• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Pupuk Organik

Berdasarkan komponen utama penyusunnya, pupuk dibedakan atas pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik yaitu pupuk yang bahan bakunya berasal dari sisa makhluk hidup yang telah mengalami proses pembusukan oleh mikroorganisme pengurai sehingga warna, rupa, tekstur, dan kadar airnya tidak serupa lagi dengan aslinya. Pupuk anorganik yaitu pupuk yang bahan bakunya berasal dari bahan mineral, senyawa kimia yang telah diubah menjadi proses produksi sehingga menjadi bentuk senyawa kimia yang dapat diserap tanaman.

Dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No.2/Pert/Hk.060/2/2006 tentang pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik, berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair dan digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Definisi tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan C-organik atau bahan organik daripada kadar haranya. Nilai C-organik itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik.

Karakteristik umum yang dimiliki pupuk organik adalah sebagai berikut : 1. Kandungan hara rendah

Kandungan hara pupuk organik pada umumnya rendah tapi bervariasi tergantung pada jenis bahan dasarnya.

2. Ketersediaan unsur hara lambat

Hara yang berasal dari bahan organik diperlukan untuk kegiatan mikrobia tanah kemudian dialihrupakan dari bentuk ikatan kompleks organik yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman menjadi bentuk senyawa organik dan anorganik sederhana yang dapat diserap oleh tanaman.

3. Menyediakanhara dalam jumlah terbatas

Penyediaan hara yang berasal dari pupuk organik biasanya terbatas dan tidak dapat memenuhi asupan hara yang dibutuhkan tanaman.

Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah

109 kota. Kompos merupakan produk pembusukan dari limbah tanaman dan hewan hasil perombakan oleh fungi, aktinomiset, dan cacing tanah. Pupuk hijau merupakan keseluruhan tanaman hijau maupun hanya bagian dari tanaman seperti sisa batang dan tunggul akar misalnya sisa–sisa tanaman, kacang-kacangan, dan tanaman paku air Azolla. Pupuk kandang merupakan hasil pengomposan kotoran ternak. Limbah ternak merupakan limbah dari rumah potong berupa tulang-tulang, darah, dan sebagainya. Limbah industri yang menggunakan bahan pertanian contohnya seperti limbah pabrik gula, limbah pengolahan kelapa sawit, penggilingan padi, limbah bumbu masak, dan sebagainya. Limbah kota yang dapat menjadi kompos berupa sampah kota yang berasal dari tanaman, setelah dipisah dari bahan-bahan yang tidak dapat dirombak misalnya plastik, kertas, botol, dan kertas. Dalam penelitian ini, pupuk organik yang dimaksud adalah pupuk organik yang sumber organiknya berasal dari pengomposan kotoran hewan, jerami dan bahan lainnya.

2.1.1 Bahan-Bahan Penyusun Pupuk organik

Menurut Isroi (2009), bahan-bahan yang umumnya digunakan dalam pembuatan pupuk organik adalah sebagai berikut :

1. Bahan Organik a. Kompos

Kompos sebagai bahan baku utama dalam pembuatan pupuk organik. Kompos adalah bahan organik padat yang telah mengalami dekomposisi parsial. Bahan baku kompos adalah bahan organik padat, seperti sampah organik, serasah, sisa daun, jerami dan lain-lain. Bahan organik yang telah matang dalam proses pengomposan mempunyai rasio C/N yang cukup rendah atau kurang dari 25.

b. Pupuk kandang

Pupuk kandang juga termasuk jenis kompos, tetapi berbahan baku kotoran hewan. Pupuk kandang bisa dibuat dari kotoran ternak (sapi, kambing, kerbau, unggas atau kotoran manusia). Kotoran ternak ayam, sapi, kerbau, dan kambing mempunyai komposisi hara yang bervariasi (Lampiran 1). Secara umum, kandungan hara kotoran ternak lebih rendah daripada pupuk kimia sehingga takaran aplikasinya lebih besar.

110 c. Gambut

Gambut mirip dengan kompos, namun proses dekomposisinya belum sempurna. Gambut tidak dijadikan sebagai bahan baku utama pupuk organik. Umumnya gambut digunakan sebagai bahan baku organik tambahan untuk pupuk organik

2. Perekat

Perekat berfungsi untuk merekatkan pupuk organik agar pencampuran bahan sempurna dan menghasilkan tekstur pupuk yang padat. Beberapa bahan yang biasa digunakan sebagai perekat antara lain adalah molase, tepung tapioka, kalsium, bentonit, kaoline dan lain sebagainya. Perekat ditambahkan dalam jumlah sedikit (kurang dari 10 %).

3. Bahan Aditif (Bahan Tambahan)

Bahan aditif adalah semua bahan yang dapat ditambahkan saat melaksanakan proses pengomposan dengan tujuan memperbaiki struktur kompos dalam timbunan. Bahan-bahan aditif yang umumnya digunakan

a. Fosfat alam

Fosfat Alam ditambahkan untuk meningkatkan P didalam pupuk organik.

b. Dolomit

Penambahan dolomit digunakan untuk meningkatkan kandungan Magnesium (Mg) dalam pupuk organik.

c. Kapur Pertanian (kaptan)

Kaptan adalah kapur yang biasa digunakan dalam budidaya pertanian untuk meningkatkan pH tanah, khususnya di tanah-tanah yang bereaksi masam. Dalam pembuatan pupuk organik, kaptan juga berfungsi untuk meningkatkan pH pupuk karena bahan-bahan dalam pupuk organik bereaksi masam.

d. Zeolit

Zeolit memiliki pengaruh yang baik untuk tanah, yaitu dapat meningkatkan kapasitas tukar kation tanah. Peningkatan kapasitas tukar kation tanah akan meningkatkan efiensi penyerapan hara oleh tanaman.

111 e. Abu atau arang sekam

Abu atau arang sekam memiliki kandungan K2O yang cukup tinggi yaitu

kurang lebih 30 persen. Penambahan abu atau arang sekam digunakan untuk meningkatkan kandungan hara K.

Menurut Sutanto (2002), keberhasilan proses pengomposan dalam pembuatan pupuk organik sangat tergantung pada kesesuaian komposisi bahan. Perlakuan yang paling tepat terhadap bahan dasar untuk berlangsungnya proses dekomposisi sangat tergantung pada karakteristik limbah organik yang digunakan (Lampiran 2).

2.1.2 Standar Kualitas Pupuk organik

Mutu atau kualitas adalah segala hal yang menunjukkan keistimewaan atau derajad keunggulan suatu produk. Menurut Sutanto (2002) spesifikasi dari pupuk organik yang berkualitas baik adalah :

1. Kandungan total bahan organik minimal 20 persen

2. Kandungan lengas tidak boleh melampaui 15 persen hingga 25 persen. Pada kenyataannya makin rendah kandungan air, maka kualitas pupuk organik menjadi lebih baik.

3. Nisbah C/N dari bahan organik antara 10/1 sampai 15/1 4. Memiliki pH 6,5 hingga 7,5

Sedangkan standarisasi atas pupuk organik yang telah ditetapkan oleh Deptan diuraikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Persyaratan Teknis Minimal Pupuk Organik di Indonesia

No Parameter Kandungan Padat Cair 1 C-organik (%) Min 16 > 6 2 C/N ratio 12 – 25 - 3 Kadar Air (%) < 2 - 4

Kadar logam berat

- As (ppm) < 10 < 10

- Hg (ppm) < 1 < 1

- Pb (ppm) < 50 <50

- Cd <10 <10

112

No Parameter Kandungan

Padat Cair

6 Kadar total (N + P2O5 + K2O) (%) Dicantumkan Dicantumkan

7 Mikroba patogen (E, coli, salmonella) Dicantumkan Dicantumkan

8 Kadar unsur mikro (Zn, Cu, Co, Fe) (ppm) Dicantumkan Dicantumkan

Dokumen terkait