• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden di RSU X

Pada penelitian ini didapatkan karakteristik responden yaitu berdasarkan umur, agama, suku, pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan perbulan, riwayat kehamilan dan riwayat persalinan.

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan umur (n) = 28 Karakteristik Responden F % Umur

<20 tahun 2 7,1 20-30 tahun 14 50 >30 tahun 12 42,9

Tabel 5.1.1

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan agama (n) = 28 Karakteristik Responden F % Agama Islam 19 67,9 Protestan 2 7,1 Katolik 4 14,3 Buddha 3 10,7 Tabel 5.1.2

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan suku (n) = 28 Karakteristik Responden F % Suku Jawa 9 32,1 Batak 11 39,3 Melayu 4 14,3 Tionghoa 4 14,3 Tabel 5.1.3

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan pendidikan terakhir (n) = 28 Karakteristik Responden F % Pendidikan Terakhir SMA 22 78,6 D3 3 10,7 S1 3 10,7 Tabel 5.1.4

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan pekerjaan (n) = 28 Karakteristik Responden F %

Pekerjaan

IRT 17 60,7 Swasta 7 25 PNS 4 14,3

Tabel 5.1.5

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan penghasilan perbulan (n) = 28 Karakteristik Responden F % Penghasilan perbulan < 2 juta 20 71,5 3 – 4 juta 2 7,1 > 4 juta 6 21,4 Tabel 5.1.6

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan riwayat kehamilan (n) = 28 Karakteristik Responden F % Riwayat kehamilan Primigravida 11 39,3 Scundigravida 8 28,6 Multigravida 9 32,1 Tabel 5.1.7

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan riwayat persalinan (n) = 28 Karakteristik Responden F %

Riwayat persalinan

Primipara 11 39,3 Normal 7 25 SC 10 35,7

Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa dari 28 responden, mayoritas berumur 20-30 tahun yaitu 14 orang (50%) (tabel 5.1), mayoritas beragama islam yaitu 19 orang (67,9%) (tabel 5.1.1) , mayoritas suku Batak yaitu 11 orang (39,3%) (tabel 5.1.2), mayoritas pendidikan SMA yaitu 22 orang (78,6%) (tabel 5.1.3), mayoritas pekerjaan Ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 17 orang (60,7%) (tabel 5.1.4), mayoritas berpenghasilan <2 juta yaitu 20 orang (71,5%) (tabel 5.1.5), mayoritas riwayat kehamilan primigravida yaitu 11 orang (39,3%) (tabel 5.1.6), mayoritas riwayat persalinan primipara yaitu 11 orang (39,3%)

Tabel 5.2

Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Determinan Nyeri Persalinan (n=28)

Determinan Nyeri Persalinan Frekuensi (n) Persentase (%) Ya Tidak Total 18 10 28 64,3 35,7 100

Berdasarkan tabel 5.2, dari 28 orang ibu yang melakukan persalinan Sectio Caesarea

karena faktor nyeri persalinan yaitu sebanyak 18 orang (64,3%).

Tabel 5.3

Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Determinan Kebudayaan (n=28)

Determinan Kebudayaan Frekuensi (n) Persentase (%)

Ya Tidak Total 4 24 28 14,3 85,7 100

Pada tabel 5.3 dapat diketahui bahwa dari 28 orang ibu yang melakukan persalinan

Tabel 5.4

Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Determinan Kesepakatan Suami Istri (n=28)

Determinan Kesepakatan Frekuensi (n) Persentase (%)

Ya Tidak Total 28 0 28 100 0 100

Pada tabel 5.4 dapat diketahui bahwa dari 28 ibu melakukan persalinan Sectio Caesarea karena determinan kesepakatan suami istri yaitu 28 orang (100%).

Tabel 5.5

Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Determinan Pekerjaan (n=28)

Determinan Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)

Ya Tidak Total 0 28 28 0 28 100

Pada tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 28 ibu yang melakukan Sectio Caesaraea tidak ada ibu yang melakukan persalinan Sectio Caesarea karena determinan pekerjaan, yaitu 0 orang (100%).

Tabel 5.6

Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Determinan Kosmetik Sex (n=28)

Determinan kosmetik sex Frekuensi (n) Persentase (%)

Ya Tidak Total 4 24 28 14,3 85,7 100

Pada tabel 5.6 dapat diketahui bahwa dari 28 ibu yang memilih persalinan sectio caesarea karena determinan kosmetik sex yaitu 4 orang (14,3%).

Tabel 5.7

Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Determinan Ekonomi (n=28)

Determinan Ekonomi Frekuensi (n) Persentase (%)

Ya Tidak Total 3 25 28 10,7 89,3 100

Pada tabel 5.7. dapat diketahui bahwa dari 28 orang ibu yang melakukan persalinan

Tabel 5.8

Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Determinan Sosial (n=28)

Determinan Sosial Frekuensi (n) Persentase (%)

Ya Tidak Total 5 23 28 17,9 82,1 100

Pada tabel 5.8 dapat diketahui bahwa dari 28 orang ibu yang melakukan persalinan

Sectio Caesarea karena determinan sosial yaitu sebanyak 5 orang (17,9%).

Tabel 5.9

Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Determinan Sterilisasi (n=28)

Determinan Sterilisasi Frekuensi (n) Persentase (%)

Ya Tidak Total 5 23 28 17,9 82,1 100

Pada tabel 5.9 dapat diketahui bahwa dari 28 orang ibu yang melakukan persalinan Sectio Caesarea karena determinan sterilisasi yaitu sebanyak 5 orang (17,9%).

Tabel 5.10

Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Determinan Time Delivery (n=28)

Determinan Time Delivery Frekuensi (n) Persentase (%)

Ya Tidak Total 3 25 28 10,7 89,3 100

Pada tabel 5.10 dapat diketahui bahwa dari 28 orang ibu yang melakukan persalinan

Sectio Caesarea karena determinan time delivery yaitu sebanyak 3 orang (10,7%).

B. Pembahasan

1. Karakteristik responden

Karakteristik responden ibu yang melakukan persalinan Sectio Caesarea terbnayak pada rentang umur 20 – 30 tahun, yaitu rentang umur yang produktif, beragama Islam, Suku Batak, Pendidikan SMA, Pekerjaan IRT, Riwayat kehamilan Primigravida dan Riwayat Persalinan Primipara.

2. Determinan permintaan persalinan tanpa indikasi medis di RSU X 2.1. Determinan nyeri persalinan

Dari hasil penelitian diperoleh 18 orang ibu yang melakukan persalinan Sectio Caesarea karena faktor nyeri persalinan (64,3%).

Menurut Maryunani (2010), Ibu-ibu yang akan bersalin berespon terhadap nyerinya dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa ibu mungkin merasa takut dan cemas, sementara yang lainnya bersikap toleran dan optimis. Beberapa ibu ada yang menangis, merintih,

menjerit, menolak bantuan atau bergerak tanpa arah pada saat mengalami nyeri persalinan yang hebat, sementara yang lainnya tetap berbaring dengan tenang di tempat tidur dan mungkin hanya menutup matanya, menggertakkan giginya, menggigit bibirnya, mengepalkan tangannya, atau bercucuran keringatnya pada waktu mengalami nyeri persalinan.

Menurut Kasdu (2003), Umumnya seseorang wanita yang melahirkan secara alami akan mengalami proses sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit pinggang dan pangkal paha yang semakin kuat dan menggigit. Hal ini terjadi karena ketika berkontraksi, otot-otot rahim berkerut sebagai upaya membuka mulut rahim dan mendorong kepala bayi ke arah panggul. Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau baru akan terjadi dan sering menyebabkan seorang wanita yang akan melahirkan merasa takut dan cemas menjalaninya. Akibatnya, untuk menghilangkan itu semua ibu bersalin berpikir melahirkan dengan cara operasi.

2.2. Determinan kebudayaan

Dari hasil penelitian diperoleh 4 orang ibu yang melakukan persalinan Sectio Caesarea karena determinan kebudayaan (14,3%).

Menurut Widagdho (2010), Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa, dan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut. Menurut Notoatmodjo (2003), kebudayaan juga diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal.

Adanya masyarakat yang mengaitkan budaya dengan mempercayai untuk memilih tanggal dan waktu persalinan tertentu yang dipercayakan membawa hoki (keberuntungan) (Dewi,2010).

Kebudayaan juga dapat mempengaruhi seluruh pandangan hidup, dan kebudayaan juga dapat diturunkan dari generasi ke generasi (Willy, 2006).

2.3. Determinan kesepakatan suami istri

Dari hasil penelitian diperoleh seluruh ibu melakukan persalinan Sectio Caesarea

karena determinan kesepakatan suami istri (100%). Kesepakatan suami istri yang dimaksudkan pada determinan ini adalah suami memberikan peran aktif dalam penentuan persalinan secara sectio caesarea, dan bukan dikarenakan keperluan untuk pengisian lembar

informed consent.

Menurut Bobak (2005), Peran pasangan dapat sebagai orang yang memberi asuhan dan sebagai orang yang berespon terhadap perasaan pasangannya, baik pada aspek biologis maupun psikologis. Dukungan pria menunjukkan keterlibatannya dalam kehamilan pasangannya dan persiapan untuk terikat dengan anaknya.

Menurut Kasdu (2003) Seperti halnya kehamilan yang merupakan hasil kerjasama suami dan istri, maka kerjasama ini juga sebaiknya terus berlangsung sampai janin dilahirkan. Kerjasama juga dibutuhkan dalam pemilihan proses persalinan nantinya. Dimana pemilihan proses persalinan ini penting dilakukan perencanaan karena menyangkut kesehatan fisik dan psikis ibu dalam menghadapinya dan kesehatan janin.

Menurut Sarmana (2004), Hasil penelitian di Brazil menyatakan bahwa dokter melakukan tindakan sectio caesarea karena adanya tekanan dan dorongan dari pasien, suami dan keluarga.

2.4. Determinan pekerjaan

Dari hasil penelitian tidak diperoleh ibu yang melakukan persalinan Sectio Caesarea

karena determinan pekerjaan, yaitu 0 orang (100%).

Menurut Kasdu (2003), kecenderungan memilih persalinan sectio caesarea karena para ibu khususnya di kota-kota besar banyak yang bekerja. Mereka sangat terikat dengan waktu dan sudah memiliki jadwal tertentu kapan mereka harus kembali bekerja.

Hal ini sejalan dengan penelitian sarmana (2004), dimana pekerjaan bukan merupakan determinan ibu dalam permintaan persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis.

2.5. Determinan kosmetik sex

Dari hasil penelitian diperoleh 4 orang ibu yang memilih persalinan sectio caesarea

karena determinan kosmetik sex (14,3%).

Menurut Sarwono (2002), Perlukaan jalan lahir karena persalinan dapat mengenai vulva, vagina dan uterus. Jenis perlukaan ringan berupa luka lecet, yang berat berupa suatu robekan yang disertai perdarahan hebat. Pada primigravida yang melahirkan bayi cukup bulan, perlukaan jalan lahir tidak dapat dihindari. Menurut Anies (2007), Dalam penelitian diketahui pula bahwa para ibu yang mendapat jahitan akan menunggu lebih lama untuk melakukan senam nifas dibandingkan dengan yang tanpa jahitan.

Menurut Wagner (2000), dilakukannya bedah caesar sebagai salah satu alasan permintaan, dimana seorang ibu ingin mempertahankan tonus vaginanya seperti anak remaja.

Menurut Dewi (2010), melahirkan melalui vagina dianggap bisa mengendurkan otot-otot vagina sehingga dipercaya akan mengurangi kenikmatan saat coitus (hubungan intim). Hal ini menyebabkan ibu memilih tindakan persalinan sectio caesarea karena ibu ingin mempertahankan tonus vagina, alasannya demi menjaga keharmonisan hubungan suami istri agar tetap mesra.

2.6. Determinan ekonomi

Dari hasil penelitian diperoleh 3 orang ibu yang melakukan persalinan Sectio Caesarea karena determinan ekonomi (10,7%).

Menurut Kasdu (2003), dalam menghadapi persalinan dengan bedah Caesar penting dilakukan perencanaan karena menyangkut kesehatan ibu dalam menghadapinya. Perencanaan ini juga menyangkut perencanaan ekonomi karena biaya yang harus dikeluarkan tidak kecil. Persalinan dengan operasi akan mengahiskan biaya 3-5 kali lebih besar daripada

persalinan normal. Oleh karena itu kemampuan keuangan menjadi salah satu pertimbangan dalam mengambil keputusan melahirkan dengan bedah Caesar.

Menurut Maramis (2006), masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas cenderung memilih pelayanan kesehatan yang baik dan canggih. Menurut Kasdu (2003) operasi Caesar merupakan hal yang tidak asing lagi terutama masyarakat golongan menengah ke atas sehingga sebagian mereka memilih persalinan Caesar pada proses persalinannya.

2.7. Determinan sosial

Dari hasil penelitian diperoleh 5 orang ibu yang melakukan persalinan Sectio Caesarea karena determinan sosial (17,9%).

Menurut Mubarak (2009), manusia selalu dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan ia juga dituntut untuk dapat beradaptasi dan bertingkah laku sesuai norma yang ada. Menurut Varghes (2004) disebutkan bahwa pengaruh sosial sangat kompleks salah satunya adalah pengaruh orang lain atau sugesti teman. Sedangkan menurut Arrow (1993) karena informasi yang dilakukan oleh para ahli kepada masyarakat sehingga masyarakat terpengaruh untuk melakukan permintaan dan penggunaan pelayanan kesehatan.

Menurut Foster Anderson (1986), dalam membuat keputusan medis biasanya merupakan keputusan kelompok dan peranan-peranan tradisional. Di Indonesia dalam keluarga adanya keputusan yang besar dan dianggap penting ternyata dibuat oleh suami dan pendapat para kakek dan nenek juga penting sekali. Dan menurut Kasdu (2003) operasi Caesar yang mulai memasyarakat sehingga persalinan dengan operasi cenderung meningkat tiap tahunnya.

2.8. Determinan sterilisasi

Dari hasil penelitian diperoleh 5 orang ibu yang melakukan persalinan Sectio Caesarea karena determinan sterilisasi (17,9%).

Sectio Caesarea dipilih karena ingin sekalian dilakukan sterilisasi, hal ini dilakukan karena adanya faktor praktis yang mana jika melahirkan secara alami akan membutuhkan proses yang lama, yang kemudian harus masuk kamar bedah kembali untuk dilakukan sterilisasi yang tentu dapat meninggalkan dua bekas luka, yaitu luka bekas hecting jalan lahir dan luka bekas sterilisasi di perut. Jadi, Sectio Caesarea merupakan jalan yang dianggap praktis, aman serta menghemat waktu dan tenaga ibu bersalin (Sarmana,2004).

Sectio caesarea dilakukan karena ingin kontrasepsi menetap (sterilisasi) yang merupakan metode keluarga berencana yang paling efektif, hal ini terjadi kemungkinan dikarenakan meningkatnya kesadaran keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan dengan mengikuti program keluarga berencana yang efektif dan permanen sehingga dapat terwujud keluarga yang berkualitas. Untuk membangun keluarga yang berkualitas tersebut, tentu melibatkan peran aktif keluarga terutama ibu.

2.9. Determinan time delivery

Dari hasil penelitian diperoleh 3 orang (10,7%) ibu yang melakukan persalinan Sectio Caesarea karena determinan time delivery.

Menurut Kasdu (2003), Masih banyak diantara penduduk kota-kota besar yang mengaitkan waktu kelahiran dengan peruntungan nasib anak. Tentunya tindakan ini dilakukan dengan harapan apabila anak dilahirkan pada tanggal dan jam sekian maka akan memperoleh rejeki dan kehidupan yang lebih baik.

Alasan lain para wanita lebih memilih operasi sectio caesarea adalah ingin melahirkan pada hari, tanggal dan waktu yang ditentukannya sendiri (Maryunani,2010).

Pada penelitian ini, ada dua alasan yang diperoleh dari responden yang memilih determinan time delivery. Alasan yang pertama adalah ingin melahirkan di tanggal tertentu yang disukai (tanggal cantik) dan kepercayaan bila melahirkan pada tanggal atau jam tertentu.

BAB VI

Dokumen terkait