• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

3.6. Analisis kelembagaan 1. Kelembagaan

3.6.2. Karakteristik produktifitas plasma Target Produksi

Data laporan hasil panen proyek perintis TIR Transmigrasi Jawai diolah menjadi data hasil panen yang disusun berdasarkan : petak tambak, nama plasma, daerah asal plasma, hasil panen per petak tambak (kg) dan pola kepadatan penebaran benur yaitu untuk 4, 20 dan 15 ekor/m2. Dari data hasil panen tersebut akan dianalisis menjadi tabel realisasi hasil panen terhadap target produksi yang memberikan gambaran mengenai besaran dan prosentase hasil panen dalam pencapaian target produksi dari masing-masing pola tebar 4, 20 dan 15 ekor/m2 serta periode I, II, III, IV dan V pada padat penebaran 15 ekor/m2. Deskriptif hasil panen dilakukan terhadap daerah asal plasma, pola tebar (4, 20 dan 15 ekor/m2), periode musim tanam (I, II, III, IV dan V) pada pola kepadatan tebar 15 ekor/m2.

Spatial autocorrelation

Spatial autocorrelation adalah suatu metode analisis statistika spasial yang dalam penelitiaan ini digunakan untuk mengetahui pengaruh hubungan hasil produksi antar petak tambak berdasarkan pola sebaran spasial lahan tambak dalam suatu kawasan.

Menurut John Odland (1988), deskripsi dari hasil perhitungan analisis spatial autocorrelation tersebut dibagi dalam 3 (tiga) kemungkinan, yaitu apabila : - I > I (random) disebut Auto Correlation Positif, yaitu suatu hubungan yang

mencerminkan pola sebaran searah yaitu pengaruh yang saling meningkatkan antar petak tambak yang berdampingan.

- I = Random, yaitu suatu hubungan yang tidak mencerminkan suatu pola sebaran tertentu (acak) antar petak tambak yang berdampingan.

- I < I (random) disebut Auto correlation Negatif, yaitu hubungan yang mencerminkan pola sebaran dengan pengaruh yang saling berkebalikan yaitu apabila salah satu petak tambak hasil produksinya meningkat maka tambak yang berdampingan akan cenderung turun produksinya.

Rumus yang digunakan untuk perhitungan auto correlation adalah sebagai berikut:

( )( )

( )

( )

( )

= Σ ΣΣ ΣΣ = 1 -n 1 -random I Z -Zi Z -Zj Z -Zi Wij Wij n I 2

I adalah Indeks Moran, n adalah jumlah petak tambak, Z adalah hasil produksi (kg), dan Z adalah hasil produksi rata-rata (kg), i = j adalah petak tambak dan Wij adalah matriks spatial autocorrelation.

Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam melakukan perhitungan dalam penelitian ini adalah menentukan pola sebaran spasial dengan membuat matrik spatial autocorrelation, dimana matrik tersebut diisi dengan notasi angka 0 (nol) dan 1 (satu) sesuai dengan pola sebaran yang ingin ditetapkan. Angka 0 berarti mengindikasikan tidak ada korelasi antara petak tambak yang berpasangan, sedangkan angka 1 mengindikasikan adanya korelasi antara petak tambak yang berpasangan. Pola sebaran spatial yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menetapkan notasi angka 1 (satu) untuk petak tambak yang saling berdampingan, sedangkan angka 0 (nol) untuk petak tambak yang tidak saling berdampingan. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa operasional pelaksanaan budidaya udang dilapangan yaitu hubungan antara petak tambak yang saling berdampingan adalah lebih erat dibandingkan dengan petak tambak yang tidak berdampingan. Penetapan pola sebaran spasial tersebut dimaksudkan agar analisis ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran korelasi spasial produksi tambak yang berada dalam satu kawasan hamparan tambak.

Dalam penelitian ini perhitungan auto correlation hanya dilakukan pada pola tebar kepadatan benur 15 ekor per m2. Hal ini disebabkan karena pada

pelaksanaan pola tebar 15 ekor/m2 ininberlangsung sebanyak 5 (lima) periode musim tanam sehingga semua petak tambak dapat terwakili, sedangkan pada pola tebar kepadatan benur 4 dan 20 ekor/m2 hanya dilakukan dalam 1 (satu) periode musim tanam saja sehingga pada pelaksanaannya tidak semua petak pernah (terwakili) melaksanakan penebaran benur. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu berdasarkan periode musim tanam dan tahun dengan rincian 1) periode musim tanam yaitu : I; II; III; IV dan V dan 2) tahun yaitu : 1993; 1994; 1995 dan total (tahun 1993 sampai 1995).

4.1. Gambaran umum lokasi

Secara administratif lokasi Proyek Perintis Tambak Inti Rakyat (TIR) Transmigrasi Jawai termasuk dalam wilayah Dusun Kalangbahu, Desa Jawai Laut , Kecamatan Jawai, Kabupaten Sambas, Propinsi Kalimantan Barat. Ditinjau dari posisi geografis terletak diantara 1°12’13” - 1°16’13” Lintang Utara dan 108°58’03” - 109°00’10” Bujur Timur.

Batas batas wilayah lokasi proyek : - Sebelah Utara : Dusun Ramayadi. - Sebelah Timur : Sungai Batang. - Sebelah Barat : Laut Cina Selatan - Sebelah Selatan : Sungai Sambas Besar.

Lokasi Tambak Inti Rakyat (TIR) Transmigrasi Jawai terletak di pantai Barat Kalimantan Barat bagian Utara disekitar muara sungai Sambas yang berbatasan langsung dengan laut Cina Selatan. Untuk mencapai lokasi dari kota Pontianak dapat ditempuh dengan menggunakan jalan darat sejauh ± 185 Km sampai ke kota Pemangkat. Dari kota Pemangkat perjalanan dilanjutkan

menyeberangi muara sungai Sambas yang mempunyai lebar cukup besar yaitu ±

1,8 km dengan menggunakan perahu bermotor yang memakan waktu sekitar 0,5 jam untuk sampai ke lokasi. Mata pencaharian masyarakat setempat pada umumnya adalah sebagai petani dengan usaha kebun kelapa. Mata pencaharian lain dari sebagian masyarakat setempat adalah sebagai nelayan dan pedagang kecil. Untuk mengetahui gambaran mengenai lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta lokasi penelitian

4.2. Gambaran umum proyek

Proyek perintis TIR transmigrasi Jawai adalah merupakan proyek transmigrasi umum

dengan pola perikanan usaha tambak yang pertama dilakukan di Indonesia. Proyek ini dimulai pada tahun 1990, namun proyek ini stagnan sejak tahun 1996. Pendanaan proyek ini dibiayai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Kredit Koperasi yaitu Kredit Koperasi Primer untuk Anggota (KKPA). Dana APBN dipergunakan untuk biaya pembangunan saluran irigasi tambak, perumahan dan fasilitas umum transmigran, sedangkan dana Kredit Koperasi dipergunakan untuk biaya pembangunan pencetakan petak tambak dan operasional budidaya udang yang selanjutnya menjadi beban kredit plasma.

4.2.1. Profil stakeholder

Perusahaan inti pada proyek perintis TIR Transmigrasi Jawai adalah PT. Ciptawindu Khatulistiwa (PT. CWK) yaitu berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Kalimantan Barat Nomor 212 Tahun

Lokasi Penelitian

1990. PT. Ciptawindu Khatulistiwa adalah perusahaan lokal yang sebelumnya sudah bergerak dibidang pertambakan udang dan berkantor pusat di Pontianak Kalimantan Barat. PT. Ciptawindu Khatulistiwa sebagai perusahaan inti dalam mendukung pengelolaan proyek perintis TIR transmigrasi Jawai telah

membangun pembibitan udang (hatchery) di Desa Pasir Panjang Singkawang dan

cold storage untuk menampung hasil panen plasma di Desa Wajok Mempawah. Namun setelah proyek ini mengalami stagnasi, keberadaan dari perusahaan inti sekarang tidak jelas.

Petani plasma pada proyek TIR transmigrasi Jawai adalah transmigran yang berasal dari Pulau Jawa dan penduduk lokal, yaitu; 1) transmigran dari Jawa Barat, 2) transmigran dari Jawa Tengah, 3) transmigran dari Jawa Timur dan 4) penduduk lokal atau biasa disebut APPDT (Alokasi Pemukiman Penduduk Daerah Terpencil). Alokasi lahan yang disediakan bagi plasma pada TIR Transmigrasi Jawai untuk setiap kepala keluarga (KK) adalah sebagai berikut a) lahan tambak = 0,50 ha, b) lahan pekarangan = 0,25 ha. Keberadaan plasma proyek TIR transmigrasi Jawai berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Bulan Maret 2006 didapatkan bahwa jumlah plasma yang berasal dari Pulau Jawa yang masih bertempat tinggal di lokasi permukiman transmigrasi sebanyak 4 (empat) kepala keluarga (KK) dengan mata pencaharian sebagai petambak tradisional, sedangkan plasma lokal (APPDT) telah kembali ke rumahnya masing-masing dan tidak bertempat tinggal lagi di lokasi permukiman transmigrasi.

Kelembagaan plasma pada proyek perintis TIR Transmigrasi Jawai terhimpun dalam satu wadah Koperasi Unit Desa yang dinamakan KUD. Cipta Bina Sejahtera. KUD Cipta Bina Sejahtera adalah salah satu contoh lembaga dalam proyek ini yang dibentuk secara instant karena didasarkan pada suatu keadaan yang mendesak dalam rangka untuk memenuhi persyaratan dalam proses pencairan kredit.

Bank BPD Kalbar yang sekarang ini bernama Bank Kalbar adalah merupakan bank pelaksana yang bertindak menyalurkan kredit untuk proyek perintis TIR transmigrasi Jawai. Pemerintah Daerah adalah merupakan pembina dalam proyek TIR transmigrasi jawai. Institusi pemerintah (pada saat itu) yang yang terlibat langsung pada pelaksanaan pengelolaan proyek perintis TIR

Transmigrasi Jawai adalah sebagai berikut 1) Departemen Transmigrasi & PPH, 2) Direktorat Jenderal Perikanan, 3) Departemen Koperasi, 4) Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Kalimantan Barat, 5) Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Sambas.

4.2.2. Pelaksanaan proyek

Pelaksanaan pembangunan fisik pencetakan tambak pada proyek TIR transmigrasi Jawai adalah sebanyak 376 petak tambak dengan rincian sebagai berikut 1) Tahun Anggaran 1990/1991 sebanyak 150 petak tambak, 2) Tahun Anggaran 1991/1992 sebanyak 150 petak tambak, 3) Tahun Anggaran 1992/1993 sebanyak 76 petak tambak. Pelaksanaan pembangunan permukiman transmigrasi yang diperuntukan bagi Plasma adalah sebanyak 400 unit rumah dengan rincian sebagai berikut 1) Tahun Anggaran 1990/1991 sebanyak 150 unit rumah, 2) Tahun Anggaran 1991/1992 sebanyak 150 unit rumah, 3) Tahun Anggaran 1992/1993 sebanyak 100 unit rumah. Pelaksanaan penempatan transmigran adalah sebanyak 367 KK (Kepala Keluarga) dengan perbandingan 58 % adalah transmigran yang didatangkan dari Pulau Jawa dan 42 % dari APPDT. Adapun perincian penempatan transmigran adalah sebagai berikut 1) Tahun Anggaran 1990/1991, penempatan transmigrasi sebanyak 150 KK yang terdiri 98 KK berasal dari pulau Jawa dan 52 KK dari APPDT, 2) Tahun Anggaran 1991/1992, penempatan transmigrasi sebanyak 150 KK yang terdiri 97 KK berasal dari pulau Jawa dan 53 KK dari APPDT, 3) Tahun Anggaran 1993/1994, penempatan Transmigrasi sebanyak 67 KK yang terdiri 17 KK berasal dari pulau Jawa dan 50 KK dari APPDT. Sampai dengan kondisi terakhir jumlah tambak yang dapat dikerjakan adalah sebanyak 376 petak tambak, sedangkan rumah yang tersedia yang dibangun melalui Daftar Isian Proyek (DIP) Departemen Transmigrasi untuk plasma adalah sebanyak 400 unit rumah yang berarti target penempatan transmigrasi sebanyak 400 KK petani plasma tidak dapat dipenuhi, hal ini disebabkan karena adanya kendala dalam pembebasan lahan.

Komoditas udang yang dibudidayakan adalah udang windu (Pennaeus monodon). Tingkat teknologi budidaya yang diterapkan pada awalnya adalah diprogramkan untuk pola tebar dengan tingkat kepadatan benur sebanyak 4

ekor/m2. Namun dalam perjalanannya terjadi perubahan pola padat tebar benur yaitu 1) Pola 4 – 6 ekor/m2, penebaran benur dimulai bulan Mei 1991, dan 2) Pola 20 ekor/m2, penebaran benur dimulai bulan September 1992, serta 3) Pola 15 ekor/m2, penebaran benur dimulai bulan Pebruari 1993. Pengambilan air laut

(intake) sebagai sumber air untuk budidaya udang pada awal pembangunan proyek dilakukan melalui Sungai Pasir yang merupakan anak sungai di dekat muara Sungai Sambas Besar. Karena adanya faktor kendala penebaran benur akibat rendahnya kadar garam (salinitas) perairan pada periode tertentu saat musim penghujan, maka dilakukan pekerjaan pembuatan saluran (sudetan) langsung ke Laut Cina Selatan yang bersifat sementara melalui tambak Dinas Perikanan Propinsi Kalimantan Barat dengan tujuan untuk meningkatkan kadar salinitas yang dibutuhkan pada saat penebaran benur. Sudetan saluran tersebut mengandung kelemahan dari segi teknis budidaya karena letaknya yang memperpendek jarak antara saluran pemasukan (intake) dengan saluran sekunder pembuang (secondary drainage canal). Berdasarkan pengalaman tersebut, maka dilakukan pekerjaan pembuatan saluran permanen yang berlokasi tepat di antara muara Sungai Sambas Besar dan Laut Cina Selatan sebagai sumber untuk pengambilan air laut.

4.2.3. Pembinaan plasma

Pembinaan plasma dari aspek sosial dilakukan oleh Departemen Transmigrasi, yang pelaksanaannya di lokasi permukiman transmigrasi dibawah koordinasi kepala unit permukiman transmigrasi (KUPT), sedangkan pembinaan plasma dari aspek teknis budidaya udang dilakukan oleh perusahaan inti yang pada tingkat operasional di lapangan dilakukan oleh badan pengelola. Sistematika pelaksanaan pembinaan plasma oleh badan pengelola untuk teknis budidaya udang pada proyek TIR transmigrasi Jawai dapat dijabarkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Sistematika pembinaan teknis budidaya

4.3. Gambaran fisik proyek

4.3.1. Sarana/prasarana pendukung

Lokasi proyek TIR transmigrasi Jawai yang dapat dikatakan terpencil yaitu di sebelah utara Propinsi Kalimantan Barat tentunya memberikan dampak positif dan negatif dalam pengelolaan proyek. Aspek positif dari keberadaan lokasi proyek yang terpencil diantaranya adalah lingkungan terutama perairan yang belum tercemar, sedangkan aspek negatif adalah akses menuju lokasi proyek terutama transportasi yang selain harus ditempuh melalui jalan darat juga melalui sungai . Gambaran mengenai sarana/prasarana dalam mendukung kegiatan operasional budidaya udang di lokasi proyek perintis TIR transmigrasi Jawai dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Pengadaan sarana produksi tambak (saprotam).

Pengadaan pakan masih merupakan faktor pembatas karena harus didatangkan dari Pulau Jawa karena belum ada pabrik pakan di Kalimantan Barat, demikian juga untuk pengadaan kapur dan obat-batan. Pengadaan benur dapat berasal dari benur lokal karena di Kalimantan Barat sudah terdapat perusahaan pembibitan udang (hatchery), namun hatchery tersebut selama ini hanya memproduksi benur udang windu (Pennaeus monodon). Pengadaan bahan bakar minyak (BBM) khususnya solar dapat diakses melalui SPBU terdekat yaitu dari kota Pemangkat melalui jalan sungai dengan menggunakan perahu

Site Manager Kepala Divisi Kepala Unit Kepala Blok Ketua Kelompok Plasma Anggota

motor milik SPBU yang sudah dilengkapi dengan tanki solar yang membutuhkan waktu perjalanan sampai ke lokasi proyek ± 20 menit.

2) Pemasaran

Perusahaan cold storage untuk menampung hasil produksi udang sudah terdapat di kota Pontianak. Hal umum yang biasa dilakukan oleh cold storage

untuk pelaksanaan sizing dan penimbangan hasil panen biasanya dilakukan di lokasi tambak, tetapi untuk hasil panen yang relatif sedikit biasanya dilakukan oleh para pengumpul udang lokal yang tersebar di beberapa tempat kota kecamatan.

3) Transportasi

Akses menuju lokasi proyek dari Kota Pemangkat dilakukan melalui transportasi air yaitu menyeberangi muara Sungai Sambas Besar. Sarana transportasi air dalam menunjang operasional proyek dapat dilakukan dengan menggunakan perahu motor air milik masyarakat setempat, sedangkan untuk kegiatan bongkar muat barang dilakukan oleh buruh setempat.

4.3.2. Fisik tambak

Kondisi fisik tambak pada saat awal pembangunan proyek

Luas bersih setiap petak tambak adalah 4.500 m2, sedangkan luas kotor tambak yang dihitung berdasarkan dari as ke as adalah 5.000 m2.Satu deret petak tambak yang berdampingan disebut Jalur, sedangkan diantara dua jalur tambak yang ditengahnya terdapat saluran tersier pemasukan (STP) disebut Blok. Kumpulan beberapa Blok disebut Unit. Berikut ini adalah tata letak tambak yang terdapat pada Proyek Perintis TIR Transmigrasi Jawai, yaitu a) Unit I terdiri dari Jalur A, B, C, D, E dan F atau Blok AB, CD dan EF, b) Unit II terdiri dari Jalur G, H, I, J, K, L dan LL atau Blok GH, IJ, KL dan LL, c) Unit III terdiri dari Jalur M, N, O, P, Q dan R atau Blok MN,OP dan QR, d) Unit IV terdiri dari Jalur S, T, U, V dan W atau Blok ST, UV dan W, e) Unit V terdiri dari Jalur X dan Y atau Blok XY. Sebagai gambaran mengenai tata letak (lay out design), sarana dan prasarana tambak dapat dilihat pada Lampiran 3.

Sistim irigasi pertambakan pada proyek perintis TIR transmigrasi Jawai sudah sesuai dengan persyaratan teknis budidaya karena sudah terpisah antara

saluran pemasukan (supply) dengan saluran pembuangan (drainage). Gambaran mengenai sistem tata air dalam satu blok dapat dilihat pada Gambar 4.

Laut

Sal. Saluran tersier pembuang (drainage) Sek. Suplai Sal.

Pump Saluran tersier pemasukan (supply) Sek.

Drain Saluran tersier pembuang (drainage)

Dari Saluran Primer Suplai

Gambar 4. Tata air tambak untuk satu blok

Menurut PT. Lenggogeni (1990), berdasarkan hasil pengukuran topografi diperoleh elevasi lahan rata-rata adalah + 1,50 m sedangkan untuk kisaran pasang rata-rata air laut (tidal range) adalah 1,42 m sehingga tidak terjadi genangan selama pasang tinggi. Hal ini berarti energi pasang surut tidak dapat digunakan untuk pengairan budidaya udang. Oleh karena itu untuk mengalirkan air ke petak tambak harus menggunakan alat bantu pompa. Untuk lebih jelasnya tentang mekanisme dan gambaran elevasi tata air saluran pemasukan (supply canal) dapat dilihat pada Gambar 5.

Sal. Tersier Pemasukan Pompa + 3.15

Keterangan : Amplitudo Pasang Surut + 1.50 1.40 (HHWL) + 1.15 Tanah Dasar Asli

Berm

Dasar Tambak 0.00 (LLWL)

- 1.00 Sal. Sekunder Pemasukan

- 2.00 Sal. Primer Pemasukan

Muara Sungai Sambas

Tata air pada saluran pemasukan (supply canal) dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) muara sungai Sambas Besar yang berbatasan langsung dengan laut Cina Selatan adalah merupakan sumber air pemasukan untuk budidaya udang. 2) dari muara tersebut pada saat pasang air mengalir melalui saluran intake dari laut kemudian menuju saluran primer sampai ke saluran sekunder pemasukan. 3) dari saluran sekunder pemasukan, karena adanya perbedaan elevasi air dialirkan ke saluran tersier pemasukan yang terbuat dari beton dengan menggunakan pompa. 4) dari saluran tersier pemasukan tersebut air di distribusikan melalui inlet ke masing-masing petak tambak.

Tata air pada saluran pembuangan (drainage canal) dapat dijabarkan sebagai berikut: 1)dari petak tambak air dibuang melalui outlet, kemudian 2) dari

outlet tambak air dialirkan melalui saluran tersier pembuang menuju saluran sekunder pembuang dan 3) dari saluran sekunder pembuang, kemudian air mengalir langsung menuju laut Cina Selatan. Sebagai gambaran tentang elevasi tata air pada saluran pembuangan (drainage canal) dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Elevasi tata air tambak saluran pembuangan (drainage canal)

Pembangunan fisik proyek perintis TIR transmigrasi Jawai dimulai pada bulan September 1990 yang meliputi pekerjaan pembangunan saluran irigasi dan pencetakan tambak. Tabel 4 merupakan gambaran dimensi konstruksi pada saat awal pembangunan fisik tambak yang dalam penelitian ini menjadi pedoman dasar perhitungan total biaya investasi pekerjaan rehabilitasi konstruksi tambak dalam rangka untuk mengoperasikan kembali proyek TIR transmigrasi Jawai.

Tanggul Tambak + 2.65 Permukaan air tambak

+ 1.50 + 1.15 Tanah Dasar Asli

Berm Dasar Tambak

0.00 Sal. Tersier Pembuang

- 1.00 Sal. Sekunder Pembuang

Tabel 4. Dimensi saat awal pembangunan konstruksi tambak

DIMENSI AWAL PEMBANGUNAN

JENIS KONSTRUKSI LA LB H Vol/m' P Vol Total

(m) (m) (m) (m3) (m) (m3)

Saluran Pemasukan (Supply)

1. Saluran Intake Laut 20.00 9.50 3.50 51.63 1,500.00 77,437.50 2. Saluran Primer Ruas I 20.00 9.50 3.50 51.63 885.00 45,688.13 3. Saluran Primer Ruas II 17.00 6.50 3.50 41.13 1,650.00 67,856.25 3. Saluran Primer Ruas III 16.50 6.00 3.50 39.38 1,225.00 48,234.38 4. Saluran Sekunder I 15.00 6.00 3.00 31.50 600.00 18,900.00 5. Saluran Sekunder II 15.00 6.00 3.00 31.50 600.00 18,900.00 6. Saluran Sekunder III 15.00 6.00 3.00 31.50 150.00 4,725.00

7. STP Beton Semen 1.70 1.30 0.75 8,950.00

8. STP Gravitasi (Tanah) 6.00 0.00 1.50 5.63 450.00 2,531.25

J u m l a h 16,010.00 284,272.50

Saluran Pembuangan (Drainage)

1. Saluran Sekunder I 12.00 4.50 2.50 20.63 2,320.00 47,850.00 2. Saluran Sekunder II 18.00 10.50 2.50 35.63 1,480.00 52,725.00 3. Saluran Sekunder III 18.00 10.50 2.50 35.63 1,275.00 45,421.88 3. Saluran Tersier Pembuangan 6.00 1.50 1.50 5.63 9,820.00 55,237.50

J u m l a h 14,895.00 201,234.38

Fisik Tambak (Petak) 376

1. Tanggul STD 2.00 6.50 1.50 6.38 50.00 120,487.50

2. Tanggul Antara Tambak 1.50 6.00 1.50 5.63 100.00 212,625.00

3. Tanggul STP 6.00 11.40 1.80 7.83 50.00 147,987.00

J u m l a h 75,200.00 481,099.50

Sumber : PT. Ciptawindu Khatulistiwa (1996)

Keterangan : LA = Lebar Atas P = Panjang LB = Lebar Bawah Vol/m' = Volume per meter H = Dalam atau Tinggi Vol Total = Volume Total

Kondisi fisik tambak pada saat pengamatan

Pada bulan Maret 2006 telah dilakukan pengamatan dan inventarisasi di lapangan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi terakhir fisik tambak di lokasi proyek perintis TIR Transmigrasi Jawai. Hasil pengamatan di lapangan dari segi

lay out design didapatkan bahwa hampir semua petak tambak sepanjang pantai rusak terkena abrasi dengan perincian sebagai berikut :

- Tambak yang rusak parah dan tidak dapat difungsikan karena terkena abrasi sebanyak 81 petak.

- Tambak yang tidak layak operasional karena terkena abrasi dengan kriteria mengalami kerusakan tanggul dan atau outlet yang akan membahayakan pada saat operasional budidaya sebanyak 33 petak.

- Tambak yang masih utuh (tidak rusak) sebanyak 15 petak, namun tambak tersebut tidak dapat difungsikan mengingat bangunan saluran tersier pemasukan sebagai sumber suplai air sudah rusak terkena abrasi.

Kondisi fisik tambak telah mengalami kerusakan dan perubahan dimensi akibat karena adanya abrasi dan karena tidak adanya pekerjaan maintenance sejak proyek ini stagnan pada tahun 1996. Tabel 5 menggambarkan kondisi terakhir dimensi konstruksi tambak berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan pada bulan Maret 2006.

Tabel 5. Dimensi konstruksi tambak pada saat pengamatan

DIMENSI PADA SAAT PENGAMATAN

LA LB H Vol/m' P Vol Total SELISIH

JENIS KONSTRUKSI

(m) (m) (m) (m3) (m) (m3) (%) (m3) (%)

Saluran Pemasukan

1. Saluran Intake Laut 20.00 14.00 1.30 22.10 1,500.00 33,150.00 42.81 44,287.50 57.19 2. Saluran Primer Ruas I 19.00 10.00 1.10 15.95 885.00 14,115.75 30.90 31,572.38 69.10 3. Saluran Primer Ruas II 17.00 8.00 1.00 12.50 1,650.00 20,625.00 30.40 47,231.25 69.60 3. Saluran Primer Ruas III 16.00 7.00 1.00 11.50 1,225.00 14,087.50 29.21 34,146.88 70.79 4. Saluran Sekunder I 14.00 5.00 0.80 7.60 385.05 2,926.38 24.13 9,202.70 75.87 5. Saluran Sekunder II 14.00 5.00 0.80 7.60 375.05 2,850.38 24.13 8,963.70 75.87 6. Saluran Sekunder III 15.00 6.00 2.50 26.25 41.90 1,099.88 83.33 219.98 16.67 7. STP Beton Semen 1.70 1.30 0.75 5,950.00 8. STP Gravitasi (Tanah) 6.00 0.00 1.00 3.00 450.00 1,350.00 53.33 1,181.25 46.67 J u m l a h 12,462.00 90,204.89 33.78 176,805.62 66.22 Saluran Pembuangan 1. Saluran Sekunder I 11.00 2.50 1.00 6.75 2,098.30 14,163.53 32.73 29,113.91 67.27 2. Saluran Sekunder II 16.00 3.00 1.00 9.50 1,419.70 13,487.15 26.67 37,089.66 73.33 3. Saluran Sekunder III 16.00 3.00 1.00 9.50 1,216.80 11,559.60 26.67 31,788.90 73.33 3. Sal. Tersier

Pembuangan 4.50 1.00 0.90 2.48 6,146.65 15,212.96 44.00 19,361.95 56.00 J u m l a h 10,881.45 54,423.23 31.68 117,354.42 68.32

Fisik Tambak (Petak) 247

1. Tanggul STD 1.50 7.00 1.00 4.25 50.00 52,912.50 66.67 26,456.25 33.33 2. Tanggul Antara Tambak 1.00 6.50 1.00 3.75 100.00 93,375.00 66.67 46,687.50 33.33 3. Tanggul STP 5.00 12.00 1.75 7.44 50.00 92,596.88 94.99 4,886.63 5.01 J u m l a h 49,400.00 238,884.38 75.38 78,030.38 24.62

Tabel 5 memperlihatkan perbandingan perubahan dimensi konstruksi tambak akibat dari adanya penyusutan tanggul tambak dan pendangkalan saluran dari saat awal pembangunan sampai dengan bulan Maret 2006. Untuk saluran irigasi tambak baik pemasukan maupun pembuangan telah mengalami pendangkalan yang bervariasi antara 16,67% sampai 75,87%, sedangkan

penyusutan tanggul tambak sebesar 33,33%. Selisih volume pada Tabel 5 adalah merupakan volume kegiatan yang harus dikerjakan dalam rangka normalisasi konstruksi tambak agar tambak dapat dioperasikan kembali.

Akibat tambak tidak beroperasi (stagnan) sejak tahun 1996, beberapa fasilitas tambak dilapangan didapati banyak yang sudah hilang atau rusak. Hasil inventarisasi barang yang masih tersisa pada lokasi proyek perintis TIR transmigrasi Jawai dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil inventarisasi barang di lokasi proyek

JENIS BARANG SPESIFIKASI LOKASI JUMLAH KETERANGAN

Peralatan Tambak

1. Generator setting 250 KVA Unit I, II, III, IV Tidak jelas Tidak Jelas

125 KVA Unit I, II Tidak jelas Tidak Jelas

2. Pompa Centrifugal 12 inchi STP 2 per Blok Tidak ada 3. Kincir Air

Paddle Wheel

1 PK Petak Tambak 4 per Petak Tidak ada Peralatan Listrik

1. Kabel Listrik NYA Petak Tambak - Tidak ada

NYY Petak Tambak - Tidak ada

2. Tiang Listrik Kayu Petak Tambak - Tidak ada

3. Lampu Penerangan TL 20 Watt Petak Tambak 3 per Petak Tidak ada Sarana Tambak

1. Pintu Inlet Beton Semen Petak Tambak 1 per Petak Rusak Parah 2. Pintu Outlet Beton Semen Petak Tambak 1 per Petak Kondisi 80 % 3. Jembatan Ancho Kayu Petak Tambak 4 per Petak Tidak ada Bangunan

1. Kantor Kayu Unit I 1 Ada

2. Mess Karyawan Kayu Unit I/II, III/IV 2 Ada

3. Gudang Saprotam Kayu Unit I 1 Ada

4. Bengkel Kayu Unit I 1 Ada

5. Rumah Genset Kayu Unit I, II, III/IV 3 Ada

6. Rumah Jaga Tambak Kayu Setiap Blok 4 per Blok Tidak ada

7. Pos Satpam Kayu Unit I, III/IV 2 Tidak ada

8. Rumah Pompa Kayu STP 1 per Blok Tidak ada

9. Talang Air Pompa Kayu STP 1 per Blok Tidak ada

Dalam rangka untuk rehabilitasi konstruksi dan mendisain ulang kawasan proyek perintis TIR transmigrai Jawai agar dapat beroperasi kembali, berdasarkan pertimbangan faktor teknis maka tambak sepanjang pantai sebanyak 129 petak yaitu 2 (dua) jalur dari unit I sampai IV dan 1 (satu) jalur di unit V akan dikorbankan untuk dijadikan green belt. Dengan demikian sisa tambak yang