• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini

Dalam dokumen BAB II KAJIAN PUSTAKA (Halaman 32-38)

Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun (Undang-undang Sisdiknas, 2003) dan 0-8 tahun menurut pakar pendidik anak. Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan

dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.

Pada masa ini merupakan masa emas (golden age), karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Menurut berbagai penelitian di bidang neurologi terbukti bahwa 50% kecerdasan anak terbentuk dalam kurun waktu 4 tahun pertama. Setelah anak berusia 8 tahun perkembangan otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahun mencapai 100% (Syamsiyatun, 2012).

Awal masa kanak – kanak berlangsung dari usia 2 – 6 tahun, oleh orang tua disebut sebagai usia problematik, menyulitkan, atau main; oleh para pendidik disebut usia prasekolah; dan oleh para ahli psikologi sebagai prakelompok, penjelajah atau usia bertanya. Pada usia ini anak memiliki karakteristik perkembangan dan kemampuan tersendiri (Rahman, 2009).

Karakteristik anak usia dini adalah sebagai berikut : anak usia 4 – 5 tahun: gerakan lebih terkoordinasi, senang bermain dengan kata, dapat duduk diam dan menyelesaikan tugas dengan hati-hati, dapat mengurus diri sendiri, dapat membedakan satu dengan banyak. Anak usia 5 – 6 tahun : gerakan lebih terkontrol, perkembangan bahasa sudah cukup baik, dapat bermain dan berkawan, peka terhadap situasi sosial, mengetahui perbedaan kelamin dan status, dapat berhitung 1 – 10 (Syamsiyatun, 2012).

Berdasarkan karakteristik tersebut diketahui bahwa anak usia 5 – 6 tahun (kelompok B), mereka dapat melakukan gerakan yang terkoordinasi,

perkembangan bahasa sudah baik dan mampu berinteraksi sosial. Dengan koordinasi gerakan yang baik anak mampu menggerakkan mata-tangan untuk mewujudkan imajinasinya ke dalam bentuk gambar (Syamsiyatun, 2012).

2.5.1 Perkembangan Fisik – Motorik

Perkembangan fisik/motorik akan mempengaruhi kehidupan anak baik secara langsung ataupun tidak langsung. Hurlock menambahkan bahwa secara langsung, perkembangan fisik akan menentukan kemampuan dalam bergerak. Secara tidak langsung, pertumbuhan dan perkembangan fisik akan mempengaruhi bagaimana anak memandang dirinya sendiri dan orang lain (Syamsiyatun, 2012).

Perkembangan motorik anak terdiri dari dua, yaitu motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan motorik kasar seorang anak pada usia 3 tahun adalah melakukan gerakan sederhana seperti berjingkrak, melompat, berlari. Sedangkan usia 4 tahun, anak tetap melakukan gerakan yang sama, tetapi sudah berani mengambil resiko seperti jika anak dapat naik tangga dengan satu kaki lalu dapat turun dengan cara yang sama. Lalu, pada usia 5 tahun anak lebih percaya diri lagi dengan mencoba untuk berlomba dengan teman sebayanya (Rahman,2009).

Perkembangan motorik halus anak dapat dilihat pada usia 3 tahun yakni kemampuan anak masih terkait dengan kemampuan bayi untu menempatkan dan memegang benda-benda. Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak semakin meningkat dan menjadi lebih tepat seperti bermain balok. Sedangkan

pada usia 5 tahun, mereka sudah memiliki koordinasi mata yang bagus dengan memadukan tangan, lengan, dan anggota tubuh lainnya untuk bergerak (Rahman, 2009).

Perkembangan fisik-motorik pada anak usia 5 – 6 tahun (kelompok B) otot kasar dan otot halus anak sudah berkembang. Anak memiliki banyak tenaga untuk melakukan kegiatan dan umumnya mereka sangat aktif. Anak sudah dapat melakukan gerakan yang terkoordinasi. Keterampilan yang menggunakan otot kaki dan tangan sudah berkembang dengan baik (Syamsiyatun, 2012).

2.5.2 Perkembangan Kognitif

Istilah kognitif (cognitive) berasal dari kata cognition atau knowing berarti konsep luas dan inklusi yang mengacu pada kegiatan mental yang tampak dalam pemerolehan, organisasi / penataan dan penggunaan pengetahuan. Dalam arti yang luas, kognitif merupakan ranah kejiwaan yang berpusat di otak dan berhubungan dengan konasi (kehendak), afeksi (perasaan)(Rahman, 2009).

Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi sehingga dapat berfikir. Keat menyatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan proses mental yang mencakup pemahaman tentang dunia, penemuan pengetahuan, pembuatan perbandingan, berfikir dan mengerti. Proses mental yang dimaksud adalah proses pengolahan informasi yang menjangkau kegiatan kognisi, intelegensi, belajar, pemecahan masalah dan pembentukan konsep. Hal ini juga menjangkau kreativitas, imajinasi dan ingatan (Syamsiyatun, 2012).

Ada 2 teori utama perkembangan kognitif, yakni; teori pembelajaran dan teori perkembangan kognitif. Menurut Peaget, seorang pakar psikologi kognitif dan psikologi anak, dapat disimpulkan 4 tahap perkembangan kognitif, yaitu; tahap sensori motor (0 – 2 tahun), tahap pra operasional (2 – 7 tahun), tahap konkrit operasional (7 – 11 tahun), tahap formal operasional (11 – 15 tahun).

Anak usia 5 – 6 tahun berada pada tahap pra operasional. Pada tahap ini anak mulai menunjukan proses berfikir yang jelas. Anak mulai mengenali beberapa simbol dan tanda termasuk bahasa dan gambar. Penguasaan bahasa anak sudah sistematis, anak dapat melakukan permainan simbolis (Syamsiyatun, 2012).

2.5.3 Perkembangan Sosio Emosional

Emosi merupakan perasaan atau afeksi yang melibatkan perpaduan antara gejolak fisiologis dan gejala perilaku yang terlihat. Perkembangan emosi memainkan peranan yang penting dalam kehidupan terutama dalam hal penyesuaian pribadi dan sosial anak dengan lingkungan (Syamsiyatun, 2012).

Menurut Ericson, anak usia TK berada pada tahap innititive vs guilt yang sedang berkembang kearah industry vs inferiority. Ismail menyatakan bahwa pada tahap ini anak mengalami perkembangan yang positif dalam kreativitas, banyak ide, imajinasi, berani mencoba, berani mengambil resiko dan mudah bergaul. Pada tahap ini anak dapat menunjukan sikap inisiatif, yaitu mulai lepas dari ikatan orang tua, bergerak bebas dan mulai berinteraksi dengan lingkungan (Syamsiyatun, 2012).

Ada beberapa karakteristik perkembangan sosial anak usia 5 tahun antara lain : dapat mengatur emosi dan mengungkapkan perasaan dengan cara yang bisa diterima secara sosial, anak mampu memisahkan perasaan dengan tindakan mereka, menghayati perilaku sosial yang pantas, kekerasan emosi dan ledakan fisik mulai berkurang karena anak telah mampu mengungkapkan perasaan melalui kata-kata, dan dapat melucu atau membuat lelucon (Syamsiyatun, 2012).

Anak usia 5 – 6 tahun sudah mampu mengembangkan inisiatif untuk menjelaskan dan mencoba apa yang dia inginkan. Anak mampu menunjukan reaksi emosi dengan lebih proporsional (Syamsiyatun, 2012).

2.5.4 Perkembangan Bahasa

Penguasaan bahasa anak berkembang menurut hukum alami, yaitu mengikuti bakat, kodrat dan ritme yang alami. Perkembangan bahasa anak berjalan sesuai jadwal biologisnya. Perkembangan bahasa tidaklah ditentukan pada umur, namun mengarah pada perkembangan motoriknya. Lingkungan juga memegang peranan dalam perkembangan bahasa anak. Bahasa anak akan muncul dan berkembang melalui berbagai situasi interaksi sosial (Syamsiyatun, 2012).

Karakteristik perkembangan bahasa anak pada usia 5 tahun adalah sebagai berikut : perbendaharaan kosakata mencapai 5000 – 8000 kata, struktur kalimat menjadi lebih rumit, berbicara dengan lancar, benar dan jelas tata bahasa kecuali pada kesalahan pelafalan, dapat menggunakan kata ganti orang dengan benar,

mampu mendengarkan orang yang sedang berbicara, dan senang menggunakan bahasa untuk permainan dan cerita (Syamsiyatun, 2012).

Bahasa merupakan ungkapan dari apa yang difikirkan anak, sehingga bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam berkomunikasi dengan orang lain. Anak usia 5 – 6 tahun sudah mampu berbicara dengan struktur kalimat yang lebih rumit dan anak senang menggunakan bahasa untuk menceritakan gagasan, pengalaman, pengetahuan dan apa yang difikirkan kepada orang lain (Syamsiyatun, 2012).

Dalam dokumen BAB II KAJIAN PUSTAKA (Halaman 32-38)

Dokumen terkait