• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsekuensi Penyalahgunaan Narkoba

NO. MENURUT TEMPAT TINGGAL MINUM ALKOHOL SEBULAN TERAKHIR

7. Konsekuensi Penyalahgunaan Narkoba

a. Gejala dan Penyakit pada Penyalahguna Narkoba

Mereka yang pakai narkoba berisiko terkena berbagai penyakit. Dari hasil survei diketahui, lima keluhan kesehatan yang banyak dialami oleh responden adalah selera makan berkurang (46%), rasasesak di dada (30%), rasa mual berlebihan (34%), rasa lelah (fatigue) berkepanjangan (31%), dan rasasakit pada ulu hati (23%). Sementara itu keluhan-keluhan lainnya seperti batuk berdahak lebih dari 2 minggu, diare lebih dari 2 minggu, rasa lelah (fatigue) berkepanjangan, demam tinggi lebih dari 2 minggu, kulit dan kuku berwarna kuning peradangan di kulit (luka yang sulit sembuh), warna putih menebal (jamuran) di mulut/tenggorokan, rasa gatal/panas dan ruam/memerah di kulit, munculnya bercak berwarna merah/putih/hitam di kulit, gangguan alat reproduksi (impotensi, mandul, dll), nyeri saat buang air kecil dan pembengkakan di selangkangan, ketiak dan leher masing-masing kurang dari 10%.

Secara umum, pecandu suntik lebih tinggi persentasenya yang melaporkan keluhan atau gejala sakit dibanding kelompok lain. Pada kelompok penyalahguna terlihat bahwa semakin tinggi tingkat pemakaian maka makin banyak persentase yang merasakan keluhan penyakit. Paling banyak keluhan disampaikan oleh kelompok penyalahguna suntik. Sebanyak 41% responden mengaku keluhan tersebut menyebabkan gangguan aktivitas fisik/mental.

Mereka yang pakai narkoba berisiko terkena berbagai penyakit. Dari hasil survei diketahui, lima keluhan kesehatan yang banyak dialami oleh responden adalah selera makan berkurang (46%), rasa sesak di dada (30%), rasa mual berlebihan (34%), rasa lelah (fatigue) berkepanjangan (31%), dan rasa sakit pada ulu hati (23%). Sementara itu keluhan-keluhan lainnya seperti batuk berdahak lebih dari 2 minggu, diare lebih dari 2 minggu, rasa lelah (fatigue) berkepanjangan, demam tinggi lebih dari 2 minggu, kulit dan kuku berwarna kuning peradangan di kulit (luka yang sulit sembuh), warna putih menebal (jamuran) di mulut/tenggorokan, rasa gatal/panas dan ruam/memerah di kulit, munculnya bercak berwarna merah/putih/hitam di kulit, gangguan alat reproduksi (impotensi, mandul, dll), nyeri saat buang air kecil dan pembengkakan di selangkangan, ketiak dan leher masing-masing kurang dari 10%.

Secara umum, pecandu suntik lebih tinggi persentasenya yang melaporkan keluhan atau gejala sakit dibanding kelompok lain. Pada kelompok penyalahguna terlihat bahwa semakin tinggi tingkat pemakaian maka makin banyak persentase yang merasakan keluhan penyakit. Paling banyak keluhan disampaikan oleh kelompok penyalahguna suntik. Sebanyak 41% responden mengaku keluhan tersebut menyebabkan gangguan aktivitas fisik/mental.

b. Pola Pencarian Pengobatan

Sebanyak 38% dari yang mengalami keluhan mengaku setahun terakhir berobat. Sebagian besar responden berobat ke pelayanan medis (61%), dan ada yang melakukan pengobatan sendiri (46%). Penyalahguna yang berobat medis, sebagian besar pergi ke puskesmas (34%), RS pemerintah (19%), dokter (19%), dan RS swasta (16%) serta Poliklinik (9%). Dari yang melakukan pemeriksaan medis, sekitar separuhnya (52%) mengaku tahu hasil pemeriksaannya. Dengan hasil, gangguan kejiwaan/depresi (26%), sakit paru-paru (16%), HIV (15%), sakit syaraf/sendi/alat gerak (15%), Hepatitis C (9%), kerusakan/gangguan mata (6%), Hepatitis B (4%), TB (4%), Candidiasis (4%), dan penyakit lainnya. Pola penyakit hasil pemeriksaan yang dilaporkan pada kelompok penyalahguna berbanding lurus dengan tingkat pemakaian narkoba dimana tingkat penyalahgunaan makin tinggi maka persentase yang melaporkan hasil pemeriksaan sakitnya lebih banyak. Kecuali untuk penyakit kejiwaaan/depresi dan kerusakan/gangguan mata dimana lebih banyak dilaporkan kelompok teratur dibandingkan 2 kelompok penyalahguna lainnya.

Untuk pola cara pembayaran biaya berobat ternyata pada kelompok teratur lebih banyak yang menggunakan jaminan pembiayaan/asuransi sementara pada kelompok pecandu dan kelompok suntik lebih banyak yang membiayai pengobatannya dengan Out of Pocket (OOP). Secara keseluruhan yang membayar sendiri lebih banyak (62%), kemudian BPJS kesehatan/KIS (40%), Keluarga (25%), Perusahaan (4)%, dan Asuransi lain (5%).

Dari yang sakit, sebanyak 42% mengaku di rawat jalan dan 11% rawat inap. Kelompok teratur lebih banyak yang rawat jalan, sementara kelompok pecandu suntik lebih banyak yang di rawat inap (16%), sekitar dua kali lipat dibanding kelompok teratur (8%). Ada 41% responden yang mengaku pernah ikut tes HIV, dan saat ini ada 9% yang mengaku minum ARV dalam satu bulan yang lalu dan ada 8% mengaku sedang minum ARV saat di survey.

c. Riwayat Kriminal

Responden penyalahguna yang pernah mengambil uang atau barang berharga milik keluarga/orang lain (termasuk penodongan, perampokan, pencurian dan sebagainya) untuk keperluan membeli narkoba cukup banyak yaitu seperempat (25%) dari total responden. Yang terbanyak di kelompok Pecandu suntik yaitu lebih dari setengah pecandu suntik (54%), sedangkan di kelompok pecandu non suntik sebanyak 17% dan di kalangan penyalahguna teratur sebanyak 8.8%.

Yang dalam setahun terakhir (Juni 2016-sekarang),pernah mengambil uang/barang berharga milik keluarga/orang lain (termasuk penodongan, perampokan, pencurian dan sebagainya) untuk keperluan membeli narkoba dari yang mengaku pernah sekitar sepertiga (30%) dari yang pernah. Di kelompok penyalahguna teratur sebanyak 32%, di kelompok pecandu non suntik sebanyak 43% dan di kelompok pecandu suntik sebanyak 22%.

d. Riwayat Kecelakaan Lalu Lintas

Penyalahguna yang mengaku pernah mengalami kecelakaan lalu lintas akibat pengaruh narkoba ada sebanyak sekitar sepertiga (29%) dari total responden. Dari yang pernah mengalami, duapertiga nya mengalami sebelum setahun terakhir, sisanya sekitar sepertiganya mengalami kecelakaan tersebut dalam setahun terakhir. Paling banyak yang mengalami kecelakaan adalah di kelompok penyalahguna suntik yaitu lebih dari separuhnya (52%).

Dalam setahun terakhir (Juni 2016-sekarang), responden yang pernah mengalami kecelakaan lalu lintas akibat pengaruh penggunaan narkoba sebanyak hampir sepertiga (29%) dari yang mengaku pernah mengalami. Paling banyak kecelakaan setahun terakhir di kelompok pecandu non suntik yaitu 36% dari yang pernah mengalami. Sementara pada kelompok penyalahguna teratur 27% dan pada pecandu suntik sebanyak 24% dari yang pernah mengalami.

Dari yang mengalami kecelakaan lalu lintas akibat pengaruh penggunaan narkoba, yang mengeluarkan biaya perawatan/ pengobatan sebanyak 59%, mengeluarkan biaya perbaikan motor sendiri sebanyak 42%, sedangkan yang mengeluarkan biaya ganti rugi kendaraan/motor milik korban sebanyak 9%, biaya polisi 7%, biaya pengobatan korban 6%, ganti rugi korban sebanyak 6%. Ada sebanyak 12% yang mengaku tidak mengeluarkan biaya.

e. Riwayat Pengedaran Narkoba

Sekitar seperlima (23%) responden penyalahguna mengaku pernah menjual narkoba. Paling banyak di kelompok pecandu suntik (38%), sementara di kalangan pecandu sekitar 18% dan dari kelompok teratur sebanyak 12%.

Sementara itu, untuk setahun terakhir yang menjual narkoba adalah sekitar sepertiga (38%) dari yang pernah. Proporsinya tidak berbeda jauh pada tiap kelompok penyalahguna, meskipun pada kelompok pecandu non suntik proporsinya lebih tinggi dari kelompok lainnya. Pada kelompok pecandu non suntik sebanyak 45%, pada kelompok penyalahguna teratur sebanyak 27% dan pada kelompok pecandu suntik 31%. Jenis yang pernah dijual adalah hampir semuanya dan masing-masing untuk tiap jenis narkoba adalah kurang dari 1%.

f. Jumlah Teman yang Pakai dan Mati Akibat Narkoba

Sekitar 18 responden melaporkan ada teman yang mati akibat narkoba setahun terakhir. Data jumlah teman penyalahguna narkoba ini mengilustrasikan jejaring penyalahguna narkoba dan digunakan untuk memprediksi tingkat kematian akibat narkoba. Rerata jumlah seluruh teman pemakai narkoba ada sebanyak 13 orang dalam setahun terakhir, sedangkan pada kelompok pecandu suntik ada sebanyak 20 orang, sedangkan kelompok teratur adalah 9 orang dan kelompok pecandu non suntik ada 11 orang. Rerata jumlah teman yang mati tersebut ada sebanyak 2 orang, kebanyakan di kalangan pecandu suntik (3 orang). Berdasarkan data ini, diperkirakan tingkat kematian dikalangan penyalahguna per tahun ada sebanyak 5.412 orang per tahun. Berkurangnya jumlah kematian dibandingkan tahun-tahun sebelumnya karena para pemakai narkoba suntik telah jauh berkurang sebab pada kelompok ini kebanyakan mereka yang mati karena overdosis.

8. Biaya Sosial Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba. a. Biaya Satuan Penyalahgunaan Narkoba

Tiap penyalahgunaan narkoba akan menimbulkan berbagai konsekuensi baik kecil maupun besar. Setiap konsekuensi akibat penyalahgunaan narkoba tentu akan memunculkan biaya. Studi in mencoba menelusuri biaya apa saja yang terjadi dari perspektif penyalahguna, besaran biayanya dihitung per orang per tahun dalam setahun terakhir. Pertama, konsekuensi terhadap kondisi kesehatan responden. Ada 2 kemungkinan, konsekuensi yaitu sehat dan sakit. Jika sakit, maka kemana mereka pergi untuk melakukan pencarian pengobatan dan tindakan apa yang diterima, yaitu ke Rumah sakit atau tempat lain, rawat jalan dan atau rawat inap. Lalu, ditelusuri penyakit yang dideritanya, dengan fokus pada 4 jenis penyakit yang terkait penyalahgunaan narkoba, yaitu HIV/AIDS, TB paru, Hepatitis, dan candidiasis.

Ketika penyalahguna narkoba melakukan pengobatan tersebut, dengan siapa mereka diantar pergi berobat dan berapa biaya yang dikeluarkan selama pengobatan tersebut. Nilai median biaya pengobatan rawat jalan (RJ) untuk HIV –AIDS sebesar ribu sampai Rp 2.000.000,- per orang per tahun pada laki-laki, dan kisaran Rp.910.000,- pada perempuan. Median biaya rawat jalan untuk TB Paru antara laki-laki dan perempunatidak banyak berbeda, Rp.1.000.000,- pada laki-laki dan Rp.917.000,- pada perempuan. Biaya rawat jalan paling mahal ada pada pegobatan candidiasis yang mencapai median Rp.3.900.000,-. Sedangkan biaya pengobatan rawat inap sedikit lebih mahal. Nilai median biaya pengobatan rawat inap memiliki kisaran antara Rp.1.000.000,- pada HIV-AIDS sampai Rp.2.000.000,- pada pengobatan candidiasis.

Kedua, biaya overdosis. Tidak seluruh kejadian overdosis dibawa ke rumah sakit, karena telah dapat diselesaikan oleh temantemannya, dengan cara memberikan minuman susu atau menyuntikan air garam ke dalam tubuh atau menjaga agar klien tetap sadar dengan cara memukul mukul wajah klien tersebut. Akibatnya biaya yang harus dikeluarkan menjadi jauh lebih kecil (bahkan tidak ada) dibandingkan bila harus dirawat di rumah sakit. Namun demikian kerugian akibat overdosis tetap terjadi karena kehilangan waktu produktif baik individu penyalahguna maupun keluarga. Nilai median biaya hilang akibat overdosis berkisar antara Rp.500.000,- sampai Rp.1.900.000,- per orang per tahun.

Ketiga, median biaya rehabilitasi yang dihabiskan sekitar Rp.750.000,- orang per tahun, baik pada laki-laki maupun perempuan. Rendahnya biaya ini karena sebagian besar biaya program rehabilitasi gratis terutama yang disediakan oleh LSM dan pemerintah. Mereka mengeluarkan biaya tersebut untuk biaya kebutuhan personal. Bagi mereka yang mengakses panti rehab swasta biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar yaitu berkisar Rp.29.000.000,- per tahun. Aktivitas pengobatan sendiri adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk menghentikan dari kecanduan narkoba dengan cara mandiri, seperti pasang badan atau meminum obat tertentu. Nilai median yang dikeluarkan sekitar Rp.200.000,- padalaki-laki sampai Rp.100.000,- per orang per tahun pada perempuan.

Keempat, tindak kriminal. Penyalahguna narkoba cenderung melakukan tindak kriminal agar memiliki uang untuk membeli narkoba. Median biaya akibat berbagai kegiatan kriminal berkisar antara Rp.1.000.000,- sampai pada pria dan Rp.850.000,- pada wanita per orang per tahun. Nilai maksimal tindakan kriminal adalah Rp.19.000.000,- per tahun.

Kelima, kejadian kecelakaan juga dialami oleh beberapa penyalahguna sehabis memakai narkoba. Kisaran median biaya yang harus dikeluarkan akibat kejadian tersebut antara Rp.800.000,- sampai Rp.430.000,-. Dengan nilai maksimal biaya kecelakaan yang pernah dihabiskan sekitar Rp. 69.000.000,- per tahun.

Tabel 2.7. Nilai Median Satuan Biaya Dari Tiap Konsekuensi Akibat Narkoba