tenaga bagi responden petani dalam mengelola (menggarap) lahan hutan rakyatnya sehingga diharapkan pendapatannya dapat ikut pula meningkat, namun

jika melihat kondisi saat ini dengan semakin banyaknya jumlah anggota keluarga maka beban yang harus ditanggung oleh responden petani sebagai kepala keluarga juga ikut semakin membesar, terutama untuk biaya pendidikan anak-anak mereka.

d. Mata Pencaharian

Sebagian besar responden petani pemilik dan pengelola hutan rakyat yang berhasil diwawancarai menjadikan kegiatan bertani sebagai mata pencaharian utama, namun ada juga yang menjadikan bertani sebagai mata pencaharian sampingan. Menjadikan kegiatan bertani sebagai mata pencaharian sampingan biasanya dilakukan oleh generasi muda yang mempunyai lahan garapan tetapi memiliki pekerjaan lain yang penghasilannya jauh lebih besar, seperti sebagai guru honorer, pegawai (pekerja), pedagang atau peternak. Kegiatan bertani dilakukan di sela-sela kesibukan mereka dan dalam mengolah lahan pertaniannya lebih sering dilakukan dengan cara mengupah buruh.

Responden petani yang menjadikan kegiatan bertani sebagai mata pencaharian utama juga memiliki mata pencaharian sampingan, seperti menjadi buruh (baik buruh tani maupun perkebunan) atau sebagai pedagang yang menjual hasil dari kebun mereka sendiri (terutama buah-buahan). Hal ini dilakukan semata untuk dapat menambah penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka.

e. Luas Rata-Rata Hutan Rakyat

Luas rata-rata hutan rakyat per responden petani dari masing-masing desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 12 berikut.

Tabel 12. Luas Rata-Rata Total Pemilikan Lahan dan Hutan Rakyat Per Responden Petani Hutan Rakyat pada Masing-Masing Desa Penelitian

No. Desa Luas Total Luas Persentase

Pemilikan Lahan Hutan Rakyat Luas

(Ha/KK) (Ha/KK) Hutan Rakyat

(%) 1 Pasirbaru 2,63 1,23 46,67 2 Gunung Tanjung 2,04 1,75 85,70 3 Cijulang 1,64 1,24 75,37 4 Bojongjengkol 1,04 0,72 69,04 Rata-Rata 1,84 1,23 69,19

Pada Tabel 12 dapat terlihat bahwa persentase rata-rata luas hutan rakyat per responden petani dari setiap desa penelitian adalah sebesar 69,19%, yang dapat diartikan bahwa lebih dari separuh lahan yang dimiliki oleh kebanyakan para responden petani dijadikan sebagai hutan rakyat. Persentase yang cukup besar tersebut sebenarnya disebabkan karena kebanyakan responden petani menanami lahannya dengan sistem agroforestri, dengan penanaman tanaman penghasil kayu yang tersebar secara merata pada setiap areal lahan, sehingga sangat sulit untuk membedakan antara lahan yang dijadikan sebagai hutan rakyat dengan lahan yang dijadikan sebagai lahan pertanian.

f. Bentuk Kayu yang Dijual

Bentuk kayu yang dijual oleh para responden petani hutan rakyat dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu penjualan pohon berdiri, kayu bulat, kayu gergajian dan ada juga kombinasi dari ketiga bentuk kayu yang sudah disebutkan (pohon berdiri dengan kayu bulat, kayu bulat dengan kayu gergajian, pohon berdiri dengan kayu gergajian atau ketiga-tiganya). Berikut ini disajikan persentase bentuk kayu yang dijual oleh para responden petani.

Tabel 13. Persentase Bentuk Kayu yang Dijual Oleh Responden Petani Hutan Rakyat

No. Desa Bentuk Penjualan Kayu (%) Jumlah

Pohon Kayu Kayu Kombinasi (%)

Berdiri Bulat Gergajian

1 Pasirbaru 80,00 0,00 10,00 10,00 100,00

2 Gunung Tanjung 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00

3 Cijulang 90,00 10,00 0,00 0,00 100,00

4 Bojongjengkol 80,00 10,00 0,00 10,00 100,00

Rata-Rata (%) 87,50 5,00 2,50 5,00 100,00

Tabel 13 menunjukkan bahwa responden petani dalam melakukan penjualan kayu rakyat, lebih banyak melakukan penjualan kayu dalam bentuk pohon berdiri (persentase rata-rata 87,50%). Berdasarkan hasil wawancara, penjualan kayu dalam bentuk pohon berdiri sangat praktis karena mulai dari pembuatan Surat Izin Tebang (SIT), penebangan hingga pengangkutan dan termasuk seluruh biayanya ditanggung oleh pembeli yang biasanya adalah pedagang pengumpul kayu rakyat. Penjualan kayu bulat atau dalam bentuk kayu gergajian dilakukan oleh beberapa responden petani karena ingin mendapatkan

keuntungan yang lebih besar bila dibandingkan jika hanya menjual kayunya dalam bentuk pohon berdiri.

Konsumen utama untuk kayu bulat adalah industri penggergajian, sedangkan untuk kayu gergajian adalah masyarakat sekitar (untuk pembuatan atau perbaikan rumah), toko bahan bangunan dan industri pembuatan mebel. Penggergajian dilakukan oleh responden petani dengan memanfaatkan jasa penggergajian kayu atau menggergaji sendiri dengan bantuan gergaji biasa (manual).

g. Produksi Kayu Rakyat

Produksi kayu rakyat rata-rata per responden petani pada masing-masing desa yang menjadi lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 14 berikut.

Tabel 14. Produksi Kayu Rakyat Rata-Rata Per Responden Petani Pada Masing-Masing Desa Penelitian

No. Desa Produksi Kayu Rakyat

(m3/th) (m3/ha/th) 1 Pasirbaru 6,65 5,43 2 Gunung Tanjung 4,03 2,30 3 Cijulang 6,87 5,56 4 Bojongjengkol 4,31 6,02 Rata-Rata (m3/th) 5,46 4,83

Dari Tabel 14 dapat terlihat bahwa produksi kayu rakyat rata-rata per responden petani pada masing-masing desa yang menjadi lokasi penelitian adalah sebesar 5,46 m3/th atau 4,83 m3/ha/th.

h. Harga Jual

Responden petani hutan rakyat menjual hasil kayunya dengan cara borongan, per pohon, per kubik atau per batang. Penjualan kayu per pohon umumnya dilakukan pada penjualan dalam bentuk pohon berdiri dengan harga kayu (diameter 10 cm up dari bermacam jenis) berdasarkan data yang didapatkan dari responden petani berkisar antara Rp 10.000 - Rp 150.000/pohon, sedangkan untuk penjualan dalam bentuk kayu bulat dan kayu gergajian dilakukan dengan satuan per kubik untuk pembelian dengan jumlah besar dan untuk pembelian dengan jumlah kecil dihitung per batang.

Penjualan kayu dengan cara borongan tidak dapat ditentukan harganya secara pasti, harga yang ditawarkan didasarkan kepada perkiraan pihak pembeli

berdasarkan jumlah pohon, ukuran diameter rata-rata, jenis dan kualitas kayu, lokasi pohon serta tingkat kesulitan dalam pengangkutannya, setelah itu kemudian dilakukan perundingan harga dengan petani sebagai pihak penjual. Harga yang terjadi didasarkan kepada kesepakatan antara kedua belah pihak tersebut.

Harga jual kayu rakyat dalam bentuk kayu bulat dan kayu gergajian di tingkat petani hutan rakyat dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Harga Jual Kayu Rakyat Berdasarkan Bentuk Kayu, Ukuran Diameter / Jenis Produk dan Jenis Kayu di Tingkat Petani Hutan Rakyat di Kab. Sukabumi

No. Bentuk Ukuran Diameter Jenis Harga Jual (Rp/m3) *)

Kayu (Cm) / Jenis Produk Kayu Terendah Tertinggi

1 Kayu 10 - 19 Cm Sengon 175.000 225.000 Bulat Jati 300.000 500.000 Mahoni 200.000 250.000 20 - 29 Cm Sengon 300.000 325.000 Jati 700.000 750.000 Mahoni 350.000 400.000 30 - 39 Cm Sengon 400.000 450.000 Jati 1.000.000 1.100.000 Mahoni 500.000 600.000 40 - 49 Cm Sengon 500.000 550.000 Jati 1.200.000 1.300.000 Mahoni 650.000 700.000

2 Kayu Balok Sengon 450.000 550.000

Gergajian Jati 1.200.000 1.400.000

Mahoni 500.000 700.000

Kaso-Kaso (Usuk) Sengon 550.000 650.000

Jati 950.000 1.300.000 Mahoni 700.000 800.000 Papan Sengon 600.000 650.000 Jati 1.100.000 2.000.000 Mahoni 750.000 1.000.000 Reng Sengon 300.000 350.000 Jati 750.000 900.000 Mahoni 700.000 800.000

Ket : *) Panjang sortimen 2,5 - 3 m untuk kayu bulat dan 2,4 - 3 m untuk kayu gergajian Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Sukabumi, 2006

Jenis-jenis kayu dari hasil hutan rakyat yang diperjualbelikan sangat beragam, namun pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu sengon, jati dan mahoni. Harga-harga kayu dari jenis yang lainnya dapat dikelompokkan kepada masing-masing dari jenis yang telah disebutkan.

5.2.2 Pedagang Pengumpul Kayu Rakyat a. Jenis Kayu yang Diperjualbelikan

Jenis kayu yang diperjualbelikan oleh setiap responden pedagang pengumpul kayu rakyat sangat beragam dan terlihat adanya beberapa perbedaan di antara dua kecamatan yang dijadikan sebagai tempat penelitian. Pada Tabel 16 terlihat bahwa responden dari desa-desa pada satu kecamatan memperjualbelikan jenis-jenis kayu yang hampir sama, yaitu pada Desa Pasirbaru dan Gunung Tanjung (Kecamatan Cisolok), jenis-jenis kayu yang umum diperjualbelikan adalah manglid (Manglietia glauca), tisuk (Hibiscus macrophyllus), sengon (Paraserianthes falcataria), jati (Tectona grandis), bayur (Pterospermum javanicum), mahoni (Swietenia spp.) dan pohon buah-buahan, seperti : duren (Durio zibethinus); mangga (Mangifera indica); nangka (Arthocarpus heterophyllus); kecapi (Sandoricum koetjape); rambutan (Nephelium lappaceum), sedangkan pada Desa Bojongjengkol dan Cijulang (Kecamatan Jampangtengah) adalah mahoni (Swietenia spp.), sengon (Paraserianthes falcataria), kayu afrika (Meisopsis eminii), karet (Hevea brasiliensis), mindi (Melia spp.), pinus (Pinus merkusii), puspa (Schima wallichii) dan pohon buah-buahan, seperti : mangga (Mangifera indica); limus (Mangifera foetida); rambutan (Nephelium lappaceum); duren (Durio zibethinus); nangka (Arthocarpus heterophyllus).

Tabel 16. Jenis Kayu yang Diperjualbelikan Oleh Responden Pedagang Pengumpul Kayu Rakyat pada Masing-Masing Desa Penelitian

No. Desa Kecamatan Jenis Kayu

yang Diperjualbelikan

1 Pasirbaru Cisolok Manglid, Tisuk, Sengon, Mahoni,

Jati, Bayur, Pohon Buah- Buahan (Duren, Nangka, Mangga)

2 Gunung Tanjung Cisolok Sengon, Tisuk, Karet, Manglid, Jati,

Kayu Afrika, Mahoni, Bayur, Kiang, Pohon Buah-Buahan (Duren, Kecapi,

Mangga, Rambutan)

3 Bojongjengkol Jampangtengah Mahoni, Sengon, Pinus, Puspa, Kayu

Afrika, Karet, Mindi, Pohon Buah- Buahan (Rambutan, Duren, Mangga,

Limus, Nangka)

4 Cijulang Jampangtengah Kayu Afrika, Sengon, Mahoni, Pinus,

Akor, Mindi, Jati, Puspa, Karet,

Perbedaan beberapa jenis kayu yang umum diperjualbelikan oleh responden di antara dua kecamatan tersebut dikarenakan jenis-jenis kayu itulah yang memang mudah ditemukan di wilayah kecamatan mereka masing-masing. Pohon buah-buahan dan karet dijual kayunya oleh para petani jika pohon-pohon tersebut sudah tidak produktif lagi dalam menghasilkan buah atau getah.

b. Volume Pembelian

Tabel 17 memperlihatkan bahwa volume rata-rata pembelian kayu oleh para responden pedagang pengumpul kayu rakyat adalah sebesar 12,43 m3/bln. Kayu rakyat didapatkan dari petani atau pedagang pengumpul rekanan dari desa- desa di dalam atau sekitar tempat tinggal responden pedagang pengumpul dan ada juga hingga antar kecamatan dalam Kabupaten Sukabumi, beberapa responden pedagang pengumpul bahkan ada yang mencarinya hingga keluar wilayah Kabupaten Sukabumi (Kabupaten Lebak, Propinsi Banten).

Tabel 17. Volume pembelian Kayu Rakyat Rata-Rata Per Responden Pedagang Pengumpul Pada Masing-Masing Desa Penelitian

No. Desa Volume Pembelian Kayu

(m3/bln) 1 Pasirbaru 9,31 2 Gunung Tanjung 9,00 3 Bojongjengkol 19,00 4 Cijulang 12,40 Rata-Rata (m3/bln) 12,43

Pedagang pengumpul rekanan adalah pedagang pengumpul yang menjadi rekanan dari pedagang pengumpul yang lain atau yang biasa disebut dengan pedagang pengumpul besar, dengan tujuan untuk memasok kebutuhan kayu dari pedagang pengumpul besar tersebut. Pedagang pengumpul rekanan dicirikan dengan kepemilikan modal yang sebagian atau seluruhnya didanai atau diberikan pinjaman oleh pedagang pengumpul besar.

c. Konsumen dan Bentuk Kayu yang Dijual

Konsumen dari responden pedagang pengumpul kayu rakyat terdiri dari industri penggergajian, toko bahan bangunan, industri pembuatan mebel dan masyarakat.

Konsumen kayu rakyat yang pembeliannya melalui responden pedagang pengumpul ini tersebar dari dalam hingga luar wilayah Kabupaten Sukabumi. Konsumen masyarakat dan industri pembuatan mebel lebih banyak berdomisili di dalam dan sekitar desa dari tempat tinggal responden pedagang pengumpul, sedangkan untuk industri penggergajian selain di dalam dan sekitar desa, banyak juga yang berdomisili hingga di luar kecamatan dalam wilayah Kabupaten Sukabumi. Konsumen yang lain (toko bahan bangunan) domisilinya bahkan hingga di luar wilayah Kabupaten Sukabumi (Kabupaten Bogor).

Responden pedagang pengumpul kayu rakyat biasanya menjual kayu dalam bentuk kayu bulat atau balken untuk konsumen industri penggergajian, sedangkan untuk toko bahan bangunan, industri pembuatan mebel dan masyarakat maka kayu yang dijual umumnya sudah dalam bentuk kayu gergajian (produk kayu pertukangan) yang dalam penggergajiannya menggunakan jasa penggergajian. Kayu-kayu yang di jual umumnya sudah dalam bentuk sortimen- sortimen dengan panjang antara 1 - 4 meter.

Gambar 9. Bentuk kayu yang dijual oleh pedagang pengumpul kayu rakyat

d. Harga Jual

Responden pedagang pengumpul kayu rakyat menjual kayunya dengan hitungan per kubik atau per batang, tergantung dari volume atau jumlah pembelian. Konsumen yang umumnya membeli kayu dengan jumlah besar adalah industri penggergajian dan toko bahan bangunan, sedangkan pembelian dengan jumlah kecil dilakukan oleh industri pembuatan mebel dan masyarakat. Harga jual kayu rakyat dalam bentuk kayu bulat dan kayu gergajian dapat dilihat pada Tabel 18 berikut.

Tabel 18. Harga Jual Kayu Rakyat Berdasarkan Bentuk Kayu, Ukuran Diameter / Jenis Produk dan Jenis Kayu di Tingkat Pedagang Pengumpul Kayu Rakyat di Kab. Sukabumi

No. Bentuk Ukuran Diameter Jenis Harga Jual (Rp/m3) *)

Kayu (Cm) / Jenis Produk Kayu Terendah Tertinggi

1 Kayu 10 - 19 Cm Sengon 200.000 250.000 Bulat Jati 450.000 600.000 Mahoni 300.000 500.000 20 - 29 Cm Sengon 325.000 375.000 Jati 750.000 900.000 Mahoni 500.000 800.000 30 - 39 Cm Sengon 450.000 500.000 Jati 1.100.000 1.300.000 Mahoni 600.000 900.000 40 - 49 Cm Sengon 550.000 600.000 Jati 1.300.000 1.500.000 Mahoni 750.000 1.000.000

2 Kayu Balok Sengon 500.000 600.000

Gergajian Jati 1.200.000 1.600.000

Mahoni 650.000 800.000

Kaso-Kaso (Usuk) Sengon 600.000 700.000

Jati 1.050.000 1.400.000 Mahoni 750.000 900.000 Papan Sengon 625.000 700.000 Jati 1.300.000 1.400.000 Mahoni 800.000 900.000 Reng Sengon 300.000 400.000 Jati 800.000 1.000.000 Mahoni 800.000 900.000

Ket : *) Panjang sortimen 2,5 - 3 m untuk kayu bulat dan 2,4 - 3 m untuk kayu gergajian

Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Sukabumi, 2006

Berdasarkan data responden pedagang pengumpul, harga jual kayu rakyat dalam bentuk kayu bulat atau balken dengan ukuran diameter 10 cm up dari berbagai macam jenis berkisar antara Rp 200.000 - Rp 500.000/m3, sedangkan jika dalam bentuk kayu gergajian berkisar antara Rp 500.000 - Rp 1.000.000/m3.

5.2.3 Industri Pengolahan Kayu Rakyat

Industri pengolahan kayu rakyat yang terdapat di Kabupaten Sukabumi dapat di bagi menjadi dua jenis, yaitu industri primer dan sekunder. Industri primer adalah industri penggergajian yang mengolah kayu awal (dalam bentuk kayu bulat) yang hasil produknya dijadikan kembali sebagai bahan baku bagi industri sekunder untuk menghasilkan produk lain yang dapat langsung dimanfaatkan oleh konsumen akhir (terkecuali untuk produk kayu pertukangan hasil dari industri primer yang dimanfaatkan untuk bahan bangunan). Industri

sekunder yang dapat teridentifikasi ada tiga jenis, yaitu industri pembuatan mebel, perakitan palet (peti landasan) dan perakitan haspel (gulungan kabel).

5.2.3.1 Industri Primer (Penggergajian) Kayu Rakyat a. Spesifikasi Usaha dan Produk yang Dihasilkan

Spesifikasi usaha dan produk yang dihasilkan dari industri primer (penggergajian) kayu rakyat dapat dilihat pada Tabel 19 berikut.

Tabel 19. Karakteristik Industri Primer (Penggergajian) Kayu Rakyat Berdasarkan Spesifikasi Usaha dan Produk yang Dihasilkan

No. Spesifikasi Usaha Produk yang Dihasilkan

1 Penggergajian Kayu Pertukangan Galar, Kusen, Balok, Papan,

Kaso, Reng

2 Penggergajian Kayu Palet Kayu Penyusun Palet

3 Penggergajian kayu Haspel Kayu Penyusun Haspel

4 Penggergajian Kayu Campuran Galar, Kusen, Balok, Papan,

(Pertukangan dan Palet) Kaso, Reng, Kayu Penyusun

Palet

5 Jasa Penggergajian (Rental) Galar, Kusen, Balok, Papan,

Kaso, Reng

Usaha jasa penggergajian (rental) pada umumnya dilakukan oleh semua industri penggergajian, namun ada juga yang mengkhususkan pada jasa penggergajian dikarenakan sudah tidak mempunyai modal untuk membeli kayu, akan tetapi masih mempunyai mesin gergaji (band saw). Jasa penggergajian ini dimanfaatkan oleh petani, pedagang pengumpul atau masyarakat sekitar untuk menggergaji kayunya, baik untuk kepentingan sendiri ataupun dijual.

b. Kapasitas dan Realisasi Produksi

Tabel 20 memperlihatkan kapasitas dan realisasi produksi rata-rata dari beberapa responden industri primer (penggergajian) kayu rakyat pada masing- masing spesifikasi usaha.

Tabel 20. Karakteristik Industri Primer (Penggergajian) Kayu Rakyat Berdasarkan Kapasitas & Realisasi Produksi Rata-Rata Pada Masing-Masing Spesifikasi Usaha

No. Spesifikasi Usaha Jumlah Rata-Rata Produksi

Responden Kapasitas Realisasi

(m3/bln) (m3/bln)

1 Peng. Kayu Pertukangan 3 170.0 70.0

2 Peng. Kayu Palet 2 240.0 152.5

3 Peng. Kayu Campuran 2 165.0 67.5

(Pertukangan dan Palet)

4 Peng. Kayu Haspel 1 390.0 360.0

Kapasitas produksi ditentukan oleh kualitas dan kuantitas dari mesin gergaji (band saw) dan juga jumlah pekerja yang dimiliki oleh setiap responden industri, namun pada kenyataannya jumlah realisasi produksi jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan kapasitas produksinya yang disebabkan karena kurangnya ketersediaan bahan baku.

Realisasi produksi rata-rata dari setiap spesifikasi usaha industri primer (penggergajian) kayu rakyat yang terdiri dari penggergajian kayu pertukangan, penggergajian kayu palet, penggergajian kayu campuran (pertukangan dan palet), penggergajian kayu haspel dan jasa penggergajian (rental) masing-masing adalah 70,0 m3/bulan, 152,5 m3/bulan, 67,5 m3/bulan, 360,0 m3/bulan dan 60,0 m3/bulan.

Pekerja yang melakukan kegiatan pengggergajian terdiri dari 1 orang buruh gesek dengan dibantu oleh 1 orang helper (penarik serta pendorong kayu pada saat penggergajian) untuk setiap 1 unit mesin gergaji (band saw), dengan upah untuk buruh gesek berkisar antara Rp 15.000 - Rp 20.000/m3 dari hasil kayu gergajian yang dihasilkan. Pekerja selain buruh gesek seperti helper dengan jumlah sebanyak 1 - 3 orang dan pengukur (1 orang) dibayar dengan upah berkisar antara Rp 15.000 - Rp.20 000/hari/orang. Mesin gergaji (band saw) yang dimiliki oleh setiap industri kebanyakan 1 - 2 unit dengan rendemen kayu yang dihasilkan sekitar 50 - 60%.

c. Produk dan Konsumen

Konsumen dari produk-produk industri primer (penggergajian) kayu rakyat adalah industri sekunder (perakitan), toko bahan bangunan dan masyarakat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 21 berikut.

Tabel 21. Karakteristik Industri Primer (Penggergajian) Kayu Rakyat Berdasarkan Produk, Konsumen dan Pusat Lokasi Konsumen

No. Produk Konsumen Pusat Lokasi

Konsumen

1 Kayu Toko Bahan Bangunan Sukabumi, Bogor,

Pertukangan Cianjur, Jakarta

Industri Mebel Sekitar Lokasi Industri

Masyarakat Sekitar Lokasi Industri

2 Kayu Industri Perakitan Palet Kec. Parungkuda

Penyusun Palet (Kabupaten Sukabumi)

3 Kayu Industri Perakitan Haspel Kec. Bojonggenteng

d. Produk, Ukuran dan Harga Jual

Tabel 22 menyajikan harga jual produk-produk kayu gergajian dalam berbagai ukuran yang dihasilkan oleh industri primer (penggergajian) kayu rakyat berdasarkan spesifikasi usaha.

Bervariasinya ukuran kayu dari produk-produk yang dihasilkan oleh industri primer (penggergajian) kayu rakyat untuk setiap spesifikasi usaha dikarenakan ukuran yang dihasilkannya disesuaikan dengan pesanan atau keinginan dari konsumen. Ukuran-ukuran kayu dari suatu produk dapat berbeda mulai dari panjang, lebar hingga tinggi dengan perbedaan harga jual yang mempunyai selisih yang cukup besar untuk masing-masing ukuran. Penjualan dapat dilakukan dengan harga jual per kubik ataupun per batang, tergantung dari jumlah (volume) pembelian.

Tabel 22. Karakteristik Industri Primer (Penggergajian) Kayu Rakyat Berdasarkan Produk, Ukuran dan Harga Jual Untuk Setiap Spesifikasi Usaha

No. Spesifikasi Produk Ukuran Harga Jual (Rp/m3

) Harga Jual (Rp/btg) Usaha Terendah Tertinggi Terendah Tertinggi

1 Peng. Kayu Kaso 5cmx5cmx2-4m 700.000 1.200.000 3.000 4.500 Pertukangan 5cmx7cmx2-4m 600.000 900.000 Balok 10cmx10cmx2-3m 550.000 650.000 14.000 15.000 8cmx12cmx3-4m 900.000 1.400.000 Papan 3cmx20cmx2,5-4m 700.000 1.600.000 8.000 12.500 3cmx15cmx3-4m 1.000.000 1.100.000 Galar 5cmx10cmx2,5-4m 550.000 1.400.000 7.000 7.500 Kusen 6cmx12cmx2-4m 700.000 1.400.000 14.000 15.000 6cmx15cmx2m 1.100.000 1.300.000 7cmx10cmx3m 600.000 800.000

Reng 3cmx2cmx3-4m t.a.d t.a.d 2.000 2.500 2 Peng. Kayu Kayu 1,5-2,5cmx7-15cm 400.000 700.000 t.a.p t.a.p Palet Peny. x1-1,2m (Super) Palet 1,5-2,5cmx7-15cm 200.000 300.000 t.a.p t.a.p x1-1,2m (Afkiran) 3 Peng. Kayu Kayu Bervariasi t.a.p t.a.p t.a.p t.a.p

Haspel Peny.

Haspel

Keterangan : t.a.d = tidak ada data t.a.p = tidak ada penjualan

5.2.3.2 Industri Sekunder (Perakitan) Produk Kayu Rakyat a. Spesifikasi Usaha dan Produk yang Dihasilkan

Spesifikasi usaha dan produk yang dihasilkan dari industri sekunder (perakitan) produk kayu rakyat yang ada di Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Karakteristik Industri Sekunder (Perakitan) Produk Kayu Rakyat Berdasarkan Spesifikasi Usaha dan Produk yang Dihasilkan

No. Spesifikasi Usaha Produk yang Dihasilkan

1 Perakitan Palet Palet (Peti Landasan)

2 Perakitan Haspel Haspel (Gulungan Kabel)

3 Pembuatan Mebel Kusen, Ram (Jendela), Pintu, Dll

Industri sekunder (perakitan) haspel adalah industri yang merangkap juga sebagai industri primer atau penggergajian kayu haspel (begitu juga dengan sebagian besar industri perakitan palet), hal ini dilakukan karena dalam perakitan haspel dibutuhkan ukuran-ukuran kayu gergajian yang disesuaikan dengan ukuran diameter haspel yang akan di buat (sesuai pesanan). Produk haspel dapat di bagi menjadi dua macam ukuran diameter, yaitu haspel kecil dan haspel besar dengan ukuran diameter 1 - 1,05 m (haspel kecil) dan 1,21 - 1,65 m (haspel besar) (Gambar 10).

Gambar 10. Haspel (gulungan kabel)

Gambar 11. Palet (peti landasan)

b. Produksi dan Jumlah Tenaga Kerja

Tabel 24 memperlihatkan produksi rata-rata dari beberapa responden industri sekunder (perakitan) produk kayu rakyat pada masing-masing spesifikasi usaha.

Tabel 24. Karakteristik Responden Industri Sekunder (Perakitan) Produk Kayu Rakyat Berdasarkan Spesifikasi Usaha dan Produksi Rata-Rata

No. Spesifikasi Usaha Jumlah Produksi Rata-Rata

Responden (m3/bln)

1 Perakitan Palet (Peti Kemas) 5 67,45

2 Perakitan Haspel (Gulungan Kabel) 1 216,00

3 Pembuatan Mebel 2 6,00

Produksi rata-rata dari setiap responden industri sekunder (perakitan) produk kayu rakyat untuk masing-masing spesifikasi usaha adalah 67,45 m3/bulan untuk industri perakitan palet, 216,00 m3/bulan untuk industri perakitan haspel dan 6,00 m3/bulan untuk industri pembuatan mebel.

Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan dan besar upah yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 25 berikut.

Tabel 25. Karakteristik Industri Sekunder (Perakitan) Produk Kayu Rakyat Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja & Besar Upah Untuk Masing-Masing Spesifikasi Usaha

Dokumen terkait