GAMBARAN DETERMINAN PERMINTAAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA TANPA INDIKASI MEDIS
DI RSU X TAHUN 2014
OLEH :
MEI MUNAH BR. SEMBIRING 135102058
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambaran Determinan Permintaan Persalinan Sectio Caesarea Tanpa Indikasi Medis
di RSU X Tahun 2014
ABSTRAK
Mei Munah br. Sembiring
Latar belakang : sectio caesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen dan rahim. Saat ini sectio caesarea bukan hal yang baru lagi bagi para ibu maupun pasangan suami istri. Pada masa lalu melahirkan dengan cara operasi merupakan hal yang menakutkan karena dapat menyebabkan kematian, Namun dengan berkembangnya kecanggihan ilmu kedokteran kebidanan pandangan tersebut mulai bergeser. Kini sectio caesarea kadang menjadi alternatif pilihan persalinan.
Tujuan penelitian : untuk mengetahui gambaran determinan permintaan sectio caesarea tanpa indikasi medis di RSU X.
Metodologi : desain penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dengan total sampling. Jumlah sampel 28 orang. Analisa data yang digunakan
univariat.
Hasil : dari hasil penelitian terhadap 28 orang responden, didapat bahwa permintaan persalinan sectio caesarea karena determinan nyeri persalinan sebanyak 18 orang (64,3%), kebudayaan 4 orang (14,3%), pekerjaan 0 orang (0%), kosmetik sex 2 orang (7,1%), ekonomi 6 orang (21,4%), sosial 9 orang (32,1%), sterilisasi 5 orang (17,9%), time delivery 7 orang (25%).
Kesimpulan : berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa adanya permintaan persalinan tanpa indikasi medis yang dilakukan karena alasan yang bersifat subjektif dari responden, diharapkan adanya penyuluhan dan konseling tentang pemilihan persalinan yang tepat dan sesuai kebutuhan dari petugas kesehatan kepada pasangan suami istri sebelum memilih persalinan sectio caesarea.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal dengan judul “Gambaran determinan permintaan persalinan sectio
caesarea tanpa indikasi medis di RSU X tahun 2014”.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan,
dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan pemikiran yang sangat berharga bagi
penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara sekaligus pembimbing penulis yang telah memberikan pengetahuan,
bimbingan, masukan, arahan, dukungan serta telah bersedia meluangkan waktunya
dalam memberikan bimbingan kepada penulis.
2. Ibu Nur Asnah Sitohang S.Kep, Ns, M.Kep selaku ketua program D-IV Bidan
Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. dr. Isti Ilmiati Fujiati, M.Sc CM-FM, M.Pd.Ked selaku dosen penguji I.
4. Dr. dr. Sarma N. Lumbanraja, Sp.OG.(K) selaku dosen penguji II.
5. Direktur Rumah Sakit Umum X yang telah memberikan izin penelitian di RSU X.
6. Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademik Fakultas Keperawatan USU
yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.
7. Teristimewa buat Ayahanda Bustamam Sembiring (alm) dan ibunda Siti Normania br.
Ginting tercinta yang selalu mendoakan dan menyayangi, memberikan semangat,
motivasi, dukungan baik moril maupun materil, dan senantiasa memberikan yang
terbaik untuk penulis. Kemudian kepada kakanda tersayang Muhammad Nasir
Sembiring, Indah Suci Ika Sari Sembiring, Annisa Aginta Sembiring S.Pd, Putri Sarah
8. Kepada teman-teman di RSU Muhammadiyah Sumut dan teman-teman di program
D-IV Bidan Pendidik USU yang banyak membantu penulis dalam penyusunan proposal
penelitian ini.
Akhir kata penulis berharap KTI ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang kebidanan dan bagi pihak-pihak yang membutuhkan serta penulis
sangat mengharapkan adanya saran yang bersifat membangun untuk perbaikan yang lebih
baik di masa yang akan datang.
Medan, 3 Juli 2014
DAFTAR ISI
Abstrak ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ………... iv
Daftar Tabel ... vi
Daftar Skema ……….. vii
Daftar Lampiran ... viii
BAB 1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1 - 5 2. Perumusan Masalah ... 5
3. Tujuan Penelitian... 5 - 6 4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA A. Sectio caesarea ... 8
1. Defenisi Sectio Caesarea ... 8
2. Sebab-sebab Sectio Caesarea ... 8 - 9 3. Penyebab Sectio Caesarea ... 9 - 16 B. Determinan persalinan Sectio Caesarea tanpa indikasi medis ... 17 - 22 BAB 3. KERANGKA PENELITIAN A. Kerangka Konsep ... 23
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ... 28
B. Populasi dan Sampel ... 28
1. Populasi ... 28
2. Sampel ... 28
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29
D. Pertimbangan Etik ... 29
E. Instrumen Penelitian ... 30
F. Validitas dan Reabilitas data ... 31
G. Pengumpulan data ... 31
H. Analisa Data ... 32 – 34 BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian ... 35 – 42 B. Pembahasan ... 42 – 48 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 49 - 50 B. Saran ... 50
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Defenisi Operasional ………... 25
Tabel 5.1. Karakteristik responden ... 37
Tabel 5.2. Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan
Determinan Nyeri Persalinan ... 39
Tabel 5.3. Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan
Determinan Kebudayaan ... 39
Tabel 5.4. Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan
Determinan Kesepakatan Suami Istri ... 40
Tabel 5.5. Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan
Determinan Pekerjaan ... 40
Tabel 5.6. Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan
Determinan Kosmetik Sex ... 41
Tabel 5.7. Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan
Determinan Ekonomi ... 41
Tabel 5.8. Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan
Determinan Sosial ... 42
Tabel 5.9. Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan
Determinan Sterilisasi ... 42
Tabel 5.10. Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan
DAFTAR SKEMA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 2 : Kuesioner
Lampiran 3 : Lembar Content Validity Indeks
Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 5 : Surat Balasan Penelitian
Lampiran 6 : Lembar konsultasi
Lampiran 7 : Output SPSS
Gambaran Determinan Permintaan Persalinan Sectio Caesarea Tanpa Indikasi Medis
di RSU X Tahun 2014
ABSTRAK
Mei Munah br. Sembiring
Latar belakang : sectio caesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen dan rahim. Saat ini sectio caesarea bukan hal yang baru lagi bagi para ibu maupun pasangan suami istri. Pada masa lalu melahirkan dengan cara operasi merupakan hal yang menakutkan karena dapat menyebabkan kematian, Namun dengan berkembangnya kecanggihan ilmu kedokteran kebidanan pandangan tersebut mulai bergeser. Kini sectio caesarea kadang menjadi alternatif pilihan persalinan.
Tujuan penelitian : untuk mengetahui gambaran determinan permintaan sectio caesarea tanpa indikasi medis di RSU X.
Metodologi : desain penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dengan total sampling. Jumlah sampel 28 orang. Analisa data yang digunakan
univariat.
Hasil : dari hasil penelitian terhadap 28 orang responden, didapat bahwa permintaan persalinan sectio caesarea karena determinan nyeri persalinan sebanyak 18 orang (64,3%), kebudayaan 4 orang (14,3%), pekerjaan 0 orang (0%), kosmetik sex 2 orang (7,1%), ekonomi 6 orang (21,4%), sosial 9 orang (32,1%), sterilisasi 5 orang (17,9%), time delivery 7 orang (25%).
Kesimpulan : berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa adanya permintaan persalinan tanpa indikasi medis yang dilakukan karena alasan yang bersifat subjektif dari responden, diharapkan adanya penyuluhan dan konseling tentang pemilihan persalinan yang tepat dan sesuai kebutuhan dari petugas kesehatan kepada pasangan suami istri sebelum memilih persalinan sectio caesarea.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan atau kekuatan sendiri (Manuaba, 2004).
Persalinan normal adalah proses lahirnya janin dengan tenaga ibu sendiri, tanpa
bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang pada umumnya berlangsung
kurang dari 24 jam (Manuaba, 2004).
Seperti yang diketahui, ada dua cara persalinan yaitu persalinan pervaginam
yang telah dikenal dengan persalinan normal atau alami dan persalinan dengan sectio
caesar dapat disebut juga dengan bedah sesar atau sectio caesarea. Saat ini sectio
caesarea bukan hal yang baru lagi bagi para ibu maupun pasangan suami istri. Sejak
awal tindakan sectio caesarea merupakan pilihan yang harus dijalani karena keadaan
gawat darurat untuk menyelamatkan nyawa ibu maupun janinnya (Kasdu, 2003).
Menurut Gruendemann (2005), Sectio caesarea adalah pengeluaran janin
melalui insisi abdomen dan rahim. Persalinan ini digunakan jika kondisi ibu
menimbulkan distress pada janin atau jika telah terjadi distress janin. Berdasarkan
survei WHO tahun 2004 – 2008 di tiga benua, yakni Amerika latin, Afrika dan Asia
dilaporkan bahwa angka persalinan sectio caesarea mencapai 25,7 %, mulai angka
terendah di Angola 2,3 % sampai angka tertinggi 46,2% di Cina. Angka persalinan
sectio caesarea tanpa indikasi medis di 23 negara dalam tiga benua tersebut adalah
0,01 – 2,10 %.
Pada masa lalu melahirkan dengan cara operasi merupakan hal yang
kecanggihan ilmu kedokteran kebidanan pandangan tersebut mulai bergeser. Kini
sectio caesarea kadang menjadi alternatif pilihan persalinan. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan pusat studi Obstetri dan Ginekologi di Washington DC tahun 1994
menunjukkan bahwa setengah dari jumlah kelahiran sectio caesarea yang tercatat,
secara medis sebenarnya tidak diperlukan. Di Indonesia angka kejadian sectio
caesarea juga terus meningkat di rumah sakit pendidikan maupun rumah sakit swasta.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Basalamah dan Gulardi tahun 1993,
terhadap 64 rumah sakit di jakarta tercatat 17.665 kelahiran, dari angka kelahiran
tersebut sebanyak 35,7 - 55,3 % melahirkan dengan sectio caesarea. Sementara data
lain dari RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta menyebutkan bahwa dari persalinan
sebanyak 404 perbulan didapati 30% persalinan dengan sectio caesarea. Dan dari
persalinan sectio caesarea tersebut sekitar 13,9 % merupakan permintaan yang
dilakukan tanpa pertimbangan medis (Kasdu, 2003).
Data sectio caesarea di RSU Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2002, ibu-ibu
yang melahirkan yang dilakukan tindakan sectio caesarea berjumlah 309 orang dari
1476 persalinan. Peningkatan indikasi melakukan tindakan sectio caesarea dan
kemajuan dalam teknik operasi dan anastesi serta obat-obat antibiotika merupakan
salah satu penyebab meningkatnya angka kejadian persalinan dengan tindakan sectio
caesarea (Margaretha,2007).
Di Indonesia sendiri, persentase sectio caesarea 5 %. Di Rumah sakit
pemerintah rata – rata 11 %, sementara di Rumah sakit swasta bisa lebih dari 30 %
(Juditha, 2009).
Melihat kecenderungan meningkatnya angka kejadian sectio caesarea dari
tahun ke tahun membuat Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia bersama
melakukan pemantauan terhadap tindakan persalinan caesar dengan mengeluarkan
Surat Edaran Direktorat Jenderal Pelayanan Medik (Dirjen Yanmedik) Departemen
Kesehatan RI tanggal 12 September 2000, menyatakan bahwa angka sectio caesarea
untuk rumah sakit pendidikan atau rujukan propinsi ditargetkan turun menjadi 20% ,
sedangkan untuk rumah sakit swasta 15% (Kasdu, 2003).
Pada kongres VIII Perinasia tanggal 8 oktober 2003 yang dilaksanakan di
Medan, diketahui bahwa beberapa alasan sectio caesarea atas permintaan ibu di
Brazil adalah karena dorongan dari suami maupun keluarga, kekhawatiran akan
terjadinya fetal distress, persalinan lebih dari 6 jam tidak tertahankan ibu, pengalaman
buruk partus pervaginam sebelumnya, kekhawatiran bahwa persalinan akan merusak
hubungan sexual serta anggapan bahwa sectio caesarea lebih baik dan modern
(Sumapraja, 2003).
Penelitian Gulardi dan Basalamah, beberapa alasan yang mendasari
permintaan sectio caesarea adalah karena para ibu yang bekerja sangat terikat dengan
waktu dan sudah memiliki jadwal tertentu. Alasan lainnya yaitu masalah kebudayaan
yang mengaitkan waktu kelahiran dengan peruntungan nasib dengan harapan apabila
anak yang dilahirkan pada tanggal atau jam sekian, maka rejeki dan kehidupannya
kelak lebih baik, namun alasan yang paling banyak adalah bahwa ibu khawatir dan
cemas menghadapi rasa sakit yang akan terjadi pada persalinan spontan (Kasdu,
2003).
Dalam penelitian yang pernah dilakukan di RSU Santa Elisabeth medan tahun
2003, angka persalinan sectio caesarea sebesar 27,76%, dan sebesar 13,88% didapati
sectio caesarea atas permintaan sendiri. Permintaan sectio caesarea tentu bukan tanpa
alasan, banyak hal yang mungkin dapat mendorong ibu untuk meminta persalinan
determinan non medis yang mendorong ibu memilih persalinan sectio caesarea
adalah karena rasa sakit pada persalinan, kebudayaan, kesepakatan suami istri,
pekerjaan, kosmetik sex, ekonomi, sosial dan sterilisasi sehingga ibu lebih memilih
sectio caesarea daripada persalinan spontan (Sarmana,2004).
Salfariani & Saidah (2012, dalam Ayu, 2009) mengatakan bahwa Pertolongan
operasi persalinan dengan sectio caesarea mempunyai sejarah yang panjang. Bahaya
infeksi merupakan ancaman serius sehingga banyak terjadi kematian. Perkembangan
teknologi sectio caesarea demikian majunya sehingga bahayanya makin dapat
ditekan. Oleh karenanya persalinan sectio caesarea makin banyak dilakukan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis RSU X periode januari –
desember tahun 2013 jumlah persalinan dengan tindakan sectio caesarea sebanyak
630 kasus dari 1265 dengan indikasi medis yang diperoleh adalah partus tak maju,
previous sectio caesarea, postdate, cephalo pelvic disproportion (CPD), ketuban
pecah dini dan beberapa diantaranya dilakukan tanpa indikasi medis.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
apa determinan permintaan persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di RSU X.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian yaitu bagaimana gambaran determinan permintaan sectio caesarea tanpa
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran determinan permintaan sectio caesarea tanpa
indikasi medis di RSU X tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui gambaran determinan nyeri persalinan yang mendorong
ibu melakukan persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di RSU X
tahun 2014.
- Untuk mengetahui gambaran determinan kebudayaan yang mendorong ibu
melakukan persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di RSU X tahun
2014.
- Untuk mengetahui gambaran determinan kesepakatan suami istri yang
mendorong ibu melakukan persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di
RSU X tahun 2014.
- Untuk mengetahui gambaran determinan pekerjaan yang mendorong ibu
melakukan persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di RSU X tahun
2014.
- Untuk mengetahui gambaran determinan kosmetik sex yang mendorong ibu
melakukan persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di RSU X tahun
2014.
- Untuk mengetahui gambaran determinan ekonomi yang mendorong ibu
melakukan persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di RSU X tahun
- Untuk mengetahui gambaran determinan sosial yang mendorong ibu
melakukan persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di RSU X tahun
2014.
- Untuk mengetahui gambaran determinan sterilisasi yang mendorong ibu
melakukan persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di RSU X tahun
2014.
- Untuk mengetahui gambaran determinan time delivery yang mendorong ibu
melakukan persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di RSU X tahun
2014.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Bidan
Bidan diharapkan memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu-ibu yang ingin
bersalin agar memilih cara persalinan yang tepat dan memilih sectio caesarea
hanya untuk indikasi medis.
2. Bagi Rumah Sakit
Memberikan masukan sebagai penyempurnaan pelaksanaan kebijakan
tindakan sectio caesarea di rumah sakit.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan dalam proses belajar mengajar
4. Bagi Peneliti
Sebagai acuan dalam meningkatkan pengetahuan tentang persalinan sectio
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Sectio Caesarea
2.1.1 Defenisi
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan plasenta ) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan atau kekuatan sendiri (Manuaba, 2004).
Sectio caesarea adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan
sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk
mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran
melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi medis. Kendati cara ini
semakin umum sebagai pengganti kelahiran normal (Yusmiati,2007).
Bedah caesar (bahasa Inggris: caesarean section). Disebut juga dengan
c-sectio (disingkat dengan CS) adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan
dimana irisan dilakukan di perut ibu untuk mengeluarkan bayi (Juditha,2009).
2.1.2. Sebab-sebab operasi sectio caesarea
Sectio caesarea terbagi menjadi 2 jenis, yaitu Sectio caesarea berencana dan
tidak berencana.
1. Sectio caesarea berencana
Sectio caesarea berencana adalah tindakan operasi caesar yang dilakukan
karena adanya alasan medis. Apabila persalinan dipaksakan untuk dilakukan secara
alami, akan mengancam keselamatan ibu dan bayi. Hal ini terjadi pada kesulitan
kehamilan yang sudah terdeteksi sejak dini, misalnya karena keadaan panggul ibu
terdeteksi dari pemeriksaan kehamilan akhir semester tiga. Inilah yang disebut dengan
operasi caesar yang direncanakan atau caesar primer.
2.Sectio caesarea tidak berencana
Sectio caesarea tidak berencana adalah bedah caesar yang baru diputuskan
pada saat atau ketika persalinan berlangsung. Contohnya tidak terjadi kemajuan dalam
persalinan, sehingga kepala bayi tidak dapat keluar dan ibu sudah kehabisan tenaga.
Apabila persalinan alami tetap dipaksakan untuk dilakukan, dapat membahayakan
nyawa bayi atau mengalami gangguan otak karena kehabisan oksigen. Walaupun
dipaksakan dengan persalinan alami yang ditunjang dengan alat bantu, misalnya
dengan sendok cunam atau alat vakum, kemungkinan berhasilnya juga kecil. Denyut
jantung janin dapat tiba-tiba melemah, sementara proses persalinan masih
berlangsung lama (Kasdu,2003).
2.1.3. Penyebab operasi sectio caesarea 1. Faktor Janin
Tindakan operasi dilakukan karena keadaan janin, seperti janin besar dan
pertumbuhannya terhambat berat.
1.1. Bayi terlalu besar
Berat bayi lahir sekitar 4.000 gram atau lebih, menyebabkan bayi sulit keluar
dari jalan lahir. Umumnya pertumbuhan janin yang berlebihan karena ibu menderita
kencing manis. Apabila dibiarkan terlalu lama di jalan lahir dapat membahayakan
keselamatan janinnya.
Namun bisa saja berat 4.000 gram dilahirkan dengan operasi. Dengan berat
janin yang diperkirakan sama, tetapi terjadi pada ibu yang berbeda maka tindakan
sempit, berat badan janin 3.000 gram sudah dianggap besar karena bayi tidak dapat
lewat jalan lahir. Demikian pula pada posisi sungsang dengan berat janin lebih dari
3,6 kg sudah bisa dianggap besar sehingga perlu dilakukan kelahiran dengan operasi.
1.2. Kelainan letak bayi
Ada dua kelainan letak janin dalam rahim, yaitu letak sungsang dan letak
lintang.
1.2.1. Letak sungsang
Sekitar 3-5% atau 3 dari 100 bayi terpaksa lahir dalam posisi sungsang.
Keadaan janin sungsang apabila letak janin di dalam rahim memanjang dengan kepala
berada di bagian atas rahim, sementara bokong berada di bagian bawah rongga rahim,
sedangkan yang dimaksud dengan “posisi” adalah keadaan bagian terendah bayi.
Resiko bayi lahir sungsang pada persalinan alami diperkirakan 4 kali lebih besar
dibandingkan lahir dengan letak kepala yang normal. Oleh karena itu biasanya
langkah terakhir untuk mengantisipasi hal terburuk karena persalinan yang tertahan
akibat janin sungsang adalah operasi. Namun tindakan operasi untuk melahirkan janin
sungsang baru dilakukan dengan beberapa pertimbangan, yaitu posisi janin yang
beresiko terjadinya “macet” di tengah proses persalinan.
1.2.2 Letak lintang
Kelainan lain yang paling sering terjadi adalah letak lintang atau miring
(oblique). Letak yang demikian menyebabkan poros janin tidak sesuai dengan arah
jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan bokong pada sisi
yang lain. Pada umumnya, bokong akan berada sedikit lebih tinggi daripada kepala
janin, sementara bahu berada pada bagian atas panggul. Konon, punggung dapat
berada di depan, belakang, atas, maupun bawah. Kelainan letak lintang ini hanya
menggantung atau karena adanya kelainan bentuk rahimnya. Penanganan untuk
kelainan letak lintang ini juga sifatnya sangat individual. Apabila dokter memutuskan
untuk melakukan tindakan operasi, sebelumnya ia sudah memperhitungkan sejumlah
faktor demi keselamatan ibu dan bayinya.
1.3. Ancaman gawat janin (fetal distress)
Keadaan gawat janin pada tahap persalinan, memungkinkan dokter
memutuskan untuk segera melakukan operasi. Apalgi jika ditunjang oleh kondisi ibu
yang kurang menguntungkan. Seperti diketahui, sebelum lahir, janin mendapat
oksigen dari ibunya melauli ari ari dan tali pusat. Apabila terjadi gangguan pada ari
ari (akibat ibu menderita tekanan darah tinggi atau kejang rahim), serta gangguan
pada tali pusat (akibat tali pusat terjepit antara tubuh bayi) maka jatah oksigen yang
disalurkan ke bayi pun menjadi berkurang. Akibatnya, janin akan tercekik karena
kehabisan nafas. Kondisi ini bisa menyebabkan janin mengalami kerusakan otak,
bahkan tidak jarang meninggal dalam rahim.
1.4. Janin abnormal
Janin sakit atau abnormal, misalnya gangguan Rh, kerusakan genetik dan
hidrosephalus (kepala besar karena otak berisi cairan) dapat menyebabkan dokter memutuskan dilakukan operasi.
1.5. Faktor plasenta
Ada beberapa kelainan plasenta yang menyebabkan keadaan gawat darurat
pada ibu atau janin sehingga harus dilakukan persalinan dengan operasi.
1.5.1. Plasenta previa
Salah satu gangguan tali pusat yang sangat dikenal adalah plasenta previa.
Posisi plasenta terletak di bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh jalan
masuk ke jalan lahir. Janin dengan plasenta previa, umumnya juga akan memilih letak
sungsang atau letak melintang. Keadaan ini menyulitkan janin lahir secara alami.
Sebenarnya, angka kejadian plasenta previa sangat rendah, yaitu kurang dari 1%.
1.5.2. Solutio plasenta
Kondisi ini merupakan keadaan palsenta yang lepas lebih cepat dari dinding
rahim sebelum waktunya. Apabila plasenta sudah lepas, sementara janin masih lama
lahir atau dalam tahapan tertentu maka operasi harus segera dilakukan. Persalinan
dengan operasi dilakukan untuk menolong janin segera lahir sebelum ia megalami
kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban. Proses terlepasnya plasenta ditandai
dengan perdarahan yang banyak, yang bisa keluar melalui vagina, tetapi bisa juga
tersembunyi di dalam rahim.
1.5.3. Plasenta accreta
Plasenta accreta merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim. Hal
ini jarang terjadi, tetapi pada umumnya di alami ibu yang mengalami persalinan yang
berulang kali, ibu berusia rawan untuk hamil (diatas 35 tahun), dan ibu yang pernah
operasi (operasinya meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya plasenta).
1.5.4. Vasa previa
Keadaan pembuluh darah di selaput ketuban berada di mulut rahim (ostium
uteri) jika pecah dapat menimbulkan perdarahan banyak yang membahayakan janin
dan ibunya. Untuk mengurangi resiko pada ibu dan janin maka persalinan dilakukan
dengan operasi.
1.6. Kelainan tali pusat
1.6.1. Prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)
Adalah keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat. Pada keadaan
ini, tali pusat berada didepan atau disamping bagian terbawah janin atau tali pusat
sudah berada di jalan lahir sebelum bayi. Prolapsus tali pusat dapat mengancam
kehidupan janin (gawat janin). Apabila tali pusat berdenyut, berarti janin masih hidup
dan persalinan masih dapat berlangsung. Pada kala 1 (periode pembukaan mulut
rahim) akan segera dilakukan operasi saecar untuk menolong janin. Pada kala 2 bisa
lewat vagina dengan bantuan alat agar lebih cepat lahir.
1.6.2. Terlilit tali pusat
Dalam rahim, tali pusat ikut “berenang” bersama janin dalam kantung
ketuban. Ketika janin bergerak, letak dan posisi tali pusat pun biasanya ikut bergerak
dan berubah. Kadang akibat gerak janin dalam rahim, letak dan posisi tali pusat
membelit tubuh janin, baik di bagian kaki, paha, perut, lengan atau lehernya.
Sebenarnya lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya. Selama tali pusat
tidak terjepit atau terpelintir maka aliran oksigen dan nutrisi dari plasenta ke tubuh
janin tetap aman. Lilitan tali pusat ke tubuh janin baru berbahaya apabila kondisi tali
pusat terjepit atau terpelintir yang menyebabkan aliran oksigen dan nutrisi ke tubuh
janin tidak lancar.
1.7. Bayi kembar
Tidak selamanya bayi kembar di lahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada
kelahiran satu bayi. Misalnya, lahir prematur atau lebih cepat dari waktunya. Sering
kali terjadi preeklampsi pada ibu yang hamil kembar karena stres. Selain itu karena
bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau letak lintang sehingga sulit untuk
2. Faktor ibu
Faktor ibu yang menyebabkan dilakukannya tindakan operasi misalnya
panggul sempit atau abnormal, disfungsi kontraksi rahim, riwayat kematian prenatal,
pernah mengalami trauma persalinan dan ingin dilakukannya tindakan sterilisasi.
Berikut faktor ibu yang menyebabkan janin harus dilahirkan dengan operasi :
2.1 Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun, memiliki
resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi dengan wanita usia 40 tahun ke atas. Pada
usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit yang beresiko misalnya tekanan darah
tinggi, penyakit jantung, kencing manis dan preeklampsia. Eklampsia dapat
menyebabkan bayi kejang sehingga sering kali menyebabkan dokter memutuskan
persalinan dengan operasi caesar.
2.2 Tulang panggul
Cephalopelvic disproportion adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Tulang panggul sangat menentukan mulus tidaknya proses
persalinan. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang
membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin
ketika akan lahir secara alami.
2.3. Persalinan sebelumnya dengan operasi caesar
Sebenarnya, persalinan melalui bedah caesar tidak mempengaruhi persalinan
selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak. Apabila memang ada indiaksi
yang mengharuskan dilakukannya tindakan pembedahan, seperti bayi terlalu besar,
dilakukan. Umumnya, operasi caesar akan dilakukan lagi pada persalinan kedua
apabila operasi sebelumnya menggunakan sayatan vertikal. Namun, operasi kedua
bisa terjadi jika pada operasi sebelumnya dengan teknik sayatan melintang, tetapi ada
hambatan pada persalinan pervaginam, seperti janin tidak maju, tidak bisa lewat
panggul, atau letak lintang.
2.4. Faktor hambatan jalan lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku sehingga
tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada
jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernafas. Gangguan pada jalan lahir bisa
juga terjadi karena ada miom atau tumor. Keadaan ini menyebabkan persalinan
terhambat atau macet, yang biasa disebut distosia
2.5. Kelainan kontraksi rahim
Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi atau tidak elastisnya leher
rahim sehingga tidak dapat melebar pada proses persalinan, menyebabkan kepala bayi
tidak terdorong dan tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancar.
2.6. Ketuban pecah dini
Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan bayi harus
segera dilahirkan. Kondisi ini membuat air ketuban merembes keluar sehingga tinggal
sedikit atau habis. Air ketuban adalah cairan yang mengelilingi janin dalam rahim.
Apabila air ketuban habis sama sekali, padahal bayi masih belum waktunya lahir,
biasanya dokter akan berusaha mengeluarkan bayi dari dalam kandungan, baik
melalui kelahiran biasa maupun operasi caesar. Air ketuban yang pecah sebelum
waktunya akan membuka rahim sehingga memudahkan masuknya bakteri lewat
2.2Determinan permintaan persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), determinan adalah faktor
penentu. Jadi determinan permintaan persalinan sectio caesarea tanpa indikasi
medis adalah faktor-faktor penentu dalam permintaan persalinan sectio caesarea
yang dilakukan tanpa adanya indikasi medis.
Berikut merupakan determinan permintaan persalinan sectio caesarea tanpa
indikasi medis :
1. Nyeri persalinan
Association for the study of pain menyatakan nyeri merupakan pengalaman
emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan
jaringan secara aktual atau potensial atau menunjukkan adanya kerusakan.
Rasa nyeri pada persalinan dalam hal ini adalah nyeri kontraksi uterus yang
dapat mengakibatkan peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis, perubahan tekanan
darah, denyut jantung, pernafasan, dan warna kulit, dan apabila tidak segera diatasi
maka akan meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stres (Bobak, 2004).
Rasa nyeri jelas merupakan persepsi yang ada hubungan dengan kesehatan.
Nyeri adalah persepsi yang sangat subjektif sehingga sebenarnya tidak dapat
diferifikasi atau dibuktikan. Nyeri dikomunikasikan kepada orang lain dengan
berbagai cara, umpama dengan berkata-kata, mata berkedip-kedip atau ditutup
rapat, menyentak-nyentak, merintih, mengerang (Willy,2006).
Ibu-ibu yang akan bersalin berespon terhadap nyerinya dengan cara yang
berbeda-beda. Beberapa ibu mungkin merasa takut dan cemas, sementara yang
lainnya bersikap toleran dan optimis. Beberapa ibu ada yang menangis, merintih,
menjerit, menolak bantuan atau bergerak tanpa arah pada saat mengalami nyeri
tempat tidur dan mungkin hanya menutup matanya, menggertakkan giginya,
menggigit bibirnya, mengepalkan tangannya, atau bercucuran keringatnya pada
waktu mengalami nyeri persalinan (Maryunani, 2010).
Umumnya, seseorang wanita yang melahirkan secara alami akan mengalami
proses sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit pinggang dan pangkal paha
yang semakin kuat dan menggigit. Hal ini terjadi karena ketika berkontraksi,
otot-otot rahim berkerut sebagai upaya membuka mulut rahim dan mendorong kepala
bayi ke arah panggul. Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau baru akan
terjadi dan sering menyebabkan seorang wanita yang akan melahirkan merasa takut
dan cemas menjalaninya. Akibatnya, untuk menghilangkan itu semua ibu bersalin
berpikir melahirkan dengan cara operasi (Kasdu,2003).
2. Kebudayaan
Dilihat dari sudut bahasa Indonesia, budaya berasal dari bahasa sansekerta
“buddhayah” yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Budaya
adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa, dan kebudayaan adalah
hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut (Widagdho,2010). Menurut Notoatmodjo
(2003), kebudayaan juga diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal.
Adanya masyarakat yang mengaitkan budaya dengan mempercayai untuk
memilih tanggal dan waktu persalinan tertentu yang dipercayakan membawa hoki
(keberuntungan) (Dewi,2010).
Kebudayaan juga dapat mempengaruhi seluruh pandangan hidup, dan kebudayaan
3. Kesepakatan suami istri
Peran pasangan dapat sebagai orang yang memberi asuhan dan sebagai orang
yang berespon terhadap perasaan pasangannya, baik pada aspek biologis maupun
psikologis. Dukungan pria menunjukkan keterlibatannya dalam kehamilan
pasangannya dan persiapan untuk terikat dengan anaknya (Bobak,2005).
Seperti halnya kehamilan yang merupakan hasil kerjasama suami dan istri,
maka kerjasama ini juga sebaiknya terus berlangsung sampai janin dilahirkan.
Kerjasama juga dibutuhkan dalam pemilihan proses persalinan nantinya. Dimana
pemilihan proses persalinan ini penting dilakukan perencanaan karena menyangkut
kesehatan fisik dan psikis ibu dalam menghadapinya dan kesehatan janin
(Kasdu,2003).
Hasil penelitian di Brazil menyatakan bahwa dokter melakukan tindakan
sectio caesarea karena adanya tekanan dan dorongan dari pasien, suami dan
keluarga (Sarmana,2004).
4. Pekerjaan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kerja adalah sesuatu yang
sengaja dilakukan untuk mendapatkan imbalan. Kecenderungan memilih persalinan
sectio caesarea karena para ibu khususnya di kota-kota besar banyak yang bekerja.
Mereka sangat terikat dengan waktu dan sudah memiliki jadwal tertentu kapan
mereka harus kembali bekerja (Kasdu,2003).
5. Kosmetik sex
Perlukaan jalan lahir karena persalinan dapat mengenai vulva, vagina dan
uterus. Jenis perlukaan ringan berupa luka lecet, yang berat berupa suatu robekan
yang disertai perdarahan hebat. Pada primigravida yang melahirkan bayi cukup
penelitian diketahui pula bahwa para ibu yang mendapat jahitan akan menunggu
lebih lama untuk melakukan senam nifas dibandingkan dengan yang tanpa jahitan
(Anies,2007).
Dilakukannya bedah caesar sebagai salah satu alasan permintaan, dimana
seorang ibu ingin mempertahankan tonus vaginanya seperti anak remaja
(Wagner,2000).
Melahirkan melalui vagina dianggap bisa mengendurkan otot-otot vagina
sehingga dipercaya akan mengurangi kenikmatan saat coitus (hubungan intim). Hal
ini menyebabkan ibu memilih tindakan persalinan sectio caesarea karena ibu ingin
mempertahankan tonus vagina, alasannya demi menjaga keharmonisan hubungan
suami istri agar tetap mesra (Dewi,2010).
6. Ekonomi
Dalam menghadapi persalinan dengan bedah Caesar penting dilakukan
perencanaan karena menyangkut kesehatan ibu dalam menghadapinya.
Perencanaan ini juga menyangkut perencanaan ekonomi karena biaya yang harus
dikeluarkan tidak kecil. Persalinan dengan operasi akan mengahiskan biaya 3-5
kali lebih besar daripada persalinan normal. Oleh karena itu kemampuan keuangan
menjadi salah satu pertimbangan dalam mengambil keputusan melahirkan dengan
bedah Caesar (Kasdu, 2003).
Masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas cenderung
memilih pelayanan kesehatan yang baik dan canggih (Maramis, 2006). Menurut
Kasdu (2003) operasi Caesar merupakan hal yang tidak asing lagi terutama
masyarakat golongan menengah ke atas sehingga sebagian mereka memilih
7. Sosial
Manusia selalu dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan ia juga dituntut
untuk dapat beradaptasi dan bertingkah laku sesuai norma yang ada (Mubarak,
2009). Menurut Varghes (2004) disebutkan bahwa pengaruh sosial sangat
kompleks salah satunya adalah pengaruh orang lain atau sugesti teman. Sedangkan
menurut Arrow (1993) karena informasi yang dilakukan oleh para ahli kepada
masyarakat sehingga masyarakat terpengaruh untuk melakukan permintaan dan
penggunaan pelayanan kesehatan.
Dalam membuat keputusan medis biasanya merupakan keputusan
kelompok dan peranan-peranan tradisional. Di Indonesia dalam keluarga adanya
keputusan yang besar dan dianggap penting ternyata dibuat oleh suami dan
pendapat para kakek dan nenek juga penting sekali. (Foster Anderson, 1986). Dan
menurut Kasdu (2003) operasi Caesar yang mulai memasyarakat sehingga
persalinan dengan operasi cenderung meningkat tiap tahunnya.
8. Ingin Sterilisasi
Paradigma baru program keluarga berencana nasional yang telah merubah
visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi “Keluarga Berkualitas Tahun 2015”.
Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, madiri,
memiliki jumlah anak yang ideal, barwawasan kedepan, bertanggungjawab,
harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sectio Caesarea dipilih karena ingin sekalian dilakukan sterilisasi, hal ini
dilakukan karena adanya faktor praktis yang mana jika melahirkan secara alami
akan membutuhkan proses yang lama, yang kemudian harus masuk kamar bedah
kembali untuk dilakukan sterilisasi yang tentu dapat meninggalkan dua bekas luka,
Caesarea merupakan jalan yang dianggap praktis, aman serta menghemat waktu
dan tenaga ibu bersalin (Sarmana,2004).
9. Time Delivery
Masih banyak diantara penduduk kota-kota besar yang mengaitkan waktu
kelahiran dengan peruntungan nasib anak. Tentunya tindakan ini dilakukan dengan
harapan apabila anak dilahirkan pada tanggal dan jam sekian maka akan
memperoleh rejeki dan kehidupan yang lebih baik (Kasdu,2003).
Alasan lain para wanita lebih memilih operasi sectio caesarea adalah ingin
melahirkan pada hari, tanggal dan waktu yang ditentukannya sendiri
BAB III
KERANGKA PENELITIAN 3. Kerangka konsep
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka maka dapat dirumuskan kerangka
konsep penelitian sebagai berikut :
Determinan permintaan
Sectio caesarea tanpa
indikasi medis:
1. Nyeri persalinan
2. Kebudayaan
3. Kesepakatan suami istri
4. Pekerjaan
5. Kosmetik sex
6. Ekonomi
7. Sosial
8. Ingin Sterilisasi
9. Time Delivery
Permintaan Sectio
No. Variabel
Penelitian
Defenisi Operasional Alat Ukur Cara
Ukur
Skala
Ukur
Hasil Ukur
1. Nyeri
persalinan
Rasa sakit pada saat
persalinan
yang mendorong ibu
memilih persalinan
sectio caesarea.
Kuesioner Wawan
cara
Nomi
nal
-Ya : Jika nyeri
persalinan
merupakan
determinan ibu
dalam memilih
Sectio Caesarea
-Tidak : Jika nyeri
persalinan bukan
merupakan
determinan ibu
dalam memilih
Sectio Caesarea.
2. Kebudaya
an
Kebiasaan atau
kepercayaan akan
suatu hal yang
mengaitkan waktu
kelahiran dengan
peruntungan nasib
anak.
Kuesioner Wawan
cara
Nomi
nal
-Ya : Jika
kebudayaan
merupakan
determinan ibu
dalam memilih
Sectio Caesarea
-Tidak : Jika
kebudayaan bukan
merupakan
determinan ibu
dalam memilih
Sectio Caesarea.
3. Kesepakat
an suami
istri
Kesepakatan suami
istri yang dibuat
menyangkut
pengambilan
keputusan dalam
pemilihan proses
persalinan sectio
Kuesioner Wawan
cara
Nomi
nal
-Ya : Jika
kesepakatan suami
istri merupakan
determinan ibu
dalam memilih
Sectio Caesarea
caesarea,
dikarenakan adanya
peran aktif suami
dalam pengambilan keputusan tersebut. kesepakatan suami istri bukan merupakan determinan ibu dalam memilih
Sectio Caesarea.
4. Pekerjaan Pekerjaan atau
jabatan formal yang
dijalani ibu saat
mengisi kuesioner.
Kuesioner Wawan
cara
Nomi
nal
-Ya : Jika pekerjaan
merupakan
determinan ibu
dalam memilih
Sectio Caesarea
-Tidak : Jika
pekerjaan bukan
merupakan
determinan ibu
dalam memilih
Sectio Caesarea.
5. Kosmetik
sex
Permintaan sectio
caesarea yang
dilakukan ibu agar
menjaga tonus
vaginanya.
Kuesioner Wawan
cara
Nomi
nal
-Ya : Jika kosmetik
sex merupakan
determinan ibu
dalam memilih
Sectio Caesarea
-Tidak : Jika
kosmetik sex bukan
merupakan
determinan ibu
dalam memilih
Sectio Caesarea.
6. Ekonomi Keadaan ekonomi
ibu saat memilih
persalinan Sectio
Caesarea
Kuesioner Wawan
cara
Nomi
nal
-Ya : Jika ekonomi
merupakan
determinan ibu
dalam memilih
-Tidak : Jika
ekonomi bukan
merupakan
determinan ibu
dalam memilih
Sectio Caesarea.
7. Sosial Informasi dan saran
dari keluarga, teman
atau kerabat yang
mempengaruhi
keputusan ibu
memilih persalinan
Sectio Caesarea
Kuesioner Wawan
cara
Nomi
nal
-Ya : Jika sosial
merupakan
determinan ibu
dalam memilih
Sectio Caesarea
-Tidak : Jika sosial
bukan merupakan
determinan ibu
dalam memilih
Sectio Caesarea.
8. Sterilisasi Dilakukannya Sectio
Caesarea karena
diikuti dilakukannya
pembedahan pada
kontrasepsi menetap.
Kuesioner Wawan
cara
Nomi
nal
-Ya : Jika sterilisasi
merupakan
determinan ibu
dalam memilih
Sectio Caesarea
-Tidak : Jika
sterlisasi bukan
merupakan
determinan ibu
dalam memilih
Sectio Caesarea.
9. Time
delivery
Dilakukannya Sectio
Caesarea karena
ingin melahirkan
Kuesioner Wawan
cara
Nomi
nal
-Ya : Jika time
delivery merupakan
pada hari, tanggal
dan waktu yang
ditentukannya
sendiri
dalam memilih
Sectio Caesarea
-Tidak : Jika time
delivery bukan
merupakan
determinan ibu
dalam memilih
BAB IV
METODE PENELITIAN 4.1. Desain penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif
dengan pendekatan cross sectional (penelitian yang hanya dilakukan sekali waktu saja) yang
bertujuan untuk mengetahui Gambaran determinan permintaan persalinan sectio caesarea
tanpa indikasi medis di RSU X .
4.2. Populasi dan sampel
4.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo,
2005). Adapun populasi pada penelitian ini adalah ibu yang memilih persalinan sectio
caesarea tanpa indikasi medis pada bulan Januari - April 2013 sebanyak 25 orang di Rumah
Sakit Umum Muhammadiyah Sumatera Utara. Setelah dilakukan penelitian pada bulan
Januari - Mei 2014 diperoleh populasi sebanyak 28 orang di Rumah Sakit Umum X.
4.2.2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dalam
penelitian ini tehnik sampling yang akan digunakan adalah total sampling. Menurut Arikunto
(2006) jika jumlah populasi kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua untuk dijadikan
sampel penelitian, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Untuk itu jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah total sampling, yaitu sebanyak 28 orang.
Adapun kriteria dalam pemilihan sampel ini adalah :
1. Semua ibu yang memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis pada
2. Bersedia menjadi responden.
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum X No. 27 Medan. Alasan peneliti
memilih Rumah Sakit Umum X sebagai tempat penelitian adalah dengan pertimbangan
bahwa belum pernah dilakukan penelitian yang sama di rumah sakit tersebut. Selain itu
karena Rumah Sakit Umum X memiliki sampel penelitian dengan persalinan sectio caesarea.
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Januari 2014 sampai Mei 2014.
4.4. Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilakukan setelah proposal penelitian selesai di uji dan peneliti
mendapatkan rekomendasi dan ijin untuk melakukan penelitian dari Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapat izin dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, peneliti memulai pengumpulan data.
Sebelum mengumpulkan data, peneliti menjelaskan kepada responden mengenai maksud,
tujuan, dan proses penelitian yang dilaksanakan. Kemudian peneliti menanyakan kesediaan
responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan
(informed consent). Jika responden menolak untuk berpatisipasi dalam penelitian, maka
peneliti tidak memaksa responden. Untuk menjaga kerahasian responden, peneliti tidak
mencantumkan nama responden (anonimity), tetapi hanya mencantumkan inisial nama
(nomor responden). Kerahasiaan informasi responden (confidentiality) dijamin oleh peneliti
4.5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner
merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya (Arikunto, 2006). Kuesioner terdiri dari dua
bagian yaitu data demografi dan mengenai determinan yang mempengaruhi ibu memilih
persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis. Cara pengisian lembar kuisioner dengan
menggunakan cheeklist (√) di tempat yang telah tersedia.
Data demografi terdiri dari inisial nama, umur, agama, suku, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, kehamilan ke-, dan pengalaman persalinan sebelumnya. Untuk kuesioner
tentang gambaran determinan permintaan sectio caesarea tanpa indikasi medis disusun
sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada tinjauan pustaka. Kuesioner yang digunakan
berupa pertanyaan tertutup yaitu angket yang telah disediakan jawabannya dan responden
hanya diminta memilih jawaban yang telah disediakan. Kuesioner terdiri dari 9 pertanyaan
dengan pilihan jawaban Ya dan Tidak (dichotomy).
4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas data
Validitas adalah suatu yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan
suatu instrumen. Sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi
rendahnya validitasi instrumen menunjukkan sejauh mana
data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud
(Arikunto,2006). Uji validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi, yakni
sejauh mana instrumen penelitian memuat rumusan – rumusan sesuai dengan isi yang
adalah 0, 7 (Valid). Uji validitas penelitian ini dilakukan oleh Dokter spesialis Obstetri
Gynecology, dr. M . Fahdhy Sp.Og, M.sc.
Selain mengukur validitas, dilakukan juga pengujian reliabilitas instrumen untuk
menentukan kehandalannya. Reliabilitas instrumen adalah kesamaan hasil pengukuran atau
pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu
yang berlainan (Nursalam, 2008). Uji reliabiltas dilakukan dengan menggunakan Cronbach
Alpha.
4.7. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada responden.
Prosedur pengumpulan data dimulai dengan mengajukan permohonan izin pelaksaan
penelitian ke bagian pendidikan Fakultas Keperawatan USU. Setelah mendapatkan surat
pengantar dari fakultas, peneliti mengirim surat tersebut ke Rumah Sakit Umum X. Peneliti
mulai penelitian dengan mendatangi responden dan menjelaskan tentang tujuan, prosedur dan
manfaat penelitian. Kemudian peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti
penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan responden. Setelah responden
bersedia, peneliti membagikan kuesioner dan menjelaskan cara pengisiannya. Setelah
responden selesai menjawab semua pernyataan peneliti memeriksa kembali kelengkapan
jawaban responden dan menyesuaikannya dengan jumlah kuesioner yang terkumpul. Setelah
questioner terkumpul, peneliti menganalisis data.
4.8. Analisa Data
Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data
melalui beberapa tahap dimulai dengan editing yaitu memeriksa kelengkapan identitas dan
kemudian coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada lembar observasi untuk
memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Selanjutnya Tabullating
yaitu memasukkan data dari lembar observasi kedalam tabel. Selanjutnya data disajikan
dalam bentuk persentase (Notoatmodjo, 2010).
Semua data yang diperoleh ditabulasi secara univariat yaitu melihat hasil, menghitung
persentase hasil penelitian yang berupa kuesioner yang meliputi analisis deskriptif melalui
perhitungan rumus :
P = x 100
Keterangan :
P = Persentase
F = jumlah yang didapat
n = jumlah sampel (Machfoedz,2009).
Kuesioner penelitian ini terdiri dari 9 pertanyaan tertutup dengan jawaban “Ya” dan
“Tidak”. Jawaban yang dipilih diberi nilai 1 dan jawaban yang tidak dipilih diberi nilai 0.
Aspek pengukuran dari kuesioner penelitian ini penilaiannya menganalisa tiap-tiap
pertanyaan dari kuesioner tersebut.
a) Nyeri Persalinan terdiri dari 1 soal bila jawaban “Ya” maka termasuk kedalam
kategori “Nyeri Persalinan”. Bila “Tidak” maka tidak termasuk dalam kategori.
b) Kebudayaan terdiri dari 1 soal bila jawaban “Ya” maka termasuk kedalam
kategori “kebudayaan”. Bila “Tidak” maka tidak termasuk dalam kategori.
c) Kesepakatan suami istri terdiri dari 1 soal bila jawaban “Ya” maka termasuk
kedalam kategori “kesepakatan suami istri”. Bila “Tidak” maka tidak termasuk
d) Pekerjaan terdiri dari 1 soal bila jawaban “Ya” maka termasuk kedalam kategori
“pekerjaan”. Bila “Tidak” maka tidak termasuk dalam kategori.
e) Kosmetik Sex terdiri dari 1 soal bila jawaban “Ya” maka termasuk kedalam
kategori “kosmetik sex”. Bila “Tidak” maka tidak termasuk dalam kategori.
f) Ekonomi terdiri dari 1 soal bila jawaban “Ya” maka termasuk kedalam kategori
“ekonomi”. Bila “Tidak” maka tidak termasuk dalam kategori.
g) Sosial terdiri dari 1 soal bila jawaban “Ya” maka termasuk kedalam kategori
“sosial”. Bila “Tidak” maka tidak termasuk dalam kategori.
h) Ingin sterilisasi terdiri dari 1 soal bila jawaban “Ya” maka termasuk kedalam
kategori “ingin sterilisasi”. Bila “Tidak” maka tidak termasuk dalam kategori.
i) Time delivery terdiri dari 1 soal bila jawaban “Ya” maka termasuk kedalam
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai gambaran
determinan permintaan sectio caesarea tanpa indikasi medis di RSU X tahun 2014. Pada
awalnya sampel berjumlah 25 orang, tetapi setelah dilakukan penelitian, hasil yang
diperoleh sebanyak 28 orang. Desain deskriptif digunakan dalam penelitian ini dengan
tujuan untuk mengetahui gambaran determinan permintaan sectio caesarea tanpa indikasi
medis di RSU X tahun 2014
Hasilnya dapat disajikan sebagai berikut :
1. Karakteristik Responden di RSU X
Pada penelitian ini didapatkan karakteristik responden yaitu berdasarkan umur,
agama, suku, pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan perbulan, riwayat kehamilan
[image:43.595.88.509.536.645.2]dan riwayat persalinan.
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan umur (n) = 28 Karakteristik Responden F % Umur
Tabel 5.1.1
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan agama (n) = 28 Karakteristik Responden F % Agama
[image:44.595.92.508.283.393.2]Islam 19 67,9 Protestan 2 7,1 Katolik 4 14,3 Buddha 3 10,7
Tabel 5.1.2
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan suku (n) = 28 Karakteristik Responden F % Suku
Jawa 9 32,1 Batak 11 39,3 Melayu 4 14,3 Tionghoa 4 14,3
Tabel 5.1.3
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan pendidikan terakhir (n) = 28 Karakteristik Responden F %
Pendidikan Terakhir
SMA 22 78,6 D3 3 10,7 S1 3 10,7
Tabel 5.1.4
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan pekerjaan (n) = 28 Karakteristik Responden F %
Pekerjaan
[image:44.595.90.515.462.556.2] [image:44.595.86.510.623.721.2]Tabel 5.1.5
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan penghasilan perbulan (n) = 28 Karakteristik Responden F %
Penghasilan perbulan
[image:45.595.70.492.274.369.2]< 2 juta 20 71,5 3 – 4 juta 2 7,1 > 4 juta 6 21,4
Tabel 5.1.6
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan riwayat kehamilan (n) = 28 Karakteristik Responden F %
Riwayat kehamilan
Primigravida 11 39,3 Scundigravida 8 28,6 Multigravida 9 32,1
Tabel 5.1.7
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan riwayat persalinan (n) = 28 Karakteristik Responden F %
Riwayat persalinan
Primipara 11 39,3 Normal 7 25 SC 10 35,7
Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa dari 28 responden, mayoritas
berumur 20-30 tahun yaitu 14 orang (50%) (tabel 5.1), mayoritas beragama islam yaitu 19
orang (67,9%) (tabel 5.1.1) , mayoritas suku Batak yaitu 11 orang (39,3%) (tabel 5.1.2),
mayoritas pendidikan SMA yaitu 22 orang (78,6%) (tabel 5.1.3), mayoritas pekerjaan Ibu
rumah tangga (IRT) sebanyak 17 orang (60,7%) (tabel 5.1.4), mayoritas berpenghasilan <2
juta yaitu 20 orang (71,5%) (tabel 5.1.5), mayoritas riwayat kehamilan primigravida yaitu 11
[image:45.595.68.492.437.532.2]Tabel 5.2
Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Determinan Nyeri Persalinan (n=28)
Determinan Nyeri Persalinan
Frekuensi (n) Persentase (%)
Ya
Tidak
Total
18
10
28
64,3
35,7
100
Berdasarkan tabel 5.2, dari 28 orang ibu yang melakukan persalinan Sectio Caesarea
karena faktor nyeri persalinan yaitu sebanyak 18 orang (64,3%).
Tabel 5.3
Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Determinan Kebudayaan (n=28)
Determinan Kebudayaan Frekuensi (n) Persentase (%)
Ya
Tidak
Total
4
24
28
14,3
85,7
100
Pada tabel 5.3 dapat diketahui bahwa dari 28 orang ibu yang melakukan persalinan
[image:46.595.103.476.463.574.2]Tabel 5.4
Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Determinan Kesepakatan Suami Istri (n=28)
Determinan Kesepakatan Frekuensi (n) Persentase (%)
Ya
Tidak
Total
28
0
28
100
0
100
Pada tabel 5.4 dapat diketahui bahwa dari 28 ibu melakukan persalinan Sectio
Caesarea karena determinan kesepakatan suami istri yaitu 28 orang (100%).
Tabel 5.5
Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Determinan Pekerjaan (n=28)
Determinan Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)
Ya
Tidak
Total
0
28
28
0
28
100
Pada tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 28 ibu yang melakukan Sectio Caesaraea
tidak ada ibu yang melakukan persalinan Sectio Caesarea karena determinan pekerjaan, yaitu
[image:47.595.100.478.448.561.2]Tabel 5.6
Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Determinan Kosmetik Sex (n=28)
Determinan kosmetik sex Frekuensi (n) Persentase (%)
Ya
Tidak
Total
4
24
28
14,3
85,7
100
Pada tabel 5.6 dapat diketahui bahwa dari 28 ibu yang memilih persalinan sectio
caesarea karena determinan kosmetik sex yaitu 4 orang (14,3%).
Tabel 5.7
Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Determinan Ekonomi (n=28)
Determinan Ekonomi Frekuensi (n) Persentase (%)
Ya
Tidak
Total
3
25
28
10,7
89,3
100
Pada tabel 5.7. dapat diketahui bahwa dari 28 orang ibu yang melakukan persalinan
[image:48.595.101.477.442.553.2]Tabel 5.8
Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Determinan Sosial (n=28)
Determinan Sosial Frekuensi (n) Persentase (%)
Ya
Tidak
Total
5
23
28
17,9
82,1
100
Pada tabel 5.8 dapat diketahui bahwa dari 28 orang ibu yang melakukan persalinan
Sectio Caesarea karena determinan sosial yaitu sebanyak 5 orang (17,9%).
Tabel 5.9
Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Determinan Sterilisasi (n=28)
Determinan Sterilisasi Frekuensi (n) Persentase (%)
Ya
Tidak
Total
5
23
28
17,9
82,1
100
Pada tabel 5.9 dapat diketahui bahwa dari 28 orang ibu yang melakukan persalinan Sectio
[image:49.595.100.476.447.560.2]Tabel 5.10
Distribusi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Determinan Time Delivery (n=28)
Determinan Time Delivery Frekuensi (n) Persentase (%)
Ya
Tidak
Total
3
25
28
10,7
89,3
100
Pada tabel 5.10 dapat diketahui bahwa dari 28 orang ibu yang melakukan persalinan
Sectio Caesarea karena determinan time delivery yaitu sebanyak 3 orang (10,7%).
B. Pembahasan
1. Karakteristik responden
Karakteristik responden ibu yang melakukan persalinan Sectio Caesarea terbnayak
pada rentang umur 20 – 30 tahun, yaitu rentang umur yang produktif, beragama Islam, Suku
Batak, Pendidikan SMA, Pekerjaan IRT, Riwayat kehamilan Primigravida dan Riwayat
Persalinan Primipara.
2. Determinan permintaan persalinan tanpa indikasi medis di RSU X
2.1. Determinan nyeri persalinan
Dari hasil penelitian diperoleh 18 orang ibu yang melakukan persalinan Sectio
Caesarea karena faktor nyeri persalinan (64,3%).
Menurut Maryunani (2010), Ibu-ibu yang akan bersalin berespon terhadap nyerinya
dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa ibu mungkin merasa takut dan cemas, sementara
menjerit, menolak bantuan atau bergerak tanpa arah pada saat mengalami nyeri persalinan
yang hebat, sementara yang lainnya tetap berbaring dengan tenang di tempat tidur dan
mungkin hanya menutup matanya, menggertakkan giginya, menggigit bibirnya, mengepalkan
tangannya, atau bercucuran keringatnya pada waktu mengalami nyeri persalinan.
Menurut Kasdu (2003), Umumnya seseorang wanita yang melahirkan secara alami
akan mengalami proses sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit pinggang dan
pangkal paha yang semakin kuat dan menggigit. Hal ini terjadi karena ketika berkontraksi,
otot-otot rahim berkerut sebagai upaya membuka mulut rahim dan mendorong kepala bayi ke
arah panggul. Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau baru akan terjadi dan sering
menyebabkan seorang wanita yang akan melahirkan merasa takut dan cemas menjalaninya.
Akibatnya, untuk menghilangkan itu semua ibu bersalin berpikir melahirkan dengan cara
operasi.
2.2. Determinan kebudayaan
Dari hasil penelitian diperoleh 4 orang ibu yang melakukan persalinan Sectio
Caesarea karena determinan kebudayaan (14,3%).
Menurut Widagdho (2010), Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa
dan rasa, dan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut. Menurut
Notoatmodjo (2003), kebudayaan juga diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan
akal.
Adanya masyarakat yang mengaitkan budaya dengan mempercayai untuk memilih
tanggal dan waktu persalinan tertentu yang dipercayakan membawa hoki (keberuntungan)
(Dewi,2010).
Kebudayaan juga dapat mempengaruhi seluruh pandangan hidup, dan kebudayaan
2.3. Determinan kesepakatan suami istri
Dari hasil penelitian diperoleh seluruh ibu melakukan persalinan Sectio Caesarea
karena determinan kesepakatan suami istri (100%). Kesepakatan suami istri yang
dimaksudkan pada determinan ini adalah suami memberikan peran aktif dalam penentuan
persalinan secara sectio caesarea, dan bukan dikarenakan keperluan untuk pengisian lembar
informed consent.
Menurut Bobak (2005), Peran pasangan dapat sebagai orang yang memberi asuhan
dan sebagai orang yang berespon terhadap perasaan pasangannya, baik pada aspek biologis
maupun psikologis. Dukungan pria menunjukkan keterlibatannya dalam kehamilan
pasangannya dan persiapan untuk terikat dengan anaknya.
Menurut Kasdu (2003) Seperti halnya kehamilan yang merupakan hasil kerjasama suami dan
istri, maka kerjasama ini juga sebaiknya terus berlangsung sampai janin dilahirkan.
Kerjasama juga dibutuhkan dalam pemilihan proses persalinan nantinya. Dimana pemilihan
proses persalinan ini penting dilakukan perencanaan karena menyangkut kesehatan fisik dan
psikis ibu dalam menghadapinya dan kesehatan janin.
Menurut Sarmana (2004), Hasil penelitian di Brazil menyatakan bahwa dokter
melakukan tindakan sectio caesarea karena adanya tekanan dan dorongan dari pasien, suami
dan keluarga.
2.4. Determinan pekerjaan
Dari hasil penelitian tidak diperoleh ibu yang melakukan persalinan Sectio Caesarea
karena determinan pekerjaan, yaitu 0 orang (100%).
Menurut Kasdu (2003), kecenderungan memilih persalinan sectio caesarea karena
para ibu khususnya di kota-kota besar banyak yang bekerja. Mereka sangat terikat dengan
Hal ini sejalan dengan penelitian sarmana (2004), dimana pekerjaan bukan merupakan
determinan ibu dalam permintaan persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis.
2.5. Determinan kosmetik sex
Dari hasil penelitian diperoleh 4 orang ibu yang memilih persalinan sectio caesarea
karena determinan kosmetik sex (14,3%).
Menurut Sarwono (2002), Perlukaan jalan lahir karena persalinan dapat mengenai
vulva, vagina dan uterus. Jenis perlukaan ringan berupa luka lecet, yang berat berupa suatu
robekan yang disertai perdarahan hebat. Pada primigravida yang melahirkan bayi cukup
bulan, perlukaan jalan lahir tidak dapat dihindari. Menurut Anies (2007), Dalam penelitian
diketahui pula bahwa para ibu yang mendapat jahitan akan menunggu lebih lama untuk
melakukan senam nifas dibandingkan dengan yang tanpa jahitan.
Menurut Wagner (2000), dilakukannya bedah caesar sebagai salah satu alasan
permintaan, dimana seorang ibu ingin mempertahankan tonus vaginanya seperti anak remaja.
Menurut Dewi (2010), melahirkan melalui vagina dianggap bisa mengendurkan
otot-otot vagina sehingga dipercaya akan mengurangi kenikmatan saat coitus (hubungan intim).
Hal ini menyebabkan ibu memilih tindakan persalinan sectio caesarea karena ibu ingin
mempertahankan tonus vagina, alasannya demi menjaga keharmonisan hubungan suami istri
agar tetap mesra.
2.6. Determinan ekonomi
Dari hasil penelitian diperoleh 3 orang ibu yang melakukan persalinan Sectio
Caesarea karena determinan ekonomi (10,7%).
Menurut Kasdu (2003), dalam menghadapi persalinan dengan bedah Caesar penting
dilakukan perencanaan karena menyangkut kesehatan ibu dalam menghadapinya.
Perencanaan ini juga menyangkut perencanaan ekonomi karena biaya yang harus dikeluarkan
persalinan normal. Oleh karena itu kemampuan keuangan menjadi salah satu pertimbangan
dalam mengambil keputusan melahirkan dengan bedah Caesar.
Menurut Maramis (2006), masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke
atas cenderung memilih pelayanan kesehatan yang baik dan canggih. Menurut Kasdu (2003)
operasi Caesar merupakan hal yang tidak asing lagi terutama masyarakat golongan
menengah ke atas sehingga sebagian mereka memilih persalinan Caesar pada proses
persalinannya.
2.7. Determinan sosial
Dari hasil penelitian diperoleh 5 orang ibu yang melakukan persalinan Sectio
Caesarea karena determinan sosial (17,9%).
Menurut Mubarak (2009), manusia selalu dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan ia
juga dituntut untuk dapat beradaptasi dan bertingkah laku sesuai norma yang ada. Menurut
Varghes (2004) disebutkan bahwa pengaruh sosial sangat kompleks salah satunya adalah
pengaruh orang lain atau sugesti teman. Sedangkan menurut Arrow (1993) karena informasi
yang dilakukan oleh para ahli kepada masyarakat sehingga masyarakat terpengaruh untuk
melakukan permintaan dan penggunaan pelayanan kesehatan.
Menurut Foster Anderson (1986), dalam membuat keputusan medis biasanya
merupakan keputusan kelompok dan peranan-peranan tradisional. Di Indonesia dalam
keluarga adanya keputusan yang besar dan dianggap penting ternyata dibuat oleh suami dan
pendapat p