• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Determinan Permintaan Persalinan Sectio Caesarea Tanpa Indikasi Medis Di RSU X Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Determinan Permintaan Persalinan Sectio Caesarea Tanpa Indikasi Medis Di RSU X Tahun 2014"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN DETERMINAN PERMINTAAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA TANPA INDIKASI MEDIS

DI RSU X TAHUN 2014

OLEH :

MEI MUNAH BR. SEMBIRING 135102058

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

Gambaran Determinan Permintaan Persalinan Sectio Caesarea Tanpa Indikasi Medis

di RSU X Tahun 2014

ABSTRAK

Mei Munah br. Sembiring

Latar belakang : sectio caesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen dan rahim. Saat ini sectio caesarea bukan hal yang baru lagi bagi para ibu maupun pasangan suami istri. Pada masa lalu melahirkan dengan cara operasi merupakan hal yang menakutkan karena dapat menyebabkan kematian, Namun dengan berkembangnya kecanggihan ilmu kedokteran kebidanan pandangan tersebut mulai bergeser. Kini sectio caesarea kadang menjadi alternatif pilihan persalinan.

Tujuan penelitian : untuk mengetahui gambaran determinan permintaan sectio caesarea tanpa indikasi medis di RSU X.

Metodologi : desain penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dengan total sampling. Jumlah sampel 28 orang. Analisa data yang digunakan

univariat.

Hasil : dari hasil penelitian terhadap 28 orang responden, didapat bahwa permintaan persalinan sectio caesarea karena determinan nyeri persalinan sebanyak 18 orang (64,3%), kebudayaan 4 orang (14,3%), pekerjaan 0 orang (0%), kosmetik sex 2 orang (7,1%), ekonomi 6 orang (21,4%), sosial 9 orang (32,1%), sterilisasi 5 orang (17,9%), time delivery 7 orang (25%).

Kesimpulan : berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa adanya permintaan persalinan tanpa indikasi medis yang dilakukan karena alasan yang bersifat subjektif dari responden, diharapkan adanya penyuluhan dan konseling tentang pemilihan persalinan yang tepat dan sesuai kebutuhan dari petugas kesehatan kepada pasangan suami istri sebelum memilih persalinan sectio caesarea.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal dengan judul “Gambaran determinan permintaan persalinan sectio

caesarea tanpa indikasi medis di RSU X tahun 2014”.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan,

dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan pemikiran yang sangat berharga bagi

penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara sekaligus pembimbing penulis yang telah memberikan pengetahuan,

bimbingan, masukan, arahan, dukungan serta telah bersedia meluangkan waktunya

dalam memberikan bimbingan kepada penulis.

2. Ibu Nur Asnah Sitohang S.Kep, Ns, M.Kep selaku ketua program D-IV Bidan

Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Isti Ilmiati Fujiati, M.Sc CM-FM, M.Pd.Ked selaku dosen penguji I.

4. Dr. dr. Sarma N. Lumbanraja, Sp.OG.(K) selaku dosen penguji II.

5. Direktur Rumah Sakit Umum X yang telah memberikan izin penelitian di RSU X.

6. Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademik Fakultas Keperawatan USU

yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.

7. Teristimewa buat Ayahanda Bustamam Sembiring (alm) dan ibunda Siti Normania br.

Ginting tercinta yang selalu mendoakan dan menyayangi, memberikan semangat,

motivasi, dukungan baik moril maupun materil, dan senantiasa memberikan yang

terbaik untuk penulis. Kemudian kepada kakanda tersayang Muhammad Nasir

Sembiring, Indah Suci Ika Sari Sembiring, Annisa Aginta Sembiring S.Pd, Putri Sarah

(5)

8. Kepada teman-teman di RSU Muhammadiyah Sumut dan teman-teman di program

D-IV Bidan Pendidik USU yang banyak membantu penulis dalam penyusunan proposal

penelitian ini.

Akhir kata penulis berharap KTI ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan di bidang kebidanan dan bagi pihak-pihak yang membutuhkan serta penulis

sangat mengharapkan adanya saran yang bersifat membangun untuk perbaikan yang lebih

baik di masa yang akan datang.

Medan, 3 Juli 2014

(6)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ………... iv

Daftar Tabel ... vi

Daftar Skema ……….. vii

Daftar Lampiran ... viii

BAB 1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1 - 5 2. Perumusan Masalah ... 5

3. Tujuan Penelitian... 5 - 6 4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA A. Sectio caesarea ... 8

1. Defenisi Sectio Caesarea ... 8

2. Sebab-sebab Sectio Caesarea ... 8 - 9 3. Penyebab Sectio Caesarea ... 9 - 16 B. Determinan persalinan Sectio Caesarea tanpa indikasi medis ... 17 - 22 BAB 3. KERANGKA PENELITIAN A. Kerangka Konsep ... 23

(7)

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian ... 28

B. Populasi dan Sampel ... 28

1. Populasi ... 28

2. Sampel ... 28

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

D. Pertimbangan Etik ... 29

E. Instrumen Penelitian ... 30

F. Validitas dan Reabilitas data ... 31

G. Pengumpulan data ... 31

H. Analisa Data ... 32 – 34 BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian ... 35 – 42 B. Pembahasan ... 42 – 48 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 49 - 50 B. Saran ... 50

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Defenisi Operasional ………... 25

Tabel 5.1. Karakteristik responden ... 37

Tabel 5.2. Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan

Determinan Nyeri Persalinan ... 39

Tabel 5.3. Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan

Determinan Kebudayaan ... 39

Tabel 5.4. Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan

Determinan Kesepakatan Suami Istri ... 40

Tabel 5.5. Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan

Determinan Pekerjaan ... 40

Tabel 5.6. Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan

Determinan Kosmetik Sex ... 41

Tabel 5.7. Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan

Determinan Ekonomi ... 41

Tabel 5.8. Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan

Determinan Sosial ... 42

Tabel 5.9. Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan

Determinan Sterilisasi ... 42

Tabel 5.10. Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan

(9)

DAFTAR SKEMA

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Kuesioner

Lampiran 3 : Lembar Content Validity Indeks

Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 5 : Surat Balasan Penelitian

Lampiran 6 : Lembar konsultasi

Lampiran 7 : Output SPSS

(11)

Gambaran Determinan Permintaan Persalinan Sectio Caesarea Tanpa Indikasi Medis

di RSU X Tahun 2014

ABSTRAK

Mei Munah br. Sembiring

Latar belakang : sectio caesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen dan rahim. Saat ini sectio caesarea bukan hal yang baru lagi bagi para ibu maupun pasangan suami istri. Pada masa lalu melahirkan dengan cara operasi merupakan hal yang menakutkan karena dapat menyebabkan kematian, Namun dengan berkembangnya kecanggihan ilmu kedokteran kebidanan pandangan tersebut mulai bergeser. Kini sectio caesarea kadang menjadi alternatif pilihan persalinan.

Tujuan penelitian : untuk mengetahui gambaran determinan permintaan sectio caesarea tanpa indikasi medis di RSU X.

Metodologi : desain penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dengan total sampling. Jumlah sampel 28 orang. Analisa data yang digunakan

univariat.

Hasil : dari hasil penelitian terhadap 28 orang responden, didapat bahwa permintaan persalinan sectio caesarea karena determinan nyeri persalinan sebanyak 18 orang (64,3%), kebudayaan 4 orang (14,3%), pekerjaan 0 orang (0%), kosmetik sex 2 orang (7,1%), ekonomi 6 orang (21,4%), sosial 9 orang (32,1%), sterilisasi 5 orang (17,9%), time delivery 7 orang (25%).

Kesimpulan : berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa adanya permintaan persalinan tanpa indikasi medis yang dilakukan karena alasan yang bersifat subjektif dari responden, diharapkan adanya penyuluhan dan konseling tentang pemilihan persalinan yang tepat dan sesuai kebutuhan dari petugas kesehatan kepada pasangan suami istri sebelum memilih persalinan sectio caesarea.

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang

telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui

jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan atau kekuatan sendiri (Manuaba, 2004).

Persalinan normal adalah proses lahirnya janin dengan tenaga ibu sendiri, tanpa

bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang pada umumnya berlangsung

kurang dari 24 jam (Manuaba, 2004).

Seperti yang diketahui, ada dua cara persalinan yaitu persalinan pervaginam

yang telah dikenal dengan persalinan normal atau alami dan persalinan dengan sectio

caesar dapat disebut juga dengan bedah sesar atau sectio caesarea. Saat ini sectio

caesarea bukan hal yang baru lagi bagi para ibu maupun pasangan suami istri. Sejak

awal tindakan sectio caesarea merupakan pilihan yang harus dijalani karena keadaan

gawat darurat untuk menyelamatkan nyawa ibu maupun janinnya (Kasdu, 2003).

Menurut Gruendemann (2005), Sectio caesarea adalah pengeluaran janin

melalui insisi abdomen dan rahim. Persalinan ini digunakan jika kondisi ibu

menimbulkan distress pada janin atau jika telah terjadi distress janin. Berdasarkan

survei WHO tahun 2004 – 2008 di tiga benua, yakni Amerika latin, Afrika dan Asia

dilaporkan bahwa angka persalinan sectio caesarea mencapai 25,7 %, mulai angka

terendah di Angola 2,3 % sampai angka tertinggi 46,2% di Cina. Angka persalinan

sectio caesarea tanpa indikasi medis di 23 negara dalam tiga benua tersebut adalah

0,01 – 2,10 %.

Pada masa lalu melahirkan dengan cara operasi merupakan hal yang

(13)

kecanggihan ilmu kedokteran kebidanan pandangan tersebut mulai bergeser. Kini

sectio caesarea kadang menjadi alternatif pilihan persalinan. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan pusat studi Obstetri dan Ginekologi di Washington DC tahun 1994

menunjukkan bahwa setengah dari jumlah kelahiran sectio caesarea yang tercatat,

secara medis sebenarnya tidak diperlukan. Di Indonesia angka kejadian sectio

caesarea juga terus meningkat di rumah sakit pendidikan maupun rumah sakit swasta.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Basalamah dan Gulardi tahun 1993,

terhadap 64 rumah sakit di jakarta tercatat 17.665 kelahiran, dari angka kelahiran

tersebut sebanyak 35,7 - 55,3 % melahirkan dengan sectio caesarea. Sementara data

lain dari RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta menyebutkan bahwa dari persalinan

sebanyak 404 perbulan didapati 30% persalinan dengan sectio caesarea. Dan dari

persalinan sectio caesarea tersebut sekitar 13,9 % merupakan permintaan yang

dilakukan tanpa pertimbangan medis (Kasdu, 2003).

Data sectio caesarea di RSU Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2002, ibu-ibu

yang melahirkan yang dilakukan tindakan sectio caesarea berjumlah 309 orang dari

1476 persalinan. Peningkatan indikasi melakukan tindakan sectio caesarea dan

kemajuan dalam teknik operasi dan anastesi serta obat-obat antibiotika merupakan

salah satu penyebab meningkatnya angka kejadian persalinan dengan tindakan sectio

caesarea (Margaretha,2007).

Di Indonesia sendiri, persentase sectio caesarea 5 %. Di Rumah sakit

pemerintah rata – rata 11 %, sementara di Rumah sakit swasta bisa lebih dari 30 %

(Juditha, 2009).

Melihat kecenderungan meningkatnya angka kejadian sectio caesarea dari

tahun ke tahun membuat Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia bersama

(14)

melakukan pemantauan terhadap tindakan persalinan caesar dengan mengeluarkan

Surat Edaran Direktorat Jenderal Pelayanan Medik (Dirjen Yanmedik) Departemen

Kesehatan RI tanggal 12 September 2000, menyatakan bahwa angka sectio caesarea

untuk rumah sakit pendidikan atau rujukan propinsi ditargetkan turun menjadi 20% ,

sedangkan untuk rumah sakit swasta 15% (Kasdu, 2003).

Pada kongres VIII Perinasia tanggal 8 oktober 2003 yang dilaksanakan di

Medan, diketahui bahwa beberapa alasan sectio caesarea atas permintaan ibu di

Brazil adalah karena dorongan dari suami maupun keluarga, kekhawatiran akan

terjadinya fetal distress, persalinan lebih dari 6 jam tidak tertahankan ibu, pengalaman

buruk partus pervaginam sebelumnya, kekhawatiran bahwa persalinan akan merusak

hubungan sexual serta anggapan bahwa sectio caesarea lebih baik dan modern

(Sumapraja, 2003).

Penelitian Gulardi dan Basalamah, beberapa alasan yang mendasari

permintaan sectio caesarea adalah karena para ibu yang bekerja sangat terikat dengan

waktu dan sudah memiliki jadwal tertentu. Alasan lainnya yaitu masalah kebudayaan

yang mengaitkan waktu kelahiran dengan peruntungan nasib dengan harapan apabila

anak yang dilahirkan pada tanggal atau jam sekian, maka rejeki dan kehidupannya

kelak lebih baik, namun alasan yang paling banyak adalah bahwa ibu khawatir dan

cemas menghadapi rasa sakit yang akan terjadi pada persalinan spontan (Kasdu,

2003).

Dalam penelitian yang pernah dilakukan di RSU Santa Elisabeth medan tahun

2003, angka persalinan sectio caesarea sebesar 27,76%, dan sebesar 13,88% didapati

sectio caesarea atas permintaan sendiri. Permintaan sectio caesarea tentu bukan tanpa

alasan, banyak hal yang mungkin dapat mendorong ibu untuk meminta persalinan

(15)

determinan non medis yang mendorong ibu memilih persalinan sectio caesarea

adalah karena rasa sakit pada persalinan, kebudayaan, kesepakatan suami istri,

pekerjaan, kosmetik sex, ekonomi, sosial dan sterilisasi sehingga ibu lebih memilih

sectio caesarea daripada persalinan spontan (Sarmana,2004).

Salfariani & Saidah (2012, dalam Ayu, 2009) mengatakan bahwa Pertolongan

operasi persalinan dengan sectio caesarea mempunyai sejarah yang panjang. Bahaya

infeksi merupakan ancaman serius sehingga banyak terjadi kematian. Perkembangan

teknologi sectio caesarea demikian majunya sehingga bahayanya makin dapat

ditekan. Oleh karenanya persalinan sectio caesarea makin banyak dilakukan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis RSU X periode januari –

desember tahun 2013 jumlah persalinan dengan tindakan sectio caesarea sebanyak

630 kasus dari 1265 dengan indikasi medis yang diperoleh adalah partus tak maju,

previous sectio caesarea, postdate, cephalo pelvic disproportion (CPD), ketuban

pecah dini dan beberapa diantaranya dilakukan tanpa indikasi medis.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

apa determinan permintaan persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di RSU X.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan

penelitian yaitu bagaimana gambaran determinan permintaan sectio caesarea tanpa

(16)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran determinan permintaan sectio caesarea tanpa

indikasi medis di RSU X tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

- Untuk mengetahui gambaran determinan nyeri persalinan yang mendorong

ibu melakukan persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di RSU X

tahun 2014.

- Untuk mengetahui gambaran determinan kebudayaan yang mendorong ibu

melakukan persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di RSU X tahun

2014.

- Untuk mengetahui gambaran determinan kesepakatan suami istri yang

mendorong ibu melakukan persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di

RSU X tahun 2014.

- Untuk mengetahui gambaran determinan pekerjaan yang mendorong ibu

melakukan persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di RSU X tahun

2014.

- Untuk mengetahui gambaran determinan kosmetik sex yang mendorong ibu

melakukan persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di RSU X tahun

2014.

- Untuk mengetahui gambaran determinan ekonomi yang mendorong ibu

melakukan persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di RSU X tahun

(17)

- Untuk mengetahui gambaran determinan sosial yang mendorong ibu

melakukan persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di RSU X tahun

2014.

- Untuk mengetahui gambaran determinan sterilisasi yang mendorong ibu

melakukan persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di RSU X tahun

2014.

- Untuk mengetahui gambaran determinan time delivery yang mendorong ibu

melakukan persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di RSU X tahun

2014.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Bidan

Bidan diharapkan memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu-ibu yang ingin

bersalin agar memilih cara persalinan yang tepat dan memilih sectio caesarea

hanya untuk indikasi medis.

2. Bagi Rumah Sakit

Memberikan masukan sebagai penyempurnaan pelaksanaan kebijakan

tindakan sectio caesarea di rumah sakit.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan dalam proses belajar mengajar

4. Bagi Peneliti

Sebagai acuan dalam meningkatkan pengetahuan tentang persalinan sectio

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Sectio Caesarea

2.1.1 Defenisi

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan plasenta ) yang

telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui

jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan atau kekuatan sendiri (Manuaba, 2004).

Sectio caesarea adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan

sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk

mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran

melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi medis. Kendati cara ini

semakin umum sebagai pengganti kelahiran normal (Yusmiati,2007).

Bedah caesar (bahasa Inggris: caesarean section). Disebut juga dengan

c-sectio (disingkat dengan CS) adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan

dimana irisan dilakukan di perut ibu untuk mengeluarkan bayi (Juditha,2009).

2.1.2. Sebab-sebab operasi sectio caesarea

Sectio caesarea terbagi menjadi 2 jenis, yaitu Sectio caesarea berencana dan

tidak berencana.

1. Sectio caesarea berencana

Sectio caesarea berencana adalah tindakan operasi caesar yang dilakukan

karena adanya alasan medis. Apabila persalinan dipaksakan untuk dilakukan secara

alami, akan mengancam keselamatan ibu dan bayi. Hal ini terjadi pada kesulitan

kehamilan yang sudah terdeteksi sejak dini, misalnya karena keadaan panggul ibu

(19)

terdeteksi dari pemeriksaan kehamilan akhir semester tiga. Inilah yang disebut dengan

operasi caesar yang direncanakan atau caesar primer.

2.Sectio caesarea tidak berencana

Sectio caesarea tidak berencana adalah bedah caesar yang baru diputuskan

pada saat atau ketika persalinan berlangsung. Contohnya tidak terjadi kemajuan dalam

persalinan, sehingga kepala bayi tidak dapat keluar dan ibu sudah kehabisan tenaga.

Apabila persalinan alami tetap dipaksakan untuk dilakukan, dapat membahayakan

nyawa bayi atau mengalami gangguan otak karena kehabisan oksigen. Walaupun

dipaksakan dengan persalinan alami yang ditunjang dengan alat bantu, misalnya

dengan sendok cunam atau alat vakum, kemungkinan berhasilnya juga kecil. Denyut

jantung janin dapat tiba-tiba melemah, sementara proses persalinan masih

berlangsung lama (Kasdu,2003).

2.1.3. Penyebab operasi sectio caesarea 1. Faktor Janin

Tindakan operasi dilakukan karena keadaan janin, seperti janin besar dan

pertumbuhannya terhambat berat.

1.1. Bayi terlalu besar

Berat bayi lahir sekitar 4.000 gram atau lebih, menyebabkan bayi sulit keluar

dari jalan lahir. Umumnya pertumbuhan janin yang berlebihan karena ibu menderita

kencing manis. Apabila dibiarkan terlalu lama di jalan lahir dapat membahayakan

keselamatan janinnya.

Namun bisa saja berat 4.000 gram dilahirkan dengan operasi. Dengan berat

janin yang diperkirakan sama, tetapi terjadi pada ibu yang berbeda maka tindakan

(20)

sempit, berat badan janin 3.000 gram sudah dianggap besar karena bayi tidak dapat

lewat jalan lahir. Demikian pula pada posisi sungsang dengan berat janin lebih dari

3,6 kg sudah bisa dianggap besar sehingga perlu dilakukan kelahiran dengan operasi.

1.2. Kelainan letak bayi

Ada dua kelainan letak janin dalam rahim, yaitu letak sungsang dan letak

lintang.

1.2.1. Letak sungsang

Sekitar 3-5% atau 3 dari 100 bayi terpaksa lahir dalam posisi sungsang.

Keadaan janin sungsang apabila letak janin di dalam rahim memanjang dengan kepala

berada di bagian atas rahim, sementara bokong berada di bagian bawah rongga rahim,

sedangkan yang dimaksud dengan “posisi” adalah keadaan bagian terendah bayi.

Resiko bayi lahir sungsang pada persalinan alami diperkirakan 4 kali lebih besar

dibandingkan lahir dengan letak kepala yang normal. Oleh karena itu biasanya

langkah terakhir untuk mengantisipasi hal terburuk karena persalinan yang tertahan

akibat janin sungsang adalah operasi. Namun tindakan operasi untuk melahirkan janin

sungsang baru dilakukan dengan beberapa pertimbangan, yaitu posisi janin yang

beresiko terjadinya “macet” di tengah proses persalinan.

1.2.2 Letak lintang

Kelainan lain yang paling sering terjadi adalah letak lintang atau miring

(oblique). Letak yang demikian menyebabkan poros janin tidak sesuai dengan arah

jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan bokong pada sisi

yang lain. Pada umumnya, bokong akan berada sedikit lebih tinggi daripada kepala

janin, sementara bahu berada pada bagian atas panggul. Konon, punggung dapat

berada di depan, belakang, atas, maupun bawah. Kelainan letak lintang ini hanya

(21)

menggantung atau karena adanya kelainan bentuk rahimnya. Penanganan untuk

kelainan letak lintang ini juga sifatnya sangat individual. Apabila dokter memutuskan

untuk melakukan tindakan operasi, sebelumnya ia sudah memperhitungkan sejumlah

faktor demi keselamatan ibu dan bayinya.

1.3. Ancaman gawat janin (fetal distress)

Keadaan gawat janin pada tahap persalinan, memungkinkan dokter

memutuskan untuk segera melakukan operasi. Apalgi jika ditunjang oleh kondisi ibu

yang kurang menguntungkan. Seperti diketahui, sebelum lahir, janin mendapat

oksigen dari ibunya melauli ari ari dan tali pusat. Apabila terjadi gangguan pada ari

ari (akibat ibu menderita tekanan darah tinggi atau kejang rahim), serta gangguan

pada tali pusat (akibat tali pusat terjepit antara tubuh bayi) maka jatah oksigen yang

disalurkan ke bayi pun menjadi berkurang. Akibatnya, janin akan tercekik karena

kehabisan nafas. Kondisi ini bisa menyebabkan janin mengalami kerusakan otak,

bahkan tidak jarang meninggal dalam rahim.

1.4. Janin abnormal

Janin sakit atau abnormal, misalnya gangguan Rh, kerusakan genetik dan

hidrosephalus (kepala besar karena otak berisi cairan) dapat menyebabkan dokter memutuskan dilakukan operasi.

1.5. Faktor plasenta

Ada beberapa kelainan plasenta yang menyebabkan keadaan gawat darurat

pada ibu atau janin sehingga harus dilakukan persalinan dengan operasi.

1.5.1. Plasenta previa

Salah satu gangguan tali pusat yang sangat dikenal adalah plasenta previa.

Posisi plasenta terletak di bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh jalan

(22)

masuk ke jalan lahir. Janin dengan plasenta previa, umumnya juga akan memilih letak

sungsang atau letak melintang. Keadaan ini menyulitkan janin lahir secara alami.

Sebenarnya, angka kejadian plasenta previa sangat rendah, yaitu kurang dari 1%.

1.5.2. Solutio plasenta

Kondisi ini merupakan keadaan palsenta yang lepas lebih cepat dari dinding

rahim sebelum waktunya. Apabila plasenta sudah lepas, sementara janin masih lama

lahir atau dalam tahapan tertentu maka operasi harus segera dilakukan. Persalinan

dengan operasi dilakukan untuk menolong janin segera lahir sebelum ia megalami

kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban. Proses terlepasnya plasenta ditandai

dengan perdarahan yang banyak, yang bisa keluar melalui vagina, tetapi bisa juga

tersembunyi di dalam rahim.

1.5.3. Plasenta accreta

Plasenta accreta merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim. Hal

ini jarang terjadi, tetapi pada umumnya di alami ibu yang mengalami persalinan yang

berulang kali, ibu berusia rawan untuk hamil (diatas 35 tahun), dan ibu yang pernah

operasi (operasinya meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya plasenta).

1.5.4. Vasa previa

Keadaan pembuluh darah di selaput ketuban berada di mulut rahim (ostium

uteri) jika pecah dapat menimbulkan perdarahan banyak yang membahayakan janin

dan ibunya. Untuk mengurangi resiko pada ibu dan janin maka persalinan dilakukan

dengan operasi.

1.6. Kelainan tali pusat

(23)

1.6.1. Prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)

Adalah keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat. Pada keadaan

ini, tali pusat berada didepan atau disamping bagian terbawah janin atau tali pusat

sudah berada di jalan lahir sebelum bayi. Prolapsus tali pusat dapat mengancam

kehidupan janin (gawat janin). Apabila tali pusat berdenyut, berarti janin masih hidup

dan persalinan masih dapat berlangsung. Pada kala 1 (periode pembukaan mulut

rahim) akan segera dilakukan operasi saecar untuk menolong janin. Pada kala 2 bisa

lewat vagina dengan bantuan alat agar lebih cepat lahir.

1.6.2. Terlilit tali pusat

Dalam rahim, tali pusat ikut “berenang” bersama janin dalam kantung

ketuban. Ketika janin bergerak, letak dan posisi tali pusat pun biasanya ikut bergerak

dan berubah. Kadang akibat gerak janin dalam rahim, letak dan posisi tali pusat

membelit tubuh janin, baik di bagian kaki, paha, perut, lengan atau lehernya.

Sebenarnya lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya. Selama tali pusat

tidak terjepit atau terpelintir maka aliran oksigen dan nutrisi dari plasenta ke tubuh

janin tetap aman. Lilitan tali pusat ke tubuh janin baru berbahaya apabila kondisi tali

pusat terjepit atau terpelintir yang menyebabkan aliran oksigen dan nutrisi ke tubuh

janin tidak lancar.

1.7. Bayi kembar

Tidak selamanya bayi kembar di lahirkan secara caesar. Hal ini karena

kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada

kelahiran satu bayi. Misalnya, lahir prematur atau lebih cepat dari waktunya. Sering

kali terjadi preeklampsi pada ibu yang hamil kembar karena stres. Selain itu karena

bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau letak lintang sehingga sulit untuk

(24)

2. Faktor ibu

Faktor ibu yang menyebabkan dilakukannya tindakan operasi misalnya

panggul sempit atau abnormal, disfungsi kontraksi rahim, riwayat kematian prenatal,

pernah mengalami trauma persalinan dan ingin dilakukannya tindakan sterilisasi.

Berikut faktor ibu yang menyebabkan janin harus dilahirkan dengan operasi :

2.1 Usia

Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun, memiliki

resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi dengan wanita usia 40 tahun ke atas. Pada

usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit yang beresiko misalnya tekanan darah

tinggi, penyakit jantung, kencing manis dan preeklampsia. Eklampsia dapat

menyebabkan bayi kejang sehingga sering kali menyebabkan dokter memutuskan

persalinan dengan operasi caesar.

2.2 Tulang panggul

Cephalopelvic disproportion adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai

dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat

melahirkan secara alami. Tulang panggul sangat menentukan mulus tidaknya proses

persalinan. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang

membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin

ketika akan lahir secara alami.

2.3. Persalinan sebelumnya dengan operasi caesar

Sebenarnya, persalinan melalui bedah caesar tidak mempengaruhi persalinan

selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak. Apabila memang ada indiaksi

yang mengharuskan dilakukannya tindakan pembedahan, seperti bayi terlalu besar,

(25)

dilakukan. Umumnya, operasi caesar akan dilakukan lagi pada persalinan kedua

apabila operasi sebelumnya menggunakan sayatan vertikal. Namun, operasi kedua

bisa terjadi jika pada operasi sebelumnya dengan teknik sayatan melintang, tetapi ada

hambatan pada persalinan pervaginam, seperti janin tidak maju, tidak bisa lewat

panggul, atau letak lintang.

2.4. Faktor hambatan jalan lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku sehingga

tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada

jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernafas. Gangguan pada jalan lahir bisa

juga terjadi karena ada miom atau tumor. Keadaan ini menyebabkan persalinan

terhambat atau macet, yang biasa disebut distosia

2.5. Kelainan kontraksi rahim

Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi atau tidak elastisnya leher

rahim sehingga tidak dapat melebar pada proses persalinan, menyebabkan kepala bayi

tidak terdorong dan tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancar.

2.6. Ketuban pecah dini

Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan bayi harus

segera dilahirkan. Kondisi ini membuat air ketuban merembes keluar sehingga tinggal

sedikit atau habis. Air ketuban adalah cairan yang mengelilingi janin dalam rahim.

Apabila air ketuban habis sama sekali, padahal bayi masih belum waktunya lahir,

biasanya dokter akan berusaha mengeluarkan bayi dari dalam kandungan, baik

melalui kelahiran biasa maupun operasi caesar. Air ketuban yang pecah sebelum

waktunya akan membuka rahim sehingga memudahkan masuknya bakteri lewat

(26)

2.2Determinan permintaan persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), determinan adalah faktor

penentu. Jadi determinan permintaan persalinan sectio caesarea tanpa indikasi

medis adalah faktor-faktor penentu dalam permintaan persalinan sectio caesarea

yang dilakukan tanpa adanya indikasi medis.

Berikut merupakan determinan permintaan persalinan sectio caesarea tanpa

indikasi medis :

1. Nyeri persalinan

Association for the study of pain menyatakan nyeri merupakan pengalaman

emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan

jaringan secara aktual atau potensial atau menunjukkan adanya kerusakan.

Rasa nyeri pada persalinan dalam hal ini adalah nyeri kontraksi uterus yang

dapat mengakibatkan peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis, perubahan tekanan

darah, denyut jantung, pernafasan, dan warna kulit, dan apabila tidak segera diatasi

maka akan meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stres (Bobak, 2004).

Rasa nyeri jelas merupakan persepsi yang ada hubungan dengan kesehatan.

Nyeri adalah persepsi yang sangat subjektif sehingga sebenarnya tidak dapat

diferifikasi atau dibuktikan. Nyeri dikomunikasikan kepada orang lain dengan

berbagai cara, umpama dengan berkata-kata, mata berkedip-kedip atau ditutup

rapat, menyentak-nyentak, merintih, mengerang (Willy,2006).

Ibu-ibu yang akan bersalin berespon terhadap nyerinya dengan cara yang

berbeda-beda. Beberapa ibu mungkin merasa takut dan cemas, sementara yang

lainnya bersikap toleran dan optimis. Beberapa ibu ada yang menangis, merintih,

menjerit, menolak bantuan atau bergerak tanpa arah pada saat mengalami nyeri

(27)

tempat tidur dan mungkin hanya menutup matanya, menggertakkan giginya,

menggigit bibirnya, mengepalkan tangannya, atau bercucuran keringatnya pada

waktu mengalami nyeri persalinan (Maryunani, 2010).

Umumnya, seseorang wanita yang melahirkan secara alami akan mengalami

proses sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit pinggang dan pangkal paha

yang semakin kuat dan menggigit. Hal ini terjadi karena ketika berkontraksi,

otot-otot rahim berkerut sebagai upaya membuka mulut rahim dan mendorong kepala

bayi ke arah panggul. Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau baru akan

terjadi dan sering menyebabkan seorang wanita yang akan melahirkan merasa takut

dan cemas menjalaninya. Akibatnya, untuk menghilangkan itu semua ibu bersalin

berpikir melahirkan dengan cara operasi (Kasdu,2003).

2. Kebudayaan

Dilihat dari sudut bahasa Indonesia, budaya berasal dari bahasa sansekerta

“buddhayah” yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Budaya

adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa, dan kebudayaan adalah

hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut (Widagdho,2010). Menurut Notoatmodjo

(2003), kebudayaan juga diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal.

Adanya masyarakat yang mengaitkan budaya dengan mempercayai untuk

memilih tanggal dan waktu persalinan tertentu yang dipercayakan membawa hoki

(keberuntungan) (Dewi,2010).

Kebudayaan juga dapat mempengaruhi seluruh pandangan hidup, dan kebudayaan

(28)

3. Kesepakatan suami istri

Peran pasangan dapat sebagai orang yang memberi asuhan dan sebagai orang

yang berespon terhadap perasaan pasangannya, baik pada aspek biologis maupun

psikologis. Dukungan pria menunjukkan keterlibatannya dalam kehamilan

pasangannya dan persiapan untuk terikat dengan anaknya (Bobak,2005).

Seperti halnya kehamilan yang merupakan hasil kerjasama suami dan istri,

maka kerjasama ini juga sebaiknya terus berlangsung sampai janin dilahirkan.

Kerjasama juga dibutuhkan dalam pemilihan proses persalinan nantinya. Dimana

pemilihan proses persalinan ini penting dilakukan perencanaan karena menyangkut

kesehatan fisik dan psikis ibu dalam menghadapinya dan kesehatan janin

(Kasdu,2003).

Hasil penelitian di Brazil menyatakan bahwa dokter melakukan tindakan

sectio caesarea karena adanya tekanan dan dorongan dari pasien, suami dan

keluarga (Sarmana,2004).

4. Pekerjaan

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kerja adalah sesuatu yang

sengaja dilakukan untuk mendapatkan imbalan. Kecenderungan memilih persalinan

sectio caesarea karena para ibu khususnya di kota-kota besar banyak yang bekerja.

Mereka sangat terikat dengan waktu dan sudah memiliki jadwal tertentu kapan

mereka harus kembali bekerja (Kasdu,2003).

5. Kosmetik sex

Perlukaan jalan lahir karena persalinan dapat mengenai vulva, vagina dan

uterus. Jenis perlukaan ringan berupa luka lecet, yang berat berupa suatu robekan

yang disertai perdarahan hebat. Pada primigravida yang melahirkan bayi cukup

(29)

penelitian diketahui pula bahwa para ibu yang mendapat jahitan akan menunggu

lebih lama untuk melakukan senam nifas dibandingkan dengan yang tanpa jahitan

(Anies,2007).

Dilakukannya bedah caesar sebagai salah satu alasan permintaan, dimana

seorang ibu ingin mempertahankan tonus vaginanya seperti anak remaja

(Wagner,2000).

Melahirkan melalui vagina dianggap bisa mengendurkan otot-otot vagina

sehingga dipercaya akan mengurangi kenikmatan saat coitus (hubungan intim). Hal

ini menyebabkan ibu memilih tindakan persalinan sectio caesarea karena ibu ingin

mempertahankan tonus vagina, alasannya demi menjaga keharmonisan hubungan

suami istri agar tetap mesra (Dewi,2010).

6. Ekonomi

Dalam menghadapi persalinan dengan bedah Caesar penting dilakukan

perencanaan karena menyangkut kesehatan ibu dalam menghadapinya.

Perencanaan ini juga menyangkut perencanaan ekonomi karena biaya yang harus

dikeluarkan tidak kecil. Persalinan dengan operasi akan mengahiskan biaya 3-5

kali lebih besar daripada persalinan normal. Oleh karena itu kemampuan keuangan

menjadi salah satu pertimbangan dalam mengambil keputusan melahirkan dengan

bedah Caesar (Kasdu, 2003).

Masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas cenderung

memilih pelayanan kesehatan yang baik dan canggih (Maramis, 2006). Menurut

Kasdu (2003) operasi Caesar merupakan hal yang tidak asing lagi terutama

masyarakat golongan menengah ke atas sehingga sebagian mereka memilih

(30)

7. Sosial

Manusia selalu dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan ia juga dituntut

untuk dapat beradaptasi dan bertingkah laku sesuai norma yang ada (Mubarak,

2009). Menurut Varghes (2004) disebutkan bahwa pengaruh sosial sangat

kompleks salah satunya adalah pengaruh orang lain atau sugesti teman. Sedangkan

menurut Arrow (1993) karena informasi yang dilakukan oleh para ahli kepada

masyarakat sehingga masyarakat terpengaruh untuk melakukan permintaan dan

penggunaan pelayanan kesehatan.

Dalam membuat keputusan medis biasanya merupakan keputusan

kelompok dan peranan-peranan tradisional. Di Indonesia dalam keluarga adanya

keputusan yang besar dan dianggap penting ternyata dibuat oleh suami dan

pendapat para kakek dan nenek juga penting sekali. (Foster Anderson, 1986). Dan

menurut Kasdu (2003) operasi Caesar yang mulai memasyarakat sehingga

persalinan dengan operasi cenderung meningkat tiap tahunnya.

8. Ingin Sterilisasi

Paradigma baru program keluarga berencana nasional yang telah merubah

visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi “Keluarga Berkualitas Tahun 2015”.

Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, madiri,

memiliki jumlah anak yang ideal, barwawasan kedepan, bertanggungjawab,

harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sectio Caesarea dipilih karena ingin sekalian dilakukan sterilisasi, hal ini

dilakukan karena adanya faktor praktis yang mana jika melahirkan secara alami

akan membutuhkan proses yang lama, yang kemudian harus masuk kamar bedah

kembali untuk dilakukan sterilisasi yang tentu dapat meninggalkan dua bekas luka,

(31)

Caesarea merupakan jalan yang dianggap praktis, aman serta menghemat waktu

dan tenaga ibu bersalin (Sarmana,2004).

9. Time Delivery

Masih banyak diantara penduduk kota-kota besar yang mengaitkan waktu

kelahiran dengan peruntungan nasib anak. Tentunya tindakan ini dilakukan dengan

harapan apabila anak dilahirkan pada tanggal dan jam sekian maka akan

memperoleh rejeki dan kehidupan yang lebih baik (Kasdu,2003).

Alasan lain para wanita lebih memilih operasi sectio caesarea adalah ingin

melahirkan pada hari, tanggal dan waktu yang ditentukannya sendiri

(32)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN 3. Kerangka konsep

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka maka dapat dirumuskan kerangka

konsep penelitian sebagai berikut :

Determinan permintaan

Sectio caesarea tanpa

indikasi medis:

1. Nyeri persalinan

2. Kebudayaan

3. Kesepakatan suami istri

4. Pekerjaan

5. Kosmetik sex

6. Ekonomi

7. Sosial

8. Ingin Sterilisasi

9. Time Delivery

Permintaan Sectio

(33)

No. Variabel

Penelitian

Defenisi Operasional Alat Ukur Cara

Ukur

Skala

Ukur

Hasil Ukur

1. Nyeri

persalinan

Rasa sakit pada saat

persalinan

yang mendorong ibu

memilih persalinan

sectio caesarea.

Kuesioner Wawan

cara

Nomi

nal

-Ya : Jika nyeri

persalinan

merupakan

determinan ibu

dalam memilih

Sectio Caesarea

-Tidak : Jika nyeri

persalinan bukan

merupakan

determinan ibu

dalam memilih

Sectio Caesarea.

2. Kebudaya

an

Kebiasaan atau

kepercayaan akan

suatu hal yang

mengaitkan waktu

kelahiran dengan

peruntungan nasib

anak.

Kuesioner Wawan

cara

Nomi

nal

-Ya : Jika

kebudayaan

merupakan

determinan ibu

dalam memilih

Sectio Caesarea

-Tidak : Jika

kebudayaan bukan

merupakan

determinan ibu

dalam memilih

Sectio Caesarea.

3. Kesepakat

an suami

istri

Kesepakatan suami

istri yang dibuat

menyangkut

pengambilan

keputusan dalam

pemilihan proses

persalinan sectio

Kuesioner Wawan

cara

Nomi

nal

-Ya : Jika

kesepakatan suami

istri merupakan

determinan ibu

dalam memilih

Sectio Caesarea

(34)

caesarea,

dikarenakan adanya

peran aktif suami

dalam pengambilan keputusan tersebut. kesepakatan suami istri bukan merupakan determinan ibu dalam memilih

Sectio Caesarea.

4. Pekerjaan Pekerjaan atau

jabatan formal yang

dijalani ibu saat

mengisi kuesioner.

Kuesioner Wawan

cara

Nomi

nal

-Ya : Jika pekerjaan

merupakan

determinan ibu

dalam memilih

Sectio Caesarea

-Tidak : Jika

pekerjaan bukan

merupakan

determinan ibu

dalam memilih

Sectio Caesarea.

5. Kosmetik

sex

Permintaan sectio

caesarea yang

dilakukan ibu agar

menjaga tonus

vaginanya.

Kuesioner Wawan

cara

Nomi

nal

-Ya : Jika kosmetik

sex merupakan

determinan ibu

dalam memilih

Sectio Caesarea

-Tidak : Jika

kosmetik sex bukan

merupakan

determinan ibu

dalam memilih

Sectio Caesarea.

6. Ekonomi Keadaan ekonomi

ibu saat memilih

persalinan Sectio

Caesarea

Kuesioner Wawan

cara

Nomi

nal

-Ya : Jika ekonomi

merupakan

determinan ibu

dalam memilih

(35)

-Tidak : Jika

ekonomi bukan

merupakan

determinan ibu

dalam memilih

Sectio Caesarea.

7. Sosial Informasi dan saran

dari keluarga, teman

atau kerabat yang

mempengaruhi

keputusan ibu

memilih persalinan

Sectio Caesarea

Kuesioner Wawan

cara

Nomi

nal

-Ya : Jika sosial

merupakan

determinan ibu

dalam memilih

Sectio Caesarea

-Tidak : Jika sosial

bukan merupakan

determinan ibu

dalam memilih

Sectio Caesarea.

8. Sterilisasi Dilakukannya Sectio

Caesarea karena

diikuti dilakukannya

pembedahan pada

kontrasepsi menetap.

Kuesioner Wawan

cara

Nomi

nal

-Ya : Jika sterilisasi

merupakan

determinan ibu

dalam memilih

Sectio Caesarea

-Tidak : Jika

sterlisasi bukan

merupakan

determinan ibu

dalam memilih

Sectio Caesarea.

9. Time

delivery

Dilakukannya Sectio

Caesarea karena

ingin melahirkan

Kuesioner Wawan

cara

Nomi

nal

-Ya : Jika time

delivery merupakan

(36)

pada hari, tanggal

dan waktu yang

ditentukannya

sendiri

dalam memilih

Sectio Caesarea

-Tidak : Jika time

delivery bukan

merupakan

determinan ibu

dalam memilih

(37)

BAB IV

METODE PENELITIAN 4.1. Desain penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif

dengan pendekatan cross sectional (penelitian yang hanya dilakukan sekali waktu saja) yang

bertujuan untuk mengetahui Gambaran determinan permintaan persalinan sectio caesarea

tanpa indikasi medis di RSU X .

4.2. Populasi dan sampel

4.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo,

2005). Adapun populasi pada penelitian ini adalah ibu yang memilih persalinan sectio

caesarea tanpa indikasi medis pada bulan Januari - April 2013 sebanyak 25 orang di Rumah

Sakit Umum Muhammadiyah Sumatera Utara. Setelah dilakukan penelitian pada bulan

Januari - Mei 2014 diperoleh populasi sebanyak 28 orang di Rumah Sakit Umum X.

4.2.2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dalam

penelitian ini tehnik sampling yang akan digunakan adalah total sampling. Menurut Arikunto

(2006) jika jumlah populasi kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua untuk dijadikan

sampel penelitian, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Untuk itu jumlah

sampel dalam penelitian ini adalah total sampling, yaitu sebanyak 28 orang.

Adapun kriteria dalam pemilihan sampel ini adalah :

1. Semua ibu yang memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis pada

(38)

2. Bersedia menjadi responden.

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum X No. 27 Medan. Alasan peneliti

memilih Rumah Sakit Umum X sebagai tempat penelitian adalah dengan pertimbangan

bahwa belum pernah dilakukan penelitian yang sama di rumah sakit tersebut. Selain itu

karena Rumah Sakit Umum X memiliki sampel penelitian dengan persalinan sectio caesarea.

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Januari 2014 sampai Mei 2014.

4.4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah proposal penelitian selesai di uji dan peneliti

mendapatkan rekomendasi dan ijin untuk melakukan penelitian dari Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapat izin dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, peneliti memulai pengumpulan data.

Sebelum mengumpulkan data, peneliti menjelaskan kepada responden mengenai maksud,

tujuan, dan proses penelitian yang dilaksanakan. Kemudian peneliti menanyakan kesediaan

responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan

(informed consent). Jika responden menolak untuk berpatisipasi dalam penelitian, maka

peneliti tidak memaksa responden. Untuk menjaga kerahasian responden, peneliti tidak

mencantumkan nama responden (anonimity), tetapi hanya mencantumkan inisial nama

(nomor responden). Kerahasiaan informasi responden (confidentiality) dijamin oleh peneliti

(39)

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner

merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadinya (Arikunto, 2006). Kuesioner terdiri dari dua

bagian yaitu data demografi dan mengenai determinan yang mempengaruhi ibu memilih

persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis. Cara pengisian lembar kuisioner dengan

menggunakan cheeklist (√) di tempat yang telah tersedia.

Data demografi terdiri dari inisial nama, umur, agama, suku, pendidikan, pekerjaan,

penghasilan, kehamilan ke-, dan pengalaman persalinan sebelumnya. Untuk kuesioner

tentang gambaran determinan permintaan sectio caesarea tanpa indikasi medis disusun

sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada tinjauan pustaka. Kuesioner yang digunakan

berupa pertanyaan tertutup yaitu angket yang telah disediakan jawabannya dan responden

hanya diminta memilih jawaban yang telah disediakan. Kuesioner terdiri dari 9 pertanyaan

dengan pilihan jawaban Ya dan Tidak (dichotomy).

4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas data

Validitas adalah suatu yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan

suatu instrumen. Sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi

rendahnya validitasi instrumen menunjukkan sejauh mana

data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud

(Arikunto,2006). Uji validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi, yakni

sejauh mana instrumen penelitian memuat rumusan – rumusan sesuai dengan isi yang

(40)

adalah 0, 7 (Valid). Uji validitas penelitian ini dilakukan oleh Dokter spesialis Obstetri

Gynecology, dr. M . Fahdhy Sp.Og, M.sc.

Selain mengukur validitas, dilakukan juga pengujian reliabilitas instrumen untuk

menentukan kehandalannya. Reliabilitas instrumen adalah kesamaan hasil pengukuran atau

pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu

yang berlainan (Nursalam, 2008). Uji reliabiltas dilakukan dengan menggunakan Cronbach

Alpha.

4.7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada responden.

Prosedur pengumpulan data dimulai dengan mengajukan permohonan izin pelaksaan

penelitian ke bagian pendidikan Fakultas Keperawatan USU. Setelah mendapatkan surat

pengantar dari fakultas, peneliti mengirim surat tersebut ke Rumah Sakit Umum X. Peneliti

mulai penelitian dengan mendatangi responden dan menjelaskan tentang tujuan, prosedur dan

manfaat penelitian. Kemudian peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti

penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan responden. Setelah responden

bersedia, peneliti membagikan kuesioner dan menjelaskan cara pengisiannya. Setelah

responden selesai menjawab semua pernyataan peneliti memeriksa kembali kelengkapan

jawaban responden dan menyesuaikannya dengan jumlah kuesioner yang terkumpul. Setelah

questioner terkumpul, peneliti menganalisis data.

4.8. Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data

melalui beberapa tahap dimulai dengan editing yaitu memeriksa kelengkapan identitas dan

(41)

kemudian coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada lembar observasi untuk

memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Selanjutnya Tabullating

yaitu memasukkan data dari lembar observasi kedalam tabel. Selanjutnya data disajikan

dalam bentuk persentase (Notoatmodjo, 2010).

Semua data yang diperoleh ditabulasi secara univariat yaitu melihat hasil, menghitung

persentase hasil penelitian yang berupa kuesioner yang meliputi analisis deskriptif melalui

perhitungan rumus :

P = x 100

Keterangan :

P = Persentase

F = jumlah yang didapat

n = jumlah sampel (Machfoedz,2009).

Kuesioner penelitian ini terdiri dari 9 pertanyaan tertutup dengan jawaban “Ya” dan

“Tidak”. Jawaban yang dipilih diberi nilai 1 dan jawaban yang tidak dipilih diberi nilai 0.

Aspek pengukuran dari kuesioner penelitian ini penilaiannya menganalisa tiap-tiap

pertanyaan dari kuesioner tersebut.

a) Nyeri Persalinan terdiri dari 1 soal bila jawaban “Ya” maka termasuk kedalam

kategori “Nyeri Persalinan”. Bila “Tidak” maka tidak termasuk dalam kategori.

b) Kebudayaan terdiri dari 1 soal bila jawaban “Ya” maka termasuk kedalam

kategori “kebudayaan”. Bila “Tidak” maka tidak termasuk dalam kategori.

c) Kesepakatan suami istri terdiri dari 1 soal bila jawaban “Ya” maka termasuk

kedalam kategori “kesepakatan suami istri”. Bila “Tidak” maka tidak termasuk

(42)

d) Pekerjaan terdiri dari 1 soal bila jawaban “Ya” maka termasuk kedalam kategori

“pekerjaan”. Bila “Tidak” maka tidak termasuk dalam kategori.

e) Kosmetik Sex terdiri dari 1 soal bila jawaban “Ya” maka termasuk kedalam

kategori “kosmetik sex”. Bila “Tidak” maka tidak termasuk dalam kategori.

f) Ekonomi terdiri dari 1 soal bila jawaban “Ya” maka termasuk kedalam kategori

“ekonomi”. Bila “Tidak” maka tidak termasuk dalam kategori.

g) Sosial terdiri dari 1 soal bila jawaban “Ya” maka termasuk kedalam kategori

“sosial”. Bila “Tidak” maka tidak termasuk dalam kategori.

h) Ingin sterilisasi terdiri dari 1 soal bila jawaban “Ya” maka termasuk kedalam

kategori “ingin sterilisasi”. Bila “Tidak” maka tidak termasuk dalam kategori.

i) Time delivery terdiri dari 1 soal bila jawaban “Ya” maka termasuk kedalam

(43)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai gambaran

determinan permintaan sectio caesarea tanpa indikasi medis di RSU X tahun 2014. Pada

awalnya sampel berjumlah 25 orang, tetapi setelah dilakukan penelitian, hasil yang

diperoleh sebanyak 28 orang. Desain deskriptif digunakan dalam penelitian ini dengan

tujuan untuk mengetahui gambaran determinan permintaan sectio caesarea tanpa indikasi

medis di RSU X tahun 2014

Hasilnya dapat disajikan sebagai berikut :

1. Karakteristik Responden di RSU X

Pada penelitian ini didapatkan karakteristik responden yaitu berdasarkan umur,

agama, suku, pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan perbulan, riwayat kehamilan

[image:43.595.88.509.536.645.2]

dan riwayat persalinan.

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan umur (n) = 28 Karakteristik Responden F % Umur

(44)
[image:44.595.84.510.111.223.2]

Tabel 5.1.1

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan agama (n) = 28 Karakteristik Responden F % Agama

[image:44.595.92.508.283.393.2]

Islam 19 67,9 Protestan 2 7,1 Katolik 4 14,3 Buddha 3 10,7

Tabel 5.1.2

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan suku (n) = 28 Karakteristik Responden F % Suku

Jawa 9 32,1 Batak 11 39,3 Melayu 4 14,3 Tionghoa 4 14,3

Tabel 5.1.3

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan pendidikan terakhir (n) = 28 Karakteristik Responden F %

Pendidikan Terakhir

SMA 22 78,6 D3 3 10,7 S1 3 10,7

Tabel 5.1.4

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan pekerjaan (n) = 28 Karakteristik Responden F %

Pekerjaan

[image:44.595.90.515.462.556.2] [image:44.595.86.510.623.721.2]
(45)
[image:45.595.69.493.114.206.2]

Tabel 5.1.5

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan penghasilan perbulan (n) = 28 Karakteristik Responden F %

Penghasilan perbulan

[image:45.595.70.492.274.369.2]

< 2 juta 20 71,5 3 – 4 juta 2 7,1 > 4 juta 6 21,4

Tabel 5.1.6

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan riwayat kehamilan (n) = 28 Karakteristik Responden F %

Riwayat kehamilan

Primigravida 11 39,3 Scundigravida 8 28,6 Multigravida 9 32,1

Tabel 5.1.7

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan riwayat persalinan (n) = 28 Karakteristik Responden F %

Riwayat persalinan

Primipara 11 39,3 Normal 7 25 SC 10 35,7

Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa dari 28 responden, mayoritas

berumur 20-30 tahun yaitu 14 orang (50%) (tabel 5.1), mayoritas beragama islam yaitu 19

orang (67,9%) (tabel 5.1.1) , mayoritas suku Batak yaitu 11 orang (39,3%) (tabel 5.1.2),

mayoritas pendidikan SMA yaitu 22 orang (78,6%) (tabel 5.1.3), mayoritas pekerjaan Ibu

rumah tangga (IRT) sebanyak 17 orang (60,7%) (tabel 5.1.4), mayoritas berpenghasilan <2

juta yaitu 20 orang (71,5%) (tabel 5.1.5), mayoritas riwayat kehamilan primigravida yaitu 11

[image:45.595.68.492.437.532.2]
(46)
[image:46.595.99.478.146.274.2]

Tabel 5.2

Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Determinan Nyeri Persalinan (n=28)

Determinan Nyeri Persalinan

Frekuensi (n) Persentase (%)

Ya

Tidak

Total

18

10

28

64,3

35,7

100

Berdasarkan tabel 5.2, dari 28 orang ibu yang melakukan persalinan Sectio Caesarea

karena faktor nyeri persalinan yaitu sebanyak 18 orang (64,3%).

Tabel 5.3

Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Determinan Kebudayaan (n=28)

Determinan Kebudayaan Frekuensi (n) Persentase (%)

Ya

Tidak

Total

4

24

28

14,3

85,7

100

Pada tabel 5.3 dapat diketahui bahwa dari 28 orang ibu yang melakukan persalinan

[image:46.595.103.476.463.574.2]
(47)
[image:47.595.102.477.150.263.2]

Tabel 5.4

Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Determinan Kesepakatan Suami Istri (n=28)

Determinan Kesepakatan Frekuensi (n) Persentase (%)

Ya

Tidak

Total

28

0

28

100

0

100

Pada tabel 5.4 dapat diketahui bahwa dari 28 ibu melakukan persalinan Sectio

Caesarea karena determinan kesepakatan suami istri yaitu 28 orang (100%).

Tabel 5.5

Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Determinan Pekerjaan (n=28)

Determinan Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)

Ya

Tidak

Total

0

28

28

0

28

100

Pada tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 28 ibu yang melakukan Sectio Caesaraea

tidak ada ibu yang melakukan persalinan Sectio Caesarea karena determinan pekerjaan, yaitu

[image:47.595.100.478.448.561.2]
(48)
[image:48.595.103.477.149.262.2]

Tabel 5.6

Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Determinan Kosmetik Sex (n=28)

Determinan kosmetik sex Frekuensi (n) Persentase (%)

Ya

Tidak

Total

4

24

28

14,3

85,7

100

Pada tabel 5.6 dapat diketahui bahwa dari 28 ibu yang memilih persalinan sectio

caesarea karena determinan kosmetik sex yaitu 4 orang (14,3%).

Tabel 5.7

Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Determinan Ekonomi (n=28)

Determinan Ekonomi Frekuensi (n) Persentase (%)

Ya

Tidak

Total

3

25

28

10,7

89,3

100

Pada tabel 5.7. dapat diketahui bahwa dari 28 orang ibu yang melakukan persalinan

[image:48.595.101.477.442.553.2]
(49)
[image:49.595.103.477.149.262.2]

Tabel 5.8

Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Determinan Sosial (n=28)

Determinan Sosial Frekuensi (n) Persentase (%)

Ya

Tidak

Total

5

23

28

17,9

82,1

100

Pada tabel 5.8 dapat diketahui bahwa dari 28 orang ibu yang melakukan persalinan

Sectio Caesarea karena determinan sosial yaitu sebanyak 5 orang (17,9%).

Tabel 5.9

Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Determinan Sterilisasi (n=28)

Determinan Sterilisasi Frekuensi (n) Persentase (%)

Ya

Tidak

Total

5

23

28

17,9

82,1

100

Pada tabel 5.9 dapat diketahui bahwa dari 28 orang ibu yang melakukan persalinan Sectio

[image:49.595.100.476.447.560.2]
(50)
[image:50.595.103.476.177.288.2]

Tabel 5.10

Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Determinan Time Delivery (n=28)

Determinan Time Delivery Frekuensi (n) Persentase (%)

Ya

Tidak

Total

3

25

28

10,7

89,3

100

Pada tabel 5.10 dapat diketahui bahwa dari 28 orang ibu yang melakukan persalinan

Sectio Caesarea karena determinan time delivery yaitu sebanyak 3 orang (10,7%).

B. Pembahasan

1. Karakteristik responden

Karakteristik responden ibu yang melakukan persalinan Sectio Caesarea terbnayak

pada rentang umur 20 – 30 tahun, yaitu rentang umur yang produktif, beragama Islam, Suku

Batak, Pendidikan SMA, Pekerjaan IRT, Riwayat kehamilan Primigravida dan Riwayat

Persalinan Primipara.

2. Determinan permintaan persalinan tanpa indikasi medis di RSU X

2.1. Determinan nyeri persalinan

Dari hasil penelitian diperoleh 18 orang ibu yang melakukan persalinan Sectio

Caesarea karena faktor nyeri persalinan (64,3%).

Menurut Maryunani (2010), Ibu-ibu yang akan bersalin berespon terhadap nyerinya

dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa ibu mungkin merasa takut dan cemas, sementara

(51)

menjerit, menolak bantuan atau bergerak tanpa arah pada saat mengalami nyeri persalinan

yang hebat, sementara yang lainnya tetap berbaring dengan tenang di tempat tidur dan

mungkin hanya menutup matanya, menggertakkan giginya, menggigit bibirnya, mengepalkan

tangannya, atau bercucuran keringatnya pada waktu mengalami nyeri persalinan.

Menurut Kasdu (2003), Umumnya seseorang wanita yang melahirkan secara alami

akan mengalami proses sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit pinggang dan

pangkal paha yang semakin kuat dan menggigit. Hal ini terjadi karena ketika berkontraksi,

otot-otot rahim berkerut sebagai upaya membuka mulut rahim dan mendorong kepala bayi ke

arah panggul. Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau baru akan terjadi dan sering

menyebabkan seorang wanita yang akan melahirkan merasa takut dan cemas menjalaninya.

Akibatnya, untuk menghilangkan itu semua ibu bersalin berpikir melahirkan dengan cara

operasi.

2.2. Determinan kebudayaan

Dari hasil penelitian diperoleh 4 orang ibu yang melakukan persalinan Sectio

Caesarea karena determinan kebudayaan (14,3%).

Menurut Widagdho (2010), Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa

dan rasa, dan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut. Menurut

Notoatmodjo (2003), kebudayaan juga diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan

akal.

Adanya masyarakat yang mengaitkan budaya dengan mempercayai untuk memilih

tanggal dan waktu persalinan tertentu yang dipercayakan membawa hoki (keberuntungan)

(Dewi,2010).

Kebudayaan juga dapat mempengaruhi seluruh pandangan hidup, dan kebudayaan

(52)

2.3. Determinan kesepakatan suami istri

Dari hasil penelitian diperoleh seluruh ibu melakukan persalinan Sectio Caesarea

karena determinan kesepakatan suami istri (100%). Kesepakatan suami istri yang

dimaksudkan pada determinan ini adalah suami memberikan peran aktif dalam penentuan

persalinan secara sectio caesarea, dan bukan dikarenakan keperluan untuk pengisian lembar

informed consent.

Menurut Bobak (2005), Peran pasangan dapat sebagai orang yang memberi asuhan

dan sebagai orang yang berespon terhadap perasaan pasangannya, baik pada aspek biologis

maupun psikologis. Dukungan pria menunjukkan keterlibatannya dalam kehamilan

pasangannya dan persiapan untuk terikat dengan anaknya.

Menurut Kasdu (2003) Seperti halnya kehamilan yang merupakan hasil kerjasama suami dan

istri, maka kerjasama ini juga sebaiknya terus berlangsung sampai janin dilahirkan.

Kerjasama juga dibutuhkan dalam pemilihan proses persalinan nantinya. Dimana pemilihan

proses persalinan ini penting dilakukan perencanaan karena menyangkut kesehatan fisik dan

psikis ibu dalam menghadapinya dan kesehatan janin.

Menurut Sarmana (2004), Hasil penelitian di Brazil menyatakan bahwa dokter

melakukan tindakan sectio caesarea karena adanya tekanan dan dorongan dari pasien, suami

dan keluarga.

2.4. Determinan pekerjaan

Dari hasil penelitian tidak diperoleh ibu yang melakukan persalinan Sectio Caesarea

karena determinan pekerjaan, yaitu 0 orang (100%).

Menurut Kasdu (2003), kecenderungan memilih persalinan sectio caesarea karena

para ibu khususnya di kota-kota besar banyak yang bekerja. Mereka sangat terikat dengan

(53)

Hal ini sejalan dengan penelitian sarmana (2004), dimana pekerjaan bukan merupakan

determinan ibu dalam permintaan persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis.

2.5. Determinan kosmetik sex

Dari hasil penelitian diperoleh 4 orang ibu yang memilih persalinan sectio caesarea

karena determinan kosmetik sex (14,3%).

Menurut Sarwono (2002), Perlukaan jalan lahir karena persalinan dapat mengenai

vulva, vagina dan uterus. Jenis perlukaan ringan berupa luka lecet, yang berat berupa suatu

robekan yang disertai perdarahan hebat. Pada primigravida yang melahirkan bayi cukup

bulan, perlukaan jalan lahir tidak dapat dihindari. Menurut Anies (2007), Dalam penelitian

diketahui pula bahwa para ibu yang mendapat jahitan akan menunggu lebih lama untuk

melakukan senam nifas dibandingkan dengan yang tanpa jahitan.

Menurut Wagner (2000), dilakukannya bedah caesar sebagai salah satu alasan

permintaan, dimana seorang ibu ingin mempertahankan tonus vaginanya seperti anak remaja.

Menurut Dewi (2010), melahirkan melalui vagina dianggap bisa mengendurkan

otot-otot vagina sehingga dipercaya akan mengurangi kenikmatan saat coitus (hubungan intim).

Hal ini menyebabkan ibu memilih tindakan persalinan sectio caesarea karena ibu ingin

mempertahankan tonus vagina, alasannya demi menjaga keharmonisan hubungan suami istri

agar tetap mesra.

2.6. Determinan ekonomi

Dari hasil penelitian diperoleh 3 orang ibu yang melakukan persalinan Sectio

Caesarea karena determinan ekonomi (10,7%).

Menurut Kasdu (2003), dalam menghadapi persalinan dengan bedah Caesar penting

dilakukan perencanaan karena menyangkut kesehatan ibu dalam menghadapinya.

Perencanaan ini juga menyangkut perencanaan ekonomi karena biaya yang harus dikeluarkan

(54)

persalinan normal. Oleh karena itu kemampuan keuangan menjadi salah satu pertimbangan

dalam mengambil keputusan melahirkan dengan bedah Caesar.

Menurut Maramis (2006), masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke

atas cenderung memilih pelayanan kesehatan yang baik dan canggih. Menurut Kasdu (2003)

operasi Caesar merupakan hal yang tidak asing lagi terutama masyarakat golongan

menengah ke atas sehingga sebagian mereka memilih persalinan Caesar pada proses

persalinannya.

2.7. Determinan sosial

Dari hasil penelitian diperoleh 5 orang ibu yang melakukan persalinan Sectio

Caesarea karena determinan sosial (17,9%).

Menurut Mubarak (2009), manusia selalu dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan ia

juga dituntut untuk dapat beradaptasi dan bertingkah laku sesuai norma yang ada. Menurut

Varghes (2004) disebutkan bahwa pengaruh sosial sangat kompleks salah satunya adalah

pengaruh orang lain atau sugesti teman. Sedangkan menurut Arrow (1993) karena informasi

yang dilakukan oleh para ahli kepada masyarakat sehingga masyarakat terpengaruh untuk

melakukan permintaan dan penggunaan pelayanan kesehatan.

Menurut Foster Anderson (1986), dalam membuat keputusan medis biasanya

merupakan keputusan kelompok dan peranan-peranan tradisional. Di Indonesia dalam

keluarga adanya keputusan yang besar dan dianggap penting ternyata dibuat oleh suami dan

pendapat p

Gambar

Tabel 5.1
Tabel 5.1.2
Tabel 5.1.5
Tabel 5.2
+6

Referensi

Dokumen terkait

Adanya konsentrasi uap pelarut yang melebihi batas ketentuan yang berlaku dapat mengakibatkan efek negatif pada kesehatan seperti iritasi pada membran mucous dan sistem

[r]

Konsep falah dalam tataran mikro ekonomi, manusia membutuhkan: (a) Kebutuhan biologis seperti kesehatan fisik atau bebas dari penyakit; (b) Faktor ekonomis,

Berdasarkan pernyataan diatas, Salah satu puskesmas di Surabaya yang tingkat kualitas pelayanannya masih rendah khususnya mengenai kecepatan pelayanan adalah

Hipotesis Penelitian ini adalah: “Melalui layanan penguasaan konten dapat meningkatkan adversity quotient (ketahanan diri) pada siswa kelas VIII D SMP N 2 Gebog Kudus

diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Selain itu uji normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa data yang diambil

Berdasarkan Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, secara ringkas tujuan pembelajaran matematika pada jenjang SMP adalah agar peserta didik memiliki

Sehubungan dengan Pelelangan Gagal dan memperhatikan Pasal 84 (1) Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, Panitia Pengadaan akan melaksanakan Pelelangan Ulang