• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penyalah guna Narkoba

NO. MENURUT TEMPAT TINGGAL MINUM ALKOHOL SEBULAN TERAKHIR

4. Karakteristik Penyalah guna Narkoba

Penyalahguna narkoba setahun terakhir yang eligible menjadi sampel pada studi ini sebagian besar adalah laki-laki (88%). Pada tiap kelompok, komposisi responden lebih banyak responden laki-laki. Responden laki-laki paling banyak ditemukan pada kelompokpecandu suntik (93%) dibandingkan kelompok teratur dan pecandu non suntik. Dengan tingkat pendidikan responden lebih dari separuhnya memiliki pendidikan tinggi atau minimal telah menamatkan SMA/MA sederajat ke atas. Tentu ini sebuah potensi kerugian negara secara tidak langsung, dimana potensi generasi muda yang memiliki pendidikan tinggi telah dirusak narkoba.

Bahkan ada sekitar 6% dari responden perempuan (n=208), yang mengaku sedang hamil saat wawancara survei ini dilakukan. Bisa dibayangkan resiko kesehatan yang akan dihadapi oleh sang calon bayi tersebut jika ibunya adalah seorang penyalahguna narkoba. Lebih dari separuh responden mengaku belum menikah, tetapi yang patut disayangkan ada sekitar sepertiga penyalaguna berstatus menikah. Mereka yang berstatus menikah berisiko kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah tangga dan potensi terjadi konflik dan kekerasan dalam rumah tangga amat besar. Sementara itu, lebih dari sepertiga responden (42%) mengaku menanggung biaya hidup orang lain selain dirinya. Artinya beban tanggungan ekonomi yang harus dilakukan responden semakin besar, berkejaran dengan kebutuhan responden untuk membeli narkoba.

Tabel 2.5. Karakteristik Penyalahguna Narkoba Setahun Terakhir

NO. JENIS KELAMIN/

PENDIDIKAN/ STATUS

PENYALAHGUNA NARKOBA SETAHUN TERAKHIR

TERATUR PECANDU NON SUNTIK PECANDU SUNTIK TOTAL N % N % N % N % 1. Jenis Kelamin Laki-laki 167 77,3 897 87,8 430 92,7 1494 87,8 Perempuan 49 22,7 125 12,2 34 7,3 208 12,2 2. Pendidikan Tidak Sekolah 1 0,5 7 0,7 2 0,4 10 0,6 Tidak tamat SD 6 2,8 36 3,5 13 2,8 55 3,2 SD/MI sederajat 8 3,7 79 7,7 12 2,6 99 5,8 SMP/MTs sederajat 46 21,5 256 25,0 81 17,5 383 22,5 SMA/MA sederajat 131 61,2 550 53,7 285 61,4 966 56,8 Akademi/Perguruan Tinggi 21 9,8 96 9,4 71 15,3 188 11,0 3. Status Belum kawin 137 63,4 645 63,0 180 38,7 962 56,5 Kawin 61 28,2 278 27,2 216 46,5 555 32,6 Cerai hidup 2 0,9 6 0,6 14 3,0 22 1,3 Cerai mati 13 6,0 75 7,3 48 10,3 136 8,0

Hidup bersama tanpa nikah 2 0,9 16 1,6 6 1,3 24 1,4

Jumlah penyalahguna laki-laki sekitar 2,6 kali lebih banyak dibandingkan perempuan. Dimana rasio laki-laki yang paling tinggi berada pada kelompok rumah tangga (1:9), sedangkan yang paling rendah pada kelompok pekerja (1:1,7).

Sekitar separuh responden masih tinggal bersama orangtuanya. Hanya 1 dari 10 responden yang tinggal sendiri. Sementara itu, kebanyakan responden bekerja pegawai swasta dan pedagang/ wirsawasta. Sementara yang mengaku pelajar/mahasiswa ada sebanyak 10%, terutama di kelompok pecandu non-suntik. Angka tersebut lebih tinggi dari mereka yang mengaku sebagai pengangguran atau tidak bekerja (18%). Mereka yang mengaku tidak bekerja, proporsinya terkecil pada kelompok teratur pakai narkoba. Hal yang perlu mendapat perhatian adalah adanya pengakuan dari mereka yang bekerja di sektorpelayanan publik sebab hal ini dapat membahayakan orang lain. Ada sekitar 4% dari responden yang mengaku bekerja sebagai sopir/taksi atau ojek online. Selain dari penghasilan tetap, ada separuh responden (51%) yang mengaku memiliki penghasilan tambahan dalam setahun terakhir. Sumber penghasilan tambahan tersebutberasal dari 2 sumber utama, yaitu sekitar sepertiganya dari hasil bekerja (35%) terutama di kelompok pecandu, dan sepertiganya lagi mengaku dari pemberian orangtua (34%) terutama di kelompok teratur pakai.

Kurang dari sepertiga responden mengaku memiliki tabungan (30%), dan ada sekitar 29% yang mengaku memiliki hutang kepada pihak lain. Mereka yang memiliki hutang kebanyakan di kelompok pecandu suntik (37%). Hanya sekitar 1 dari 20 orang yang memiliki kartu kredit. Dari mereka yang memiliki kartu kredit, ada sekitar 1 dari 8 orang yang masih belum membayar tagihannya selama 2 bulan terakhir terutama di kelompok pecandu suntik.

5. Estimasi dan Proyeksi Jumlah Penyalah guna Narkoba. a. Kategorisasi Penyalah guna Narkoba

Definisi yang disepakati oleh para ahli terkait pengklasifikasian untuk menentukan batas seseorang sebagai pengguna coba pakai, teratur, rekreasional, maupun pecandu berat belum ada kata sepakat (lihat tinjauan pustaka), karena kategori penya-lahgunaan narkoba

bersifat kontinum. Ada yang menggunakan pendekatan medis, psikologi, frekuensi pakai, atau kombinasinya. Dalam studi ini kami mengklasifikasi kategori pengguna narkoba menjadi 4 macam, yaitu coba pakai, teratur pakai, pecandu non suntik, dan pecandu suntik. Pembagian kategori tersebut menurut frekuensi pemakaian setahun terkahir atau cara pakai (hanya suntik).

Grafik 2.2. Estimasi Angka Penyalahguna Menurut Tingkat Ketergan-tungan, 2017

Sebagian besar penyalahguna berada pada kelompok coba pakai, yang mencapai 1,8 juta orang. Kebanyakan yang coba pakai berada pada kelompok pekerja. Kondisi ini dipicu oleh tekanan pekerjaan yang berat, kemampuan sosial ekonomi, dan tekanan lingkungan teman kerja merupakan faktor pencetus terjadinya penyalahgunaan narkoba pada kelompok pekerja. Sebagian besar dari mereka masih dalam taraf coba pakai dan teratur pakai, terutama yang memberikan efek terhadap daya tahan tubuh, seperti jenis shabu atau zenith/carnopen. Mereka pakai zat tersebut dalam keadaan tekanan kerja yang tinggi atau membutuhkan ketahanan fisik yang kuat dalam pekerjaannya sehingga diperlukan tambahan stamina atau tenaga ekstra dengan cara singkat. Salah satu alasan yang disampaikan dari hasil wawancara mendalam, shabu tersebut sebagai doping agar kuat dalam bekerja (tidak cepat lelah). Sayangnya sebagian dari mereka (para pekerja) tidak paham bahwa yang dikonsumsinya (shabu) merupakan salah satu jenis narkoba. Bahkan mereka percaya bahwa shabu tidak menyebabkan ketergantungan, karena dapat dikontrol pemakaiannya oleh pengguna tersebut. Miskonsepsi tentang shabu ini banyak beredar pada kelompok pekerja.

Penyalahguna narkoba suntik cenderung mengalami penurunan dari tahun 2008 sampai saat ini. Jika pada tahun 2008 jumlah penyalahguna suntik sekitar 263 ribu, lalu terus menurun menjadi 70ribuan (2011), lalu menjadi 67 ribuan (2014), dan di tahun 2017 sekitar 58 ribuan. Saat ini hasil dari observasi di tingkat lapangan telah mulai muncul pengguna suntik baru, dimana jenis yang disuntikkan ke tubuh bukan lagi heroin/putau tetapi jenis narkoba lainnya, seperti shabu, subuxon, dsb. Hal itu terjadi karena harga heroin atau putau yang mahal dan sulit diperoleh di pasaran. Jika penyalahgunaan narkoba dengan cara disuntik ini dibiarkan, maka dapat dipastikan akan terjadi kenaikan jumlah penyalahguna suntik, dan akan terjadi peningkatan kasus HIV AIDS.

b. Estimasi Penyalahguna Narkoba Per Provinsi

Setelah diperoleh hasil estimasi jumlah penyalahguna secara nasional, langkah berikutnya adalah memilah menurut provinsi, dan memproyeksikannya sampai tahun 2020. Dasar pemilihan angka prevalensi di tiap provinsi mengacu dari hasil angka semua survei prevalensi dari tiap provinsi dari ketiga survei, yaitu pelajar/ mahasiswa, pekerja, dan rumah tangga. Bagi provinsi yang tidak ada surveinya, digunakan basis survei pelajar untuk melakukan estimasi dan koreksi angka prevalensinya, sebab survei pelajar memiliki basis data yang paling lengkap hingga kini, kecuali di Kalimantan Utara yang merupakan provinsi baru hasil pemekaran administratif dari provinsi Kalimantan Timur.

Apabila jumlah penyalahguna narkoba dirinci menurut provinsi maka distribusi penyalahguna lima terbanyak tersebar pada provinsi yang berada di pulau Jawa, dan Sumatera Utara. Dengan jumlah konsentrasi penyalahguna terbanyak ada di Jawa Barat dan Jawa Timur. Walaupun jika dilihat secara angka prevalensi, sebenarnya ada yang lebih rendah dibandingkan provinsi lainnya, tetapi karena jumlah populasi penduduk di kedua provinsi tersebut jauh lebih besar sehingga secara absolut hasil perhitungannya menjadi besar.

Angka prevalensi penyalahgunaan narkoba yang paling rendah adalah Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan Utara sedangkan yang paling tertinggi adalah DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta masih yang paling tertinggi angka prevalensinya dari tahun ke tahun.

Grafik 2.3. Estimasi Angka Absolut dan Angka Prevalensi Penyalahguna Narkoba Per Provinsi, 2017

c. Estimasi Jenis Narkoba yang Beredar

Untuk menghitung besaran jumlah jenis narkoba, menggunakan data dasar dari hasil survei narkoba di setiap kelompok, yaitu kelompok pelajar/mahasiswa, kelompok pekerja, dan kelompok rumah tangga. Cara melakukan perhitungannya adalah hasil dari angka persentase pemakaian per jenis narkoba per jenis kelamin dari setiap survei dibuat reratanya. Lalu di-review angka tersebut. Setelah itu, angka tersebut di-adjust ke populasi di tiap provinsi untuk dibuat standarisasi antar provinsi. Hasil dari angka standarisasi antar provinsi tersebut digunakan sebagai dekomposisi dari hasil angka nasional.

Jenis narkoba yang paling banyak dikonsumsi oleh penyalahguna narkoba adalah ganja, shabu, dan ekstasi. Ketiga jenis narkoba tersebut masih menguasi pasar peredaran narkoba. Hal yang menarik adalah obat-obatan daftar G (misalkan Tramadol, Trihex, Pil Koplo, xanax, dsb), yaitu obat resep ternyata juga banyak yang dikomsumsi oleh para penyalahguna narkoba. Selain itu, obat bebas jenis sakit kepala (analgesik) yang bebas dijual di warung, mini market ataupun toko obat/apotik yang paling banyak dikonsumsi secara berlebih (over) dari dosis seharusnya oleh para penyalahguna untuk mendapatkan “efek”-nya.

100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 700.000 001 001 002 002 003 003 004 Jum la h Pe n y a la h g u n a A n g k a Pre v a le n si (% ) Absolut Prevalensi

Selain itu, di dalam setiap kelompok survei ada sedikit perbedaan pola pakai, selain ganja dan shabu. Pada kelompok pelajar/mahasiswa cenderung masih tahap belajar pakai dan adanya keterbatasan finansial. Oleh sebab itu, jenis pil koplo juga banyak dikonsumsi setelah shabu. Sementara di kalangan pekerja, karena kebanyakan dari mereka bertujuan pakai untuk meningkatkan stamina agar tidak cepat lelah, maka setelah shabu yang banyak dikonsumsi adalah ekstasi. Pada kelompok rumah tangga, polanya merupakan kombinasi pola pakai narkoba di antara pelajar dan pekerja.

Tabel 2.6. Estimasi 15 Besar Jumlah Penyalahguna Narkoba Menurut Jenis Narkoba, 2017-2022

NO. JENIS NARKOBA 2017 2018 2019 2020 2021 2022

1. Ganja 1.594.150 1.583.873 1.585.425 1.586.797 1.587.478 1.600.443 2. Shabu 835.037 830.736 832.219 833.621 834.673 841.721 3. Analgesik berlebihan 616.507 613.695 615.234 616.720 617.957 623.701 4. Dextro/Dextro-methorpan 612.826 610.497 612.175 613.806 615.190 620.721 5. Ekstasi 512.817 509.980 510.771 511.510 512.032 516.317 6. Tramadol 504.416 502.240 503.447 504.611 505.570 510.032 7. Ngelem 452.095 449.254 449.973 450.646 451.129 455.310 8. Pil koplo/BK 420.651 418.458 419.301 420.104 420.733 424.510 9. Codein 334.228 332.956 333.917 334.851 335.653 338.765 10. Trihexyphenidyl/ Trihex 311.004 309.176 309.639 310.070 310.369 313.046 11. Kecubung (datura) 306.762 305.134 305.731 306.299 306.739 309.488

12. Analgesik dicampur soda 288.417 287.228 287.989 288.726 289.348 291.988

13. Amphetamine 273.929 272.935 273.742 274.528 275.205 277.745

14. Heroin/putau 271.955 270.288 270.645 270.972 271.184 273.495

15. Magic Mushroom 270.122 268.930 269.612 270.271 270.821 273.312

16. Xanax/Camlet 269.468 268.211 268.862 269.491 270.009 272.505

17. Nipam 264.299 262.926 263.454 263.957 264.350 266.714