• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik penyebab obesitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

E. Karakteristik penyebab obesitas

Menurut penelitian Sheperd (2009) dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul

“Obesity: prevalence, causes and clinical consequences”, obesitas terjadi

46

ketika seeorang untuk alasan apapun, makan secara berlebihan atau kekurangan aktivitas fisik, dalam hal ini olahraga. Penyebab obesitas sendiri bersifat multifaktorial. Fakta membuktikan bahwa ada hubungan yang kompleks antara obesitas dengan factor genetik. Factor-factor lain yang juga mempengaruhi terjadinya obesitas, diantaranya:

a) Usia

Meskipun dapat terjadi pada semua umur, obesitas sering di anggap sebagai kelainan pada umur pertengahan. Obesitas yang muncul pada tahun pertama kehidupan biasanya disertai perkembangan rangka yang cepat dan anak menjadi besar untuk umurnya. Anak-anak yang mengalami obesitas cenderung menjadi dewasa yang juga obesitas (Misnadiarly, 2007).

b) Jenis kelamin

Obesitas lebih banyak pada wanita dibandingkan pria, (Wiramihardja, 2004).

Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria (proverawati, 2010). Perempuan mempunyai lebih banyak sel lemak daripada laki-laki perkilogram berat badan. Hal ini disebabkan perempuan lebih banyak membutuhkan lemak tubuh untuk fungsi reproduksi, dimana saat perempuan kekurangan makanan, perempuan dapat menjaga fungsi reproduksi dengan menggunakan cadangan lemak yang ada. Obesitas lebih umum di jumpai pada wanita terutama setelah kehamilan dan pada saat menopause, pada saat kehamilan jelas karena adanya peningkatan jaringan

47

adipose sebagai simpanan yang akan diperlukan selama menyusui. Obesitas juga mungkin pada wanita disebabkan karena pengaruh faktor endokrin, karena kondisi ini muncul pada saat-saat adanya perubahan hormonal (Misnadiarly, 2007).

c) Factor genetik

Obesitas dapat menurun dalam keluarga, namun sampai saat ini mekanismenya masih tetap belum jelas, walaupun anggota keluarga tersebut secara genetik cenderung dapat mengalami kelebihan berat badan. Menurut Sarafino (2002), gen merupakan faktor terbesar yang terjadi pada kegemukan seseorang. Anak dengan kedua orang tuanya mengalami kegemukan/obesitas, memiliki kemungkinan hingga 80% mengalami obesitas.

d) Faktor fisiologis

Obesitas dapat disebabkan karena faktor fisiologis tubuh seseorang. Hal ini dikarenakan obesitas terjadi sebagai akibat adanya peningkatan jumlah sel lemak dalam tubuh. Obesitas meningkat sesuai dengan pertambahan umur dan kemudian menurun sebelum akhirnya berhenti padausia lanjut (Wiramihardja, 2004).

e) Faktor sosial ekonomi

Dalam kehidupan sehari-hari terdapat suatu kontraindikasi atau pertentangan hubungan antara status tingkat sosial yang lebih tinggi, khususnya pada usia remaja, tubuh yang ramping atau kurus dianggap sebagai suatu keinginan yang harus diraih, sedangkan obesitas/kegemukan dipandang sebagai

48

indikator terhadap status yang lebih rendah. Hal ini dibandingkan terbalik pada status tingkat sosial yang rendah dimana mengalami kesulitan dalam mendapatkan makanan. Obesitas atau kegemukan tampak sebagai suatu indikator visual terhadap tingkat kesejahteraan dan status.

f) Faktor kebiasaan

Faktor kebiasaan disini terkait dengan pola makan yang tidak teratur dan berlebihan, serta kebiasaan jarang berolahraga. Menurut penelitian Sheperd (2009), kebiasaan makan berkembang dari usia dini. Orangtua seharusnya sejak dini dapat mengontrol pola makan pada anaknya karena apabila tidak ada control diri, baik dari anak maupun orangtua, mereka akan sulit keluar dari obesitas hingga usia remaja dan dewasa.

Wiramihardja (2004) yaitu pola kebiasaan makan, orang jarang makan di rumah dan sering makan di luar rumah, untuk efisiensi waktu, orang lebih banyak mengkonsumsi makanan siap santap yang mudah diperoleh dimana-mana. Makanan tersebut umumnya terbuat dari bahan makanan yang sangat terolah (high refined), berenergi tinggi, mudah ditelan, mudah dicerna, diserap usus dan asupan pun bertambah banyak, bila dibandingkan dengan makanan tradisional dapat disimpulkan bahwa berbagai kemajuan bidang ekonomi akibat modernisasi.

49

Proverawati (2010) obesitas cenderung lebih responsif bila dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal, terhadap isyarat lapar eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau waktunya untuk makan. Penderita obesitas cenderung makan bila dia merasa ingin makan, bukan pada saat dia lapar. Pola makan cepat saji juga dapat mempercepat tingkat obesitas, makanan siap saji seperti burger, ayam goreng dan kentang goreng dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas secara cepat, hal ini disebabkan jenis-jenis makanan tersebut mengandung tinggi lemak, garam, dan juga kalori secara keseluruhan.

g) Psikologis

(Dahlia dan Setiasih, 2004) mengatakan Selain berdampak terhadap fisik, obesitas juga menimbulkan dampak psikologis pada penderitanya. Dibawah dampak psikis dari obesitas adalah :

a. Merasa bahwa penampilannya buruk sehingga muncul rasa kurang percaya diri.

b. Penampilannya merasa kurang sedap di pandang mata.

c. Depresi.

d. Munculnya perasaan tertekan.

Hudson (2002) mengatakan dampak psikis pada penderita obesitas biasanya adalah : depresi, rendah diri atau inferior, citra diri yang rendah, dan adanya prasangka dan diskriminasi dari induvidu-individu lainnya.

50

h) Aktivitas fisik

Anak atau remaja yang kurang atau enggan melakukan aktivitas fisik sehari-hari, menyebabkan tubuhnya kurang mengeluarkan energi. Oleh karena itu jika asupan energy berlebihan tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik yang seimbang maka seorang anak remaja akan mudah menderita kegemukan (Agoes & Poppy, 2003).

Seorang dengan aktifitas yang kurang dapat meningkatkan prevalansi terjadinya obesitas. Orang-orang yang kurang aktif memerlukan kalori dalam jumlah sedikit dibandingkan orang dengan aktifitas tinggi. Seorang yang hidupnya kurang aktif atau tidak melakukan aktifitas fisik yang seimbang dan mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak, akan cenderung mengalami obesitas (Proverawati, 2010).

Obesitas banyak dijumpai pada orang yang kurang melakukan aktifitas fisik dan kebanyakan duduk. Di masa industri sekarang ini, dengan meningkatnya mekanisasi dan kemudahan transpotasi, orang cenderung kurang gerak atau menggunakan sedikit tenaga untuk aktifitas sehari-hari (Misnadiarly, 2007).

50 BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Dalam kerangka konsep penelitian ini, peneliti akan menjelaskan tentang konsep yang mendasari penelitian yang tersusun dalam rangka, sehingga mudah dipahami dan menjadi acuan penelitian. Dalam kerangka konsep akan diperoleh variable independen yang menghubungkan tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas dan variable dependen yang terkait dengan obesitas(Hidayat, 2008).

Berdasarkan konsep dan teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka, maka penelitian menggunakan kerangka penelitian sebagai berikut :

Variable Independen Variable Dependen

- Kebugaran fisik

- Pola makan Harga diri

Karakteristik penyebab obesitas : - Usia

- Jenis kelamin - Riwayat keluarga

B. Hipotesa

1. Ada hubungan antara pola makan dengan harga diri pada remaja obesitas di daerah jatisari, kab. Karawang tahun 2014

2. Ada hubungan antara kebugaran fisik dengan harga diri pada remaja obesitas di daerah jatisari kab. Karawang tahun 2014

C. Definisi Operasional

Tabel 2.2 variabel independen dan dependen

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Pengukuran Hasil Ukur Skala Ukur Pola makan Gambaran tentang pola

makan responden, frekuensi, jenis dan porsi, dalam makan yang berlangsung satu hari (pagi, siang dan sore)

Kuesioner Mengisi kuesioner 0 = kurangbaik (jika<mean/median) 1 = baik (jika>

mean/median)

Ordinal

Kebugaran fisik Untuk mengetahui

bagaimana keadaan fisik dan

Usia Lama waktu hidup sejak

dilahirkan sampai dengan ulang tahun terakhir saat penelitian

Kuesioner Mengisi kuesioner Dalam tahun Rasio

53 Jenis kelamin Kelamin yang menunjukkan

identitas responden sebagai perempuan atau laki-laki

Kuesioner Mengisi kuesioner 0 = perempuan 1 = laki – laki

Nominal

Riwayat keluarga Sifat-sifat keturunan atau gangguan yang menurun

Dependen Definisi Operasional Alat Ukur Cara Pengukuran Hasil Ukur Skala Ukur Harga diri Harga diri merupakan Salah

satu bagian dari konsep diri, yang menilai dirinya sendiri (individu) yang

berhubungan dengan proses penerimaan diri

Kuesioner Mengisikuesioner 0 = kurangbaik (jika<

mean/median) 1 = baik (jika>

mean/median)

Nominal

54

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan corelation descriptive dengan rancangan crossectionalyang bertujuan untuk mengetahui “hubungan pola makan dan kebugaran fisik dengan harga diri pada remaja obesitas di jatisari kab. karawang”.

B. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di daerah jatisari kab. karawang. Peneliti memilih tempat penelitian tersebut dengan alasan selama ini belum ada penelitian sebelumnya.

C. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan juni-agustus 2014

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Setiadi, 2012).

54

Subyek penelitian yang diambil adalah remaja putra dan putri yang berusia 12-22 tahun di daerah jatisari kab.Karawang.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Setiadi, 2013). Sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara sampling jenuh atau total jenuh yaitu cara pengambilan sampel dengan mengambil anggota populasi semua menjadi sampel. Adapun beberapa kriteria inklusi yang diharapkan oleh peneliti adalah :

a. Remaja putra dan putri yang berusia 12 sampai 22 tahun.

b. Remaja putra dan putri yang mengalami obesitas yang di hitung dengan berat badan ideal (BBI).

c. Dapat membaca dan menulis.

d. Sehat jasmani dan rohani.

e. Bersedia menjadi responden.

3. Cara Pengambilan Sampel

Adapun rumus untuk menentukan jumlah sampel adalah menggunakan rumus slovin sebagai berikut (Notoatmodjo, 2012) :

n = jumlah sample minimun

d = Deviasi atau penyimpangan yang dipilih sebesar 5 % = 0,05

62 N = jumlah populasi

Dalam penelitian ini jumlah populasi sebesar 50 remaja obesitas, dengan tingkat kepercayaan 95% dapat ditentukan besarnya sampel sebagai berikut :

Responden

Berdasarkan hasil perhitungan dari rumus diatas maka didapatkan jumlah minimum sampel yang akandiambiladalah 44 responden.

E. Alat Pengumpulan Data

Adapun alat yang digunakan selama pengumpulan data antara lain : 1. Lembar kuesioner

a) Data demografi

Usia, jenis kelamin dan riwayat keluarga b) Kuesioner pertanyaan independen

Pola makan 9 pertanyaan dan kebugaran fisik terdiri dari 8 pertanyaan.

c) Kuesioner pertanyaan dependen Harga diri terdiri dari 10 pertanyaan.

Karena alat ukur yang digunakan berupa kuesioner ini dibuat oleh peneliti sendiri maka sebelum digunakan kuesioner ini akan dilakukan uji coba terlebih dahulu.

Uji ini dimaksudkan agar dapat melihat tingkat validitas dan reabilitas dari kuesioner ini. Kuesioner ini yang telah dibuat dikonsultasikan terlebih dahulu kepada pembimbing.

Adapun cara pengumpulan data :

1. Mengajukan permohonan ijin penelitian kepada program studi ilmu keperawatan FIK UMJ

2. Mengajukan surat permohonan ijin melakukan penelitian kepada kepala kelurahan setempat.

3. Melakukan pendekatan kepada calon responden dan memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan dari penelitian.

4. Memberikan angket/kuesioner kepada responden dan menjelaskan maksud dari setiap pertanyaan.

5. Mempersilahkan responden mengisi kuesioner, sementara peneliti tidak meninggalkan tempat agar respoden dapat bertanya tentang pertanyaan yang kurang dimengerti.

6. Mengumpulkan kuesioner dan terlebih dahulu memeriksa kelengkapan jawaban yang diberikan responden. Setelah selesai dan semua pertanyaan telah diisi, angket diambil dan dikumpulkan oleh peneliti sebagai analisa selanjutnya.

F. Etika Penelitian

1. Hak dan kewajiban responden : a. Hak-hak responden :

1) Hak untuk dihargai privacy-nya :

Privacy adalah hak setiap orang. Semua orang mempunyai hak untuk memperoleh privacy atau kebebasan pribadinya. Demikian pula responden sebagai objek penelitian di tempat kediamannya masing-masing.

2) Hak untuk merahasiakan informasi yang diberikan :

Informasi yang akan diberikan kepada responden adalah miliknya sendiri. Tetapi karena di perlukan dan diberikan kepada peneliti, maka kerahasiaan informasi tersebut perlu dijamin oleh peneliti. Apabila informasi tersebut kemudian diberikan kepada peneliti dan kemudian diolahnya maka bentuknya bukan informasi individual dari orang per orang dengan nama tertentu , tetapi dalam bentuk agregat atau kelompok responden. Oleh sebab itu maka realisasi hak tersebut untuk merahasikan informasi dari masing-masing responden maka nama responden pun tidak perlu dicantumkan, cukup dengan kode-kode tertentu saja.

3) Hak untuk memperoleh jaminan keamanan atau keselamatan akibat dari informasi yang di berikan.

Apabila informasi yang diberikan itu membawa dampak terhadap keamanan atau keselamatan bagi dirinya atau keluarganya maka peneliti harus bertanggung jawab terhadap akibat tersebut.

4) Hak untuk memperoleh imbalan

Apabila semua kewajiban telah dilakukan, dalam arti telah memberikan informasi yang diperlukan oleh peneliti atau pewawancara, responden berhak menerima imbalan atau kompensasi dari pihak pengambil data atau informasi.

b. Kewajiban responden :

Setelah adanya inform cocent dari responden atau informan, artinya responden sudah mempunyai keterikatan dengan peneliti berupa kewajiban responden untuk memberikan informasi yang diperlukan peneliti. Tetapi selama belum ada inform concent, responden tidak ada kewajiban apa pun terhadap peneliti.

2. Hak dan kewajiban peneliti : a. Hak peneliti :

Bila responden bersedia diminta informasinya, peneliti mempunyai hak memperoleh informasi yang diperlukan sejujur-jujurnya dan selengkap-lengkapnya dari responden. Apabila hak ini tidak diterima dari responden, dalam arti responden meyembunyikan informasi yang diperlukan, maka responden perlu diingatkan kembali terhadap inform concent yang telah diberikan.

b. Kewajiban peneliti :

1) menjaga privacy responden :

posisi peneliti dalam etika peneliti dalam etika penelitian lebih rendah bandingkan dengan responden. Oleh sebab itu dalam melakukan wawancara untuk memperoleh informasi dari responden harus menjaga privacy mereka. Untuk itu peneliti harus menyesuaikan diri dengan responden tentang waktu dan tempat dilakukan pengambilan data, sehingga responden tidak merasa di ganggu privacy-nya.

2) Menjaga kerahasian responden :

Informasi atau hal-hal yang terkait dengan responden harus dijaga kerahasiannnya. Peneliti tidak dibenarkan untuk menyampaikan kepada orang lain tentang apa pun yang diketahui oleh peneliti tentang responden di luat untuk kepentingan atau mencapai tujuan penelitian.

3) Memberikan kompensasi :

Apabila informasi yang diperlukan telah diperoleh dari responden atau imforman maka peneliti juga memenuhi kewajibanya. Kewajiban peneliti sebaiknya bukan sekedar ucapan terima kasih saja kepada responden. Tetapi diwujudkan dalam bentuk penghargaan lain,misalnya berupa kenang-kenangan atau apapun sebagai apresiasi peneliti terhadap responden atau informan yang telah mengorbankan waktu, pikiran, mungkin tenaga dalam rangka memberikan informasi yang diperlukan peneliti.

G. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan langkah penting dalam suatu penelitian. Pengolahan data diperlukan untuk mengolah data hasil penelitian yang masih mentah menjadi hasil penelitian yang berarti dan menghasilkan kesimpulan yang baik (Notoatmodjo, 2010). Adapun tahapan dalam pengolahan data ini adalah :

1. Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau kuesioner apakah jawaban yang diberikan sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten.

2. Coding

Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan.

3. Processing

Merupakan pemrosesan data yang dilakukan dengan cara mengentri data dari kuesioner ke paket program komputer.

4. Cleaning

Merupakan kegiatan membersihkan data yang merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah ada kesalahan atau tidak.

H. Analisa Data

Menurut Notoatmodjo (2012) metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan dua tahap yaitu:

1. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mengetahui gambaran karakteristik responden penelitian seperti usia, jenis kelamin, riwayatobesitas, polamakan, kebugaran

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel independen dan variabel dependen pada penelitian ini. Untuk mengetahui hubungan antara sub-sub variabel polamakandankebugaranfisikdengan konsepdiri menggunakan korelasi uji Chi-square. Berguna untuk mengetahui hubungan variabel penelitian dengan nilai kemungkinan p value < 0,05.

Rumus Uji Chi-Square :

Keterangan :

O : nilai hasil eksperimen E : nilai ekperimen X2 : uji Chi-Square

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang hubungan pola makan, dan kebugaran fisik dengan harga diri pada remaja obesitas di jatisari kab. karawang menggunakan karakteristik usia, jenis kelamin dan riwayat keluarga obesitas. Jumlah responden untuk penelitian ini terdiri dari 44 responden yang mengalami obesitas.

A. Analisa Univariat

Dalam analisa Univariat ini menjelaskan secara deskriptif mengenai variable penelitian. Variable penelitian yang terdiri dari kerakteristik responden seperti : usia, jenis kelamin dan riwayat keluarga obesitas. Data ini akan di sajikan dalam bentuk distribusi frekuensi seperti di bawah ini :

Tabel 2.3

Karakteristik Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Jatisari Kab. Karawang bulan agustus 2014 (n=44)

karakteristik Mean Median

Minimun-maksimum

SD 95%CI

Usia 19,05 20,00 12-22 2,676 18,23-19,86

Berdasarkan tabel 2.3 didapatkan rata-rata umur responden 19 tahun (95%

CI: 18,23-19,86), dengan nilai SD 2,676 dengan umur termuda ialah 12 tahun dan maksimum umur tertua 22 tahun.

Tabel 2.4

Karakteristik Distribusi Responden Berdasarkan (Jenis Kelamin, Riwayat Keluarga, Pola Makan, Kebugaran Fisik Dan Harga Diri) Di Jatisari Kab. Karawang Bulan Agustus

2014

Karakteristik n=44 Presentase

Jeniskelamin

Berdasarkan tabel 2.4 di jelaskan bahwa responden perempuan cenderung lebih mudah mengalami kejadian obesitas sebanyak 27 responden (61,4%) dengan angka kejadian pada laki-laki lebih sedikit, yang di iringi dengan adanya riwayat obesitas pada keluarga (61,4%), pola makan responden juga hampir seimbang antara pola makan kurang baik dan baik.

Tabel di atas juga menjelaskan kebugaran fisik baik cenderung lebih banyak 56,8% dibanding dengan yang kurang baik. Dengan harga diri hampir seimbang antara harga diri negatif dengan yang positif.

B. Analisa Bivariat

Peneliti menggunakan uji chi-square untuk menganalisis kedua variabel. Analisis bivariat disini digunakan untuk melihat apakah ada hubungan atau tidak antar kedua variabel. Berikut hasil perhitungan uji chi-square hubungan pola makan dan kebugaran fisik dengan harga diri pada remaja obesitas yang disajikan dalam bentuk tabel :

1. Hubungan pola makan dengan harga diri pada remaja obesitas di jatisari kab.

Karawang

Tabel 2.5

Hubungan Pola Makan Dengan Harga Diri Pada Remaja Obesitas Di Jatisari Kab.

Karawang Tahun 2014 (n=44)

Tabel 2.5 menjelaskan bagi responden yang memiliki pola makan kurang baik dengan harga diri negative di dapatkan nialai Pvalue 0,005 dengan nilai OR= 8

Pola makan Hargadiri

yang berarti terdapat hubungan antara pola makan dengan harga diri. Remaja obesitas dengan pola makan kurang baik memiliki 8 kali harga diri yang negatif.

2. Hubungan kebugaran fisik dengan harga diri pada remaja obesitas di jatisari kab. Karawang

Tabel 2.6

Hubungan Kebugaran Fisik Dengan Harga Diri Pada Remaja Di Jatisari Kab.

Karawang Tahun 2014

Tabel 2.6 menjelaskan bagi responden yang memiliki kebugaran fisik kurang baik dengan harga diri negatif didapatkan nilai Pvalue 0,018, dengan nilai OR= 5 yang berarti terdapat hubungan antara kebugaran fisik dengan harga diri. Remaja obesitas dengan kebugaran fisik kurang baik memiliki 5 kali harga diri yang negatif.

Kebugaran fisik

66 BAB VI PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil analisis hubungan pola makan dan kebugaran fisik dengan harga diri pada remaja obesitas di jatisari kab. Karawang.

A. Hasil Analisa Univariat 1. Data demografi

a) Usia

Rata-rata usia remaja di jatisari kabupaten karawang adalah usia 19 tahun, dengan usia terendah 12 tahun dan yang tertinggi 22 tahun.

Kondisi ini sesuai dengan Ogden, et al (2006) obesitas tidak hanya ditemukan pada usia dewasa, tetapi juga pada anak-anak dan remaja.

Obesitas pada usia anak-anak dan remaja akan meningkatkan risiko obesitas pada usia dewasa.

Dijelaskan pula oleh Misnadiarly (2007) bahwa obesitas sering di anggap sebagai kelainan pada umur pertengahan. Obesitas yang muncul pada tahun pertama kehidupan biasanya disertai perkembangan rangka yang cepat dan anak menjadi besar untuk umurnya. Dan anak-anak yang obesitas saat remaja akan cenderung mengalami obesitas juga.

81 b) Jenis kelamin

Hasil penelitian di jatisari kabupaten karawang ramaja yang mengalami obesitas berjenis kelamin perempuan, ini karena rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak di bandingkan laki-laki (Proverawati, 2010).

Kondisi ini sesuai dengan Krummel (1996) tubuh anak perempuan lebih banyak menyimpan lemak dibandingkan dengan tubuh anak laki-laki. Pada saat kematangan fisik terjadi, biasanya jumlah lemak tubuh perempuan dua kali lebih banyak dibandingkan dengan anak laki-laki. Penimbunan lemak ini terjadi di daerah sekitar panggul, payudara dan lengan atas. Secara umum, perempuan lebih banyak memiliki lemak dibandingkan pria, pada wanita lemak tubuh mewakili 26,5% berat badan dan pria hanya sebesar 14,7% (Gibson, 1993).

Di jelaskan oleh Misnadiarly (2007) bahwa perempuan mempunyai lebih banyak sel lemak daripada laki-laki perkilogram berat badan.Hal ini disebabkan perempuan lebih banyak membutuhkan lemak tubuh untuk fungsi reproduksi, dimana saat perempuan kekurangan makanan, perempuan dapat menjaga fungsi reproduksi dengan menggunakan cadangan lemak yang ada.

c) Riwayat obesitas

Hasil penelitian di jatisari kabupaten karawang Kebanyakan remaja obesitas mempunyai riwayat obesitas/keturunan dari keluarga/orangtua.

Hal ini sesuai dengan pendapat Misnadiarly (2007), yang menyatakan bahwa faktor genetik merupakan salah satu faktor yang juga berperan dalam timbulnya obesitas. Telah lama diamati bahwa anak-anak obesitas umumnya berasal dari keluarga dengan orangtua obesitas. Bila salah satu orangtua obesitas, kira-kira 40-50% anak-anaknya akan menjadi obesitas, sedangkan bila kedua orangtuanya obesitas, 80% anak-anaknya akan menjadi obesitas.

Sedangkan menurut Proverawati (2010) mengatakan bahwa obesitas cenderung diturunkan, sehingga di duga memiliki penyebab genetik dan gen merupakan faktor penting dalam timbulnya obesitas.

B. Variabel Independen d) Pola makan

Hasil penelitian di jatisari kabupaten karawang menunjukkan remaja obesitas yang memiliki pola makan yang kurang baik lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang memiliki pola makan yang baik sekitar.

Sheperd (2009) kebiasaan makan berkembang dari usia dini. Orangtua seharusnya sejak dini dapat mengontrol pola makan pada anaknya karena

apabila tidak ada control diri, baik dari anak maupun orangtua, mereka akan sulit keluar dari obesitas hingga usia remaja dan dewasa.

Hal senada juga diungkapkan Wiramihardja (2004) yaitu pola kebiasaan

Hal senada juga diungkapkan Wiramihardja (2004) yaitu pola kebiasaan

Dokumen terkait